Anda di halaman 1dari 20

RUMAH SAKIT PERMATA HATI

Jalan Raya Way Jepara, Plangkawati II Telp. (0725) 640123

WAY JEPARA – LAMPUNG

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA HATI


NOMOR: 217/SK/SKP/RSPH/XII/2020

TENTANG

PANDUAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI RUMAH SAKIT PERMATA HATI

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA HATI

Menimbang : a. Bahwa agar tercipta komunikasi yang efektif dan efisien, serta
memiliki daya ungkit terhadap mutu pelayanan dan kepuasan
pelanggan di Lingkungan Rumah Sakit Permata Hati;
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, perlu
ditetapkan Pedoman Komunikasi Efektif di Lingkungan
Rumah Sakit Permata Hati;
c. Bahwa penetapan Pedoman Komunikasi Efektif di
Lingkungan Rumah Sakit Permata Hati sebagaimana tersebut
pada huruf b, perlu ditetapkan dan diatur dengan Keputusan
Direktur.

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 36 Tahun


2009, tentang Kesehatan;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 44 Tahun
2009, tentang Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
585/Menkes/SK/V/2007, tentang petunjuk teknis kesehatan di
daerah;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.
1691/MENKES/PER/VIII/2011, tentang Keselamatan Pasien.
1
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA


HATI TENTANG PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI
RUMAH SAKIT PERMATA HATI.
KESATU : Pedoman Komunikasi Efektif di RS Permata Hati tersebut
sebagaimana lampiran Surat Keputusan ini.
KEDUA : Pelaksanaan komunikasi efektif dilaksanakan oleh seluruh
Sumber Daya Manusia (SDM) di RS Permata Hati.
KETIGA : Kebijakan ini dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Standar
Prosedur Operasional (SPO).
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal
ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Way Jepara


Pada tanggal : 12 Desember 2020
Direktur Rumah Sakit Permata Hati

dr. Intan Kusumaningtyas, Sp.OG, MPH

2
Lampiran
Keputusan Direktur RS Permata Hati
Nomor : 217/SK/SKP/RSPH/XII/2020
Tanggal : 12 Desember 2020

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, dan pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan
pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Sehubungan dengan hal tersebut maka RS Permata Hati membuat program
komunikasi efektif di lingkungan RS Permata Hati yang meliputi :
1. Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan masyarakat
2. Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan pasien dan keluarga
3. Komunikasi efektif antar pemberi pelayanan di Rumah Sakit
4. Edukasi pasien dan keluarga
Bentuk komunikasi interpersonal di rumah sakit biasanya antara dokter, perawat,
ataupun paramedik dengan pasien dan keluarganya. Bentuk komunikasi
interpersonal seperti ini juga dikenal dengan Komunikasi Terapeutik.
Komunikasi ini berfokus pada pertukaran informasi mengenai kondisi kesehatan
pasien. Komunikasi dalam hal penyampaian informasi dan edukasi mengenai
fasilitas pelayanan rumah sakit dan kesehatan kepada pasien dan keluarga
biasanya melalui kegiatan seperti penyuluhan (edukasi). Beberapa media massa
yang digunakan oleh RS Permata Hati dalam berkomunikasi dengan masyarakat
ataupun pasien dan keluarga adalah leaflet, poster, banner, dan website.
B. Tujuan Umum
Rumah Sakit menyusun komunikasi yang efektif baik dengan masyarakat, pasien
dan keluarga, tenaga kesehatan profesional lain maupun antar unit kerja di
Rumah Sakit agar tidak terjadi kegagalan yang mengancam keselamatan pasien.

3
C. Tujuan Khusus
1. Memudahkan orang lain dalam memahami pesan yang disampaikan dan
informasi yang disampaikan dapat menimbulkan feedback dari komunikan.
2. Meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan di Rumah Sakit.
3. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses kerja bagi sumber daya manusia
yang ada di dalam RS Permata Hati.

