Anda di halaman 1dari 13

MEMBACA GREEN PROGRAMME DAN FOR EARTH

KARYA LUKIS DJOEARI SOEBARDJA

Deny Kusumaningtyas1
Dra. Lilik Indrawati, M.Pd2
Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn3
Jurusan Seni Dan Desain, Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Sastra,
Universitas Negeri Malang.
Jl. Semarang 5, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
Email: denykusumaningtyas292@gmail.com
ABSTRACT: This research explained criticism to the painting by Djoeari
Soebardja in 2010 with the title of Green Programme and For Earth. This
painting are visualized by the difference of character in the form, color, and its
layout. This research used qualitative descriptive research design and holistic
critical approach. The data was obtained from interview, observation, and
document analysis. With the research could be made as motivation and education
over the importance to love, keep the environmental preservation and also
expected to improve the academic quality.
Keyword: Green Programme And For Earth, Painting, Djoeari Soebardja.

Djoeari Soebardja merupakan salah satu dari pelukis ternama di kota Batu
yang telah memiliki banyak pengalaman melukis. Pengalaman tersebut bisa
diperoleh dari hal-hal yang pernah dialami oleh seniman dan merupakan hasil dari
interaksi dengan lingkungan kehidupannya yang kemudian divisualkan di atas
sebuah bidang dua dimensi. Perkembangan karya seni Djoeari dalam berkarya
tampaknya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, pergaulan, dan
kehidupan sehari-hari yang dialami. Pengaruh lingkungan itulah yang
memberikannya ide dan gagasan dalam bentuk perwujudan visual karya seninya.
Suasana alam pedesaan di daerah pegunungan dan manusia dengan lingkungan
sekitarnya menjadi latar belakang lukisan-lukisan Djoeri Soebardja yang tampak
pada karya seni lukisnya tahun 2010.
Peneliti memilih dan menilai kritik pada karya lukis tahun 2010 karena pada
tahun 2011 sampai tahun 2013, Djoeari tidak berkarya lukis dan disibukkan
dengan kegiatan-kegiatan di sekolah, karena Djoeari adalah seorang guru di SMP
1

Negeri 1 Pujon mengajar mata pelajaran Seni Budaya. Djoeari untuk mengamati
dan mencari informasi mengenai karya lukisnya dari segi ide, tema, konsep,
teknik, dan latar belakang pembuatan karya lukisnya tersebut.
Kemudian peneliti melakukan pengamatan dan penghayatan terhadap karya
lukis Djoeari pada tahun 2010 mendapatkan kesan tersendiri ketika berhadapan
langsung. Jika diamati dengan seksama terasa menimbulkan emosi dari dalam diri
peneliti. Suatu emosi atau rasa ketertarikan pada saat membandingkan lukisan
Djoeari dengan karya-karya lukis seniman yang lainnya yang jelas mempunyai
karakter berbeda. Karya lukis yang berjudul Green Programme dan For Earth
tahun 2010, memiliki daya tarik tersendiri bila dilihat dari perwujudan visual
dan objek-objeknya lukisan ini memberikan simbol dan kesan yang dramatis.
Di dalam penelitian ini sangatlah penting jika dikaji dari proses
pembelajaran seni rupa karena dapat mengetahui karakter dan perwujudan dari
karya seni lukis Djoeari Soebardja yang satu dengan yang lainnya serta dapat
mendeskripsikan nilai-nilai dari karya seni lukis tersebut. Jika dikaji dari segi
pendidikan seni rupa, maka penelitian ini penting karena suatu kritik seni pada
dasarnya memiliki fungsi dan tujuan. Pernyataan ini dijelaskan oleh Sutopo
(1991:4) bahwa fungsi kritik adalah pemahaman, peningkatan apresiasi, evaluasi
pada kualitas sebuah karya seni. Sedangkan tujuannya yaitu agar penikmat seni
dapat memahami segala yang ada dalam suatu karya seni sehingga ditemukan
suatu kepuasan dalam menikmati karya seni tersebut kemudian dapat berbagi ke
orang lain tentang segala yang telah dimengerti tersebut.
Metode
Metode merupakan sebuah cara untuk mengumpulkan data terhadap
pemecahan suatu masalah. Metode penelitian membahas tentang cara mengolah
suatu data dan bagaimana runtutan penelitian dijalankan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Mukhtar (2013:11),
mendefinisikan pendekatan deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan
perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu. Jadi, peneliti
mengumpulkan informasi berdasarkan keadaan yang ada pada saat pelaksanaan

penelitian tersebut berlangsung. Sumber data dalam penelitian ini adalah: 1.


