Anda di halaman 1dari 5

Hayatun Thayyibatun

(Mohon dibacakan ayatnya terlebih dahulu)


“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesunnguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl 97)

Assalamu’alaikum warahmatullah wabaraktuh


Kalaulah kita hanya membaca terjemahan ayat di atas tentu tidak akan merasakan
maknanya sedalam kalau kita membaca kepada teks firman Allah, ini satu hal. Dan
bagaimana pula Allah akan memberikan balasan melebihan dari sekedar apa yang kita
kerjakan dari amal shaleh tersebut, ini adalah hal yang lain. Maka pada kesempatan
ini saya ingin mengajak diri kita semua untuk memahami kehidupan yang telah
kita lalui agar sisa umur kita -amal shaleh (kebaikannya)- melebihi dari sisa
umur itu dan menutupi kekurangan dari usia yang telah kita lalui. (huruf yang
ditebalkan ini harap dibaca 3 kali) Akan kita evaluasi dari segala sisinya agar kita
dapat memahami dan menikmati berbagai sisi kehidupan yang akan kita alami.
Sehingga akan melahirkan pribadi yang senantiasa memiliki hamasah (semangat),
ghirah (kecemburuan) dan jiddiyah (kesungguhan) dalam hidupnya.

Ihkwah fillah... Telah banyak di antara umat Islam yang telah kehilangan ruh
kehidupannya, maka hal ini jangan sampai melanda dalam kehidupan seorang kader
dakwah yaitu terjadinya hayatul jafaa (kehidupan yang kering) dari ruh, ibarat
seseorang menyiramkan air diatas pasir yang kering. Perhatikan baik syair ini:

‫حياة إنسان طغا وسيئا * تكون حياتها جفا‬


‫فهو اسفا‬
‫وحياتها توبا وصالحا * تكون كريما واحتفا‬
‫فهو ساعدا‬
Kehidupan manusia yang penuh sia-sia dan keburukan.
Kehidupan yang akan dilaluinya menjadi sangat kerontang.
Dia akan menjadi nestapa.
Dan kehidupannya yang penuh taubat dan kebaikan.
Maka hidupanya penuh dengan kemuliaan dan penghargaan.
Niscaya akan merasakan bahagia.

Ihwah fillah ... Belum lagi kita bisa menghitung nikmat Allah yang lalu namun nikmat
itu tidak pernah berhenti mengalir dalam kehidupan ini. Artinya kasih sayang Allah
kepada hambanya melebihi dari ketaatan seorang hamba. Maka tidak akan cukup dan
tidak pernah akan dapat ketaatan atau kebaikan kita menggantikan nikmat tersebut,
hanya karena kasih sayang Allah sajalah kita berada dalam jalan kebenaranya ini.
Demikian juga pengampunan Allah lebih luas dari taubat kita, namun harus diingat
juga jannah Allah adalah hak demikian juga neraka itu juga hak. Semuanya
bergantung kepada sikap menusianya, jalan mana yang akan dipilih.

Kalau kita memperhatikan firman Allah tersebut di atas di awalai dengan ”Barang
siapa yang mengerjakan amal shaleh..” Semua menggunakan dalam bentuk nakirah
(man ’amalan shalihan) artinya Allah membentangkan banyak sekali bentuk amal-
amal yang bisa dikerjakan oleh manusia dan tidak terbatas kepada amal tertentu saja.
Oleh sebab itu masih banyak dihadapan kita yang bisa kita kerjakan sebagai sebuah
kebaikan kita. Apalagi kalau kita kaitkan dengan amal dakwah ini. Maka jangan
pernah merasa puas untuk beramal apalagi merasa bosan, bukankah kita
menginginkan kubur dan akhirat kita sebagai tempat peristirahatan kita yang nyaman.
Sibukkanlah dirimu dengan amal shaleh, karena syarat itu akan didapat oleh
seseorang kalau menyibukkan dirinya beramal di muka bumi ini. Tetapi sebaliknya
kalau kita berleha-leha dan bersantai-santai dari beramal sholeh apalagi hanya kita
penuhi hidup kita ini dengan percuma, maka kitapun tidak akan merasan istirahat di
alam kubur dan akhirat kita dengan nyaman.

Ikhwah fillah... Apalagi dalam amal dakwah ini, jangan sampai terbersit, bahkan
walau hanya terbersit dalam hati kita –kalau terbersit segera beristighfar- ”kenapa
hanya saya saja yang sibuk dalam menangani dakwah ini, sementara yang lain hanya
berpangku tangan, apalagi sebernarnya peluang dan kesempatan dan ekonomi mereka
lebih lapang dari saya”. Berlomba-lombalah dalam kebaikan dan kebenaran,
hilangkan perasaan ghil dalam hatimu. Perjalanan dakwah kita masih panjang dan
membutuhkan pengorbanan kita semua, jangan berhenti gara-gara seseorang,
menjadilah orang yang paling ikhlas dalam masalah ini.

Kedua, Allah memberikan peluang yang sama siapa saja diantara laki-laki dan
perempuan tidak ada batasan dalam masalah ini, siapa saja boleh berada di depan aki-
laki-laki atau perempuan. Oleh karenanya berilah nasehat kepada istri-istri antum,
bukankah kita ingin berkumpul di surga kelak bersama mereka, dan sebagai bentuk
tanggungjawab kita sebagai seorang suami.

