TINJAUAN TEORITIS
A. Internet Sebagai Salah Satu Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah sarana atau alat untuk membantu, memudahkan, dan
meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran merupakan alat yang
dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan
yang disampaikan sehingga tujuan pelajaran dengan baik dan sempurna (Darmawan,
2020: 6).
10
11
manfaat yang sangat besar pada dunia Pendidikan. Kecanggihan teknologi seakan
memanjakan pada pendidik dan peserta didik, hal ini karena internet dijadikan alat
bantu pada pembelajaran PPKn. Menurut Gani (2015) manfaat internet bagi Guru yaitu,
a) Pengembangan profesional.
b) Meningkatkan pengetahuan.
c) Berbagi sumber diantara rekan sejawat/sedepartemen.
d) Bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri.
e) Mengatur komunikasi secara teratur.
f) Berpartisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun
internasional.
layanan yang optimal terhadap berbagai kepentingan studi dan berbagai aspek
kehidupan sehari-hari.
Berbagai informasi yang disajikan dalam internet tidak hanya hal-hal yang positif,
tetapi hal-hal yang negatif pun banyak disajikan. Bahkan hal-hal yang positif sekalipun
dapat menjadi negatif apabila digunakan dan diakses oleh orang yang tidak sesuai
dengan perkembangannya. Informasi dan hiburan dalam internet berpengaruh negatif
terhadap siswa apabila hal tersebut tidak sesuai dengan perkembangan siswa.
Menurut Gani (2015) dampak positif dan negatif penggunaan internet yakni:
4. Penipuan, Hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak.
Caral yang terbaik adalah tidak mengindah kan hal ini atau mengkonfirmasi
infor masi yang Anda dapatkan pada pe nyedia informasi tersebut.
5. Carding, Karena sifatnya yang 'real time' (langsung), cara belanja dengan
menggunakan kartu kredit adalah cara yang paling banyak digunakan dalam
dunia internet.
6. Perjudian, Dampak lainnya adalah meluasnya. perjudian. Dengan jaringan
yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi. ke tempat khusus untuk
memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs seperti ini,
karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan memerlukan banyak
persetujuan dari pengunjungnya. Mengurangi sifat sosial manusia karena
cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara
langsung (face to face). Dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan
peru bahan pola masyarakat dalam ber interaksi. Kejahatan seperti menipu
dan mencuri dapat dilakukan di inter net (kejahatan juga ikut berkembang).
Bisa membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi
dan dapat menghabiskan uang kare na hanya untuk melayani kecanduan
tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa di samping berpengaruh
positif terhadap siswa, internet berpengaruh negatif. Internet dapat menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan, tetapi dapat pula membawa malapetaka kepada siswa apabila
penggunaannya tidak sesuai dengan tingkat perkembangan atau di salah gunakan.
Dengan demikian, penggunaan internet sebagai media pendidikan bagi siswa hendaknya
dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan dan membantu peningkatan wawasan ilmu
pengetahuan.
Selain itu, tuntutan zaman karena internet sudah diterapkan di seluruh dunia
dengan konsep e-learning, sehingga pendidik bisa memberikan pembelajaran di sekolah
atau pun di luar sekolah.
efisien. Mendidik dengan baik membantu seseorang untuk mendapat dan meningkatkan
kualitas dan mutu hidup.
2. Pengertian PPKn
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ini merupakan suatu ilmu yang tidak tetap
melainkan ada beberapa hal yang sifatnya dinamis sehingga harus mengikuti
perubahan sesuai dengan yang terjadi pada negara. Daryono (2011: 57)
mengungkapkan latar belakang historis atau lahirnya Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yaitu sebagai berikut.
1. Pendidikan moral di Indonesia, secara tradisional berisi nilai-nilai
kemasyarakatan, adat, dan agama.
2. Pada tahun 1957 mulai diperkenalkan mata pelajaran kewarganegaraan, yang
isi pokoknya meliputi cara memperoleh kewarganegaraan, hak dan
kewajiban warga negara.