Karya seni lukis Djoeari Soebardja pada tahun 2010 yang berjudul Green
Programmed and For Earth; 2. Seniman Djoeari Soebardja; 3. Informan
pendukung; 4. Dokumen; 5. Peneliti. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan
data adalah teknik observasi, wawancara, dan Analisa Dokumen. Keabsahan data
adalah hal penting dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik keabsahan data
yang dilakukan adalah dengan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu dari luar data itu sebagai
pembanding terhadap data itu. Triangulasi data digunakan untuk data yang
diperoleh bersifat tertulis berupa catatan tertulis melalui observasi, wawancara,
yang dilakukan peneliti dengan informan Djoeari Soebardja yang masih berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
Pembahasan Hasil Kesimpulan Nilai Pada Lukisan Green Programme
(2010)

Pelukis :
Djoeari
Soebardja
Tahun : 2010
Judul

: Green Programme

Media : Oil on canvas

Berbagai objek dalam lukisan Green Programme bila dipisah-pisah


adalah sebagai berikut.

a)

Objek yang menyerupai dengan bentuk manusia yang memakai baju


berwarna abu-abu shade di samping kanan bawah sambil membawa gergaji
mesin.

Gambar: objek manusia

b)

Objek yang mirip gergaji mesin yang dibentuk dengan garis linear (nyata)

c)

Objek yang

menyerupai kayu,

yang tersusun

rapi dengan

perulangan garis-

garis linear dan

digambarkan

dengan warna

kuning jingga,

abu-abu, kuning

Gambar: objek

gergaji mesin

hijau dan hijau shade.

Gambar: objek kayu

Pada dasarnya tujuan berkarya Djoeari adalah untuk mengekspresikan isi


hatinya dan menyampaikan harapan-harapannya kepada semua manusia agar tetap
menjaga kelestarian lingkungan. Visualisasi dalam karya lukis berjudul Green
Programme dengan menggambarkan objek kayu-kayu dan seorang lelaki muda
yang membawa gergaji mesin merupakan sebagai simbol dari kondisi hutan
Indonesia saat ini yang mulai rusak dan berkurang ekosistemnya karena illegal
logging, dan seakan dihadapkan pada realitas/kenyataan jika kondisi lingkungan

hidup dan hutan saat ini sangat memprihatinkan karena keserakahan dan
ketamakan manusia, seiring perubahan waktu dan gaya hidup masyarakat dan
generasi muda mulai tidak peduli dengan lingkungan mereka. Yang semakin lama
semakin habis, dibangun perumahan dan lahan industri. Jika terus dibiarkan bisa
saja suatu hari nanti generasi mendatang tidak akan bisa merasakan adanya hutan
dan keasrian lingkungan hidup/lahan hijau di kehidupannya.
Nilai-nilai yang dapat diambil dari karya ini adalah nilai sosial dan budaya.
Nilai sosial yang terkandung dari lukisan yang bejudul Green Programme yaitu
tentang ajakan untuk melaksanakan kegiatan penghijauan bumi dan kepedulian
terhadap lingkungan sekitar. Bukan sekedar acara seremoial atau hanya sekedar
wacana sosial belaka tetapi bukti nyata. Bukan sekedar ajakan menghijaukan bumi
tetapi juga ikut mencegah aksi penebangan liar. Hasilnya akan sama saja jika
masyarakat tidak bersatu untuk menghijaukan bumi.
Nilai budaya tercermin dari proses keakraban maupun kerusuhan manusia
dengan lingkungannya yang terlihat jelas. Kerusuhan ini ditunjukkan berupa
kegiatan illegal logging yang sekarang ini sudah tidak bisa dibatasi lagi, yang
dilakukan oleh pihak-pihak pencari keuntungan pribadi. Kelompok lain
melakukan program penghijauan bumi sedangkan yang lain melakukan
pengrusakan bumi.
Hal ini didukung oleh pernyataan Sumardjo, (2000:140) bahwa di dalam
nilai seni ada nilai isi (content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi),
nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau
nilai hidup (values) yang dapat terdiri atas nilai moral, nilai sosial, nilai religi, dan
sebagainya. Dalam karya seni sudah sering dipaparkan uraian tentang nilai-nilai
karena masalah yang mendasar pada seni adalah nilai itu sendiri. Setiap orang
berbeda-beda pandangan tentang nilai-nilai yang terkandung di setiap karya. Lalu
untuk nilai budaya dalam lukisan dapat ditinjau dari kegiatan-kegiatan
masyarakat/orang dan tingkah lakunya terhadap lingkungan, entah itu tingkah
laku baik dan buruk. Hal ini dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang ada di
lingkungan masyarakat. Kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah laku
dan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan
diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas
(Kartika, 2000:113).