D. Manfaat
1. Terciptanya budaya komunikasi efektif baik antar petugas rumah sakit
maupun antara pasien dan petugas rumah sakit
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

E. Pengertian
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya bersama. Secara
terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran
atau informasi (pesan) dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn,
Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
- Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi
dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994 ; Koontz &
Weihrich, 1988).
- Sumber/Pemberi Pesan/Komunikator
Sumber/Pemberi Pesan/Komunikator adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima pesan/komunikan. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah diterima
dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal 8). Komunikator yang baik adalah
komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas dan dalam tentang
informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang
baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).

4
- Isi Pesan
Isi Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
- Media/Saluran Pesan
Media/Saluran Pesan (Elektronik, Lisan, Tulisan) adalah sarana komunikasi dari
komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang
dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima. Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis atau keduanya
sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim
yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
- Penerima Pesan/Komunikan
Penerima Pesan/Komunikan adalah pihak/orang yang menerima pesan. Penerima
pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan
penerima berita bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima
adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan
umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses
komunikasi berlangsung dua arah (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
- Umpan Balik
Umpan balik adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang
diterimanya.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Unsur-unsur/elemen dalam komunikasi efektif


Sumber/Pemberi Pesan/Komunikator adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima pesan/komunikan. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah diterima
dengan baik. Dalam tatanan RS Permata Hati yang menjadi sumber komunikator
adalah semua petugas pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien :
 Dokter
 Perawat dan Bidan
 Petugas Rekam Medis
 Petugas Penunjang Medis
 Petugas Farmasi dan Apoteker
 Petugas Admisi
 Petugas Kasir
 Staf Administrasi
 Petugas Cleaning Service
 Petugas Security
1. Media/Saluran Pesan (Elektronik, Lisan, Tulisan) adalah sarana
komunikasi dari komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai
jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim
atau umpan balik yang disampaikan penerima.
2. Media komunikasi di RS Permata Hati yang digunakan adalah :
a. Telepon
b. Media Sosial (Whatsapp, Instagram, Facebook)
c. Website/ E-mail
d. Leaflet/Brosur
e. Spanduk/Banner

B. Sifat Komunikasi
Komunikasi dapat bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat informasi asuhan di RS Permata Hati adalah :

6
1. Jam pelayanan
2. Pelayanan yang tersedia
3. Cara mendapatkan pelayanan
4. Informasi tarif
5. Penyampaian keluhan/saran/masukan
6. Informasi kegiatan di RS Permata Hati
7. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan Rumah Sakit.
Akses informasi dapat diperoleh melalui : Petugas Penanganan Keluhan, Petugas
Admisi, Petugas Rekam Medis, Petugas Farmasi, Perawat, Bidan, Dokter,
Website, media sosial, email dan surat menyurat.
Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
1. Edukasi mengenai Obat
2. Edukasi mengenai Penyakit
3. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
4. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya pasca dirawat di Rumah Sakit
5. Edukasi mengenai Gizi

C. Syarat Komunikasi Efektif


1. Tepat Waktu
2. Akurat
3. Lengkap
4. Jelas
5. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan

D. Proses Komunikasi Efektif


Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui prinsip sebagai
berikut :
1. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan.
2. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut.
3. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima.
4. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan.
5. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil
verifikasi.

7
6. Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi sebaiknya pemberi pesan mengeja
huruf demi huruf menggunakan Alfabet Standar Internasional yaitu :

CHARACTER TELEPHONE CHARACTER TELEPHONE


A ALFA S SIERRA
B BRAVO T TENGO
C CHARLIE U UNIFORM
D DELTA V VICTOR
E ECHO W WHISKEY
F FAXTROT X XRAY
G GOLF Y YANKEE
H HOTEL Z ZULU
I INDIA 1 ONE
J JULIAT 2 TWO
K KILO 3 THREE
L LIMA 4 FOUR
M MILIE 5 FIVE
N NOVEMBER 6 SIX
O OSCAR 7 SEVEN
P PAPA 8 EIGHT
Q QUEBEC 9 NINE
R ROMEO 0 ZERO
Sumber: Wikipedia

