Anda di halaman 1dari 14

Nomor : B -208/BNPB/D1/PK.01.

01/08/2021 18 Agustus 2021


Lampiran : 1 (Satu) Berkas
Hal : Permohonan Pendampingan Penyusunan
Rencana Penanggulangan Bencana di Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional Danau Toba

Yth. Bapak/Ibu
(Daftar terlampir)

Sebagai salah satu upaya pengelolaan risiko bencana di Kawasan Strategis


Pariwisata Nasional, pada tahun anggaran 2021 ini Direktorat Pengembangan Strategi
Penanggulangan Bencana BNPB akan menyusun Rencana Penanggulangan
Bencana (RPB) di 5 KSPN. Sehubungan dengan hal tersebut, mohon dukungan dan
pendampingan dari Instansi Bapak/Ibu dalam proses penyusunan dokumen tersebut.

Sebagai bagian dari tahapan penyusunan, kami melalui Direktorat


Pengembangan Strategi Penanggulangan Bencana BNPB dan tim Penulis akan
melakukan pengambilan data, informasi dan survey/wawancara di Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Danau Toba pada tanggal 24-26 Agustus 2021. Terkait dengan
hal tersebut, kami harapkan dukungan Bapak/Ibu untuk dapat menerima kunjungan
dan memfasilitasi kebutuhan data dan survet selama penyusunan Dokumen Rencana
Penanggulangan Bencana pada Kawasan Strategis Nasional Danau Toba.

Sebagai informasi lebih lanjut dapat menghubungi Sdr. Varradi Syailendra, HP.
081317043963. Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya
disampaikan terima kasih.

Plh. Deputi Bidang Sistem dan


Strategi

Agus Wibowo

Tembusan :
1. Kepala BNPB;
2. Sekretaris Utama BNPB
Lampiran I
Nomor : B-208/BNPB/D1 /PK.01.01/08/2021
Tanggal :18 Agustus 2021

Daftar Pejabat/Pegawai yang diundang:

1. Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara;


2. Sekretatis Daerah Kabupaten Karo;
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Simalungun;
4. Sekretaris Daerah Kabupaten Toba;
5. Sekretaris Daerah Kabupaten Samosir;
6. Sekretaris Daerah Kabupaten Tapanili Utara;
7. Sekretaris Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan;
8. Sekretaris Dasrah Kabupaten Dairi;
9. Sekretaris Daerah Kabupaten Pak-Pak Barat;
10. Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Sumatera Utara;
11. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Utara;
12. Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Utara;
13. Kepala Dinas PUPR Provinsi Sumatera Utara;
14. Kepala Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Utara;
15. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara;
16. Kepala Kantor Imigrasi Provinsi Sumatera Utara;
17. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Karo;
18. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Karo;
19. Kepala Bappeda Kabupaten Karo;
20. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Karo;
21. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Karo;
22. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Karo;
23. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Simalungun;
24. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Simalungun;
25. Kepala Bappeda Kabupaten Simalungun;
26. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Simalungun;
27. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Simalungun;
28. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Simalungun;
29. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simalungun;
30. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Toba;
31. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Toba;
32. Kepala Bappeda Kabupaten Toba;
33. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Toba;
34. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Toba;
35. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Toba;
36. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Samosir;
37. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Samosir;
38. Kepala Bappeda Kabupaten Samosir;
39. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Samosir;
40. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Samosir;
41. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir;
42. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Tapanuli Utara;
43. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Tapanuli Utara;
44. Kepala Bappeda Kabupaten Tapanuli Utara;
45. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Tapanuli Utara;
46. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Tapanuli Utara;
47. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapanuli Utara;
48. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Humbang Hasundutan;
49. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Humbang Hasundutan;
50. Kepala Bappeda Kabupaten Humbang Hasundutan;
51. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Humbang Hasundutan;
52. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Humbang Hasundutan;
53. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Humbang Hasundutan;
54. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Dairi;
55. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Dairi;
56. Kepala Bappeda Kabupaten Dairi;
57. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Dairi;
58. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Dairi;
59. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi;
60. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pakpak Bharat;
61. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pakpak Bharat;
62. Kepala Bappeda Kabupaten Pakpak Bharat;
63. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Pakpak Bharat;
64. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Pakpak Bharat;
65. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pakpak Bharat;
66. Direktur Utama Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba;

Plh. Deputi Bidang Sistem dan


Strategi

Agus Wibowo
Lampiran II
Nomor : B-208/BNPB/D1 /PK.01.01/08/2021
Tanggal : 18 Agustus 2021

