38234-Article Text-94143-1-10-20200409
38234-Article Text-94143-1-10-20200409
Abstract
_____________________________________________________________
The aim of this study was to describe and explain creative process of extrinsic and intrinsic values of the
2012 Heri Dono paintings. There were seven paintings in this study. They were (1) "A Rose for a Hero",
(2) "A Women in The Cage", (3) Cowboy's Way ", (4)" A Girl on Car ", (5)" Meriam si Jaguar" (Meriam
is a Jaguar), (6) "Octopusation", (7) "Upacara Superhero" (Ceremony of Superheroes). This study used
descriptive approach that tended to be qualitative. The techniques for data collection were observation,
interview, and documentation. The data obtained were analysed through the stages of reduction, data
presentation, and verification. The results of the study showed the following points. First, the creative
process of Heri Dono’s painting consisted of three stages, namely 1) the stages of search for the process
of ideas, the process of imagination and the process of contemplation. 2) The stages of refinement of
ideas which were ideas processing, style approaches, merging forms, making designs. 3) The stages of
visualization included the process of preparing media and techniques, the designing process, the
visualization process, and detailing. Second, the intrinsic value in Heri Dono's painting showed figures
that were elaborated through puppets using deformation and distortion techniques, and leaded to the
concept of parody and humour, seemingly imaginative and odd. Third, extrinsic value in Heri Dono’s
2012 painting wanted to convey a message regarding the rights gap for women, fading cultural issues,
and politics seeking power. It is necessary to conduct further research on the development of analysis of
Heri Dono's paintings from the beginning until now.
63
Fajar Dara Ria, Moch. Rondhi, Mujiyono/Eduarts: Jurnal of Art Education, 9 (1) (2020)
63
Fajar Dara Ria, Moch. Rondhi, Mujiyono/Eduarts: Jurnal of Art Education, 9 (1) (2020)
bersifat naratif (banyak uraian kata-kata) (lihat: Marzuki melihat aktivitas seni dan pameran seni.
Syafii, 2013). Desain penelitian ini deskriptif, Ketertarikannya dengan dunia seni telah di
yaitu mendeskripsikan nilai instrinsik melalui pupuk dari kecil. Heri Dono memiliki cita-cita
susunan dan struktur unsur visual pada karya menjadi seorang seniman. Meskipun dalam mata
lukis Heri Dono tahun 2012 yang tersusun secara pelajaran menggambar ia mendapatkan nilai
indah pada karya lukis Heri Dono dari prespektif merah tidak menghalanginya untuk tetap menjadi
peneliti. Serta nilai ekstrinsik pada karya lukis seniman.
Heri Dono tahun 2012 melalui makna, pesan, Peristiwa di masa silam menghadirkan
informasi yang terkandung (Sugiarto, 2015). pengalaman yang luar biasa pada dirinya. Pada
Lokasi penelitian di Studio Kalahan, Jl. usianya yang memasuki 58 tahun, Heri Dono
Patukan No. 50, RT 1 RW 20, Ambarketawang, telah mengikuti berbagai pameran dan mengisi
Gamping, Sleman, Yogyakarta. Sasaran berbagai workshop di nasional maupun
penelitian adalah (1), nilai intrinsik, meliputi: internasional. Rutinas hidupnya dia isi dengan
unsur dan prinsip pada karya lukis Heri Dono berbagai kegiatan seperti berkarya, mengelola
tahun 2012, (2) nilai ekstrinsik, meliputi: studionyadan bertatap muka dengan seniman lain
interpertasi, dan makna pada karya lukis Heri sekaligus teman-temannya. Heri Dono tercatat
Dono tahun 2012. Pengumpulan data oleh telah membuat karya sebanyak 130 buah karya
peneliti dilakukan melalui observasi, wawancara, yang tersimpan di Studio Kalahan. Sebagian
dan dokumentasi. besar di antaranya (kurang lebih 80 karya) adalah
Untuk menjaga keabsahan, penelitian ini karya dwimatra yang terdiri dari lukisan dan
menggunakan teknik triangulasi sumber. Analisis drawing dan sisanya adalah karya trimatra (47
melalui tiga tahapan, yakni reduksi data, karya) yang terdiri dari karya patung, seni
penyajian data, dan menarik instalasi dan karya berbasis objek temuan (found-
kesimpulan/verifikasi. object) (Damajanti, 2015).
dono mengambil pendidikan bahasa inggris di tak sama dengan karya-karya tahun 1990an ke
aba (akademi bahasa asing) jakarta. Namun heri atas. Namun, terdapat ciri khas yang sama dalam
dono, memutuskan kembali ke kampus isi semua bentuk karya dari seluruh lukisannya,
(institut seni indonesia) dan tidak menyangka yakni komposisi karyanya selalu tampil penuh
dalam jurusannya ia mendapatkan mata kuliah dan tampak tidak pernah kosong bidang
seni rupa pertunjukkan. Sejak saat itu, heri dono gambarnya serta terkesan absurd bentuknya
memutuskan untuk melakukan berbagai menyerupai bentuk-bentuk monter yang aneh.
eksperimen seni.