Pembahasan Hasil Kesimpulan Nilai Pada Lukisan For Earth (2010)

Pelukis : Djoeari Soebardja


Tahun : 2010
Judul

: For Earth

Media : Oil on canvas


Berbagai objek dalam lukisan For Earth bila dipisah-pisah adalah
sebagai berikut:
a)
Objek yang menyerupai peta dunia, objek ini terfokus pada bagian selatan
dari peta dunia tersebut dengan garis-garis lurus dan lengkung. Visualisasi
objek ini berada di bagian atas dengan warna hijau shade (coklat hijau).

Gambar: Objek mirip peta dunia

b)

Objek yang menyerupai bentuk manusia berbaju kuning hijau dan posisi
wajah yang menghadap kebawah dan terlihat lesu.

Gambar: Objek seperti manusia

c)

Objek yang mirip dengan benih pohon berwarna hijau dengan dibungkus
plastik hitam (polibag) bagian bawahnya.

Gambar: Objek menyerupai benih pohon

Setelah mengamati secara keseluruhan visualisasi lukisan ini dapat menjadi


tuntunan akan rasa kepedulian sosial terhadap kondisi lingkungan itu sendiri, yang
berada di sekitar kita dengan kondisi yang semakin memprihatinkan. Oleh
karenanya, masyarakat diharapkan ikut serta berperan untuk terus menjaga rasa
kepedulian ini, agar tidak hilang khususnya lukisan ini yang mengangkat tema
lingkungan hidup yang ada di sekitar kita sendiri maupun dimana saja. Dari
lukisan ini juga tampak bahwa Djoeari Soebardja adalah sosok yang begitu peduli
dengan lingkungannya.
Memberikan suatu nilai terhadap karya seni memang bukanlah hal yang
mudah terutama untuk orang-orang yang kurang mengerti mengenai nilai seni.
Namun, hal itu sudah ada batasan-batasannya sendiri-sendiri sesuai kemampuan
dari penikmat/penghayat. Dalam penentuan nilai seni bisa dilihat dari daerah asal
budaya atau ideologi sosial senimannya, ini sebabnya ada pembagian atau
penggolongan seni kaum elit terpelajar, seni popular kaum terpelajar, seni massa
kaum kurang terpelajar, dan seni rakyat (Sumardjo, 2000:144).
Nilai sosial ini merupakan nilai yang mendasar, masuk dalam aspek
ekstrinsik sebuah karya seni. Hal ini dipertegas oleh Sumardjo, (2000:142) bahwa

