Anda di halaman 1dari 30

2.3.3.

Pelayanan Kefarmasian
1.Kesesuaian item obat yang tersedia dalam
Fornas

2 . Ketersediaan obat dan vaksin terhadap 20


item obat indikator

3. Penggunaan antibiotika pada


penatalaksanaan ISPA non pneumonia

4.Penggunaan antibiotika pada


penatalaksanaan kasus diare non spesifik

5.Penggunaan Injeksi pada Myalgia


6. Rerata item obat yang diresepkan

7. Penggunaan Obat Rasional (POR)

2.3.3. Pelayanan Kefarmasian


Evaluasi kesesuaian item obat yang tersedia di
Puskesmas terhadap Fornas FKTP. Perhitungan
evaluasi kesesuaian item obat yang tersedia dengan
Fornas dilakukan setiap bulan.

Tersedianya obat dan vaksin untuk pelayanan kesehatan dasar


terhadap 20 item obat indikator (Albendazol, Amoxicillin 500
mg, Amoxicillin syr, Dexamethason tab, Diazepam 5 mg/ml
amp, Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) amp,
Fitomenadion (Vitamin K) inj, Furosemide 40 mg/HCT, Garam
Oralit, Glibenklamid/Metformin, Captopril, Mg SO4 inj,
Magnesium Maleat 0,200 mg - 1 ml, Obat Anti TB Dewasa,
Oksitosin amp, Paracetamol 500 mg, Tablet Tambah Darah,
Vaksin BCG, Vaksin TT, Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib),
Pemilihan obat dan vaksin 20 item tersebut adalah sesuai
dengan pedoman Indikator Kinerja Kementerian pada
Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekkes Ditjen
Farmalkes Kemkes RI. Penilaian ketersediaan obat dan vaksin
dilakukan setiap bulan.

Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan kasus ISPA non


pneumoni per lembar resep terhadap seluruh kasus tersebut.
Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-
pneumonia memiliki batas toleransi maksimal sebesar 20%.
Data sampel diambil dari resep dengan diagnosa penyakit misal
seperti ISPA ats (acute upper respiratory tract infection)
(diagnosa dokter/perawat tidak spesifik), pilek (common cold),
batuk-pilek, otitis media, sinusitis atau dalam kode ICD X
berupa J00, J01, J04, J05, J06, J10, J11.

Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan kasus diare non


spesifik terhadap seluruh kasus tersebut. Penggunaan antibiotik
pd penatalaksanaan kasus diare non-spesifik memiliki batas
toleransi maksimal 8 %. Diare Non Spesifik meliputi
Gastroenteritis, penyebab tidak jelas, virus, dll (non bakterial).
Data diambil jika diagnosa ditulis diare mencret atau sejenisnya
atau dalam kode ICD X berupa A09 dan K52.

Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia


terhadap seluruh kasus tersebut. Penggunaan injeksi pada
penatalaksanaan kasus myalgia dengan batas toleransi
maksinal 1%. Data diambil jika diagnosa ditulis nyeri otot,
pegal-pegal sakit pinggang, atau sejenisnya yang tidak
membutuhkan injeksi (misal vitamin B1)
rerata item obat per lembar resep terhadap seluruh kasus
tersebut. Rerata item obat perlembar resep dengan batas
toleransi 2,6.

Prosentase penggunaan antibiotika pada


penatalaksanaan kasus ISPA non pneumoni, diare
non spesifik, injeksi pada penatalaksanaan kasus
myalgia dan rerata item obat per lembar resep
terhadap seluruh kasus tersebut.

1.Kesesuaian item obat yang tersedia dalam Fornas


2 . Ketersediaan obat dan vaksin terhadap 20 item
obat indikator

3. Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan


ISPA non pneumonia

4.Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan


kasus diare non spesifik

5.Penggunaan Injeksi pada Myalgia

6. Rerata item obat yang diresepkan


7. Penggunaan Obat Rasional (POR)
Jumlah item obat di Puskemas yang sesuai dengan
Fornas FKTP dibagi jumlah item obat yang tersedia di
Puskemas dikali 100 %.
Contoh: Jumlah obat Puskesmas yang sesuai dengan
fornas 297 item, yang tersedia 513 item, maka %
kesesuaian =297/513x 100 %= 57,89%

