Anda di halaman 1dari 3

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam.

Kepada Nya-lah kita bersyukur atas limpahan


kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan –Nya kepada kita. Dialah Allah SWT yang telah
memberikan nikmat keimanan, nikmat rezeki dan kesehatan kepada kita.

Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah itu, Allah SWT telah
menggerakan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju mesjid nyili gamtufkange yang kita cintai
ini. Sehingga kita bisa berada dalam kebersamaan di siang hari ini, untuk menunaikan kewajiban kita
sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat jum’at dan mendengarkan khutbah jum’at yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari kesempurnaan sholat jum’at.

Salawat serta salam semoga tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, sosok manusia yang paling
mencintai umatnya, dan semoga kita bisa membalas kecintaan itu dengan selalu menjalankan sunnah
beliau SAW sehingga kelak nanti kita berharap bisa dipertemukan dengan-nya nanti di syurga bersama
dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa dan shalihin. Amin ya rabbal alamin....

Kaum muslimin jamaah sholat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Mengawali khutbah ini khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah sekalian untuk
sama-sama meningkatkaan ketakwaan kita kehadirat Allah azza wa zalla, karena takwa merupakan
mustika yang paling indah di dalam menghiasi hidup dan kehidupan kita, takwa merupakan senjata yang
paling ampuh didalam melawan berbagai pesona godaan setan yang sesat dan menyesatkan, oleh
karena itu berbekallah dalam setiap derap langkah kehidupan kita dan sebaik-baiknya bekal, seindah-
indahnya bekal, sekuat-kuatnya bekal adalah bersenjatakan takwa kepada Allah SWT dengan
melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi apa yang dilarangnya, bagi hamba Allah yang memiliki
komitmen takwa yang tinggi kehadirat Allah Rabbulizati, tiada puncak yang paling ia cari dan ia nanti
kecuali meraih rdho Allah SWT, untuk mendapatkan ridho Allah SWT tangga yang harus dia tempuh
adalah mengenal Allah itu sendiri, sedangkan untuk mengenal Allah para ulama menuntun kita agar
dapat mengenal diri kita masing-masing, terdapat postulat dalam dunia islam yang terkenal ‘man arofa
nafsahu faqot arafah rabbahu’ siapa yang mengenal dirinya maka dia mengenal tuhannya, sedangkan
untuk mengenal diri diupayakan mangajukan pertanyaan mendasar yang sama-sama yang harus kita
temukan jawabannya secara haqiqih dan pasti. pertanyaan mendasar itu adalah, siapakah kita ?
dimanakah kita sekarang ? apa tugas pokok kita ? bagaimana cara melaksanakan tugas pokok itu ? dan
apa pahala atau siksa hubunganya dengan tugas pokok yang diberlakukan kepada kita semua.

