TENTANG
Menimbang : a. Bahwa agar tercipta komunikasi yang efektif dan efisien, serta
memiliki daya ungkit terhadap mutu pelayanan dan kepuasan
pelanggan di Lingkungan Rumah Sakit Permata Hati;
b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, perlu
ditetapkan Pedoman Komunikasi Efektif di Lingkungan
Rumah Sakit Permata Hati;
c. Bahwa penetapan Pedoman Komunikasi Efektif di
Lingkungan Rumah Sakit Permata Hati sebagaimana tersebut
pada huruf b, perlu ditetapkan dan diatur dengan Keputusan
Direktur.
2
Lampiran
Keputusan Direktur RS Permata Hati
Nomor : 217/SK/SKP/RSPH/XII/2020
Tanggal : 12 Desember 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami
oleh resipien/penerima, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan
peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau
tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah
diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, dan pelaporan kembali
hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan
pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Sehubungan dengan hal tersebut maka RS Permata Hati membuat program
komunikasi efektif di lingkungan RS Permata Hati yang meliputi :
1. Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan masyarakat
2. Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan pasien dan keluarga
3. Komunikasi efektif antar pemberi pelayanan di Rumah Sakit
4. Edukasi pasien dan keluarga
Bentuk komunikasi interpersonal di rumah sakit biasanya antara dokter, perawat,
ataupun paramedik dengan pasien dan keluarganya. Bentuk komunikasi
interpersonal seperti ini juga dikenal dengan Komunikasi Terapeutik.
Komunikasi ini berfokus pada pertukaran informasi mengenai kondisi kesehatan
pasien. Komunikasi dalam hal penyampaian informasi dan edukasi mengenai
fasilitas pelayanan rumah sakit dan kesehatan kepada pasien dan keluarga
biasanya melalui kegiatan seperti penyuluhan (edukasi). Beberapa media massa
yang digunakan oleh RS Permata Hati dalam berkomunikasi dengan masyarakat
ataupun pasien dan keluarga adalah leaflet, poster, banner, dan website.
B. Tujuan Umum
Rumah Sakit menyusun komunikasi yang efektif baik dengan masyarakat, pasien
dan keluarga, tenaga kesehatan profesional lain maupun antar unit kerja di
Rumah Sakit agar tidak terjadi kegagalan yang mengancam keselamatan pasien.
3
C. Tujuan Khusus
1. Memudahkan orang lain dalam memahami pesan yang disampaikan dan
informasi yang disampaikan dapat menimbulkan feedback dari komunikan.
2. Meminimalisir kejadian yang tidak diharapkan di Rumah Sakit.
3. Sebagai acuan dalam melaksanakan proses kerja bagi sumber daya manusia
yang ada di dalam RS Permata Hati.
D. Manfaat
1. Terciptanya budaya komunikasi efektif baik antar petugas rumah sakit
maupun antara pasien dan petugas rumah sakit
2. Untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
E. Pengertian
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya bersama. Secara
terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran
atau informasi (pesan) dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara
tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh
penyampai pikiran-pikiran atau informasi”. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn,
Hunt & Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988).
- Komunikasi Efektif
Komunikasi Efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi
dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi. (Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994 ; Koontz &
Weihrich, 1988).
- Sumber/Pemberi Pesan/Komunikator
Sumber/Pemberi Pesan/Komunikator adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima pesan/komunikan. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah diterima
dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal 8). Komunikator yang baik adalah
komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas dan dalam tentang
informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang
baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
4
- Isi Pesan
Isi Pesan adalah ide atau informasi yang disampaikan kepada komunikan.
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian, penerimanya.