Bila obat tersedia untuk pelayanan di Puskesmas maka diberi angka


1, bila obat tidak tersedia untuk pelayanan di Puskesmas maka
diberi angka 0 (catatan : bila obat tidak dibutuhkan oleh
Puskesmas dan tidak tersedia (kosong) di Puskesmas tersebut
maka dalam format pelaporannya ditulis N/A, dan dalam
perhitungan dianggap bernilai 1). Perhitungan diperoleh dengan
cara = Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di
Puskesmas dibagi 20 dikali 100 %

Jumlah Penggunaan Antibiotika pada ISPA non Pneumonia dibagi


Jumlah kasus ISPA non Pneumonia dikali 100 %
Catatan kinerja Puskesmas :
≤ 20% = 100%
21-40 % =75%
41-60 % = 50%
61-80 % = 25%
> 80 % = 0%

Jumlah penggunaan Antibiotika pada diare non spesifik dibagi


jumlah kasus diare non spesifik dikali 100 %
Catatan kinerja Puskesmas :
≤ 8 % = 100%
9 - 20 % =75%
21 - 40 % = 50%
41 - 60 % = 25%
> 60% = 0%

Jumlah penggunaan injeksi pada myalgia dibagi jumlah kasus


myalgia dikali 100%
Catatan kinerja Puskesmas:
≤ 1 % = 100%
2 - 10 % =75%
11 - 20 % = 50%
21 - 30 % = 25%
> 30 % = 0%
Jumlah item obat per lembar resep dibagi jumlah resep
Catatan kinerja Puskesmas:
≤ 2,6 = 100%
2,7 - 4 =75%
5 - 7 = 50%
8 - 9 = 25%
> 9 = 0%

Jumlah % capaian masing-masing indikator peresepan dibagi


jumlah komponen indikator peresepan dengan rumus = {[(100-
a)x100/80]+[(100-b)x100/92]+[(100-c)x100/99]+[(100-d)x4/1,4]}/4
Catatan :
a) % Pengg. AB pada ISPA non Pneumonia = Jumlah Pengg. AB
pada ISPA non Pneumonia/Jumlah kasus ISPA non Pneumonia x
100 %
Jika a ≤ 20 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR
untuk poin tersebut adalah 100 %.
b) % Pengg. AB pada Diare non Spesifik = Jumlah Pengg. AB pd
diare non spesifik/Jumlah kasus diare non spesifik x 100 %
Jika b ≤ 8 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR untuk
poin tersebut adalah 100 %.
c) % Pengg. Injeksi pada Myalgia =Jumlah Pengg. Injeksi pada
myalgia/Jumlah kasus myalgia x 100 %
Jika c ≤ 1 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah
100 %.
d) Poin d dihitung dengan cara mempersentasekan rerata item
dengan cara = nilai rerata item obat yang diresepkan/4 x 100%.
Rumus rerata item obat yang diresepkan = Jumlah item obat/jumlah
lembar resep.
Jika d ≤ 2,6 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR
adalah 100 %
Jika d ≥ 4 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR
adalah 0 %.

Evaluasi kesesuaian item obat yang tersedia di


Puskesmas terhadap Fornas FKTP. Perhitungan evaluasi
kesesuaian item obat yang tersedia dengan Fornas
dilakukan setiap bulan.
Tersedianya obat dan vaksin untuk pelayanan kesehatan dasar
terhadap 20 item obat indikator (Albendazol, Amoxicillin 500 mg,
Amoxicillin syr, Dexamethason tab, Diazepam 5 mg/ml amp,
Epinefrin (Adrenalin) 0,1% (sebagai HCL) amp, Fitomenadion
(Vitamin K) inj, Furosemide 40 mg/HCT, Garam Oralit,
Glibenklamid/Metformin, Captopril, Mg SO4 inj, Magnesium
Maleat 0,200 mg - 1 ml, Obat Anti TB Dewasa, Oksitosin amp,
Paracetamol 500 mg, Tablet Tambah Darah, Vaksin BCG, Vaksin
TT, Vaksin DPT/DPT-HB/DPT-HB-Hib), Pemilihan obat dan
vaksin 20 item tersebut adalah sesuai dengan pedoman Indikator
Kinerja Kementerian pada Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan
Perbekkes Ditjen Farmalkes Kemkes RI. Penilaian ketersediaan
obat dan vaksin dilakukan setiap bulan.

Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan kasus ISPA non


pneumoni per lembar resep terhadap seluruh kasus tersebut.
Penggunaan antibiotik pada penatalaksanaan kasus ISPA non-
pneumonia memiliki batas toleransi maksimal sebesar 20%. Data
sampel diambil dari resep dengan diagnosa penyakit misal seperti
ISPA ats (acute upper respiratory tract infection) (diagnosa
dokter/perawat tidak spesifik), pilek (common cold), batuk-pilek,
otitis media, sinusitis atau dalam kode ICD X berupa J00, J01, J04,
J05, J06, J10, J11.

Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan kasus diare non


spesifik terhadap seluruh kasus tersebut. Penggunaan antibiotik pd
penatalaksanaan kasus diare non-spesifik memiliki batas toleransi
maksimal 8 %. Diare Non Spesifik meliputi Gastroenteritis,
penyebab tidak jelas, virus, dll (non bakterial). Data diambil jika
diagnosa ditulis diare mencret atau sejenisnya atau dalam kode ICD
X berupa A09 dan K52.

Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus myalgia terhadap


seluruh kasus tersebut. Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan
kasus myalgia dengan batas toleransi maksinal 1%. Data diambil
jika diagnosa ditulis nyeri otot, pegal-pegal sakit pinggang, atau
sejenisnya yang tidak membutuhkan injeksi (misal vitamin B1)

rerata item obat per lembar resep terhadap seluruh kasus tersebut.
Rerata item obat perlembar resep dengan batas toleransi 2,6.
Prosentase penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan
kasus ISPA non pneumoni, diare non spesifik, injeksi
pada penatalaksanaan kasus myalgia dan rerata item
obat per lembar resep terhadap seluruh kasus tersebut.
80% Data stok obat

85% Data stok obat/LPLPO

˂ 20 %, diralat menjadi ≤ 20 % Resep, diagnosa pasien

≤8% Resep, diagnosa pasien

≤1% Resep, diagnosa pasien


≤ 2,6 Resep, diagnosa pasien

68% Resep, diagnosa pasien

Jumlah item obat di Puskemas yang sesuai 80% Data stok


dengan Fornas FKTP dibagi jumlah item obat obat
yang tersedia di Puskemas dikali 100 %.
Contoh: Jumlah obat Puskesmas
yang sesuai dengan fornas 297 item, yang
tersedia 513 item, maka % kesesuaian
=297/513x 100 %= 57,89%
Bila obat tersedia untuk pelayanan di Puskesmas maka 85% Data stok
diberi angka 1, bila obat tidak tersedia untuk pelayanan di obat/LPL
Puskesmas maka diberi angka 0 (catatan : bila obat tidak
dibutuhkan oleh Puskesmas dan tidak tersedia PO
(kosong) di Puskesmas tersebut maka dalam format
pelaporannya ditulis N/A, dan dalam perhitungan
dianggap bernilai 1). Perhitungan diperoleh dengan cara
= Jumlah kumulatif item obat indikator yang tersedia di
Puskesmas dibagi 20 dikali 100 %

Jumlah Penggunaan Antibiotika pada ISPA non ˂ 20 %, diralat menjadi ≤ 20 % Resep,


Pneumonia dibagi Jumlah kasus ISPA non Pneumonia diagnosa
dikali 100 %
Catatan kinerja Puskesmas : pasien
≤ 20% = 100%
21-40 % =75%
41-60 % = 50%
61-80 % = 25%
> 80 % = 0%

Jumlah penggunaan Antibiotika pada diare non spesifik ≤8% Resep,


dibagi jumlah kasus diare non spesifik dikali 100 % diagnosa
Catatan kinerja Puskesmas :
≤ 8 % = 100% pasien
9 - 20 % =75%
21 - 40 % = 50%
41 - 60 % = 25%
> 60% = 0%

Jumlah penggunaan injeksi pada myalgia dibagi jumlah ≤1% Resep,


kasus myalgia dikali 100% diagnosa
Catatan kinerja Puskesmas:
≤ 1 % = 100% pasien
2 - 10 % =75%
11 - 20 % = 50%
21 - 30 % = 25%
> 30 % = 0%