Yah..
benar.. Jadi isi pesannya
ini ya pak...
Feed Back

Gangguan
Komunikator Isi pesan saluran Komunikan

Gambar 1. Proses Komunikas

8
E. Jenis Komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu komunikasi tertulis,
komunikasi verbal, komunikasi non-verbal.
1. Komunikasi Tertulis
Komunikasi Tertulis merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara
tertulis baik manual maupun melaui media seperti email, surat, media cetak,
dan lainnya. Dalam rumah sakit komunikasi tertulis dapat berupa catatan
perkembangan pasien, catatan medis, laporan perawat dan catatan lainnya.
2. Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal merupakan Komunikasi yang disampaikan secara lisan,
komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi
seperti Telepon. Komunikasi verbal dengan metode SBAR yaitu Situation,
Background, Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR
dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan dan didokumentasikan serta
dicatat di catatan perkembangan pasien terintegrasi sehingga tenaga
kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
Pelaksanaan komunikasi verbal dengan metode SBAR dilakukan pada saat:
1. Saat serah terima pasien antar shift dinas
2. Saat Melaporkan kondisi pasien kepada DPJP/ dokter yang merawat via
telepon
a. Beri stampel SBAR di catatan perkembangan pasien terintegerasi dan
isis sesuai dengan kondisi pasien yg hendak dilaporkan
b. Menghubungi dokter DPJP atau yang merawat pasien dan melaporkan
kondisi pasien dengan format SBAR.
b. Mencatat Instruksi yang telah diberikan oleh DPJP/ dokter yang
merawat pada formulir terintegrasi
c. Lanjutkan dengan Komunikasi verbal dengan metode TBaK yaitu teknik
komunikasi lisan pertelepon dengan menulis, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh pemberi pesan.
1. T : Tulis penerima instruksi menulis lengkap instruksinya.
2. BA: BAca ulang jelas,bila instruksi mengandung nama obat
LASA/NORUM, maka nama obat LASA/NORUM harus dieja satu
persatu hurufnya.
3. K: Konfirmasi lisan
Komunikasi verbal dengan metode TBaK dapat dilakukan pada saat:

9
a. Menerima instruksi verbal per telpon/lisan
b. Menerima pelaporan hasil tes kritis/ critical test/ pemeriksaan cito
c. Menerima pelaporan nilai kritis/ critical test /result
Cara menerima laporan dengan metode TBaK :
Tulis pesan yang disampaikan di formulir terintegrasi, meliputi:
1. Tgl & jam pesan diterima
2. Nama lengkap pasien, tgl lahir, diagnosa
3. Gunakan simbol/ singkatan sesuai standar
4. Dosis/ nilai harus spesifik untuk menghindari salah penafsiran
5. Nama petugas pelapor/ memberi pesan
6. Nama dan ttd petugas penerima pesan
7. Bila pesan melalui telepon, pengirim pesan/ dokter menandatangani
pada saat visit hari berikutnya
BAca, yaitu bacakan kembali isi pesan untuk Konfirmasi kebenaran pesan
yang ditulis, dan bubuhkan stempel TBAK pada formulir catatan peneria
pasien.
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Non Verbal merupakan komunikasi dimana pesan disampaikan
tidak menggunakan kata-kata. Komunikasi ini adalah cara yang paling
meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Tenaga medis
perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan oleh pasien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan karena pesan
non verbal dapat memperkuat pesan yang disampaikan secara verbal.
Komunikasi non verbal meliputi metakomunikasi dapat dilihat dari :
a. Penampilan fisik
b. Nada suara atau intonasi bicara
c. Ekspresi wajah
d. Isyarat
e. Bahasa tubuh

