Anda di halaman 1dari 5

I.

JUDUL PRAKTIKUM
Penentuan Curah Hujan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam
satuan waktu tertentu. Pengukuran curah hujan dikatakan 1 mm apabila dalam
suatu luasan 1 m2 tertampung air setinggi 1 mm tanpa adanya penguapan,
meresap, dan mengalir. Variasi setiap hujan berbeda-beda pada setiap daerah
sehingga perlu dilakukan pengukuran curah hujan pada setiap lokasi titik-titik
pengukuran yang berbedabeda di daerah tersebut. Data hujan yang tersedia di
setiap lokasi hanya terdapat hari hujan atau tidak hujan. Dengan adanya
permasalahan tersebut maka diperlukan sebuah perangkat yang dapat mengukur
curah hujan secara realtime.( Amri Khurniawan, 2019).
Curah hujan merupakan salah satu faktor iklim yang berpengaruh di berbagai
bidang sehingga pemerintah membangun stasiun hujan untuk mengukur curah
hujan di lokasi tertentu di Indonesia yang dianggap memiliki potensi. Akan tetapi
curah hujan di luar daerah stasiun hujan tidak diketahui secara pasti, sehingga
perlu dilakukan prediksi curah hujan dengan menggunakan analisis deret waktu
dengan metode Box-Jenkins yang dikenal dengan Autoregressive Integrated
Moving Average (ARIMA), maupun analisis krigging untuk melihat
kebergantungan spasial lokasi. (A. Maulana, H, 2018).
Pemanfaatan hujan yang tepat dapat memberikan keuntungan yang banyak.
Untuk itu diperlukan pemetaan wilayah curah hujan. Hal ini bertujuan agar dapat
menentukan tingkatan siaga bencana untuk masing-masing daerah. Dalam
pemetaan dibutuhkan alat untuk menghitung curah hujan yang turun. Di pasaran
hanya terdapat alat ukur secara manual, sedangkan tidak tersedia alat ukur curah
hujan yang dapat mengukur secara otomatis dan langsung melainkan diperlukan
peralatan tambahan secara terpisah. Selain itu hasil pengukuran tidak dapat dilihat
oleh publik. Oleh karena itu dibutuhkan alat yang bekerja secara otomatis yang
dapat menampilkan hasil pengukuran secara langsung dan dapat dilihat langsung
oleh publik. (Saputra, 2013).
Data jumlah curah hujan rata-rata untuk suatu daerah tangkapan air (catchment
area) atau daerah aliran sungai merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh
pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data curah hujan sangat berguna,
misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca air lahan, mengetahui
besarnya aliran permukaan (run off).( R. Rahmad, 2017).
Untuk dapat mewakili besarnya curah hujan di suatu wilayah/daerah
diperlukan penakar curah hujan dalam jumlah yang cukup. Semakin banyak
penakar dipasang di lapangan diharapkan dapat diketahui besarnya rata -rata curah
hujan yang menunjukkan besarnya curah hujan yang terjadi di daerah tersebut.
Disamping itu juga diketahui variasi curah hujan di suatu titik pengamatan. (F.
Nabilah, 2017).
III. TUJUAN PRAKTIKUM
- mengenal dan mempelajari cara pengaplikasian curah hujan
- Cara Penggunakan alat ombrometer.
VI. ALAT DAN BAHAN
 Alat
- alat pengukur curah hujan/ombrometer.
- Buku
- Pulpen
 Bahan
- Air Biasa (Sebagi contoh)
VII. PROSEDUR KERJA
- DiSiapkan ombrometer pengukur curah hujan.
- DiTentukan lokasi lahan yang akan dijadikan tempat percobaan.
- DiPasang penyangga dengan membenamkan kakinya ke dalam tanah agar kuat.
- DiPasang ombrometer dan pastikan dalam keadaan kuat dan kokoh.
- Diukur setiap hari pukul 07.00 WIB.
- Dilihat apabila ada air yang masuk ke dalam botol, lakukan pengukuran dengan
gelas ukur dan catat hasilnya.
VIII. HASIL
NO Curah Hujan Tanggal Kriteria Dokumentasi
1. 20 Ringan/ Sedang
11 juni 2022
70 Lebat
170 Sangat Lebat