Hadirin sidang jumat yang insyaAllah dirahmati oleh Allah SWT

pertanyaan mendasar ini kalau di jawab oleh logika kita akan ada logika orang lain yang membantahnya,
kalau dijawab sesuai dengan pengalaman kita pasti ada segudang pengalaman orang lain yang berbeda
dengan pengalaman kita, tetapi ketika pertanyaan ini kita jawab dengan ajaran agama islam atau dinul
islam dan islam mempunyai referensi utama al-quran nulqarim, Al-quran itu di awali dengan surratul
fatihah sebagai preambul quran atau garis-garis beras Al Quran nulqarim inilah adalah jawaban yang
pasti untuk menjawab tiap – tiap pertanyaan mendasar tadi.
Pertanyaan pertama, siapakah kita ? dijawab oleh ayat pembuka al-qur’an Bismillah, bukan kah islam
mengajarkan kita jika mengawali sesuatu maka bacalah basmalah dan selesi sesuatu kita akhiri dengan
hamdala, ini bukannya ajaran yang harus kita lakukan setiap hari sebagai bagian ahlak islam yang tinggi
tetapi kalo direnungkan maknanya yang sangat dalam mengisyaratkan sesuatu yang sangat berarti,
ketika kita mengawali sesuatu dengan hamdala mengingatkan kita bahwa kita berasal dan asal kita dari
Allah SWT, ketika kita selesai dan mengakhiri sesuatu dengan bacaan hamdala mengingatkan kita bahwa
kita akan berakhir dan berakhir kita kepada Allah SWT, inilah yang disebut sebagai mahluk karena
diantara hokum yang berlaku kepada mahluk adalah mahluk selalu terikat dengan hokum awal, sesuatu
yang terikat dengan hokum awal dia akan terikat dengan hokum akhir, sesuatu yang berawal pasti akan
berakhir, sesuatu yang berakhir pasti akan berawal dan itu disebut sebagai mahluk, sedangkan halik
Allah SWT adalah Tuhan yang tidak berawal dan karena tidak berawal maka dia juga tidak berakhir,
karena itu para filosof mengartikan bahwa Allah adalah dzat yang maha ada, ada sebelum yang ada ini
ada, dan ada setelah yang ada ini tiada dengan ungkapan yang lain ‘huwal auwalul wal akhiri” Allah itu
yang awal tanpa mulai dan akhir yang tanpa penutup. Maka siapakah kita? Jawabannya kita adalah
mahluk yang berasal dari sang halik Allah SWT.

Hadirin siding jumat yang dirahmati Allah SWT.

Kalo kita renungkan dengan seksama Allah swt menciptakan kita dari tanah, dan setiap hari kita
menginjak tanah dan suatu saat kita akan terbatas akan terpisah antara ruh dengan jasad, yang jasad
akan masuk ke lobang tanah, ketika masuk kelobang tanah Nabi menyampaikan pesan kepada kita
‘yatsbahu ala janazah salasa; yang mengatar itu hanya 3 hal saja, yaitu ahlikum atau keluarga yang paling
dicintai atau mencintainya hanya mengatar sampai ke kuburan sedangkan jenazah sudah masuk ke
lubang kubur semua akan meninggalkannya, setelah itu jenazah masuk ke tahap berikut yaitu alam baru
yang dinamakan alam barzah, pada alam barzah yang masuk menyertai jenazah yaitu “ ahlikum” atau
harta kita tetapi harta yang dibawah hanya sehelai kain kafan yang putih bersih menyelimuti badan
bertahan 40 hari 40 malam karena lepas dari 40 hari 40 malam sangat boleh jadi habis dimakan rayap,
habis dimakan semut, habis dimakan cacing. Mula-mula binatang tanah memakan harta yang kita bawah
yaitu kain kafan, kain kafan terkelupas habis, binatang tanah memangsa kulit kita, kulit pun terkelupas
habis lalu memakan daging kita, daging pun terkelupas habis, sumsum dan balumpun tak tersisa yang
tersisa hanyalah tulang belulang. Ketika manusia sudah menjadi tulang belulang penghuni tanah, tidak
ada lagi kegagahan yang Nampak disitu, tidak ada ketampanan yang Nampak disitu, tidak ada lagi
kekuasan yang Nampak disitu berhimpit dengan tanah yang tidak bisa lagi dimaknai secara materi lagi.
Sedangkan yang bermanfaat yang berikut adalah amalikum atau amal yang kita bawah, karena itu nabi
SAW mengingatkan kepada kita ‘seluruh amal anak adam akan terputus pada saat ruh terpisah dengan
jasad keculai 3 hal, meninggalkan anak yang sholeh, meninggalkan ilmu yang bermanfaat dan
meninggalkan amal jariyah atau kebaikan yang diberikan semasa dia hidup.
Hadirin siding jumat yang dirahmati Allah SWT.

Maka terjawab sudah pertanyaan tentang diri kita, siapakah kah kita maka kita berasal dari sang halik
Allah SWT.