3. Pada tahun 1959 terjadi perubahan arah politik di Indonesia, UUDS 1950
tidak berlaku dinyatakan oleh Dekrit Presiden 4 Juli 1959, dan berlaku
kembali UUD 1945 Perubahan ini diperkenalkannya Civics di SMP dan
SMU Isinya meliputi Sejarah Nasional, Sejarah Proklamasi, UUD 1945,
Pancasila, Pidato kenegaraan Presiden, Pembina Persatuan dan Kesatuan
Bangsa.
4. Tahun 1962 istilah Civics diganti dengan Kewargaan Negara atas anjuran Dr
Saharjo, S.H., sebagai menteri kehakiman.
5. Tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI, yang kemudian diikuti oleh
pembaruan tatanan dalam pemerintahan Diserahkannya Surat Perintah 11
Maret 1966 dari Soekarno kepada Soeharto. Tanggal itulah kemudian
dijadikan tonggak pemerintahan Orde Baru, yang mengandung tekad untuk
memurnikan pelaksanaan UUD 1945 secara konsekuen.
6. Keluarnya Keputusan Menteri P & K No. 31/1967 yang menetapkan bahwa
pelajaran Civics isinya terdiri atas Pancasila, UUD 1945, Ketetapan-
ketetapan MPRS, dan Pengetahuan tentang PBB.
7. Tahun 1968 keluar Kurikulum 1968 istilah Civics yang secara tidak resmi
diganti dengan Kewargaan Negara, yang diganti lagi dengan Pendidikan
Kewargaan Negara yang lebih dikenal dengan PKN Na un, dalam PKN ini
aspek afektif tidak muncul, hanya menitikberatkan pada aspek kognitif saja.
8. MPR hasil pemilu menghasilkan GBHN dalam ketetapan No. IV/MPR/1973,
yang mengintruksikan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dimasukkan
dalam kurikulum sekolah dari tingkat TK hingga perguruan tinggi negeri
maupun swasta.
9. Tahun 1978 pemerintah mengeuarkan Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
yang memuat Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau
Ekaprasetia Pancakarsa, bermaksud memberikan penjabaran yang sederhana,
jelas, dan mudah dipahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
(selanjutnya dikenal dengan 36 butir nilai P-4).
10. Hasil pemilu yang ketiga setelah orde baru berhasil mengeluarkan
produknya antara lain Tap. MPR No. II/MPR/83 tentang GBHN yang
19
3. Tujuan PPKn
Sebagai mata pelajaran yang penting pada semua jenjang pendidikan, mata
pelajaran PKn memiliki tujuan yang ingin dicapai setelah proses pembelajaran Tujuan
utama PKn berdasarkan pada pendapat pengertian PKn di atas adalah untuk
membangun dan menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku
yang mencintai tanah air dan berwawasan nusantara.
negara yang berakhlak mulia, cerdas, kritis, demokratis, beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, bertanggung jawab. Selain itu juga memiliki nilai dan moral
yang baik, memiliki pengetahuan, keterampilan, cerdas, bertanggung jawab, toleransi,
memelihara persatuan dan kesatuan, demokratis, dan wawasan kebangsaan yang baik
dan dapat dimanfaatkan untuk menumbuh kembangkan rasa kebangsaan dan sikap cinta
tanah air serta menerapkan nilai-nilai Pancasila lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat.
Selain itu terdapat pula kompetensi-kompetensi yang dimiliki dalam Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan untuk menciptakan peserta didik yang berkompeten.
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab,
yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dapat dianggap mampu
melakukan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi yang
diharapkan setelah menempuh pendidikan kewarganegaraan adalah dimilikinya
seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dari seorang warga
negara dalam berhubungan dengan negara, serta mampu ikut dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan
negara sesuai dengan profesi dan kapasitas masing-masing. Sifat cerdas yang
dimaksud tampak dalam kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dalam
bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran
tindakan ditinjau dari nilai agama, moral, etika, dan budaya (Jamalong, 2019:
32).