IX. PEMBAHASAN
Variasi setiap hujan berbeda-beda pada setiap daerah sehingga perlu dilakukan
pengukuran curah hujan pada setiap lokasi titik-titik pengukuran yang
berbedabeda di daerah tersebut. Data hujan yang tersedia di setiap lokasi hanya
terdapat hari hujan atau tidak hujan. Dengan adanya permasalahan tersebut maka
diperlukan sebuah perangkat yang dapat mengukur curah hujan secara realtime.
( Amri Khurniawan, 2019).
Curah hujan di luar daerah stasiun hujan tidak diketahui secara pasti, sehingga
perlu dilakukan prediksi curah hujan dengan menggunakan analisis deret waktu
dengan metode Box-Jenkins yang dikenal dengan Autoregressive Integrated
Moving Average (ARIMA), maupun analisis krigging untuk melihat
kebergantungan spasial lokasi. (A. Maulana, H, 2018).
Hal ini bertujuan agar dapat menentukan tingkatan siaga bencana untuk
masing-masing daerah. Dalam pemetaan dibutuhkan alat untuk menghitung curah
hujan yang turun. Di pasaran hanya terdapat alat ukur secara manual, sedangkan
tidak tersedia alat ukur curah hujan yang dapat mengukur secara otomatis dan
langsung melainkan diperlukan peralatan tambahan secara terpisah. Selain itu
hasil pengukuran tidak dapat dilihat oleh publik. Oleh karena itu dibutuhkan alat
yang bekerja secara otomatis yang dapat menampilkan hasil pengukuran secara
langsung dan dapat dilihat langsung oleh publik. (Saputra, 2013).
curah hujan rata-rata untuk suatu daerah tangkapan air (catchment area) atau
daerah aliran sungai (DAS) merupakan informasi yang sangat diperlukan oleh
pakar bidang hidrologi. Dalam bidang pertanian data curah hujan sangat berguna,
misalnya untuk pengaturan air irigasi , mengetahui neraca air lahan, mengetahui
besarnya aliran permukaan (run off).( R. Rahmad, 2017).
Semakin banyak penakar dipasang di lapangan diharapkan dapat diketahui
besarnya rata -rata curah hujan yang menunjukkan besarnya curah hujan yang
terjadi di daerah tersebut. Disamping itu juga diketahui variasi curah hujan di
suatu titik pengamatan. (F. Nabilah, 2017).
X. KESIMPULAN DAN SARAN
 Kesimpulan
- Abstrak Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang turun pada suatu
daerah dalam satuan waktu tertentu.
- Pengukuran curah hujan dikatakan 1 mm apabila dalam suatu luasan 1 m2
tertampung air setinggi 1 mm tanpa adanya penguapan, meresap, dan
mengalir. 
 Saran
- Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa pengaplikasian curah hujan
harus di pelajari lebih dalam dikarenakan praktikum yang di laksanakan
hanya demo (menggunakan air biasa).
XI. DAFTAR PUSTAKA
KHURNIAWAN, Amri., AULIA, Suci, RAMADAN, Dadan Nur. Perancangan
Dan Implementasi Penghitung Curah Hujan. eProceedings of
Applied Science, 2019, 5.3.
Maulana, H. A. (2018). Pemodelan Deret Waktu dan Peramalan Curah Hujan
pada Dua Belas Stasiun di Bogor. Jurnal Matematika, Statistika
dan Komputasi, 15(1), 50-63.
Saputra, Hendra Dwi. Perancangan dan Pembuatan Sensor Curah Hujan Tipe
Tipping Bucket dengan Tampilan LCD. Diss. Universitas
Brawijaya, 2013.
Rahmad, R. (2017). Analisis Curah Hujan, Tipe Iklim, Dan Evapotranspirasi
Potensial Untuk Kab/Kota Di Sumatera Utara.
Nabilah, F., Prasetyo, Y., & Sukmono, A. (2017). Analisis pengaruh fenomena El
Nino dan La Nina terhadap curah hujan tahun 1998-2016
menggunakan indikator ONI (Oceanic Nino Index)(studi kasus:
Provinsi Jawa Barat). Jurnal Geodesi Undip, 6(4), 402-412.

Anda mungkin juga menyukai