10
F. Komunikasi Efektif di lingkungan RS Permata Hati
- Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan masyarakat
Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan masyarakat dapat dilakukan
dalam bentuk pemasangan spanduk, banner, poster, website, berisi daftar
pelayanan rumah sakit, ketersediaan dokter, fasilitas RS, cara mengakses
rumah sakit, dll.
- Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan pasien dan keluarga
Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan pasien dan keluarga yang
dalam bentuk banner, spanduk, leaflet, berisi peraturan rumah sakit, promosi
kesehatan, hak dan kewajiban pasien, informasi tentang penyakit dan
pencegahannya.
- Komunikasi efektif antar pemberi pelayanan di Rumah Sakit
Komunikasi efektif antar pemberi pelayanan di Rumah Sakit dapat berupa
verbal dan non-verbal. Komunikasi efektif ini dapat berupa komunikasi
efektif via telpon (SBAR, TBAK), pelaporan hasil kritis, dan serah terima
pasien (hand-over).
- Edukasi pasien dan keluarga

11
BAB III
TATALAKSANA

A. Komunikasi Efektif antar professional pemberi asuhan


1. Komunikasi Efektif via Telpon
Komunikasi Efektif via telepon merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang rentan untuk terjadi kesalahan oleh karena itu untuk melakukan
komunikasi yang aman perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
- Pemesanan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya dihindari
- Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi penulisan
secara lengkap permintaan atau hasil pemeriksaan oleh penerima
informasi
- Penerima membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaan
- Pengirim memberi konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat
Untuk memenuhi hal-hal tersebut, komunikasi efektif via telpon dilakukan
dengan menggunakan teknik SBAR terdiri atas Situation, Background,
Assessment, and Recommendation. Empat unsur SBAR yaitu:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien.
Misalnya : lemas, penurunan kesadaran, perdarahan, penurunan tekanan
nadi, gangguan irama jantung, dll.
2. Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan
timbulnya keluhan klinis. Misalnya : riwayat alergi obat-obatan, hasil
pemeriksaan penunjang, dll
3. Assessment
Penilaian/ pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu
diantisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk.
4. Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini.
Misalnya : menghubungi dokter, mengarahkan pasien untuk melakukan
pemeriksaan penunjang, dll.
Contoh laporan perawat kepada dokter dengan menggunakan SBAR
dengan menggunakan telepon :

12
Sebutkan nama anda asal rumah sakit, ruangan pelapor
Situation (S)  Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar pasien
 Sebutkan masalah pasien tersebut (sesak nafas, nyeri dada, dsb)
Contoh dalam percakapan: Dimulai telepon pukul 08.15 WIB
“ Selamat pagi dr…, saya…., perawat RS Permata Hati dari ruang Berlian
akan melaporkan pasien baru dari IGD tadi malam. Ny G 69 tahun di
kamar 2, sekarang mengeluh kesakitan di pinggul kanan dengan skala 8,
kaki kanan juga susah digerakan. Sudah saya lakukan manjemen Nyeri
mengunakan tehnik Relaksasi, pengalihan perhatian dapat ketorolac
injeksi tadi jam 6 pagi”.
Background  Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan :
(B) Contoh dalam percakapan:
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama.
Ketika di IGD telah dilakukan pemasangan spalk untuk kaki kanan dan
telah dilakukan rontgen femur namun belum ada hasil bacaan, laborat
untuk pemeriksaan darah sudah diambil sampel tetapi belum ada hasil,
Assessment Sebutkan data- data pendukung
(A) TTV : TD 140/90, Nadi 76x/mnt S; 36,5°C RR 16 X/mnt
Recommendati Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan)
on (R) Perawat meminta dokter segera datang melihat kondisi pasien
Contoh dalam percakapan:
“dokter…adakah terapi tambahan untuk meredakan nyerinya?
Dan untuk pelvisnya apakah perlu dilakukan foto pelvis?
Kira-kira kapan dokter bisa datang ke ruangan untuk melihat pasienya?”.
Advis dokter :
Ya… mungkin sementara longgarkan spalk jika terlalu kencang, berikan
ekstra therapy kaltrofen Supp untuk meredakan nyerinya, dan lakukan
Foto Pelvis. Saya akan datang ke ruang Berlian jam 10.00 WIB

Proses komunikasi efektif via telpon tersebut dilanjutkan dengan proses


TBAK (Tulis, Baca, dan Konfirmasi kembali), dan lakukan verifikasi pada
DPJP saat visite ruangan dengan meminta tanda tangan, pada kolom
verifikasi sebagai bukti bahwa advise sudah dilakukan dan dokter telah
membaca dan memverifikasi instruksi tersebut. Penulisan SBAR TBAK

