Term of Reference
A. Dasar Pemikiran
Jangan lupakan sejarah! Pemahaman terhadap sejarah menentukan bagaimana masa
depan dibentuk oleh generasi penerus. Masa depan tak boleh terputus dari akar
kesejarahan. Ini tidak berarti kita harus terpaku terhadap otoritas masa lalu, tetapi
bagaimana kemajuan dan perkembangan berpijak pada kejatidirian yang tercermin
pada subtansi dan makna sejarah yang terus digali dan disegarkan.
Faktanya? Tak banyak yang tertarik untuk menekuni dan membincang sejarah,
termasuk sejarah Islam keindonesiaan. Bahkan, sejarah Islam Nusantara sengaja
dikaburkan oleh pihak-pihak tertentu karena ingin memutus mata rantai sejarah untuk
agenda ideologis. Agenda ideologis yang dimaksud adalah Islam Transnasional, atau
model keislaman yang di-import dari Timur Tengah yang tak selamanya relevan
dengan konteks nusantara.
Berbicara tentang sejarah Islam di Indonesua tak terlepas dari sejarah Santri dan
Pesantren. Lembaga pendidikan yang khas Indonesia (indigenous) ini bisa dilacak
sejak awal kehadiran dan da’wah Islam di Indonesia. Penyiaran Islam khususnya di
Jawa relatif tidak menimbulkan problem konfliktual karena proses akulturasi,
akomodasi, dan transformasi terhadap tradisi yang telah mapan sebelumnya (Hindu-
Budha). Pesantren menjadi pioner dan corong sosialisasi Islam di Indonesia, bahkan
pada era kolonialisme, pesantren tidak saja bermain dalam wilayah da’wah dan
pendidikan akan tetapi juga secara signifikan telah memberikan kontribusi bagi
terwujudnya iklim kemerdekaan.
Untuk merawat dan mengembangkan fakta sejarah ini, kajian dan penggalian nilai
sejarah mutlak diperlukan. Seminar Nasional dan Bedah Buku “Jejaring Ulama
Diponegoro: Kolaborasi Santri dan Ksatria Membangun Islam kebangsaan Awal Abad
ke-19” adalah bagian dari upaya merawat dan mengembangan spirit sejarah Islam dan
sejarah santri/pesantren. Wacana tentang “Pangeran Diponegoro” selama ini dijauhkan
dari tema santri dan pesantren. Zainul Milal Bizawie dalam hal ini telah mencoba
menelusuri jejak-jejak kesantrian Diponegoro yang penting untuk diangkat ke
permukaan.
Tidak berhenti sampai di situ, Zainul Milal Bizawie telah mengaskan bagaimana
Diponegoro diback up sepenuhnya oleh para santri dalam mengusir penjajah dari bumi
IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA PONOROGO
Bekerja Sama dengan
PONDOK PESANTREN ITTIHADUL UMMAH
______________________________________________________________
D. Penyelenggara
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama
Ponorogo dan Yayasan Al-Ittihad Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan
Ponorogo.
F. Narasumber
Narasumber kegiatan ini adalah:
1. Zainul Milal Bizawie (Penulis Buku Jejaring Ulama Diponegoro: Kolaborasi Santri
dan Ksatria Membangun Islam kebangsaan Awal Abad ke-19 );
2. KH. Imam Sayuti Farid (Mustasyar PCNU Ponorogo, Pengasuh PP Ittihadul
Ummah dan Penulis Buku Genealogi dan Jaringan Pesantren di Wilayah
Mataraman).
G. Peserta
Peserta Seminar dan bedah buku berjumlah 100 peserta dengan rincian:
1. Pengurus PCNU Ponorogo;
2. Pengurus PC ISNU Ponorogo;
3. Para Guru/Ustadz di lingkungan PP Ittihadul Ummah;
4. Para santri PP Ittihadul Ummah;
5. Tamu undangan lain.
H. Manual Acara
Manual acara dapat ditabelkan sebagai berikut:
I. Rencana Anggaran
IKATAN SARJANA NAHDLATUL ULAMA PONOROGO
Bekerja Sama dengan
PONDOK PESANTREN ITTIHADUL UMMAH
______________________________________________________________
Rencana anggaran kegiatan ini bersumber dari kerjasama kas PC ISNU Ponorogo dan
Yayasan Al Ittihad Ponorogo
J. Penutup
Demikian TOR ini dibuat sebagai acuan pelaksanaan kegiatan dan sosialisasi bagi
semua stakeholders terlibat. Jika ada kekeliruan dan perubahan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.