Anda di halaman 1dari 7

EMPAT PERKARA YANG TIDAK MERUGIKAN

,





.




.


:



.





.















:

.

Sidang Jumat yang berbahagia.


Di dalam majelis yang mulia ini, mari, kita berusaha sungguh-sungguh
menghaturkan syukur kehadirat Allah Swt. Kita didik diri kita untuk tidak
bosan-bosannya menjadi jiwa yang pandai bersyukur. Betapa tidak,
hidayah dan karunia-Nya yang telah diberikan pada kita, sungguh tak
terhingga banyaknya. Namun bila yang terjadi sebaliknya, kita tidak
berusaha sungguh-sungguh menjadi insan yang pandai syukur, tentu kita

2
menjadi hamba yang melampaui batas dan menjadi golongannya orangorang yang sangat merugi. Mendidik diri dan menghaturkan rasa syukur
kepada Allah, praktiknya adalah dibarengi dengan meningkatkan ibadah,
memperbanyak amal sholeh, lebih giat dan tekun dalam belajar, bekerja
sungguh-sungguh sesuai profesi masing-masing yang dijalani hingga
saat ini. Bekerja secara sungguh-sungguh sesuai bidang garapan ini
sangat penting. Sebab, semua perkara dunia, kalaulah tidak ditumemeni
dalam menjalani, tentu hasilnya kurang baik. Mungkin jadi malah gagal
tanpa hasil. Apalagi perkara yang langsung tembus akherat, tentu harus
lebih sungguh-sungguh agar mendapat point positif disisi Yang Maha
Kuasa.
Jamaah Jumat rahimakumullah
Setiap orang, apalagi sebagai muslim, pasti menginginkan
keberuntungan dalam hidupnya. Karenanya, ia akan berusaha untuk
meraih keberuntungan itu. Baik keberuntungan yang berupa materi,
kepercayaan dari orang lain, jabatan atau pekerjaan tertentu, popularitas,
penghargaan dari sesama, nama baik, rapor ataupun nilai yang
memuaskan, dan sebagainya. Berbagai macam keinginan tersebut
tentunya tidak semua bisa terpenuhi. Sangat tergantung pada hidayah
dan karunia Tuhan semata. Namun berusaha dengan sungguh-sungguh
adalah tuntutan yang harus dijalani.
Bagi muslim yang khusyuk, manakala keinginan duniawi tersebut tidak
terpenuhi, ia tidak akan menganggap hidupnya sia-sia, apalagi sampai
putus asa. Ia tidak merasa hal itu sebagai kerugian yang besar. Masih
ada harapan yang lebih mulia untuk diraih, yakni ridha Allah dan jaminan
mulia disisi-Nya. Sebab menyadari sepenuhnya bahwa yang dikatakan
merugi adalah bila tidak bisa menjalankan perintah-Nya dengan baik,
yakni dalam hal beriman dan beramal sholeh, nasihat menasehati dijalan
al-haqNya, dan nasehat menasehati di dalam kesabaran (QS. Al Ashr 3).
Jamaah Jumat yang berbahagia
Melengkapi sekaligus menguatkan keimanan kita, khususnya ketika
keinginan duniawi tidak terpenuhi, dengan harapan jangan sampai mudah
terjebak dalam penyesalan serta kerugian yang berkelanjutan, Nabi Saw
memberikan resep khusus. Nabi SAW bersabda yang artinya : Empat
perkara, apabila keempatnya ada padamu, maka tidak merugikan engkau
dari apa yang tidak engkau peroleh dari dunia, yaitu: benar dalam
berbicara, menjaga amanat, akhlak yang baik, dan tidak serakah dalam
makanan (HR. Ahmad, Thabrani, al-Hakim dan Baihaqi).

3
Resep pertama adalah benar dalam berbicara. Bicara yang benar
merupakan salah satu ciri orang yang beriman. Orang yang kaya,
populer, tinggi kedudukannya bahkan dianggap terhormat di masyarakat,
tapi tidak benar dalam berbicara, maka menjadi rendah kedudukannya
dihadapan sesama, dan bahkan sangat hina dihadapan Allah. Oleh
karena itu, kita sebagai muslim harus bisa menjaga lidah, dan benar
dalam berbicara. Al-Quran sendiri menegaskan bahwa setiap
pembicaraan ada pertanggungan jawab dihadapan Allah Swt. Karenanya,
ucapan kita akan dicatat oleh Malaikat yang selalu menyertai di kanan
dan kiri kita. Sebagaimana firman Allah :