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

Survey Persiapan dan FGD


PENYUSUNAN RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA
KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL
Danau Toba

I. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati dan


keragaman budaya. Kekayaan tersebut menjadikan Indonesia fokus kepada sektor
pariwisata. Sejak tahun 2016, pemerintah sudah melakukan berbagai strategi khusus
untuk mendatangkan 12 juta wisatawan mancanegara dan 260 juta wisatawan
domestik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menetapkan 10 destinasi
unggulan yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 - 2024 dan dipilih
berdasarkan potensi yang diharapkan mampu menarik perhatian wisatawan sehingga
memiliki dampak kepada perekonomian. Adapun 10 destinasi wisata prioritas yang
akan difokuskan pengelolaannya oleh pemerintah adalah Danau Toba di Sumatera
Utara; Pantai Tanjung Kelayang di Kepulauan Bangka Belitung; Likupang di Sulawesi
Utara; Raja Ampat di Papua Barat; Candi Borobudur di Jawa Tengah; Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur; Mandalika di Nusa Tenggara Barat; Labuan
Bajo di Nusa Tenggara Timur; Pulau Morotai di Maluku Utara; dan Wakatobi di
Sulawesi Tenggara.

Keindahan alam dan budaya menjadikan pariwisata sebagai penyumbang devisa


kedua terbesar di Indonesia. Akan tetapi, Indonesia juga memiliki potensi bencana
yang tinggi. Letak Indonesia yang berada di antara dua benua dan samudera, serta
tepat berada di atas deretan cincin gunung api, menjadikan Indonesia rawan akan
bencana seperti gempabumi, letusan gunung berapi, kebakaran hutan, banjir, cuaca
ekstrim, tanah longsor, cuaca ekstrim, dan tsunami. Berdasarkan data BNPB, dalam
10 tahun kejadian bencana di Indonesia cenderung masih tinggi. Akibatnya, selain
masyarakat menjadi korban, kerusakan-kerugian dan hasil-hasil pembangunan pun
menjadi hilang. Data menunjukkan bahwa kejadian bencana telah meningkat secara
signifikan dalam satu dekade terakhir. Pada kurun waktu dekade terakhir ini, Indonesia
dilanda bencana sejumlah 21.118, dimana 19.623 kejadian merupakan bencana alam.
Bencana alam telah mengakibatkan korban jiwa meninggal sebanyak 9.817 orang ,
dan rerata berdampak pada kerugian ekonomi setiap tahun mencapai Rp 22,8 triliun
atau setara US$ 1,4 miliar , serta mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara,
salah satunya adalah di sektor pariwisata.

Contoh kerentanan industri pariwisata terhadap bencana dan krisis adalah kejadian
gempabumi di Lombok pada tahun 2018. Gempabumi dengan kekuatan 7 Skala
Richter (SR) ini mengakibatkan ratusan orang luka-luka dan meninggal dunia serta
menyebabkan kerusakan sejumlah bangunan dan fasilitas publik seperti tempat
tinggal, rumah sakit, pusat perbelanjaan, hingga bandara. Hal ini berdampak pada
penurunan jumlah wisatawan di pulau Lombok. Dari pengalaman bencana gempabumi
Lombok, maka dapat dikatakan bahwa industri pariwisata sangat rentan terhadap
bencana dan krisis.

Disamping itu, kondisi pariwisata saat ini juga menurun akibat dampak pandemi wabah
penyakit, salah satunya adalah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Sektor
pariwisata merupakan sektor yang mendapatkan dampak langsung, seperti
menurunnya jumlah wisatawan sehingga menurunkan aktivitas ekonomi pada
kawasan pariwisata tersebut. Maka dari itu, perlu adanya strategi adaptasi bagi pelaku
usaha dan juga pemerintah dalam merespon kondisi terkini. Melalui kebijakan dan aksi
yang tepat, aktivitas pariwisata dapat terus berjalan.

Kerugian ekonomi akibat kerusakan lingkungan hidup serta dampak bencana


diproyeksi menghambat laju pertumbuhan ekonomi nasional, maka ketahanan
terhadap bencana khususnya dibidang pariwisata menjadi salah satu dari 7 (tujuh)
Agenda Pembangunan dalam rancangan RPJMN 2020-2024. Sehingga dibutuhkan
perencanaan penanggulangan bencana yang komprehensif, sehingga
penanggulangan bencana dapat dilaksanakan secara terkoordinasi, terpadu, terarah
dan menyeluruh.