- Media/Saluran Pesan
Media/Saluran Pesan (Elektronik, Lisan, Tulisan) adalah sarana komunikasi dari
komunikator kepada komunikan. Media berperan sebagai jalan atau saluran yang
dilalui isi pernyataan yang disampaikan pengirim atau umpan balik yang
disampaikan penerima. Pesan dapat berupa berita lisan, tertulis atau keduanya
sekaligus. Pada kesempatan tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim
yaitu saat komunikasi berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin
terjadi berupa perubahan sikap (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
- Penerima Pesan/Komunikan
Penerima Pesan/Komunikan adalah pihak/orang yang menerima pesan. Penerima
pesan berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran pengirim dan
penerima berita bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab penerima
adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan memberikan
umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga proses
komunikasi berlangsung dua arah (konsil kedokteran Indonesia, hal 8).
- Umpan Balik
Umpan balik adalah respon/tindakan dari komunikan terhadap respon pesan yang
diterimanya.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
B. Sifat Komunikasi
Komunikasi dapat bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan promosi).
Komunikasi yang bersifat informasi asuhan di RS Permata Hati adalah :
6
1. Jam pelayanan
2. Pelayanan yang tersedia
3. Cara mendapatkan pelayanan
4. Informasi tarif
5. Penyampaian keluhan/saran/masukan
6. Informasi kegiatan di RS Permata Hati
7. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan Rumah Sakit.
Akses informasi dapat diperoleh melalui : Petugas Penanganan Keluhan, Petugas
Admisi, Petugas Rekam Medis, Petugas Farmasi, Perawat, Bidan, Dokter,
Website, media sosial, email dan surat menyurat.
Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) adalah :
1. Edukasi mengenai Obat
2. Edukasi mengenai Penyakit
3. Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari
4. Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya pasca dirawat di Rumah Sakit
5. Edukasi mengenai Gizi
7
6. Untuk memverifikasi dan mengklarifikasi sebaiknya pemberi pesan mengeja
huruf demi huruf menggunakan Alfabet Standar Internasional yaitu :
Yah..
benar.. Jadi isi pesannya
ini ya pak...
Feed Back
Gangguan
Komunikator Isi pesan saluran Komunikan
8
E. Jenis Komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu komunikasi tertulis,
komunikasi verbal, komunikasi non-verbal.
1. Komunikasi Tertulis
Komunikasi Tertulis merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara
tertulis baik manual maupun melaui media seperti email, surat, media cetak,
dan lainnya. Dalam rumah sakit komunikasi tertulis dapat berupa catatan
perkembangan pasien, catatan medis, laporan perawat dan catatan lainnya.
2. Komunikasi Verbal
Komunikasi Verbal merupakan Komunikasi yang disampaikan secara lisan,
komunikasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi
seperti Telepon. Komunikasi verbal dengan metode SBAR yaitu Situation,
Background, Assessment, Recommendation. Komunikasi efektif SBAR
dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan dan didokumentasikan serta
dicatat di catatan perkembangan pasien terintegrasi sehingga tenaga
kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan pasien.
Pelaksanaan komunikasi verbal dengan metode SBAR dilakukan pada saat:
1. Saat serah terima pasien antar shift dinas
2. Saat Melaporkan kondisi pasien kepada DPJP/ dokter yang merawat via
telepon
a. Beri stampel SBAR di catatan perkembangan pasien terintegerasi dan
isis sesuai dengan kondisi pasien yg hendak dilaporkan
b. Menghubungi dokter DPJP atau yang merawat pasien dan melaporkan
kondisi pasien dengan format SBAR.
b. Mencatat Instruksi yang telah diberikan oleh DPJP/ dokter yang
merawat pada formulir terintegrasi
c. Lanjutkan dengan Komunikasi verbal dengan metode TBaK yaitu teknik
komunikasi lisan pertelepon dengan menulis, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh pemberi pesan.
1. T : Tulis penerima instruksi menulis lengkap instruksinya.
2. BA: BAca ulang jelas,bila instruksi mengandung nama obat
LASA/NORUM, maka nama obat LASA/NORUM harus dieja satu
persatu hurufnya.