Ketiga, semuanya dapat kita capai tetapi dengan syarat beriman yakni meninggalkan
kemusyrikan dan tidak bermaksiat. Karena amal shaleh apabila tidak disertai dengan
keimanan amalnya tidak akan diterima di sisi Allah.

Keempat; Allah akan memberikan balasan yaitu hayatun thaiyyibatun (kehidupan yan
baik). Bentuk hayatun thayyibun akan didapati dalam diri seorang mukmin; Pertama,
Thumakninah nafsu. Telahkah kita merasakan ketenangan jiwa dalam menghadapi
hidup dan semua tugas dakwah ini. Atau kita masih terdapat dalam diri kita rasah
gelisah akan ketetapan dalam hidup ini. Kedua; Sa’adatul Qalbu. Bentuk lain dari
hayatun thaiyyibatun adalah hati kita selalu merasa bahagia, merdeka dan tidak satu
orang pun yang dapat mmpengaruhi atas pilihan dalam jalan kebenaran di jalan Allah
ini. Sa’adah ketika menerima segala bentuk penrintah Allah, apakah amal yang
diperintahkan itu sangat tidak disukainya dan apakah disuruh meninggalkan sesuatu
pekerjaan padahal pekerjaan itu amat sangat dicintainya. Namun mengerjakannya
tetap dengan hati yang bahagia. Demikian juga halnya dalam dakwah ini. Ketiga;
Ladzatul Ibadah/Thaah. Bukti atau anugerah lain adalah kelezatan dalam beribadah
dan ta’atnya seseorang kepada Allah. Mulai dari keikhlasan niatnya, dalam menepati
syahadat (kesyaksian)nya, dalam sholatnya dan segala bentuk amal wajib dan mal
sholeh lainnya dikerjakannya dalam ketekunan dan merasakan kelezatannya. Ikhwah
fillah... bagaimana dengan diri kita. Keempat; Qana’ah dan rizki yang halal, demikian
juga qanaah seseorang atas ketetapan rizkinya, merasa kecukupan dalam hidupnya
dan tidak ada tempat mengadu kecuali kepada Allah. Menafkahkan sebagian rizkinya
dijalan Allah. Terpelihara ruhul tadhiyah dalam dirinya, tidak melihat orang lain
untuk berkorban. Kelima;Taufiq ila at-tha’ah. Tahukah antum bedanya antara huda
(petunjuk) dengan taufiq, barangkali selama ini kita keliru dalam memahaminya.
Taufiq ini –merupakan karunia dari Allah- maksudnya adalah Allah akan memberikan
keteguhan seseorang dalam jalan kebenaran ini. Keenam; Makrifah kepada Allah.
Demikian juga makrifah kepada Allah akan diperolehnya, yaitu pengakuannya bahwa
Allah adalah satu-satunya tempat untuk diibadahi dan dimintai pertolongan, atau
hatinya senantiasa bertaqarub kepada Allah. Ketujuh; Berpegang Teguh dengan janji
Allah. Setelah itu dia akan memelihara dirinya dalam ketaatan, dan senantiasa
memagang janjinya sampai dia sanggup meninggalkan kepentingan diri dan
keluarganya demi memenuhi panggilan Allah, Rasul, Islam dan orang-orang beriman.
Bahkan sampai pada tinggkat menjual jiwanya untuk membela Agama Allah. Ikhwah
fillah... mari kita tempah jiwa kita untuk mencapai pada tingkat ini. Dan Kedelapan;
Ridha. Ridha yang dimaksud adalah Allah meridhai hambanya yang berada dalam
hayatun tahaiyyibatun dan seorang hamba meridhai atas segala ketetapan Allah.

Ikhwah fillah ... itu yang dimaksud dengan hayatun thayyibatun yang diberikan Allah
pada hambaya di muka bumi ini, dari sekian ciri telah berapakah yang bersemayam di
dalam jiwa kita. Rindukanlah diri kita untuk mendapatkan itu semua, peliharalah
hidayah ini, peliaharalah usrah ini sebagai sarana untuk menumbuhkan semuanya,
nikmatilah pertemuan ini yaitu sesuatu bagian yang paling nikmat dari pertemuan-
pertemuan penting lainnya.

Sedangkan diakhir ayat Allah akan memberikan juga balasan ” dan sesungguhnya
akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan”. Dan ternyata balasan itu adalah balasan yang lebih baik
dari apa yang sekedar yang kita kerjakan yaitu diakhirat kelak.
Ikwah fillah mudah-mudahan Allah menjadikan kita orang senantiasa berpegang
teguh dalam jalan dakwah ini dan memberikan kita kehiduapan yang sangat mulia di
akhirat kelak yaitu di jannah-Nya. Amiin.
Ikhwafillah... Ana uhibbukum fillah dan merindukan antum semua.
Wa ahlan wa sahlan ila akhuna al-Akh Arisman Adnan semoga kebersamaan antum
menambah ruh maknawi dalam usrah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Kairo; Rabu, 21 Muharram 1429/30 Januari 2008

Anda mungkin juga menyukai