Artikel Kritik
Artikel Kritik
Deny Kusumaningtyas1
Dra. Lilik Indrawati, M.Pd2
Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn3
Jurusan Seni Dan Desain, Prodi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Sastra,
Universitas Negeri Malang.
Jl. Semarang 5, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia
Email: denykusumaningtyas292@gmail.com
ABSTRACT: This research explained criticism to the painting by Djoeari
Soebardja in 2010 with the title of Green Programme and For Earth. This
painting are visualized by the difference of character in the form, color, and its
layout. This research used qualitative descriptive research design and holistic
critical approach. The data was obtained from interview, observation, and
document analysis. With the research could be made as motivation and education
over the importance to love, keep the environmental preservation and also
expected to improve the academic quality.
Keyword: Green Programme And For Earth, Painting, Djoeari Soebardja.
Djoeari Soebardja merupakan salah satu dari pelukis ternama di kota Batu
yang telah memiliki banyak pengalaman melukis. Pengalaman tersebut bisa
diperoleh dari hal-hal yang pernah dialami oleh seniman dan merupakan hasil dari
interaksi dengan lingkungan kehidupannya yang kemudian divisualkan di atas
sebuah bidang dua dimensi. Perkembangan karya seni Djoeari dalam berkarya
tampaknya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, pergaulan, dan
kehidupan sehari-hari yang dialami. Pengaruh lingkungan itulah yang
memberikannya ide dan gagasan dalam bentuk perwujudan visual karya seninya.
Suasana alam pedesaan di daerah pegunungan dan manusia dengan lingkungan
sekitarnya menjadi latar belakang lukisan-lukisan Djoeri Soebardja yang tampak
pada karya seni lukisnya tahun 2010.
Peneliti memilih dan menilai kritik pada karya lukis tahun 2010 karena pada
tahun 2011 sampai tahun 2013, Djoeari tidak berkarya lukis dan disibukkan
dengan kegiatan-kegiatan di sekolah, karena Djoeari adalah seorang guru di SMP
1
Negeri 1 Pujon mengajar mata pelajaran Seni Budaya. Djoeari untuk mengamati
dan mencari informasi mengenai karya lukisnya dari segi ide, tema, konsep,
teknik, dan latar belakang pembuatan karya lukisnya tersebut.
Kemudian peneliti melakukan pengamatan dan penghayatan terhadap karya
lukis Djoeari pada tahun 2010 mendapatkan kesan tersendiri ketika berhadapan
langsung. Jika diamati dengan seksama terasa menimbulkan emosi dari dalam diri
peneliti. Suatu emosi atau rasa ketertarikan pada saat membandingkan lukisan
Djoeari dengan karya-karya lukis seniman yang lainnya yang jelas mempunyai
karakter berbeda. Karya lukis yang berjudul Green Programme dan For Earth
tahun 2010, memiliki daya tarik tersendiri bila dilihat dari perwujudan visual
dan objek-objeknya lukisan ini memberikan simbol dan kesan yang dramatis.
Di dalam penelitian ini sangatlah penting jika dikaji dari proses
pembelajaran seni rupa karena dapat mengetahui karakter dan perwujudan dari
karya seni lukis Djoeari Soebardja yang satu dengan yang lainnya serta dapat
mendeskripsikan nilai-nilai dari karya seni lukis tersebut. Jika dikaji dari segi
pendidikan seni rupa, maka penelitian ini penting karena suatu kritik seni pada
dasarnya memiliki fungsi dan tujuan. Pernyataan ini dijelaskan oleh Sutopo
(1991:4) bahwa fungsi kritik adalah pemahaman, peningkatan apresiasi, evaluasi
pada kualitas sebuah karya seni. Sedangkan tujuannya yaitu agar penikmat seni
dapat memahami segala yang ada dalam suatu karya seni sehingga ditemukan
suatu kepuasan dalam menikmati karya seni tersebut kemudian dapat berbagi ke
orang lain tentang segala yang telah dimengerti tersebut.