Melalui kompetensi yang ada dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
sifat cerdas dan tanggung jawab tersebut diharapkan dapat diimplementasikan oleh
peserta didik dalam kehidupannya. Hal ini senada dengan yang di kemukakan
Sumarsono (2006: 6-7) bahwa;
1) Beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan menghayati nilai-
nilai falsafah bangsa.
2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3) Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.
4) Bersifat professional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.
Tidak hanya itu, ruang lingkup kajian Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sesungguhnya sangat luas dan dinamis, karena Pendidikan Pancasila
22
dan Kewarganegaraan ini suatu ilmu yang terdiri dari beberapa disiplin ilmu yang lain,
Adapun menurut Budimansyah (2008: 55) yaitu Civic Knowleage, Civic Skill, Civic
Desposition.
Civic Disposition berkaitan dengan karakter privat dan publik dari warga negara
atau khususnya peserta didik yang perlu dipelihara dan ditingkatkan dalam
demokrasi konstitusional, Tujuan utama dari civic disposition adalah untuk
menumbuhkan karakter warga negara, baik karakter privat seperti;
tanggungjawab moral, disiplin diri, dan penghargaan terhadap harkat dan
martabat manusia dari setiap individu, maupun karakter publik misalnya;
kepedulian sebagai warga, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law),
berpikir kritis, dan kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan kompromi
Berdasarkan kutipan di atas, Civic Disposition mengarah pada karakter yang
baik dan menanamkan kesopanan serta kepedulian. Kompetensi Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn) tersebut berkaitan erat dengan sasaran pembentukan
pribadi warga negara yang sesuai dengan ideologi bangsa.
Kata "motif", diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam
dan di dalam subjek untuk me lakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai
suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap
siagaan) Berawal dari kata "motif" itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/
mendesak (Sardiman, 2009: 73).
Motivasi menjadi daya penggerak bagi setiap individu untuk menciptakan daya
dorong, semangat terhadap kebutuhan dan setiap tujuan yang akan di tempuh.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan (Donald
dalam Sardiman, 2009: 73). Feeling inilah membawa energi positif pada diri seseorang
yang nantinya akan timbul rasa motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh
seorang individu, tujuan tersebut mengarahkan perilaku positif dalam hal belajar.
Motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri peserta
didik untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Elkhuluqo, 2017: 112). Berdasarkan kutipan tersebut, motivasi di dapat dari
adanya kemauan gerak dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu kegiatan belajar.
Motivasi belajar penting dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang
mendorong, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Menurut Dimyati dan
Mudjiono (2009: 80) bahwa motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang
menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Jadi
25
motivasi ada dalam diri manusia yang bisa menggerakan mental dan mengarah pada
perilaku manusia.
Sementara itu, belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu,
berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman
(KBBI, 2016). Berdasarkan kutipan tersebut, maka belajar adalah usaha seseorang
untuk memperoleh ilmu dalam rangka merubah tingkah laku berdasarkan pengalaman.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Pada
dasarnya suatu pengalaman setiap individu merupakan pemebelajaran, yang saat itu
seseorang akan belajar pada mengalaman tersebut baik itu pengalaman yang
menyenangkan atau tidak.
Belajar dalam arti luas adalah proses persentuhan seseorang dengan kehidupan
itu sendiri, dari proses ini, seseorang akan memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan (Rahyubi, 2016: 2). Berdasarkan kutipan tersebut, maka belajar adalah
proses seseorang dalam menjalani kehidupan dari prosesnya untuk memperoleh
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan.
Adapun menurut para ahli lainnya, ada tiga komponen utama dalam motivasi
menurut Dimyati (2009: 80), yaitu:
belajar dan termotivasi untuk meraih sesuatu. Setiap tindakan motivasi harus memiliki
tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula
bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan.
Tindakan memotivasi akan berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang
dimotivasi, serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu,
setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-
benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan
dimotivasi.
