Anda di halaman 1dari 8

GERDU DUTA DBD 110

(GERaran terpaDU paDUkuhan TAnggap Demam Berdarah Dengue


1 rumah 1 jumantik 0 jentik)

A. ANALISIS MASALAH
Kasus demam berdarah dengue menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue.
Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes sp, berdasarkan pusat
data dan informasi Kementerian Kesehatan RI (InfoDATIN) tahun 2017 nyamuk yang paling
cepat berkembang di dunia ini telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap
tahunnya. Pada tahun 2018 telah terjadi 1 kasus kematian penderita DBD di wilayah kerja
Puskesmas Gamping II.

Demam berdarah dengue masih dianggap sebagai penyakit yang tidak berisiko,
sehingga masyarkat cenderung kurang tanggap terhadap penularan penyakit ini.
Masyarakat juga masih menganggap bahwa penyakit demam berdarah dengue merupakan
penyakit warisan di suatu wilayah yang hanya bisa diatasi dengan fogging.

Gejala-gejala yang muncul pada penderita demam berdarah dengue atau yang lebih
dikenal dengan DBD menyebabkan penderita tidak dapat beraktivitas seperti biasa dan
mengurangi produktivitas. Penderita DBD dapat memiliki gejala demam tinggi, sakit kepala,
nyeri di belakang bola mata, pegal, nyeri sendi, dan ruam.

Penularan DBD termasuk kondisi yang cukup sulit untuk dilakukan pemutusan
rantai penularan bila keterlibatan masyarakat masih kurang. Akibatnya kasus penularan
DBD dalam suatu wilayah masih tinggi. Wilayah yang belum melaksanakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) memiliki
kecenderungan rentan terhadap penularan DBD.

Pencegahan dan penanggulangan DBD sudah melibatkan kader kesehatan di


Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II, akan tetapi kader kesehatan memiliki banyak
keterbatasan dalam mengakses setiap lokasi dalam kegiatan PSN-PJB. Keterbatasan ini
berdampak mudahnya penularan penyakit DBD dalam suatu lokasi khususnya lokasi yang
tidak terjangkau ileh kader kesehatan.

Disisi lain belum banyak masyarakat di tingkat rumah tangga yang terlibat secara
langsung dalam gerakan masyarakat yang serentak dan berkelanjutan, sehingga
pencegahan penularan DBD belum optimal dan masih berpotensi besar adanya penularan.
Dalam kegiatan pemantauan jentik dari tahun ke tahun persentase angka bebas jentik
(ABJ) masih berkisar diangka 80% sampai dengan 90%, belum mencapai ABJ yang
ditargetkan yaitu 95%. Pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan DBD juga belum
disertai penghargaan untuk leboh memacu masyarakat terlibat langsung dalam upaya ini.
Dari uraian tersebutr maka permasalahan DBD di Puskesmas Gamping II adalah:
a. Status kasus DBD tinggi
b. Kegiatan PSN-PJB belum rutin dan serentan di seluruh wilayah kerja
Puskesmas Gamping II
c. Dukungan lintas sektor dan lintas program belum optimal
d. Angka Bebas Jentik (ABJ) masih kurang dari 95 %
e. Belum ada reward untuk masyarakat yang berhasil dalam gerakan pencegahan
DBD
Dengan adanya permasalahan di atas, maka Puskesmas Gamping II membuat
Inovasi “GERDU DUTA DBD 110” (GERaran terpaDU paDUkuhan TAnggap Demam
Berdarah Dengue 1 rumah 1 jumantik 0 jentik). Inovasi ini dibentuk sejak tahun 2019.
Tujuan utama inovasi Gerdu Duta DBD 110 adalah meningkatkan keterlibatan masyarakat
dan lintas sektor dalam pencegahan DBD.
Inovasi Gerdu Duta DBD 110 adalah upaya untuk meningkatkan keterlibatan
masyarakat dan lintas sektor dalam pencehagan DBD dengan cara gerakan 1 rumah 1
jumantik 0 jentik, supervise lapangan yang melibatkan lintas sektor secara rutin dan
berkelanjutan, serta respon cepat pelaporan ABJ dan kasus DBD secara terintegrasi.
Strategi inovasi berupa:
a. Melaksanakan kegiatan intensif yang meliputi upaya promotif dan prefentif
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya pencegahan DBD.
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk melaksanakan Gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak dan
berkesinambungan.
c. Meningkatkan pemantauan jentik berkala sehingga dapat dicapai Angka Bebas
Jentik (ABJ) paling sedikit 95 % (Sembilan puluh lima persen).
d. Mengoptimalkan pencegahan dan pengendalian DBD melalui langkah aksi
Gerakan 1 rumah 1 jumantik 0 jentik.
e. Mengaktifkan Kelompok Kerja (POKJA) DBD Tingkat Desa.
f. Laporan Angka Bebas Jentik (ABJ) yang terintegrasi dan terkoordinir dalam
POKJA DBD tingkat Desa.
g. Kewaspadaan dini dan respon cepat kasus DBD melalui media sosial group
WA yang beranggotakan POKJA DBD masing-masing desa.