Upaya pengelolaan risiko bencana di kawasan pariwisata masih sangat minim atau
belum optimal. Pengembangkan kawasan pariwisata nasional secara masif bila tanpa
menyiapkan upaya pengelolaan risiko bencana yang kolaboratif dan terpadu dapat
berkonsekuensi pada meningkatnya risiko atau potensi dampak kerusakan dan
kerugian serta korban akibat bencana pada masa mendatang. Dari permasalahan
tersebut maka perlu disusun kebijakan yang paling tepat sesuai kriteria yang dapat
mengoptimalkan pengelolaan risiko bencana di Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional dengan menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional sebagai perencanaan dan keterpaduan penyelenggaraan
penanggulangan bencana di daerah wisata tersebut menjadi lebih optimal.
Penyusunan RPB di KSPN harus mengacu kebijakan Nasional PB, Pembangunan,
Kepariwisataan dan komitmen Global. RPB KSPN ini diharapkan menjadi rencana
induk pengelolaan risiko bencana di KSPN yang terintegrasi dengan perencanaan
pembangunan dan sektoral terkait.

Penyusunan Dokumen RPB KSPN Danau Toba menggunakan gabungan berbagai


kajian dan perencanaan yang telah ada sebelumnya seperti Dokumen Kajian Risiko
Bencana Kawasan Pariwisata Danau Toba, Dokumen Rencana Induk Pariwisata
Terpadu (Integrated Tourism Master Plan – ITMP) Danau Toba, Master Plan Geopark
Kaldera Toba dan dokumen penunjang lainnya.

Berdasarkan dokumen-dokumen tersebut, perlu untuk mempelajari lebih dalam batas


lingkup area yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dokumen RPB KSPN Danau
Toba. Sebagai dasar utama pelingkupan area perencanaan adalah dari Wilayah
Sungai Toba-Asahan.

Berdasarkan Wilayah Sungai Toba-Asahan, dapat dikelompokkan kawasan-kawasan


di sekitar Danau Toba menjadi 2 kawasan besar, yaitu Kawasan Penyangga, Kawasan
Pendukung dan Kawasan Utama.

Kawasan Penyangga adalah kawasan yang menyangga keberadaan air bagi Danau
Toba, yaitu pada Kabupaten Kota Tanjung Balai, Kabupaten Asahan dan Kabupaten
Pakpak Bharat. Kawasan Pendukung adalah kabupaten yang berada di sekeliling
danau, beberapa diantaranya menjadi daerah geopark kaldera Toba, dan masuk
dalam wilayah perencanaan ITMP, namun tidak menjadi KTA. Kabupaten yang masuk
dalam Kawasan Pendukung ini adalah Kabupaten Dairi dan Kabupaten Humbang
Hasundutan. Kawasan Utama adalah kawasan yang menjadi KTA Danau Toba.
Kabupaten yang menjadi Kawasan Utama adalah Kabupaten Simalungun (KTA
Girsang Sipangan Bolon), Kabupaten Karo (KTA Merek), Kabupaten Samosir (KTA
Simanindo dan KTA Pangururan), Kabupaten Tapanuli Utara (KTA Muara), Kabupaten
Toba (KTA Balige).

Berdasarkan hasil kajian risiko bencana, Kawasan Pariwisata Danau Toba memiliki
risiko yang rendah hingga tinggi terhadap bencana gempabumi. Tingkat risiko tinggi di
Desa Hutaginjang, Kecamatan Muara untuk KTA Muara Balige. Risiko Tinggi di KTA
Panguruan-Simanindo-Girsang Sipangan Bolon terdapat di Desa Girsang, Kecamatan
Girsang Sipangan Bolon. Tingkat risiko bencana banjir bandang yang tinggi di KTA
Muara-Balige Kawasan Pariwisata Danau Toba terdapat di Desa Hutanamora,
Kecamatan Balige (Desa Hutanamora). Sedangkan untuk bencana banjir yang tinggi
berada di Desa Siboruon Kecamatan Balige.

Risiko bencana tanah longsor yang tinggi berada di Desa Aek Bolon Jae Kecamatan
Balige yang berada di KTA Muara-Balige dan Desa Sabaganding Kecamatan Girsang
Sipangan Bolon, Desa Parbalohan Kecamatan Simanindo (Desa Parbalohan), Desa
Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan di KTA PanguruanSimanindo-Girsang
Sipangan Bolon. Untuk KTA Merek, tidak ada yang memiliki tingkat risiko tinggi, namun
sedang.