2. Fungsi Motivasi
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila peserta didik tidak memiliki
motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada peserta didik tersebut.
Walaupun begitu hal itu kadang-kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah
suatu kondisi. Apabila motivasi belajar peserta didik itu rendah umumnya diasumsikan
bahwa prestasi siswa yang bersangkutan akan rendah.
Pentingnya peranan motivasi dalam proses belajar perlu dipahami oleh pendidik
agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada peserta didik.
Motivasi belajar diartikan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun
luar, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan.
Menurut Sardiman (2006: 85) ada beberapa fungsi dalam motivasi belajar, antara lain,
3. Macam-macam Motivasi
Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti
yang dikemukakan oleh Sardiman (2006: 84) yaitu:
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukan
1. Motif-motif bawaan Yang dimaksud motif bawaan adalah motif yang dibawa
sejak lahir, jadi motif itu ada tanpa dipelajari.Sebagai contoh misalnya
dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk
beristirahat, dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif
yang diisyaratkan secara biologis.Relepan dengan ini, maka Arden Frndsen
memberi istilah jenis motif physiological drive.
2. Motif-motif yang dipelajari Maksudya motif-motif yang timbul karena
dipelajari. Sebagai contoh; dorongan untuk belajar suatu ilmu pengetahuan,
dorongan untuk mengajar suatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini
seringkali di sebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab
manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain,
sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsen mengistilahkan dengan affiliative
needs.
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodwort dan Marquis.
28
Menurut Fathurohman dan Sutikno dalam Elkhuluqo (2017: 114) ada beberapa
strategi yang bisa menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu
Motivasi dapat bersumber dari dalam diri sendiri (internal) dan dari luar
(eksternal). Dimyati dan Mudjiono (2009: 90) berpendapat bahwa:
Contoh dari motivasi internal adalah anak yang gemar membaca, tanpa
disuruhpun ada kesadaran sendiri pada dirinya untuk membaca. Sedangkan
contoh dari eksternal adalah siswa selalu disiplin karena takut terhadap peraturan
sekolah. Motivasi internal lebih awet dari pada eksternal, karena internal datang
dari diri sendiri sedang eksternal datang karena perasaan takut akan sesuatu, atau
mengharap pujian orang lain.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah cita-cita siswa,
kemampuan siswa, kondisi siswa,kondisi lingkungan siswa, unsur dinamis dalam
belajar dan pembelajaran, dan upaya guru.
Apabila siswa mulai lelah dalam belajar upaya meningkatkan motivasi belajar
yaitu optimalisasi penerapan prinsip belajar, guru mengajak siswa kembali berfikir
tentang arti pentingnya belajar, jika semula mereka hanya bermain-main saja, guru
memberikan pengertian tentang apakah prinsip belajar yang seutuhnya, yang kedua
optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran dengan cara menjauhi hal-hal yang
bisa mengurangi konsentrasi belajar seperti tayangan televisi dan teman sepermainan
yang bisa membawa efek negatif dalam proses belajarnya, yang ketiga adalah
optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa dan yang terakhir adalah
pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar, jika guru mampu memberikan sugesti
kepada siswanya tentang pentingnya meraih cita-cita, siswa yang mulanya menurun
belajarnya, akan termotivasi untuk bangkit dan berusaha mencapai cita-cita yang
diharapkan.
sendiri melainkan juga dari luar siswa, bagi seorang yang bijaksana yang ingin
memajukan motivasi belajar pada diri siswa tentunya harus memperhatikan faktor-
faktor penyebab mengapa siswanya memiliki motivasi demikian, kemudian
dibimbingnya siswa itu untuk memiliki motivasi belajar yang lebih baik.