B. PELAKSANAAN INOVASI
Secara umum kegiatan inovasi sebagai berikut:
1. Promotif
Kegiatan promotif ini bertujuan untuk mensosialisasikan tentang penyakit dan
penularan Demam Berdarah Dengue, sehingga masyarakat luas semakin paham,
bahwa penularan DBD adalah penyakit yang bisa diatasi oleh masyarakat dengan
prinsip dari oleh dan untuk masyarakat. kegiatan promotif diantaranya:
a. Pemicua Gerdu Duta DBD 110 kepada 28 padukuhan di wilayah kerja Puskesmas
Gamping II
b. Penyuluhan baik melalui kader maupun masyarakat secara langsung
c. Bimbingan tekniks (bimtek) untuk kader jumantik dan laskar jumantik cilik, yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan bagi para jumantik
agar menjadi promotor gerakan PSN-PJB di masyarakat.
d. Penyampaian materi ke lintas sektor agar informasi dapat tersampaikan
masyarakat luas.

2. Preventif
Kegiatan preventif bertujuan untuk pencegahan kasus Demam Berdarah Dengue.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan PSN-PJB melalui Gerakan 1 rumah 1 jumantik 0
jentik, yang kemudian dilakukan evaluasi di padukuhan seluruh wilayah kerja
Puskesmas Gamping II, serta diadakan kegiatan pemberian penghargaan bagi
padukuhan yang berperan aktif dan unggul dalam upaya pencegahan DBD. Kegiatan
yang dilakukan adalah:
a. Deteksi dini yang dilaksanakan oleh kader jumantik
b. Kerjasama dengan desa, dalam penganggaran kegiatan Pokja DBD tingkat Desa

3. Pemberdayaan
Dalam rangka melaksanakan kegiatan promotif dan preventif maka dilaksanakan
kerjasama berbagai pihak. Pihak yang terkait dalam upaya pemberdayaan ini adalah di
tingkat rumah tangga, masyarakat, kader jumantik, lintas sektor, dan pengusaha local.
Kegiatan pemberdayaan tersebut antara lain:
a. Rumah tangga memiliki 1 anggota rumah tangga yang bertugas menjadi jumantik
di rumah.
b. Kader jumantik sebagai supevisi di padukuhan masing-masing bertugas
memantau keberlangsungan gerakan 1 rumah 1 jumantik 0 jentik di tingkat rumah
tangga
c. Lintas sektor, dilibatkan dalam pengambilan kebijakan, dan penganggaran dana
pencegahan DBD khususnya gerakan PSN-PJB dan 110.

C. HASIL INOVASI
Hasil Kegiatan Inovasi Gerdu Duta DBD 110 yaitu:
1. Terbentuknya Pokja DBD tingkat desa.
Pokja DBD di tingkat Desa mulai terbentuk dan aktif kembali pada tahun 2018 yang
dilaksanakan oleh Desa Banyuraden, namun belum diikuti oleh dua desa lainnya yaitu
Desa Nogotirto dan Desa Trihanggo. Dengan adanya inovasi Gerdu Duta DBD 110
pada tahun 2019 mampu membentuk dan mengaktifkan Pokja DBD Desa Trihanggo,
dan diikuti Pokjad DBD Desa Nogotirto pada tahun 2020, untuk perkembangannya
dapat dilihat pada grafik berikut:
1 1 1 1 1 1

Banyuraden
Nogotirto
Trihanggo

0 0 0 0 0 0
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahu 2020

2. Terbentuknya padukuhan yang tanggap DBD dengan deteksi dini penyakit DBD di
wilayah dan pelaporan ABJ rutin.
3. Padukuhan memiliki kelompok jumantik aktif

4. Padukuhan memiliki kreasi media edukasi PSN-PJB 1 rumah 1 jumantik 0 jentik


5. Padukuhan melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik 0 jentik

6. Adanya dokumen Gerdu Duta DBD 110 di tingkat padukuhan:


7. Cakupan Padukuhan yang melaksanakan Gerakan 1 rumah 1 jumantik sebelum dan
sesudah pemicuan
100
92.85
90

80

70

60

50
Cakupan
40

30

20

10 7
0
Sebelum Sesudah

8. Menurunnya kasus DBD sebelum dan sesudah Inovasi Gerdu Duta DBD 110
14
Sebelum Sesudah
12
12

10
10

8
77 7
6
6
5 2019
4 2020
4
3
2 2
2
1 1 1
0
0
i i t il ei ni li s r r r r
ar uar are pr Ju stu mbe tobe mbe mbe
n u
br M A M Ju u
Ja Fe e Ok e e
Ag ept ov es
S N D
D. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan dengan cara:
a. Pelaporan ABJ oleh kader setiap bulan
b. Media komunikasi WA group Pokja DBD Desa sebagai sarana informasi dan pelaporan
ABJ, kasus DBD, serta kegiatan PSN-PJB 110 .
c. Kewaspadaan dini berupa penderita kasus DBD dapat dilayani 100%.

E. Kesimpulan
Inovasi Gerdu Duta DBD 110 telah membantu menyelesaikan masalah penularan DBD di
Puskesmas Gamping II dengan:
a. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam PSN-PJB dengan Gerakan 1 rumah 1
jumantik 0 jentik.
b. Meningkatkan pelaporan ABJ rutin tiap bulan.
c. Mengurangi risiko penularan DBD.
d. Meningkatkan peran kader jumantik sebagai pendamping kegaiatan Gerdu Duta DBD
110.
e. Meningkatkan peran lintas sektor yang ditunjukkan dengan penganggaran untuk
pencegahan DBD dari dna desa serta peran aktif dalam setiap kegiatan.

Untuk menjaga keberlanjutan inovasi perlu adanya upaya-upaya pengembangan. Adapun


upaya pengembangan yang telah dan akan dilakukan diantaranya:
a. Membentuk jumantik anak tingkat sekolah.
b. Menciptakan aplikasi sederhana tentang mapping kasus DBD yang dapat digunakan
oleh kader jumantik.

Anda mungkin juga menyukai