3. K: Konfirmasi lisan
Komunikasi verbal dengan metode TBaK dapat dilakukan pada saat:
9
a. Menerima instruksi verbal per telpon/lisan
b. Menerima pelaporan hasil tes kritis/ critical test/ pemeriksaan cito
c. Menerima pelaporan nilai kritis/ critical test /result
Cara menerima laporan dengan metode TBaK :
Tulis pesan yang disampaikan di formulir terintegrasi, meliputi:
1. Tgl & jam pesan diterima
2. Nama lengkap pasien, tgl lahir, diagnosa
3. Gunakan simbol/ singkatan sesuai standar
4. Dosis/ nilai harus spesifik untuk menghindari salah penafsiran
5. Nama petugas pelapor/ memberi pesan
6. Nama dan ttd petugas penerima pesan
7. Bila pesan melalui telepon, pengirim pesan/ dokter menandatangani
pada saat visit hari berikutnya
BAca, yaitu bacakan kembali isi pesan untuk Konfirmasi kebenaran pesan
yang ditulis, dan bubuhkan stempel TBAK pada formulir catatan peneria
pasien.
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi Non Verbal merupakan komunikasi dimana pesan disampaikan
tidak menggunakan kata-kata. Komunikasi ini adalah cara yang paling
meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Tenaga medis
perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan oleh pasien
mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan karena pesan
non verbal dapat memperkuat pesan yang disampaikan secara verbal.
Komunikasi non verbal meliputi metakomunikasi dapat dilihat dari :
a. Penampilan fisik
b. Nada suara atau intonasi bicara
c. Ekspresi wajah
d. Isyarat
e. Bahasa tubuh
10
F. Komunikasi Efektif di lingkungan RS Permata Hati
- Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan masyarakat
Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan masyarakat dapat dilakukan
dalam bentuk pemasangan spanduk, banner, poster, website, berisi daftar
pelayanan rumah sakit, ketersediaan dokter, fasilitas RS, cara mengakses
rumah sakit, dll.
- Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan pasien dan keluarga
Komunikasi efektif antara Rumah Sakit dengan pasien dan keluarga yang
dalam bentuk banner, spanduk, leaflet, berisi peraturan rumah sakit, promosi
kesehatan, hak dan kewajiban pasien, informasi tentang penyakit dan
pencegahannya.
- Komunikasi efektif antar pemberi pelayanan di Rumah Sakit
Komunikasi efektif antar pemberi pelayanan di Rumah Sakit dapat berupa
verbal dan non-verbal. Komunikasi efektif ini dapat berupa komunikasi
efektif via telpon (SBAR, TBAK), pelaporan hasil kritis, dan serah terima
pasien (hand-over).
- Edukasi pasien dan keluarga
11
BAB III
TATALAKSANA
12
Sebutkan nama anda asal rumah sakit, ruangan pelapor
Situation (S) Sebutkan identitas pasien dan nomor kamar pasien
Sebutkan masalah pasien tersebut (sesak nafas, nyeri dada, dsb)
Contoh dalam percakapan: Dimulai telepon pukul 08.15 WIB
“ Selamat pagi dr…, saya…., perawat RS Permata Hati dari ruang Berlian
akan melaporkan pasien baru dari IGD tadi malam. Ny G 69 tahun di
kamar 2, sekarang mengeluh kesakitan di pinggul kanan dengan skala 8,
kaki kanan juga susah digerakan. Sudah saya lakukan manjemen Nyeri
mengunakan tehnik Relaksasi, pengalihan perhatian dapat ketorolac
injeksi tadi jam 6 pagi”.
Background Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan :
(B) Contoh dalam percakapan:
“Riwayatnya pasien jatuh dikamar mandi, punya riwayat stroke lama.
Ketika di IGD telah dilakukan pemasangan spalk untuk kaki kanan dan
telah dilakukan rontgen femur namun belum ada hasil bacaan, laborat
untuk pemeriksaan darah sudah diambil sampel tetapi belum ada hasil,
Assessment Sebutkan data- data pendukung
(A) TTV : TD 140/90, Nadi 76x/mnt S; 36,5°C RR 16 X/mnt
Recommendati Rekomendasi (pilih sesuai kebutuhan)
on (R) Perawat meminta dokter segera datang melihat kondisi pasien
Contoh dalam percakapan:
“dokter…adakah terapi tambahan untuk meredakan nyerinya?