Tingkat risiko bencana epidemi dan wabah penyakit (Covid 19) yang tinggi terdapat di
Desa Hutaginjang Kecamatan Muara KTA Muara-Balige, Desa Girsang Kecamatan
Girsang Sipangan Bolon di KTA Panguruan-Simanindo-Girsang Sipangan Bolon.
Sedangkan di KTA Merek semua kawasan memiliki risiko bencana yang sedang
terhadap bahaya epidemi dan wabah penyakit (Covid 19).
Pada kawasan yang telah terbentuk dan tengah berkembang, strategi
penyelenggaraan penanggulangan bencana dititkberatkan untuk menjadi pendukung
dari strategi pengembangan kawasan. Penyelenggaraan penanggulangan bencana
sepatutnya menjadi penambahan nilai yang mendorong wisatawan untuk memilih
meluangkan waktu nya di Danau Toba dibanding kawasan lain yang belum
menerapkan pengelolaan risiko bencana, baik pra-saat mau pun pasca bencana yang
tertuang dalam dokumen rencana penanggulangan bencana kawasan.

Dengan perspektif ini, maka RPB KSPN Danau Toba berfokus kepada perlindungan
wisatawan dan kawasan dari bencana, berdasarkan 6 aspek perencanaan. Aspek-
aspek tersebut adalah:

 aspek pengelolaan kawasan untuk pengurangan risiko bencana;


 aspek standar layanan pencegahan bencana untuk wisatawan;
 aspek standar layanan bagi wisatawan saat terjadi bencana;
 aspek standar layanan bagi wisawan setelah terjadi bencana;
 aspek pemulihan bencana yang B3S; dan
 aspek keberlanjut-mampuan pengelolaan risiko bencana di kawasan KSPB
Danau Toba

aspek-aspek ini tidak bertentangan dengan Rencana Induk Pembangunan


Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 (RIPPARNAS), justru menjadi pendukung
utama untuk memperkuat nilai destinasi wisata. Disamping itu juga perlu untuk melihat
komponen pembangunan kepariwisataan nasional yaitu komponen pembangunan
Destinasi Wisata, Pemasaran Pariwisata, Industri Pariwisata, dan Kelembagaan
Kepariwisataan.

Aspek perencanaan perlindungan wisata dan kawasan dari bencana yang


diinternalisasi dengan strategi-strategi pembangunan dalam 4 komponen
pembangunan RIPPARNAS perlu diterjemahkan secara khusus untuk tiap-tiap
kawasan di KSPN Danau Toba, baik Kawasan Penyangga, Kawasan Pendukung mau
pun Kawasan Utama.

Diharapkan dengan proses harmonisasi ini diperoleh strategi untuk mengintegrasikan


penyelenggaraan penanggulangan bencana pada setiap aktivitas wisata dan
pembangunan di KSPN Danau Toba. Gabungan dari strategi dan aktivitas dari hasil
harmonisasi tersebut akan menjadi kerangka penyusunan RPB KSPN Danau Toba.

Proses harmonisasi tentu saja membutuhkan kolaborasi. Kolaborasi dari berbagai


pemangku kepentingan dan pemangku kebijakan yang terlibat dalam pengembangan
KSPN Danau Toba perlu diidentifikasi. Tidak hanya itu, kondisi setempat dalam bentuk
isu, kendala, kondisi eksisting yang mempengaruhi proses harmonisasi ini juga perlu
diidentifikasi.

Proses identifikasi ini akan dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan survey yang
dilaksanakan baik di daerah KSPN Danau Toba, atau pun di luar daerah KSPN Danau
Toba. Survey ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Persiapan Penyunan RPB
KSPN Danau Toba yang diinisiasi oleh BNPB dengan menggunakan APBN Tahun
Anggaran 2021.

II. Tujuan Dan Keluaran


Tujuan Kegiatan Persiapan Penyusunan RPB KSPN Danau Toba adalah
mengumpulkan berbagai bahan, rujukan dan pindaian kondisi eksisting untuk melihat
berbagai peluang harmonisasi dan strategi penerapan pengelolaan risiko bencana
pada setiap aspek pembangunan kepariwisataan di KSPN Danau Toba, baik pra, saat
maupun pasca bencana.