Metode
Metode merupakan sebuah cara untuk mengumpulkan data terhadap
pemecahan suatu masalah. Metode penelitian membahas tentang cara mengolah
suatu data dan bagaimana runtutan penelitian dijalankan. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Mukhtar (2013:11),
mendefinisikan pendekatan deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai subjek penelitian dan
perilaku subjek penelitian pada suatu periode tertentu. Jadi, peneliti
mengumpulkan informasi berdasarkan keadaan yang ada pada saat pelaksanaan
Pelukis :
Djoeari
Soebardja
Tahun : 2010
Judul
: Green Programme
a)
b)
Objek yang mirip gergaji mesin yang dibentuk dengan garis linear (nyata)
c)
Objek yang
menyerupai kayu,
yang tersusun
rapi dengan
perulangan garis-
digambarkan
dengan warna
kuning jingga,
abu-abu, kuning
Gambar: objek
gergaji mesin
hidup dan hutan saat ini sangat memprihatinkan karena keserakahan dan
ketamakan manusia, seiring perubahan waktu dan gaya hidup masyarakat dan
generasi muda mulai tidak peduli dengan lingkungan mereka. Yang semakin lama
semakin habis, dibangun perumahan dan lahan industri. Jika terus dibiarkan bisa
saja suatu hari nanti generasi mendatang tidak akan bisa merasakan adanya hutan
dan keasrian lingkungan hidup/lahan hijau di kehidupannya.
Nilai-nilai yang dapat diambil dari karya ini adalah nilai sosial dan budaya.
Nilai sosial yang terkandung dari lukisan yang bejudul Green Programme yaitu
tentang ajakan untuk melaksanakan kegiatan penghijauan bumi dan kepedulian
terhadap lingkungan sekitar. Bukan sekedar acara seremoial atau hanya sekedar
wacana sosial belaka tetapi bukti nyata. Bukan sekedar ajakan menghijaukan bumi
tetapi juga ikut mencegah aksi penebangan liar. Hasilnya akan sama saja jika
masyarakat tidak bersatu untuk menghijaukan bumi.
Nilai budaya tercermin dari proses keakraban maupun kerusuhan manusia
dengan lingkungannya yang terlihat jelas. Kerusuhan ini ditunjukkan berupa
kegiatan illegal logging yang sekarang ini sudah tidak bisa dibatasi lagi, yang
dilakukan oleh pihak-pihak pencari keuntungan pribadi. Kelompok lain
melakukan program penghijauan bumi sedangkan yang lain melakukan
pengrusakan bumi.
Hal ini didukung oleh pernyataan Sumardjo, (2000:140) bahwa di dalam
nilai seni ada nilai isi (content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi),
nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau
nilai hidup (values) yang dapat terdiri atas nilai moral, nilai sosial, nilai religi, dan
sebagainya. Dalam karya seni sudah sering dipaparkan uraian tentang nilai-nilai
karena masalah yang mendasar pada seni adalah nilai itu sendiri. Setiap orang
berbeda-beda pandangan tentang nilai-nilai yang terkandung di setiap karya. Lalu
untuk nilai budaya dalam lukisan dapat ditinjau dari kegiatan-kegiatan
masyarakat/orang dan tingkah lakunya terhadap lingkungan, entah itu tingkah
laku baik dan buruk. Hal ini dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang ada di
lingkungan masyarakat. Kebudayaan adalah keseluruhan pola-pola tingkah laku
dan pola-pola bertingkah laku, baik eksplisit maupun implisit, yang diperoleh dan
diturunkan melalui simbol, yang akhirnya mampu membentuk sesuatu yang khas
(Kartika, 2000:113).
: For Earth
b)
Objek yang menyerupai bentuk manusia berbaju kuning hijau dan posisi
wajah yang menghadap kebawah dan terlihat lesu.
c)
Objek yang mirip dengan benih pohon berwarna hijau dengan dibungkus
plastik hitam (polibag) bagian bawahnya.
aspek ekstrinsik berupa nilai dasar agama, moral, sosial, psikologi, politik, yang
sudah secara umum dikenal lewat karya seni.
Nilai-nilai yang terkandung di lukisan ini yaitu nilai sosial dan budaya. Nilai
sosial ditunjukkan dengan memberikan ajakan dan pesan, pentingnya
menanamkan rasa kecintaan dalam menjaga, merawat, dan melestarikan
lingkungan hidup pada masyarakat agar tetap dirasakan oleh generasi berikutnya.
Ajakan tersebut seharusnya dapat dipikirkan dan diterapkan oleh semua pihak
untuk menyelamatkan bumi ini dari kehancuran karena keserakahan manusia.
Nilai budaya di lukisan ini dapat dilihat dengan menunjukkan cara yang sederhana
sekali untuk menjaga bumi agar tidak rusak dan hancur. Djoeari menunjukkannya
dengan visualisasi objek-objek dalam lukisan, seperti kegiatan menanam benihbenih pohon baru yang bagus diseluruh wilayah dunia.