Sekitar tahun 1987 Heri Dono memilih
untuk tidak menyelesaikan penelitiannya tentang
seniman yang dikaguminya yakni Soedjana
Kerton, serta memutuskan untuk keluar dari ISI
(Institut Seni Indonesia). Sebelum memutuskan
keluar dari ISI (Institut Seni Indonesia) Heri
Dono mempelajari wayang kulit pada pakar Gambar Lukisan “Segitiga Senin
wayang ukur yaitu Ki Paku Sukasman pada Jakarta”, cat minyak di atas
tahun 1987-1988. kanvas, 150 x125cm.
(Sumber: Katalog “Heridonoly”)
Karir Kesenimanan Mengawali karirnya ketika masuk di ASRI
Data yang telah diperoleh dari tahun 1982 (Akademi Seni Rupa Indonesia) atau ISI (Institut
hingga 2017, Heri Dono telah banyak mengikuti Seni Indonesia), Heri Dono melahirkan karya
dan menyelenggarakan pameran dalam negeri lukis tahun 1981 yang berjudul „Segitiga Senin
maupun luar negeri. Hasil penelusuran peneliti Jakarta‟. Proses penciptaan karya lukis „Segitiga
bersumber dari website resmi Heri Dono tercatat Senin Jakarta‟ masih menampakkan tema yang
dalam pameran tunggal Heri Dono telah tidak jauh dari lingkungan lamanya yakni
menyelenggarakan 59 pameran tunggal sejak Jakarta. Lahir di Jakarta membentuk pemikiran
tahun 1988 hingga 2017, kemudian telah Heri Dono tentang kesenjangan sosial,
mengikuti pameran kelompok dari tahun 1982- kriminalitas yang meningkat sehingga menarik
2017 berjumlah 242 pameran. Dalam perhatiannya menjadikan tema-tema kondisi
keikutsertaannya di pameran Biennale/Triennale sosial sebagai ide gagasan tahun 1980an.
dalam negeri maupun luar negeri tercatat sejak Pengembaraannya dalam penggalian ide
tahun 1984 hingga tahun 2015 berjumlah 30 dalam karakter karyanya terus mengalami
pameran. Penghargaan Heri Dono sejak tahun eksplorasi lewat pengalaman artistiknya. Komik
1981 setelah masuknya di ISI (Institut Seni dan dunia kartun mempengaruhi karyanya
Indonesia)-hingga tahun 2017, telah meraih 12 bertema lucu dan parodi. Sehingga dalam
penghargaan. pengembaraan ide atau gagasan di periode tahun
1980an melahirkan karya yang bersumber dari
Proses Kreatif Karya Lukis Heri Dono Tahun ide-ide tentang komik dan kartun. Terlihat dalam
2012 lukisannya berjudul „Orang-Orangan Makan
Proses penciptaan adalah sebuah uraian Orang-Orangan‟ (1986).
dari segala proses seniman dalam berkarya, Dalam ide Heri Dono yang terinspirasi
untuk menentukan karya yang ingin dari Ki Sukasman, seperti wayang kertas, bentuk
diciptakannya. Sukaya (2009: 10) menjelaskan, wayang ukur serta seni pertunjukkannya. Konsep
dalam proses penciptaan karya ada 3 tahapan wayang ukur yang memperbaharui wayang
proses penciptaan yaitu, (1) tahapan pencarian,
(2) tahapan penyempurnaan ide atau gagasan,
tahapan visualisasi.