Dan untuk pelvisnya apakah perlu dilakukan foto pelvis?
Kira-kira kapan dokter bisa datang ke ruangan untuk melihat pasienya?”.
Advis dokter :
Ya… mungkin sementara longgarkan spalk jika terlalu kencang, berikan
ekstra therapy kaltrofen Supp untuk meredakan nyerinya, dan lakukan
Foto Pelvis. Saya akan datang ke ruang Berlian jam 10.00 WIB
13
dilakukan dicatatan perkembangan pasien terintegerasi (CPPT) dengan
menggunakan stampel sebagai berikut
S
B
A
R
BACA ULANG, INSTRUKSI TELAH DILAKUKAN DENGAN BENAR
YANG MENERIMA INSTRUKSI YANG MEMBERI INSTRUKSI
Nama : Nama :
Jam : Jam :
Tanggal : Tanggal:
Tanda tangan : Tanda Tangan:
15
> 4 minggu < 50 > 400 mg/dl
SEROLOGI BATASAN NILAI
1. HBSAg Semua usia (+) Positif
2. HIV Semua usia (+) Positif
PARASITOLOGI
1. Malaria Semua usia Plasmodium positif (+)
16
Tabel 5. Pemeriksaaan tanda-tanda vital kritis
Tekanan Tekanan Nadi Respirasi Suhu GCS
darah darah (kali/menit (kali/menit (0C) (Glasgow
(TD) (TD) ) ) Coma Scale)
Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
> 180 > 110 >120 >35 Hipertermi Score < 8
< 70 < 40 < 50 <8 >40ºC (Somnolen
Hipotermi sampai
< 35 ºC dengan Coma
Sumber : stoelting analstetik care 2011
17
6. Apabila laporan hasil kritis diterima oleh dokter jaga, maka dokter jaga
melaporkan hasil tersebut ke DPJP. Apabila pelaporan tersebut dilakukan
via telepon maka lakukan sesuai SPO “Komunikasi Efektif Lisan Via
Telepon”.
7. Dokter jaga yang menerima hasil kritis menerapkan mekanisme pelaporan
hasil kritis sebagai berikut:
a. 15 menit pertama: harus segera melaporkan pada DPJP, bila belum
berhasil menghubungi, ke langkah berikut:
b. 15 menit ke dua: harus melaporkan pada DPJP, bila belum berhasil
menghubungi, ke langkah berikut:
c. 15 menit ke tiga: melaporkan hasil pada Ketua Komite Medis
8. Dokter yang dilaporkan tentang hasil kritis tersebut, bertanggungjawab
terhadap interpretasi hasil dan pengambilan tindakan terhadap pasien.
9. Apabila dalam 1 x 15 menit Ketua Komite Medis juga tidak dapat
dihubungi maka dokter jaga melapor kepada Direktur RS.
10. Apabila dalam kondisi direktur tidak dapat dihubungi maka dokter jaga
mengambil tindakan sesuai dengan kompetensinya.
18
pergantian shift. Proses hand-over sebisa mungkin melibatkan pasien.
Dilakukan evaluasi berkala mengenai metode pelaksanaan hand-over pasien
dalam rapat di masing-masing ruang perawatan.
Contoh komunikasi efektif SBAR antar shift dinas/ serah terima :
Situation (S) :
Nama : Ny.A umur 35 tahun, tanggal masuk 8 Desember 2018 sudah 3 hari
perawatan, DPJP : dr. A, SpOG
Masalah keperawatan:
- Nyeri
- Gangguan integritas kulit
Background (B) :
- Pasien Post SC hari ke 2
Assessment (A) :
- Kesadaran composmentis
- TD 120/80 mmHg, Nadi 100x/menit, suhu 37 0C, RR 20 x/menit, VAS 4
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9 mg/dl
Recommendation (R) :
- Ajarkan teknik relaksasi
- Pemberian terapi antinyeri sesuai advise dokter
- Assesmen ulang nyeri
- Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
- Perawatan luka operasi
- Rencana cek DL ulang sore ini
19
BAB VI
DOKUMENTASI
20