aspek ekstrinsik berupa nilai dasar agama, moral, sosial, psikologi, politik, yang
sudah secara umum dikenal lewat karya seni.
Nilai-nilai yang terkandung di lukisan ini yaitu nilai sosial dan budaya. Nilai
sosial ditunjukkan dengan memberikan ajakan dan pesan, pentingnya
menanamkan rasa kecintaan dalam menjaga, merawat, dan melestarikan
lingkungan hidup pada masyarakat agar tetap dirasakan oleh generasi berikutnya.
Ajakan tersebut seharusnya dapat dipikirkan dan diterapkan oleh semua pihak
untuk menyelamatkan bumi ini dari kehancuran karena keserakahan manusia.
Nilai budaya di lukisan ini dapat dilihat dengan menunjukkan cara yang sederhana
sekali untuk menjaga bumi agar tidak rusak dan hancur. Djoeari menunjukkannya
dengan visualisasi objek-objek dalam lukisan, seperti kegiatan menanam benihbenih pohon baru yang bagus diseluruh wilayah dunia.
Berdasarkan penjelasan di atas sejalan dengan teori-teori yang relevan,
peneliti memberikan kesimpulan mengenai pembahasan ini. Suatu nilai selalu
bersifat subjektif , tergantung pada manusia yang menilainya. Karena setiap
orang, kelompok, masyarakat memiliki penilaian yang berbeda-beda. Nilai-nilai
dasar seni adalah nilai isi dimana nilai seni sebagai aspek ekstrinsiknya.
Sumardjo, (2000:143) juga menjelaskan bahwa, nilai esensi ekstrinsik dikenal
lewat karya seni. Karya seni besar tidak hanya mempunyai arti intrinsik, tetapi
juga ekstrinsik. Sebuah karya seni disebut besar dan mahakarya karena unsur
ekstrinsiknya tak jarang seniman sebenarnya juga seorang filsuf, hanya
filsafatnya tidak diuraikan secara verbal, logis, dan sistematis, tetapi lewat unsur
intrinsik seninya.
Dalam penciptaan dan penikmatan karya seni, nilai-nilai itu tergantung pada
diri pencipta dan penikmat/penghayat. Nilai subjektif ini biasanya diperoleh dari
hasil pengalaman dan pendidikan lingkungannya, karena kondisi lingkungan dan
pengalaman yang didapat berbeda-beda maka nilai-nilai kepentingan dan
kegunaannya juga akan berbeda pula. Hal ini sejalan dengan ungkapan Sumardjo,
(2000:144), Dengan demikian, nilai-nilai seni juga ditentukan oleh daerah asal
budaya atau ideologi sosial senimannya. Secara estetika maupun kognitif nilainilai dasar seni ditentukan oleh konteks sosio-budaya senimannya.

Selain itu, seorang pelukis akan berusaha untuk mewujudkan


ide/gagasannya semaksimal mungkin, berupaya menciptakan karakter dan warnawarnanya sendiri untuk menunjukkan kualitas yang ada dalam karya seni
lukisnya. Dengan nilai kualitas inilah para seniman atau pelukis dapat dipercaya
dan dikenal oleh banyak pihak. Nilai sebagai esensi, nilai sebagai kepentingan
subjektif, dan seni sebagai kualitas, merupakan nilai-nilai yang pokok dalam seni.
Nilai-nilai itu diwujudkan dalam seni lewat aspek intrinsik maupun ekstrinsik
(Sumardjo, 2000:145). Seniman berasal dan hidup dari masyarakat, kehidupan
dalam masyarakat itu bisa langsung dihadapi sebagai rangsangan atau pencipta
kreativitasnya. Dalam menghadapi rangsangan penciptaanya tersebut, seniman
bisa saja sebagai kritikus, memberikan pandangan baru, dan memberikan
alternatif pada kehidupan masyarakat.
Dalam setiap karya lukisnya Djoeari memiliki bahasa ungkap yakni
mencoba mengajak dan ingin menyampaikan pesan kepada semua orang untuk
tetap menjaga keasrian lingkungan dan lebih peduli terhadap kondisi
lingkungannya sendiri agar ekosistem dan kesuburannya terjaga dengan baik
sehingga tidak akan berakibat buruk di kehidupan selanjutnya. Hal ini ditunjukkan
pada lukisan For Earth, dengan adanya objek seorang nenek yang membawa
benih pohon dengan kedua tangannya. Ini menunjukkan bahwa ada rasa
kepedulian serta keikhlasannya sekecil apapun itu akan berdampak positif. Pada
lukisan Green Programme, dengan menggambarkan objek kayu-kayu dan
seorang lelaki muda yang membawa gergaji mesin merupakan sebagai simbol dari
kondisi hutan Indonesia saat ini yang mulai rusak dan berkurang ekosistemnya
karena illegal logging dan seakan dihadapkan pada realitas/kenyataan jika kondisi
lingkungan hidup dan hutan saat ini sangat memprihatinkan karena keserakahan
dan ketamakan manusia, seiring perubahan waktu dan gaya hidup masyarakat dan
generasi muda mulai tidak peduli dengan lingkungan mereka.
Sebagai seorang akademisi dan pribadi yang kreatif, Djoeari mampu
menciptakan karya lukis dengan menggabungkan kecakapan dan teori-teori dari
bangku akademis, sehingga dapat dilihat dari organisasi visual baik dengan sadar
maupun secara spontan sebagai ekspresi diri. Dengan perwujudan dua karya
Djoeari yang dikaji dalam penelitian ini yaitu Green Programmedan For