Pengumpulan bahan, rujukan serta pemindaian kondisi eksisting dengan perspektif


penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan dengan 2 metode, yaitu
metode depth interview dengan pemangku kepentingan secara luring dan focussed
group discussion secara hibrid. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan:

1. Daftar pemangku kepentingan dan kebijakan terkait pengembangan KSPN


Danau Toba
2. Rancangan kesepakatan sasaran penyelenggaraan PB dalam KSPN Danau
Toba
3. Kejelasan batas/lingkup perencanaan RPB
a. indikator-indikator yang akan digunakan
b. indikator kepuasan wisatawan terkait wisata aman bencana
c. deleniasi kawasan utama, kawasan penyangga
4. Strategi penerapan/exit strategy setelah dokumen RPB KSPN Danau Toba
selesai.
5. Berbagai pilihan tindakan untuk pengelolaan risiko pada berbagai sektor
pendukung industri wisata dg memperhatikan:
a. Risiko pada lingkup kawasan
b. perspektif pengelolaan kawasan eksisting
c. Akar masalah
d. gap data
6. Kapasitas kelembagaan daerah
7. Hal lain yang perlu diverifikasi berdasarkan temuan lapangan\

III. Pelaksanaan
Kegiatan Survey Persiapan ini dibagi menjadi 2 sub kegiatan, yaitu survey lapangan
dan FGD.
Survey Lapangan
hari/tanggal : Selasa/24 Agustus 2021 sampai dengan Kamis/26 Agustus
2021
Lokasi : Kawasan Utama, Kawasan Pendukung dan Kawasan
Penyangga KSPN Danau Toba
Narasumber : Kalak BPBD, Kepala Bappeda, pemangku kepentingan
kunci pada tiap KTA, kawasan pendukung dan kawasan
penyangga KSPN Danau Toba.

FGD
hari/tanggal : Jumat/27 Agustus 2021

Lokasi : Ditetapkan kemudian (Hybrid)


Jadwa lSurvey Persiapan
Kegiatan Penyusunan RPB KSPN Danau Toba
No Hari Tanggal Jam Aktivitas
Selasa 24-Aug-21 08.00 - 15.00 1. KTA 1- Girsang sipanganbolon (Kab. Simalungun)
2. KTA 2&3 Simanindo dan Pangururan (Kab. Samosir)
3. KTA 4 Balige (Kab. Samosir)
Rabu 25-Aug-21 08.00 - 15.00 1. Kabupaten D (KTA 5) Merek (Kab. Karo)
2. Kabupaten E (KTA 6) Muara (Kab. Tapanuli Utara)
Kamis 26-Aug-21 08.00 - 15.00 Survey dan kunjungan di daerah Non KTA (jauh perjalanan kira-kira 3 jam-an)
1 Kabupaten Dairi & Phak Phak Barat
.
2 Kabupaten Asahan & Hubang Hasundutan
.
IV. Responden

Responden dalam pelaksanaan survey ini adalah:

1. Responden pemerintah kabupaten/kota


a. BPBD
b. Bappeda
c. Dinas Pariwisata
d. Kantor Imigrasi
e. Dinas PU
f. Dinas Lingkungan Hidup
g. Dinas Perdagangan
h. TBD
2. Responden KTA
a. Pengelola KTA
b. Pengelola 1-2 hotel di KTA
3. Responden pemerintah provinsi
a. BPBD
b. Bappeda
c. Dinas Pariwisata
d. Kantor Imigrasi
e. Dinas PU
f. BMKG
g. Dinas Lingkungan Hidup
h. Dinas Perdagangan
i. TBD
4. Responden pemerintah pusat
a. Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi
b. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
c. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
d. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
e. Badan Nasional Penanggulangan Bencana
f. Badan Koordinasi Penanaman Modal
g. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
h. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
i. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
j. Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup
k. Kementerian Perdagangan
l. Kementerian Perhubungan
m. Kementerian ATR/BPN (Dirjen Tata Ruang, Direktorat Penataan Kawasan)
n. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
o. Kementerian Luar Negeri
5. Responden lembaga terkait
a. Badan Pelaksana Otorita Pariwisata Danau Toba (BPOPDT)
b. Klaster pariwisata KADIN
c. TBD

V. Penutup
Demikian Kerangka Acuan Kerja ini, untuk menjadi panduan dalam pelaksanaan kegiatan survey
penyusunan RPB KSPN Danau Toba.

Anda mungkin juga menyukai