Tahapan Pencarian
Proses penggalian ide dalam karya lukis
Heri Dono tidak serta merta mendapatkannya
secara langsung, perlu pengembangan dan
ekplorasi yang lama hingga mendapatkan ciri Gambar Lukisan “Orang-Orangan
dan karaker lukisannya. Terlihat dalam lukisan Makan Orang-Orangan”, cat akrilik
Heri Dono dari periode ke periode memiliki ciri di atas kanvas, 145 cm x145 cm).
yang berbeda, pada awal periode sekitar tahun (Sumber : Katalog “Heridonoly”)
menjadi bentuk yang terbaharukan menginspirasi
1980an karya Heri Dono memiliki bentuk yang
65
Fajar Dara Ria, Moch. Rondhi, Mujiyono/Eduarts: Jurnal of Art Education, 9 (1) (2020)
Heri Dono untuk mengolah wayang menjadi tempur militer. Gagasan yang abstrak perlu
bentuk yang lebih ekspresif. proses pencarian dituangkan dalam suatu wujud fisik, dalam
karakter lukisan Heri Dono meliputi tahapan dan gambaran kasar biasanya ia membuat sketsa
waktu yang sangat panjang dengan pengalaman kasar ataupun berwujud tulisan-tulisan.
yang didapatkannya baik membaca isu seni Pada tahapan ini juga meliputi persiapan
modern hingga mempelajari wayang sebagai dalam melukis Heri Dono menggunakan bahan
proses pencarian akhir dari proses kreatif Heri kanvas dan medium pewarna cat akrilik dan juga
Dono. Tema-tema menjadi hal yang penting pigment warna yang dicampurkan pada akrilik
dalam pengolahan karya yang ingin dihasilkan, putih.
materi yang didapatkannya berkaitan dengn
pengalaman pribadinya hingga lingkungan Tahapan Visualisasi
sekitarnya. Komik dan film-film kartun Pada tahapan visualisasi, Heri Dono
menghasilkan karya-karya lukis bertema fantasi, memulai dengan menyiapkan bahan dan alat
parodi, menyenangkan dengan mengarahkan yang dibutuhkan dalam proses penciptaan karya.
pada kondisi sosial yang terjadi. Setelah persiapan bahan dan alat, melanjutkan
tahapan merancang gambaran karya lukisnya di
Tahapan Penyempurnaan Ide atau Gagasan atas kanvas dengan menggunakan alat seperti:
Ketertarikannya pada dunia pewayangan kapur, pensil, pastel kering, maupun charcoal.
di mulainya kembali sebelum mengundurkan diri Alat-alat tersebut dirasa menguntungkan
dari ISI (Institut Seni Indonesia). Tahun 1987 digunakan dalam membuat gambaran awal,
Heri Dono belajar mendalami wayang dengan Ki karena dapat hilang dan mudah untuk dihapus
Sukasman, seorang Dalang sekaligus pencipta jika terjadi kesalahan sewaktu membuat sket
wayang ukur. Karya mengawali karirnya menjadi kasar.
seniman besar Heri Dono melahirkan karya Dalam membuat gambaran karyanya di
pertunjukkannya yaitu karya yang berjudul atas kanvas, Heri Dono menggunakan teknik
“Wayang Legenda” (1988). manual dengan kapur tanpa menggunakan alat
Ketika mendapatkan kesempatan bantu lainnya. Berdasarkan pengamatan peneliti
membantu Ki Sukasman membuat wayang- melalui yang ditayangkan di Metro TV dalam
wayang berwanda (berbadan) raksasa, Heri Dono program acara “Art Insight” pada hari
terpesona dengan ekspresi wayah, gestur, dan Senin 11 September 2017, tahapan visualisasi
anatomi yang berlebih (seperti pada leher yang dalam karya lukis Heri Dono terbagi menjadi
panjang, mata yang besar, mulut menganga, beberapa tahapan yaitu : langkah pertama, proses
ekspresi wajah yang marah, dan lain sebagainya. penciptaan pada tahap visualisasi dengan
Kemudian Heri Dono melebur dunia kartun dan menyapukan warna menjadi warna background
wayang dengan melakukan pendekatan pada terlebih dahulu. Kemudian, menggoreskan
konsep seni Pablo Picasso yakni, sketsa-sketsa bentuk yang diinginkan dan
mendeformasikan bentuk yang utuh ke dalam tulisan-tulisan yang menafsirkan karya lukis
bentuk yang lebih sederhana. Mendeformasi yang diciptakan dengan menggunakan alat bantu
bentuk adalah cara penggambaran bentuk yang kapur. Langkah kedua, setelah sketsa bentuk
menekankan pada interpertasi karakter, terselesaikan Heri Dono memulai mengusapkan
mengubah objek dengan cara menggambarkan kuas pada kanvas. Bagian-bagian yang tidak
objek tersebut dengan hanya sebagian bentuk disertakan dalam sketsa Heri Dono lapisi
yang dianggap mewakili, atau pengambilan kembali dengan cat warna menggunakan kuas
unsur tertentu mewakili karakter hasil berukuran sedang dengan garis sapuan yang
interpertasi yang sifatnya sangat hakiki. Hasil ekspresif yang kuat. Langkah ketiga yaitu
kolaborasinya Heri Dono memperoleh bentuk melukiskan bentuk-bentuk dengan menyapukan
baru dari wayang yang disebut wayang warna yang diinginkan Heri Dono ke dalam
ekspresionistis. bentuk tersebut serta menyempurnakan visual
Dalam menyempurnakan ide dan dari lukisan yang diciptakanya.