Jumlah item obat per lembar resep dibagi jumlah resep ≤ 2,6 Resep,
Catatan kinerja Puskesmas: diagnosa
≤ 2,6 = 100%
2,7 - 4 =75%
pasien
5 - 7 = 50%
8 - 9 = 25%
> 9 = 0%
Jumlah % capaian masing-masing indikator peresepan 68% Resep,
dibagi jumlah komponen indikator peresepan dengan diagnosa
rumus = {[(100-a)x100/80]+[(100-b)x100/92]+[(100-
c)x100/99]+[(100-d)x4/1,4]}/4 pasien
Catatan :
a) % Pengg. AB pada ISPA non Pneumonia = Jumlah
Pengg. AB pada ISPA non Pneumonia/Jumlah kasus ISPA
non Pneumonia x 100 %
Jika a ≤ 20 %, maka persentase capaian indikator kinerja
POR untuk poin tersebut adalah 100 %.
b) % Pengg. AB pada Diare non Spesifik = Jumlah Pengg.
AB pd diare non spesifik/Jumlah kasus diare non spesifik
x 100 %
Jika b ≤ 8 %, maka persentase capaian indikator kinerja
POR untuk poin tersebut adalah 100 %.
c) % Pengg. Injeksi pada Myalgia =Jumlah Pengg. Injeksi
pada myalgia/Jumlah kasus myalgia x 100 %
Jika c ≤ 1 %, maka persentase capaian indikator kinerja
POR adalah 100 %.
d) Poin d dihitung dengan cara mempersentasekan rerata
item dengan cara = nilai rerata item obat yang
diresepkan/4 x 100%.
Rumus rerata item obat yang diresepkan = Jumlah item
obat/jumlah lembar resep.
Jika d ≤ 2,6 item, maka persentase capaian indikator
kinerja POR adalah 100 %
Jika d ≥ 4 item, maka persentase capaian indikator kinerja
POR adalah 0 %.
3. Penggunaan Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan kasus
antibiotika pada ISPA non pneumoni per lembar resep terhadap
seluruh kasus tersebut. Penggunaan antibiotik pada
penatalaksanaan penatalaksanaan kasus ISPA non-pneumonia
ISPA non pneumonia memiliki batas toleransi maksimal sebesar 20%.
Data sampel diambil dari resep dengan diagnosa
penyakit misal seperti ISPA ats (acute upper
respiratory tract infection) (diagnosa dokter/perawat
tidak spesifik), pilek (common cold), batuk-pilek,
otitis media, sinusitis atau dalam kode ICD X
berupa J00, J01, J04, J05, J06, J10, J11.

4.Penggunaan Penggunaan antibiotika pada penatalaksanaan kasus


antibiotika pada diare non spesifik terhadap seluruh kasus tersebut.
Penggunaan antibiotik pd penatalaksanaan kasus
penatalaksanaan diare non-spesifik memiliki batas toleransi
kasus diare non maksimal 8 %. Diare Non Spesifik meliputi
spesifik Gastroenteritis, penyebab tidak jelas, virus, dll (non
bakterial). Data diambil jika diagnosa ditulis diare
mencret atau sejenisnya atau dalam kode ICD X
berupa A09 dan K52.

5.Penggunaan Injeksi Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus


pada Myalgia myalgia terhadap seluruh kasus tersebut.
Penggunaan injeksi pada penatalaksanaan kasus
myalgia dengan batas toleransi maksinal 1%. Data
diambil jika diagnosa ditulis nyeri otot, pegal-pegal
sakit pinggang, atau sejenisnya yang tidak
membutuhkan injeksi (misal vitamin B1)

6. Rerata item obat rerata item obat per lembar resep terhadap seluruh
yang diresepkan kasus tersebut. Rerata item obat perlembar resep
dengan batas toleransi 2,6.
7. Penggunaan Obat Prosentase penggunaan antibiotika pada
Rasional (POR) penatalaksanaan kasus ISPA non
pneumoni, diare non spesifik, injeksi pada
penatalaksanaan kasus myalgia dan rerata
item obat per lembar resep terhadap
seluruh kasus tersebut.
JAN
jmlh total
sampel
Jumlah Penggunaan Antibiotika pada ISPA non Pneumonia dibagi ˂ 20 %,
Jumlah kasus ISPA non Pneumonia dikali 100 % diralat
Catatan kinerja Puskesmas : menjadi ≤ 20
≤ 20% = 100% %
21-40 % =75%
41-60 % = 50%
61-80 % = 25% 147 5
> 80 % = 0%