10

Earth ditanamkan nilai-nilai seperti nilai edukasi atas pentingnya menjaga


lingkungan sekitar yang mulai kurang diperhatikan oleh masyarakat.
Selain itu, sebagai seorang seniman yang akrab dengan lingkungan dan
bermasyarakat, Djoeari berusaha mengungkapkan kepeduliannya atas fenomena
yang terjadi disekitarnya secara kritis, serius, konsisten, dan kreatif. Melalui
proses melihat, mendengar, dan merasakan fenomena di lingkup lingkungannya
menjadi sebuah area yang luas dipakai untuk penggarapan lukisan-lukisannya.
Sudah dipaparkan sebelumnya bahwa tujuan berkarya lukis oleh Djoeari adalah
untuk mengekspresikan isi hatinya dan menyampaikan harapan-harapannya
kepada semua manusia agar tetap menjaga kelestarian lingkungan secara visual,
karena notabene karya adalah media komunikasi seniman kepada
penikmat/penghayat. Melalui visualisasi lukisan-lukisan yang dikaji oleh peneliti
ini, tersirat menggambarkan suatu pesan kepada kita semua agar mau melihat
kondisi lingkungan hidup di sekitar kita yang makin memprihatinkan, dimana
melihat fakta-fakta yang ada saat ini dari masyarakat dan generasi muda yang kian
acuh atau kurang peduli dengan lingkungannya sendiri. Diharapkan dengan
visualisasi lukisan-lukisan ini akan menumbuhkan kesadaran, mulai dari diri
sendiri untuk menghargai, merawat, menjaga dan melestarikan lingkungan
dimanapun tempatnya.
Dengan kata lain berdasarkan pada karya lukisnya tersebut karena ingin
berpesan dalam hal pelestarian lingkungan kepada pengamat. Dari segala usaha
komunikasi visualnya dengan ruang publik (penikmat/penghayat) dapat dikatakan
bahwa Djoeari adalah seniman yang memiliki jiwa kepedulian sosial yang tinggi.
Hal ini, menandakan bahwa kepedulian sosial/kritik sosial tidaklah harus
ditunjukkan secara langsung akan tetapi sebagai seorang seniman, rasa/jiwa
kepedulian sosial dapat ditunjukkan melalui media karya seninya. Kepedulian
terhadap lingkungan hidup, tumbuh karena melihat kondisinya saat ini
memprihatinkan dan begitu berpengaruh dengan kondisi cuaca. Beragam hal
tersebut merupakan kondisi yang bisa membentuk/mengambil bagian di dalam
proses pembentukan karya, yang kesemuanya disebut sebagai faktor genetik. (HB.
Sutopo, 1991:10).
Kesimpulan