13
dilakukan dicatatan perkembangan pasien terintegerasi (CPPT) dengan
menggunakan stampel sebagai berikut

S
B
A
R
BACA ULANG, INSTRUKSI TELAH DILAKUKAN DENGAN BENAR
YANG MENERIMA INSTRUKSI YANG MEMBERI INSTRUKSI
Nama : Nama :
Jam : Jam :
Tanggal : Tanggal:
Tanda tangan : Tanda Tangan:

Untuk proses komunikasi efektif via selain telepon seperti whatsapp,


pesan singkat, atau e-mail pelaporan menggunakan format yang sama yaitu
SBAR dan dilanjutkan dengan TBAK. Pelaporan dengan menggunakan
whatsapp atau media elektronik lainnya dapat disertakan dengan foto hasil
pemeriksaan penunjang misalnya hasil pemeriksaan radiologi dan EKG.
Verifikasi pada DPJP dilakukan dalam 1 x 24 jam pada pemberi instruksi.
Semua dokumentasi dicatat dalam Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi.

2. Pelaporan Hasil Kritis


Apabila dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau
komunikasi elektronik tidak mungkin dilakukan maka harus ditetapkan
panduan untuk penerimaan hasil pemeriksaan dengan nilai kritis dan kepada
siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaan kritis dilaporkan. Nilai kritis adalah
hasil pemeriksaan fisik, diagnostik penunjang yang mencerminkan keadaan
patologis yang dapat membahayakan jiwa bila tidak segera diambil tindakan. d.
Pelaporan Hasil Kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus sudah dilaporkan ke DPJP dalam
waktu kurang dari 1 (satu) jam sehingga sudah dapat mendapatkan terapi.
Pelaporan Nilai Kritis sebelum disampaikan sudah melalui konsultasi dengan
Dokter Penanggung Jawab Laboratorium/radiologi. Perumusan nilai kritis
14
dilakukan oleh penanggungjawab laboratorium yang berdasarkan sumber yang
berlaku / standar yang berlaku (textbook) serta ditetapkan oleh direktur RS
Permata Hati.
Hasil dari penetapan nilai kritis dibuat dalam satu daftar dan diletakkan di
laboratorium, di IGD, ICU, Instalasi Rawat Inap dan Instalasi Rawat Jalan
sehingga mudah diakses oleh petugas medis / petugas kesehatan / analis
laboratorium.
Nilai Kritis dilaporkan segera setelah hasil didapatkan dengan tata cara sesuai
Standar Operasional Prosedur Pelaporan Nilai Kritis. Hal ini bertujuan agar
Mencegah keterlambatan penatalaksanaan pasien dengan hasil kritis. Hasil
kritis dapat diterima oleh DPJP yang merawat dan diinformasikan pada pasien
tepat waktu. Pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis juga merupakan
salah satu isu keselamatan pasien yaitu termasuk hasil pemeriksaaan
laboratorium, radiologi, ultrasonografi, diagnostik jantung/EKG, serta
pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan di tempat tidur pasien, seperti hasil
tanda-tanda vital. Daftar nilai kritis pemeriksaan RS Permata Hati meliputi :
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Kritis
N Umur NILAI NILAI
PEMERIKSAAN SATUAN
O RENDAH TINGGI
HEMATOLOGI
1. Hemoglobin 0-7 minggu ≤7 > 24 g/dl
>7 minggu ≤7 > 20 g/dl
2. Hematokrit ≤ 23% ≥ 70 %
3. Leukosit <2.000 > 30.000 /mm3
4. Trombosit ≤ 40.000 ≥ 1.000.000 /mm3
KIMIA KLINIK
1. Bilirubin Dewasa Tidak ada > 15 mg/dl
2. Ureum <2 > 80 mg/dl
3. Creatinin 1 hari – 4 minggu 0,4 > 2.8 mg/dl
5 minggu – 23 bulan Tidak ada >1.5 mg/dl
2 tahun – 11 tahun Tidak ada >2 mg/dl
12 tahun – 15 tahun Tidak ada > 2.5 mg/dl
> 16 tahun Tidak ada > 10 mg/dl
4. Glukosa Darah < 4 minggu < 40 > 400 mg/dl