Jumlah penggunaan Antibiotika pada diare non spesifik dibagi jumlah ≤8%
kasus diare non spesifik dikali 100 %
Catatan kinerja Puskesmas :
≤ 8 % = 100%
9 - 20 % =75%
21 - 40 % = 50% 49 0
41 - 60 % = 25%
> 60% = 0%

Jumlah penggunaan injeksi pada myalgia dibagi jumlah kasus myalgia ≤1%
dikali 100%
Catatan kinerja Puskesmas:
≤ 1 % = 100%
2 - 10 % =75% 98 0
11 - 20 % = 50%
21 - 30 % = 25%
> 30 % = 0%

Jumlah item obat per lembar resep dibagi jumlah resep ≤ 2,6
Catatan kinerja Puskesmas:
≤ 2,6 = 100%
2,7 - 4 =75%
783 292
5 - 7 = 50%
8 - 9 = 25%
> 9 = 0%
Jumlah % capaian masing-masing indikator peresepan dibagi jumlah 68%
komponen indikator peresepan dengan rumus = {[(100-a)x100/80]+[(100-
b)x100/92]+[(100-c)x100/99]+[(100-d)x4/1,4]}/4
Catatan :
a) % Pengg. AB pada ISPA non Pneumonia = Jumlah Pengg. AB pada
ISPA non Pneumonia/Jumlah kasus ISPA non Pneumonia x 100 %
Jika a ≤ 20 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR untuk poin
tersebut adalah 100 %.
b) % Pengg. AB pada Diare non Spesifik = Jumlah Pengg. AB pd diare
non spesifik/Jumlah kasus diare non spesifik x 100 %
Jika b ≤ 8 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR untuk poin
tersebut adalah 100 %.
c) % Pengg. Injeksi pada Myalgia =Jumlah Pengg. Injeksi pada
myalgia/Jumlah kasus myalgia x 100 %
Jika c ≤ 1 %, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 100
%.
d) Poin d dihitung dengan cara mempersentasekan rerata item dengan cara
= nilai rerata item obat yang diresepkan/4 x 100%.
Rumus rerata item obat yang diresepkan = Jumlah item obat/jumlah
lembar resep.
Jika d ≤ 2,6 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah
100 %
Jika d ≥ 4 item, maka persentase capaian indikator kinerja POR adalah 0
%.
JAN PEB MAR
% jmlh total % jmlh total %
sampel sampel

3,4% 100% 121 0 0% 100% 127 1 0,7% 100%

0% 100% 54 0 0% 100% 54 0 0% 100%

0% 100% 73 0 0% 100% 75 0 0% 100%

2,6% 100% 648 248 2,6 100% 649 261 2,5% 100%
APR MEI JUNI
jmlh total % jmlh total % jmlh total
sampel sampel sampel

66 0 0% 100% 66 0 0% 100% 66 0

66 0 0% 100% 66 0 0% 100% 66 0

66 0 0% 100% 66 0 0% 100% 66 0

598 198 3,02% 75% 608 198 3,07% 75% 687 198
JUNI JULI AGST
% jmlh total % jmlh total %
sampel sampel

0% 100% 131 0 0% 100% 104 0 0% 100%

0% 100% 51 0 0% 100% 57 0 0% 100%

0% 100% 77 0 0% 100% 77 0 0% 100%

3,47% 75% 755 266 2,83% 75% 708 233 3,03% 75%
SEPT OKT NOP
jmlh total % jmlh total % jmlh total
sampel sampel sampel

96 3 3,125% 100% 139 0 0% 100% 151 1

56 3 5,35% 100% 80 0 0% 100% 54 0

75 0 0% 100% 84 1 1,19% 75% 106 1

741 227 3,26% 75% 927 303 3,05 75% 847 310
NOP DES
% jmlh total %
sampel

0,66% 100% 148 0 0% 100%

0% 100% 64 0 0% 100%

0,94% 100% 76 0 0% 100%

2,7 75% 835 290 2,87% 75%

Anda mungkin juga menyukai