11

1.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam lukisan Djoeari Soebardja yang


berjudul Green Programme (2010)
Nilai sosial yang terkandung dari lukisan yang bejudul Green
Programme yaitu tentang ajakan untuk melaksanakan kegiatan
penghijauan bumi dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Bukan
sekedar acara seremoial atau hanya sekedar wacana sosial belaka tetapi
bukti nyata. Bukan sekedar ajakan menghijaukan bumi tetapi juga ikut
mencegah aksi penebangan liar. Hasilnya akan sama saja jika masyarakat
tidak bersatu untuk menghijaukan bumi.
Nilai budaya tercermin dari proses keakraban maupun kerusuhan manusia
dengan lingkungannya yang terlihat jelas. Kerusuhan ini ditunjukkan berupa
kegiatan illegal logging yang sekarang ini sudah tidak bisa dibatasi lagi,
yang dilakukan oleh pihak-pihak pencari keuntungan pribadi. Kelompok
lain melakukan program penghijauan bumi sedangkan yang lain melakukan

2.

pengrusakan bumi.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam lukisan Djoeari Soebardja yang
berjudul For Earth (2010)
Nilai-nilai yang terkandung yaitu nilai sosial dan budaya. Nilai sosial
ditunjukkan dengan memberikan ajakan dan pesan, pentingnya
menanamkan rasa kecintaan dalam menjaga, merawat, dan melestarikan
lingkungan hidup pada masyarakat agar tetap dirasakan oleh generasi
berikutnya. Nilai budaya di lukisan ini dapat dilihat dengan menunjukkan
cara yang sederhana untuk menjaga bumi agar tidak rusak dan hancur,
seperti kegiatan menanam benih-benih pohon baru yang bagus diseluruh
wilayah dunia.

Saran
Saran dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.

Bagi Seniman
Di karya lukis ini patut dipertahankan karena mengandung nilai edukasi atas
pentingnya mencintai dan menjaga kelestarian lingkungan, serta dapat
digunakan sebagai bahan apresiasi karya lukis yang bertemakan lingkungan
hidup di sekolah, sedangkan untuk hasil kritik ini dapat dimanfaatkan
sebagai media apresiasi seni.

12

2.

Bagi Mahasiswa Seni Dan Desain


Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap karya lukis Djoeari Soebardja
yang lainnya, tidak dengan tiga karya lukis yang telah dianalisis pada
penelitian ini saja, tetapi bisa dilanjutkan dengan karya-karya yang lain
sehingga dapat menunjukkan hal-hal yang ingin disampaikan dari lukisan
tersebut kepada semua masyarakat serta ikut mengambil bagian dalam
pelestariannya. Selain itu, sebagai tindak lanjut proses kritik dan apresiasi

3.

mahasiswa Seni Dan Desain terhadap karya lukis Djoeari Soebardja.


Bagi Lembaga Perguruan Tinggi Negeri Universitas Negeri Malang
Lembaga Perguruan Tinggi Negeri Universitas Negeri Malang, dapat
mendukung segala bentuk kegiatan ilmiah yang dilakukan mahasiswa yang
berupa penciptaan dan penghayatan tentang seni. Baik di daerah Batu,
Malang dan daerah lainnya dan mengkajinya lebih lanjut secara ilmiah demi
peningkatan mutu akademis.

Daftar Rujukan
Indrawati, Lilik. 2009. Nirmana. Malang: Jurusan Seni dan Desain Universitas
Negeri Malang.
Kartika, Dharsono Sony. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.
Kartika, Dharsono Sony. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mukhtar.2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif.Ciputat: Referensi
(GP Press Group).
Prawira, Sulasmi Darma. 2002. Warna Teori Dan Kreativitas Penggunaannya
Edisi ke-2.Bandung: ITB.
Primadi.2000. Proses Kreasi Apresiasi Belajar.Bandung: ITB.
Sanyoto, Ebdi Sadjiman. 2009. Nirmana (Elemen-Elemen Seni Dan Desain).
Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI.

13

Sulistyo, Edy Tri. 2005. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: LPP UNS Dan
UNS Press.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Sumarwahyudi.2009. Pengetahuan Seni Rupa.Malang: Departemen Pendidikan
Nasional.Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Seni Dan
Rupa.
Sutopo, Heribertus. 1991 . KritikSeni II (Struktur Kritik Holistik Dan Kritik
Fenomenologis). - . Sebelas Maret University Perss.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret University
Perss.

Anda mungkin juga menyukai