gagasannya, Heri Dono mengkolaborasikan
bentuk wayang baru dengan menambahkan Karya Lukis Heri Dono Tahun 2012
ekspresi seperti dalam wayang asli, yaitu mata Dalam penelitian ini, secara khusus
yang besar dan mulut yang terbuka serta peneliti menganalisis proses penciptaan karya
menggunakan atribut militer dari kenangan masa lukis tahun 2012. Dalam tahapan pencarian ide
kecilnya ayahnya seorang ajudan perwira, dalam tema karya lukisnya, Heri Dono masih
mencakup atribut seragam militer, senjata- menggunakan pendekatan tema kondisi sosial
senjata militer serta peralatan dan kendaraan masyarakat yang berkembang pada tahun itu.
66
Fajar Dara Ria, Moch. Rondhi, Mujiyono/Eduarts: Jurnal of Art Education, 9 (1) (2020)
KARYA 5
Judul : “Upacara Superhero”
Media : Cat acrilik di atas kanvas
Ukuran : 120 x 150 cm
KARYA 1
Judul : “A Rose For a Hero” Nilai Intrinsik pada Karya Lukis Heri Dono
Media : Cat acrilik di atas kanvas
Ukuran : 140 x 70 cm Tahun 2012
pertama tampak menunggang sosok wayang sosok wayang berada di kanan dibuat dengan
yang berada dibawahnya, digambarkan menggambarkan subjek memancar di seluruh
menyerupai jenis kelamin perempuan bidang kanvas dengan proporsi yang sama.
menggunakan atribut baju militer yang sedang Susunan unsur visual memberikan kesan
duduk dengan kaki di tekuk menyandarkan visual yang menarik, konsep yang dihadirkan
tangannya. Pada bagian sosok wayang terkesan imajinatif. Dalam karya lukis juga
ekspresionis kedua yaitu sosok yang sedang menghadirkan bentuk yang menarik yang
ditunggangi oleh sosok pertama, digambarkan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
memiliki dua kaki yang menggunakan sepatu bot karya lukis yang terkesan ganjil. Konsep parodi
dan memiliki satu roda berwarna merah yang divisulisasikan dalam karya lukis sehingga
berada di belakang. Bagian genital sosok tersebut terkesan naif. Objek yang dihadirkan bergaya
mengindikasikan jenis kelamin perempuan figuratif.
tampak alat reproduksi perempuan. Dominasi yang di gunakan yaitu dominasi
Pada bagian kanan terdapat sosok wayang pengelompokan yang terbagi menjadi 3 bagian
kepalanya digambarkan memiliki tiga mata, yang berada di kiri dan kanan, tengah. Subjek
hidung, dan mulut menganga memiliki taring, matter dapat diketahui dari subjek sosok wayang
sedangkan pada bagian tengah badan terdapat yang digambarkan berukuran kecil dengan
bentuk kotak terdapat bentuk sosok yang aneh membawa setangkai mawar serta relevansi
dan memiliki dua tangan. Bentuk sosok wayang dengan judul pada karya merupakan pusat
di bagian kanan nampak memiliki 3 kaki perhatian (point of interst). Warna merah pada
berwarna biru yang memiliki jari kaki seperti mawar diartikan sebagai cinta, gairah dan berani.