Motivasi belajar yang diperlihatkan siswa dapat dilihat dari sikap serta prilaku
siswa tersebut yang diantaranya:
Salah satu siswa memiliki motivasi tinggi dalam belajar diantaranya dapat
terlihat dari kehadiran siswa tersebut dalam mengikuti proses pembelajaran. Apabila
siswa selalu hadir tidak membolos an mengikuti pelajaran dengan baik, berarti siswa
tersebut memiliki semangat belajar, dan memiliki kemauan untuk belajar, tetapi apabila
siswa sering tidak masuk apaliagi membolos berarti siswa tersebut kurang memiliki
motivasi belajar. Yang dimaksud dengan membolos adalah siswa tidak hadir di sekolah
mengikuti proses mengajar yang diberkan guru. Hal ini pasti ada penyebabnya,
misalnya karena tidak ada kemampuan mengikuti salah satu pelajaran, ttugas yang harus
dikumpulkan masih belum selesai, maupun penyebab yang datang dari luar diri sendiri,
misalnya pelajaran yang membosankan, bertengkar dengan teman atau karena penyebab
lain, sehingga untuk menghindari semua itu memutuskan tidak mengikuti pembelajaran.
Beberapa kali saja membolos akan memiliki masalah yang lebih berat
dibandingkan dengan anak yang beberapa kali membolos. Mungkin siswa yang
berulang kali membolos tidak karena ada masalah, tapi karena malas saja untuk dating
ke sekolah dan merupakan kebiasan jelek. Apabila seseorangsiswa sudah demikian baik
pihak sekolah maupun pihak orang tua harus segera mengatasi hal ini dengan bijak
penuh dengan keakraban hangat dan manusiawi.
Menurut pendapat Slameto (1990: 56) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi belajar.
Pada dasarnya faktor itu terdiri dari faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
interen yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern merupakn faktor dari dalam diri individu yang
bersangkutan seperti intelegensi dan kecerdasan, minat, dan sebagainya.
Belajar akan dapat mencapai keberhasilan apabila dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh oleh siswa. Kesungguhan belajar siswa akan dapat di lihat dari
seberapa besar tanggung jawab siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang diikutinya.
Untuk itu sagat dibutuhkan tanggung jawab dalam kesungguhan menikuti proses
pembelajaran.
Dewasa ini para ahli, terutama yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
banyak menaruh perhatian terhadap upaya mengaktifkan siswa belajar. Proses
pembelajaran yang demikian merupakan pembelajaran demokratis.
Sikap aktif seseorang produk dari proses sosialisasi dimana seseorang bereaksi
sesuai rangsangan yang diterimanya. Jika sikap mengarahkan pada objek
tertentu berarti bahwa penyesuaian diri terhadap objek tersebut dipengaruhi oleh
lingkungan sosial dan kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut.
Dengan demikian jelaslah bahwa sikap merupakan kecenderungan seseorang
dalam bertingkah laku sesuai dengan objek yang dihadapi. Sehubungan hal tersebut,
33
dalam kegiatan belajar mengajar sikap merupakan faktor yang sangat pentinga dalam
menunjang keberhasilan proses mengajar.
Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa sikap aktif siswa dalam proses pembelajaran
merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak yang dapat menghargai pendapat yang
berbeda-beda untuk mencapai pemahaman yang mendalam dan berani untuk
mengemukakan pendapat, serta mampu untuk mengajukan berbagai pertanyaan. Dengan
bertitik tolak dari permasalahan diatas, bahwa di dalam kegiatan proses belajar
mengajar harus memungkinkan adanya timbal balik antara guru dengan siswa, yang
mana hari ini merupakan kegiatan belajar mengajar yang melihat anak didik memiliki
potensi untuk berkembang kearah kedewasaan baik fisik, pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
34
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman, AM. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sardiman, AM. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajawali
Pers.
Slameto. (1990). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Bandung. Rineka
Cipta.
Soemantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sumarsono. (2006). Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Syarbaini, Syahrial (2014) Pendidikan Kewarganegaraan: Untuk Perguruan Tinggi
Implementasi Nilai-Nilai Karakter Bangsa. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Thobroni. (2015). Belajar & Pembelajaran.: Teori dan Praktik. Sleman Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Winarno (2019). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno. (2008). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Aksara.