Berdasarkan penjelasan di atas sejalan dengan teori-teori yang relevan,
peneliti memberikan kesimpulan mengenai pembahasan ini. Suatu nilai selalu
bersifat subjektif , tergantung pada manusia yang menilainya. Karena setiap
orang, kelompok, masyarakat memiliki penilaian yang berbeda-beda. Nilai-nilai
dasar seni adalah nilai isi dimana nilai seni sebagai aspek ekstrinsiknya.
Sumardjo, (2000:143) juga menjelaskan bahwa, nilai esensi ekstrinsik dikenal
lewat karya seni. Karya seni besar tidak hanya mempunyai arti intrinsik, tetapi
juga ekstrinsik. Sebuah karya seni disebut besar dan mahakarya karena unsur
ekstrinsiknya tak jarang seniman sebenarnya juga seorang filsuf, hanya
filsafatnya tidak diuraikan secara verbal, logis, dan sistematis, tetapi lewat unsur
intrinsik seninya.
Dalam penciptaan dan penikmatan karya seni, nilai-nilai itu tergantung pada
diri pencipta dan penikmat/penghayat. Nilai subjektif ini biasanya diperoleh dari
hasil pengalaman dan pendidikan lingkungannya, karena kondisi lingkungan dan
pengalaman yang didapat berbeda-beda maka nilai-nilai kepentingan dan
kegunaannya juga akan berbeda pula. Hal ini sejalan dengan ungkapan Sumardjo,
(2000:144), Dengan demikian, nilai-nilai seni juga ditentukan oleh daerah asal
budaya atau ideologi sosial senimannya. Secara estetika maupun kognitif nilainilai dasar seni ditentukan oleh konteks sosio-budaya senimannya.
10
11
1.
2.
pengrusakan bumi.
Nilai-nilai yang terkandung di dalam lukisan Djoeari Soebardja yang
berjudul For Earth (2010)
Nilai-nilai yang terkandung yaitu nilai sosial dan budaya. Nilai sosial
ditunjukkan dengan memberikan ajakan dan pesan, pentingnya
menanamkan rasa kecintaan dalam menjaga, merawat, dan melestarikan
lingkungan hidup pada masyarakat agar tetap dirasakan oleh generasi
berikutnya. Nilai budaya di lukisan ini dapat dilihat dengan menunjukkan
cara yang sederhana untuk menjaga bumi agar tidak rusak dan hancur,
seperti kegiatan menanam benih-benih pohon baru yang bagus diseluruh
wilayah dunia.
Saran
Saran dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.
Bagi Seniman
Di karya lukis ini patut dipertahankan karena mengandung nilai edukasi atas
pentingnya mencintai dan menjaga kelestarian lingkungan, serta dapat
digunakan sebagai bahan apresiasi karya lukis yang bertemakan lingkungan
hidup di sekolah, sedangkan untuk hasil kritik ini dapat dimanfaatkan
sebagai media apresiasi seni.
12
2.
3.
Daftar Rujukan
Indrawati, Lilik. 2009. Nirmana. Malang: Jurusan Seni dan Desain Universitas
Negeri Malang.
Kartika, Dharsono Sony. 2007. Kritik Seni. Bandung: Rekayasa Sains.
Kartika, Dharsono Sony. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mukhtar.2013. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif.Ciputat: Referensi
(GP Press Group).
Prawira, Sulasmi Darma. 2002. Warna Teori Dan Kreativitas Penggunaannya
Edisi ke-2.Bandung: ITB.
Primadi.2000. Proses Kreasi Apresiasi Belajar.Bandung: ITB.
Sanyoto, Ebdi Sadjiman. 2009. Nirmana (Elemen-Elemen Seni Dan Desain).
Yogyakarta: Jalasutra Anggota IKAPI.
13
Sulistyo, Edy Tri. 2005. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: LPP UNS Dan
UNS Press.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB Bandung.
Sumarwahyudi.2009. Pengetahuan Seni Rupa.Malang: Departemen Pendidikan
Nasional.Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Seni Dan
Rupa.
Sutopo, Heribertus. 1991 . KritikSeni II (Struktur Kritik Holistik Dan Kritik
Fenomenologis). - . Sebelas Maret University Perss.
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sebelas Maret University
Perss.