cakar dengan bagian genitalnya mengindikasikan
jenis kelamin laki-laki. Nilai Ekstrinsik pada Karya Lukis Heri Dono
Subjek matter pada karya lukis tersebut tahun 2012
yaitu satu sosok wayang ekspresionis berukuran Pada tahap ini, merupakan tahap untuk
kecil berada di antara kiri dan kanan sedang menafsirkan makna, pesan, informasi yang
menggenggam mawar menghadap ke kiri di terkandung pada karya lukis Heri Dono tahun
tandai digambarkan satu mata. Pada bagian 2012. Peneliti melakukan kebenaran mengenai
tubuh sosok wayang berukuran kecil tersebut makna yang terkandung dalam karya lukis
memiliki dua tangan dan bagian kaki dengan menghubungkan interpertasi peneliti
digambarkan memakai sepatu. Subjek pada objek visual karya, judul karya lukis dan
pendukung lain pada karya tersebut meliputi, hasil wawancara dengan Heri Dono. Dalam
bentuk menyerupai peluru dan bentuk garis karya lukis Heri Dono memiliki konsep bahwa
gelembung. Dalam lukisan tersebut antara bagian pada bagian kiri diartikan sebagai bentuk yang
kiri dan kanan membentuk satu-keseimbangan jahat, sedangkan pada bagian kanan diartikan
yang harmonis. sebagai bentuk yang baik.
Ciri karakter dalam karya lukis Heri Dono
Analisis Formal tahun 2012 menggunakan sosok-sosok yang
Pada karya berjudul “A Roses For a Hero” memiliki alat genital, atribut-atribut militer, serta
unsur garis yang diamati pada lukisan yaitu garis tokoh-tokoh superhero, benda-benda tradisi, dan
diagonal dan garis melengkung. Pada lukisan “A barang-barang keseharian yang digambarkan
Roses For a Hero” warna yang menjadi secara mengambang dan terkesan penuh.
dominasi pada lukisan tersebut yaitu warna biru Penggabungan keseluruhan bentuk memiliki
dan coklat. Warna putih berupa dasar makna dalam penggambarannya yaitu setiap
background yang dilukiskan pada lukisan bentuk memiliki roh yang memiliki peranan.
tersebut. Bentuk-bentuk tersebut diinterpertasikan sebagai
Tekstur yang dihadirkan merupakan suatu kekuatan supranatural, misalnya pada alat
tekstur semu yang tercipta dari teknik yang genital, benda tradisi.
digunakan dengan menggunakan sapuan kuas Bentuk yang mampu memberikan
yang ekspresif terkesan kasar dan spontan. informasi atau pesan yang dapat dijadikan
Tekstur hias terdapat pada titik kuning, merah, sebagai tanda pesan dari Heri Dono adalah
dan garis putih. bentuk muka. Raut muka terkesan lebih
Pada lukisan “A Roses For a Hero” menonjol, seperti pada bagian mata, mulut,
komposisi yang terdapat pada lukisan di atas dsbnya. Bentuk raut muka yang menonjol
merupakan komposisi yang memancar, terlihat memberikan interpertasi suatu alat komunikasi
pada penataan subjek karya lukis antara sosok yang berhubungan dengan pengetahuan untuk
wayang kiri, sosok wayang berada ditengah, melihat dan mengontrol sesuatu yang dilihat,
68
Fajar Dara Ria, Moch. Rondhi, Mujiyono/Eduarts: Jurnal of Art Education, 9 (1) (2020)
diraba, didengar sehingga muka menjadi hal yang terjadi, kondisi sosial yang terjadi karya
yang paling mempengaruhi otak. lukis tahun 2012 direpresentaikan kembali yang
Adapun interpertasi yang didapatkan divisualisasikan pada lukisan. Heri Dono
berdasarkan tujuh karya lukis Heri Dono pada mengeksplorasi warna lain pada karya lukisnya
tahun 2012 yakni, sebagai berikut. Karya lukis dengan menggunakan warna-warna yang lebih
Heri Dono tidak lepas dari isu sosial politik yang terang tapi tidak meninggalkan warna
berkembang pada tahun berkaryanya. Sehingga karakternya, yaitu warna biru, merah, merah
perkembangan sosial dan politik menjadi dasar muda, hijau yang disapukan lebih halus sehingga
dari proses penciptaan ide Heri Dono. Dalam terkesan berbeda dan menarik dari karya lukis di
beberapa karya lukis seperti : “Á Roses For a tahun lain.