Artinya: Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir (QS. Qaaf [50]:18).
Jamaah Jumat yang berbahagia
Resep kedua adalah menjaga amanat. Kehidupan dunia ini tak lepas dari
amanat. Jasmani yang sehat, harta yang dimiliki, ilmu yang dikuasai,
kedudukan yang sekarang diduduki, itu semua merupakan amanat yang
diberikan Allah yang harus kita jalani. Belum lagi kepercayaan yang
diberikan orang lain dalam berbagai hal. Semua amanat itu harus dijaga,
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Sebab, bila yang terjadi
sebaliknya, tidak melaksanakan amanat dengan baik, maka dianggap
tidak memiliki agama, meskipun nyatanya mengaku sebagai penganut
agama. Sebagaimana sabda Nabi Saw yang artinya: Tidak beriman
orang yang tidak memegang amanat, dan tidak ada agama bagi orang
yang tidak menepati (HR. Ahmad).
Realisasi menjaga amanat ini adalah; manakala kita memiliki harta,
menunaikan amanatnya adalah dalam bentuk membelanjakan di jalan
ridho-Nya. Jasmani yang sehat untuk mengabdi kepada Allah dan
berjuang di jalan lurus-Nya. Ilmu yang dikuasai dengan menularkan
kepada sesama, serta untuk meningkatkan martabat kehidupan sesama.
Sedang kedudukan yang ada sekarang, sebagai salah satu sarana untuk
menegakkan kebenaran, serta memudahkan menyampaikan visi-misi
kebenaran.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Resep ketiga adalah akhlak yang baik. Akhlak yang baik merupakan
kekayaan yang paling mahal harganya. Karena itulah Rasulullah Saw
diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Termasuk akhlak kita, menjadi
obyek yang Beliau perbaiki. Itu pula sebabnya, manakala orang tua telah

4
mendidik akhlak anaknya dengan baik, itu menjadi pemberian yang paling
berharga ketimbang pemberian harta atau materi, sekalipun yang paling
mahal. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: Tidak ada pemberian yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya yang lebih baik dari pendidikan
adab (akhlak) yang baik (HR. Tirmidzi).
Jamaah Jumat yang berbahagia
Resep keempat adalah tidak serakah. Istilah lainnya adalah nrima ing
pandum. Nrima dengan lilo legowo atas segala pemberian yang diberikan
Tuhan. Walaupun pemberian itu amat sedikit dibanding yang diterima
oleh orang lain, diterima dengan ikhlas. Inilah realitas bersyukur.
Bilamana demikian, sebagaimana janji-Nya, akan mendapatkan
keberuntungan yang besar. Walaupun secara fisik tampaknya bisa jadi
sedikit, tetapi pada sisi yang lain, akan mendapatkan keberuntungan
yang besar. Semisal dilapangkan dadanya, dijadikan istikomah hatinya,
dimudahkan berbagai macam urusannya, dan lain sebagainya.
Sebagaimana firman-Nya:



Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS. Ibrahim[14]:7).
Kebalikan dari bersyukur adalah serakah atau tamak. Ia merupakan sifat
yang tercela. Tidak mengenal istilah puas menerima pemberian-Nya. Ia
bisa tumbuh dan berkembang pesat bagaikan virus canggih yang dapat
melakukan mutasi sendiri. Misalnya tega dan mentalan. Tidak peduli pada
sesama. Bahkan yang parah, akan menghalalkan segala macam cara
untuk memenuhi yang diinginkan, merampas hak-hak orang lain. Korupsi
kolusi ngapusi nepotisme dan berbagai bentuk penyelewengan lainnya.
Orang yang tamak akan mengalami kerugian bagi dirinya sendiri dan
merugikan orang lain. Ia tidak memiliki rasa optimis terhadap hari-hari
mendatang. Selalu curiga terhadap kemajuan yang dicapai orang lain,
yang pada akhirnya tidak disukai oleh sesamanya dan dibenci Tuhan.
Jamaah Jumat yang berbahagia
Selain keempat resep di atas yang bisa menjadikan kita beruntung ketika
harta maupun perihal duniawi lainnya lepas dari tangan kita, Nabi SAW
memberi tips agar dicintai Allah dan dicintai manusia. Beliau bersabda

5
yang artinya: Hiduplah di dunia dengan zuhud (bersahaja), maka kamu
akan dicintai Allah, dan janganlah tamak terhadap apa yang di tangan
orang lain, niscaya kamu akan disenangi manusia (HR. Ibnu Majah).
Zuhud disini bukan berarti meninggalkan atau bahkan tidak memakai
dunia sama sekali. Melainkan hatinya-lah yang meninggalkan dunia.
Hatinya diperdi untuk melupakan dunia. Hati dibelajari untuk tidak
mencintai dunia, dengan menafikannya. Sementara lahirnya sesuai
dengan profesi, kedudukan, maupun tanggung jawab masing-masing.
Sehingga berdunia-nya hanya sak dermo saja, sekedar menjalani apa
yang harus dijalani, semata-mata demi subhanaka. Laa haula wala
quwwata illa billahilaliyyil adzim. Semoga kita digolongkan menjadi
hamba sebagaimana yang diharapkan Nabi SAW seperti halnya uraian di
atas. Dan diberi pemahaman berlebih, dikuatkan menjalani, yang
akhirnya dimantapkan menapaki jalan para kekasih-Nya. Amin.









.




.









Khutbah II












.





.










,






,


,










,




,




,


.










.







,













.






,

.








,













.















.






.

















. . .

Anda mungkin juga menyukai