15
> 4 minggu < 50 > 400 mg/dl
SEROLOGI BATASAN NILAI
1. HBSAg Semua usia (+) Positif
2. HIV Semua usia (+) Positif
PARASITOLOGI
1. Malaria Semua usia Plasmodium positif (+)

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Radiologi Kritis


Area Anatomi Kondisi Kategori Kritis
Sistem saraf pusat Fraktur depresi pada tengkorak
Fraktur tulang belakang servikal
Dada Tension pneumothorax
Hematothorax
Emfisema mediastinum / pneumomediastinum
Abdomen Udara bebas di abdomen
Volvulus
Obstruksi usus
Umum Kesalahan lokasi pemasangan selang

Tabel 3. Pemeriksaan Elektrokardiografi Kritis


No. Hasil Pemeriksaan
1. Elevasi segmen ST akut sebesar 1 mm atau lebih pada 2 atau lebih lead yang
berhubungan
2. Depresi segmen ST akut sebesar 2 mm atau lebih pada 3 atau lebih lead yang
berhubungan
3. AV block derajat tinggi tanpa pace maker
4. VT , VF
5. Torsade de pointes

Tabel 4. Pemeriksaan USG


USG Kehamilan ektopik
Abruptio placentae
Placental Previa menjelang aterm
Torsio testis atau ovarium

16
Tabel 5. Pemeriksaaan tanda-tanda vital kritis
Tekanan Tekanan Nadi Respirasi Suhu GCS
darah darah (kali/menit (kali/menit (0C) (Glasgow
(TD) (TD) ) ) Coma Scale)
Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
> 180 > 110 >120 >35 Hipertermi Score < 8
< 70 < 40 < 50 <8 >40ºC (Somnolen
Hipotermi sampai
< 35 ºC dengan Coma
Sumber : stoelting analstetik care 2011

Apabila memperoleh hasil pemeriksaan kritis, maka akan dilakukan :


1. Petugas laboratorium/radiologi/pemeriksa EKG memastikan pemeriksaan
dilakukan dengan benar. Untuk petugas laboratorium melakukan
pemeriksaan ulang untuk memastikan hasil yang diperoleh sama.
2. Petugas laboratorium/radiologi/pemeriksa EKG melaporkan hasil kritis
kepada kepada dokter penanggung jawab laboratorium/instalasi radiologi.
3. Petugas laboratorium/radiologi/pemeriksa EKG memberitahukan hasil
pemeriksaan dengan nilai kritis ke DPJP/dokter pengirim maksimal dalam
waktu 5 menit setelah hasil divalidasi dan diverifikasi oleh dokter
penanggung jawab laboratorium/instalasi radiologi. Bila DPJP ada di
tempat maka langsung dilaporkan kepada DPJP, apabila DPJP tidak di
tempat dan pasien di IGD maka dilaporkan ke dokter jaga IGD atau
perawat IGD, atau ke perawat/bidan rawat inap apabila pasien apabila
pasien dirawat. Pelaporan via telepon sesuai dengan SPO Komunikasi
efektif lisan via telepon.
4. Dokter atau perawat/bidan mencatat nilai pemeriksaan kritis di lembat
catatan perkembangan pasien terintegrasi dan membacakan kembali hasil
yang dilaporkan oleh petugas sampai dinyatakan benar oleh petugas yang
melaporkan.
5. Hasil pemeriksaan yang telah dicetak diantar oleh petugas laboratorium ke
perawat/bidan di instalasi rawat jalan, rawat inap, ICU atau IGD dan
dimasukkan ke rekam medis pasien.