Hero”, “A Women in The Cage”, “A Girl on Ketiga, Pada karya lukis subjek matter
Car”, “Meriam si Jaguar” banyak biasanya menggunakan irama pengarahan arah
memperlihatkan sosok perempuan dalam lukisan. bentuk, seperti penggunaan warna, bentuk yang
Hal itu di ilhami oleh berkembangnya isu lebih besar juga pengarahan arah pandangan.
perempuan dalam lingkungan masyarakat, isu Keempat, karya lukis Heri Dono tahun
tersebut menyangkut tentang hak dan kontribusi 2012 terdapat nilai ekstrinsik pada karya lukis
perempuan dalam kesejahteraan bangsa. tahun 2012, antara lain makna, informasi, dan
Perempuan seakan tidak memiliki haknya dalam pesan yang ingin disampaikan oleh Heri Dono
berbangsa, kurangnya perhatian atas berdasarkan interpertasi yang diperoleh. Dalam
perlindungan perempuan serta tradisi yang karya lukis tersebut didapatkan interpertasi yang
mengikat perempuan sehingga keterbatasan menginformasikan tentang kesadaran atas
kebebasan masih menjadi persoalan. Namun perempuan serta kritikan terkait dengan kondisi
tidak hanya sebagai wujud kritik terhadap sosial dan politik serta budaya.
permasalahan perempuan, sosok tersebut juga
menafsirkan suatu kelembutan, kesabaran, dan DAFTAR PUSTAKA
kedamaian. Perempuan secara lahiriyah telah di Damajanti, I. 2015. Kreativitas Artistik Heri Dono:
karuniai oleh sifat yang lebih sensitif, sehingga Interpertasi dalam Dimensi Sosial-Budaya, Disertasi.
bentuk perempuan juga disimbolkan sebagai Bandung: Institut Teknologi Bandung.
pembawa kedamaian. Sugiarto, E. 2019. Kreativitas, Seni & Pembelajarannya.
Yogyakarta: LKiS.
Tidak hanya isu perempuan, interpertasi Sugiarto, Eko. 2016. Humanisme pada Karya Mahasiswa
juga mengarah pada politik dan budaya bangsa. Seni Rupa dan Implikasinya bagi Pengembangan
Dalam interpretasi pada isu politik, peneliti Karakter Humanis di Perguruan Tinggi. Imajinasi:
menginterpertasikan karya lukis mengkritik suatu Jurnal Seni 10 (1), 11-20
kekuasaan yang memiliki keinginan yang besar Sugiarto, Eko. 2015. Kajian Interdisiplin dalam Penelitian
Pendidikan Seni Rupa: Substansi Kajian dan
dan kebuasan untuk menguasai sesuatu hal dan Implikasi Metodologis. Imajinasi: Jurnal Seni 9 (1),
kebuasan. Sedangkan pada isu budaya, Heri 25-30
Dono ingin memberikan makna bahwa semakin Harwiyati, R. 2014. Kajian Perkembangan Karya Perupa
modernnya suatu bangsa maka budaya serta Kontemporer Indonesia Heri Dono Tahun 2003-2012,
Tesis. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
tradisi yang telah turun terumun ada mulai
Kartika dan Prawira. 2004. Pengantar Estetika. Bandung:
mengalami kemunduran dan tergerus sehingga Rekayasa Sains
budaya semakin terlupakan. Mistarman. 2006. Bermain Catur Seni Lukis Heri Dono,
Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang.
SIMPULAN Murtiyoso, O. 2013. Nirmana Dwimatra. Semarang:
Jurusan Seni Rupa UNNES.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan, Rondhi, M. 2002. Tinjauan Seni Rupa-1. Semarang: Jurusan
pertama, proses penciptaan karya lukis Heri Seni Rupa UNNES.
Dono menggunakan 3 tahapan. Tahapan Sachari, A. 2002. Estetika : Makna, Simbol dan Daya.
pencarian yaitu proses pencarian ide, yaitu Bandung: ITB.
Sukaya, Y. 2009. Bentuk dan Metode dalam Penciptaan
proses seorang seniman mencari dan menemukan
Karya Seni Rupa. Jurnal Seni. Bandung: Universitas
ide atau gagasan yang ingin di lukiskannya. Ide Pendidikan Indonesia.
atau gagasan yang digunakan heri dono dalam Sumardjo, J. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Institut
berkarya lukis di ilhami oleh proses belajarnya Teknologi Bandung.
dengan Ki Sukasman tentang pendalaman Supangkat. J. 2014. The World and I. New York: Tyler
Rollins Fine Art.
terhadap wayang. Syafii. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Seni Rupa.
Kedua, karya lukis Heri Dono tahun 2012 Semarang: Jurusan Seni Rupa UNNES.
menjadi berbeda dari karya lukis tahun yang Triyanto. 2013. Estetika Barat. Semarang: Jurusan Seni
lainnya yakni dipengaruhi oleh waktu, situasi Rupa UNNES.
69
Fajar Dara Ria, Moch. Rondhi, Mujiyono/Eduarts: Jurnal of Art Education, 9 (1) (2020)
70