Selanjutnya Pertanyaan dimanakah kita sekarang,? Maka dijawab pula pada surat alfatiha dengan ayat
berikutnya yaitu kita sekarang berada di dalam ar-rahman ar Rahim, dan maliki yaumiddin kita sekarang
berada didalam genggaman kasih sayang Allah dan dibawah kerajaan Allah SWT yang menguasai hari
akhir, jika dilihat suasana bumi ini kalo kita pergi ke pantai bisa melihat ombak yang bergulung
menghempas ke tepian pantai, jika melihat ke gunung, kita menyaksikan gunung yang hijau menjulang
tinggi berapayungkan awan dan jika melihat daratan maka kita melihat berbagai macam hamparan
permandani kehidupan manusia yang menajubkan dan itu semua menunjukan kita sekarang berada
didalam genggaman kasih sayang Allah SWT, andai saja Allah SWT yang mempunyai bumi dan isinya ini
mengisyartkan atau memberi syarat hambanya yang bisa menghirup udara segar adalah hambanya yang
malam tadi melakukan shoilat malam atau qiyamul lail, maka habis sudah mereka yang malam tadi tidak
qiyamul lail atau sholat malam maka mereka tidak bias lagi menghirup udara segar, andaikan Allah
syaratkan mereka yang bisa melihat indahnya ciptaan Allah SWT adalah orang-orang matanya basah
karena bertobat dan beristigfar maka celakalah orang-orang tidak bertobat dan banyak istigfar mereka
tidak bisa lagi melihat keindahan ciptaan Allah SWT, bahkan lebih dari itu ketika kita masuk surganya
Allah SWT itu semua semata-mata karena kasih sayngnya Allah SWT, oleh karena itu Nabi SAW
berpesan kepada kita semua ‘irhamu man fil ardhi yarhamkun man fissama’ yang artinya kasihilah yang
dibumi maka Allah SWT yang dilangit akan mengasihi kita semua, oleh karena dasar kasih sayang itulah
maka kita bisa mengimplementasikan di dalam lingkungan keluarga yaitu keluarga yang damai, keluarga
yang damai itu adalah keluarga yang sakinah, dan ternyata keluarga sakinah itu adalah keluarga yang
melestarikan nilai-nilai silahturahim selain dari nilai-nilai cinta, karena itu keluarga sakinah dia memiliki
modal mawadah, warohmah cinta dan kasih sayang sebagai spirit silahturahim, dan keluarga yang
sakinah itu mempunyai putra-putri yang baik, puitra putri yang baik itu adalah putra-putrinya yang
bermohon kepada Allah SWT doanya adalah spirit silahturahim “allahuma firli walhiwalidayah
warhamhuma kama rabbayani saghira’ selanjutnya masyarakat yang ideal dan masyarakat yang ideal itu
adalah masyarakat yang bertabur kasih sayang, masyarakat yang bertabur kasih sayang itu kita sebut
sebagai masyarakat yang marhama masyarakat yang memiliki spirit silahturahmi yang tinggi, dan
ternyata misi Nabi SAW yang diutus oleh Allah SWT di pentas jagat raya ini adalah ‘wama arsalnakah ilah
rahmatan lil alamin’ punya nilai-nilai silahturahim yang tinggi bahkan nilai-nilai kasih sayang itu bukan
hanya untuk umat islam bukan hanya untuk manusia tetapi untuk alam dan seluruh mahluk ciptaan
Allah SWT, mungkin kita pernah mendengar sejarah tentang nabi yang hijrah dari mekah ke yastrib
ketika berjalan nabi singgah di jabal tsur, ketika masuk ke jabal tsur tidak ada daun yang lecet, tidak ada
ranting yang patah, burung yang bertelur pun tidak terganggu dengan kehadiran beliau, bahkan laba-
laba dengan jarring laba-labanya tidak terganggu dengan kehadiran beliau inilah tipikal rahmatan lil
alamin, menebar kebaikan dimanapun berada kepada siapa pun yang ada,.

Maka sebaik-baiknyha ibadah maktoh yaitu ibadah yang merefleksi pada kehidupan social dan berwujud
pada akhlatul karimah.

Anda mungkin juga menyukai