17
6. Apabila laporan hasil kritis diterima oleh dokter jaga, maka dokter jaga
melaporkan hasil tersebut ke DPJP. Apabila pelaporan tersebut dilakukan
via telepon maka lakukan sesuai SPO “Komunikasi Efektif Lisan Via
Telepon”.
7. Dokter jaga yang menerima hasil kritis menerapkan mekanisme pelaporan
hasil kritis sebagai berikut:
a. 15 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP, bila belum
berhasil menghubungi, ke langkah berikut:
b. 15 menit ke dua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:
c. 15 menit ke tiga: melaporkan hasil pada Ketua Komite Medis
8. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis tersebut, bertanggungjawab
terhadap interpretasi hasil dan pengambilan tindakan terhadap pasien.
9. Apabila dalam 1 x 15 menit Ketua Komite Medis juga tidak dapat
dihubungi maka dokter jaga melapor kepada Direktur RS.
10. Apabila dalam kondisi direktur tidak dapat dihubungi maka dokter jaga
mengambil tindakan sesuai dengan kompetensinya.

3. Serah terima pasien


Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit terjadi antar-PPA
seperti antara staf medis dan staf medis, antara staf medis dan staf keperawatan
atau dengan staf klinis lainnya, atau antara PPA dan PPA lainnya pada saat
pertukaran shift; antarberbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang sama
seperti jika pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit
darurat ke kamar operasi; dan dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik
atau unit tindakan seperti radiologi atau unit terapi fisik. Gangguan komunikasi
dapat terjadi saat dilakukan serah terima asuhan pasien yang dapat berakibat
kejadian yang tidak diharapkan (adverse event) atau kejadian sentinel.
Komunikasi yang baik dan terstandar baik dengan pasien, keluarga pasien, dan
pemberi layanan dapat memperbaiki secara signifikan proses asuhan pasien.
Serah terima pasien antar ruangan menggunakan formulir khusus di rekam
medis. Sedangkan untuk serah terima pasien antar shift menggunakan buku
operan. Menulis kondisi pasien dengan format SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recommendation) di buku laporan dan menyerahkan order yang
harus diteruskan. Proses hand-over diverifikasi dengan tanda tangan di setiap

18
pergantian shift. Proses hand-over sebisa mungkin melibatkan pasien.
Dilakukan evaluasi berkala mengenai metode pelaksanaan hand-over pasien
dalam rapat di masing-masing ruang perawatan.
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
Situation (S) :
Nama : Ny.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2018 sudah 3 hari
perawatan, DPJP : dr. A, SpOG
Masalah keperawatan:
- Nyeri
- Gangguan integritas kulit
Background (B) :
- Pasien Post SC hari ke 2
Assessment (A) :
- Kesadaran composmentis
- TD 120/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit, VAS 4
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl
Recommendation (R) :
- Ajarkan teknik relaksasi
- Pemberian terapi antinyeri sesuai advise dokter
- Assesmen ulang nyeri
- Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
- Perawatan luka operasi
- Rencana cek DL ulang sore ini

19
BAB VI
DOKUMENTASI

1. Komunikasi Efektif via Telpon


- SBAR dan TBAK ditulis dalam catatan perkembangan pasien terintegrasi di
rekam medis
2. Pelaporan Hasil Kritis
- Laporan hasil kritis via telepon ditulis dalam catatan perkembangan pasien
terintegrasi di rekam medis dengan mencantukan nama petugas lab/radiologi,
jam laporan hasil kritis, identitas lengkap pasien dan nilai kritis yang
dilaporkan ditulis lengkap.
- Hasil pemeriksaan laboratorium/radiologi dalam bentuk cetak disusulkan ke
unit segera setelahnya dengan diberi cap hasil pemeriksaan kritis.
3. Serah terima pasien
- Serah terima pasien antar ruangan menggunakan formulir serah terima yang
diletakkan dalam rekam medis.
- Serah terima pasien antar shift ditulis di buku laporan tiap ruangan dengan
format SBAR.

Ditetapkan di : Way Jepara


Pada tanggal : 12 Desember 2020
Direktur Rumah Sakit Permata Hati

dr. Intan Kusumaningtyas. Sp.OG, MPH

20

Anda mungkin juga menyukai