Anda di halaman 1dari 5

EMPAT HAL YANG HARUS ADA PADA DIRI MANUSIA

Alfiyan Yusuf M

Jamaah Sholat Jum'at Rahimatullah


Bersyukur kita kepada Allah SWT, atas anugerah dan nikmatnya yang
Allah berikan kepada kita semua, kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk
melaksanakan salah satu yang Allah fardukan kepada kita yaitu melaksanakan
sholat jum'at.
Dan marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kita kepada Allah Swt,
yang hakikatnya taqwa itu adalah melakukan ketaatan kepada Allah. Pertam kita
tidak melakukan maksiat kepada-Nya yang kedua taqa itu adalah bagaimana kita
selalu ingat kepada Allah dan tidak melupakannya dan yang ketiga adalah
senantiasa bersyukur dan tidak menjadi kufur akan nikmat Allah.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad Bin Hambal yaitu:
Ada empat sifat yang apabila semuanya ada pada dirimu, maka tidak akan
menjadi sebab kalian ditimpa kesusahan, empat sifat tersebut adalah :
1. Menjaga amanah
2. Bicara jujur
3. Berakhlak mulia
4. Senantiasa menjaga kesucian
Berdasarkan hadist tersebut diatas memegang teguh amanah itu adalah
sesuatu yang sangat penting dalam hidup ini, sekali saja orang tidak amanah,
maka orang lain sulit untuk mempercayai kita,[1] Allah telah memerintahkan
kepada kita untuk menjadi pribadi yang amanah, baik amanah kita sebagai
seorang muslim yang harus menjalankan kewajiban-kewajiban kepada Allah
maupun amanah-amanah lain sesuai kapasitas dan kedudukan kita dalam
masyarakat, seperti kepala keluarga, sebagai anak, sebagai karyawan dan sebagai
pemimpin.
Berbuat jujur dan tidak melakukan dusta dalam pergaulan dimasyarakat
apapun posisi dan status sosial seseorang tertentu kita harus menjaga diri dari sifat
yang akan mengotori diri kita semua. Makna lain jujur adalah tulus atau ikhlas,
orang yang tidak beriorentasi pada materi kejujurannya tidak bisa dibeli, pahit
atau manis rasa kejujuran itu baginya, tetaplah berbicara apa adanya, sesuai fakta,
tidak mengada ngada, tidak menambahi juga dan tidakpula mengurangi,
melainkan pas atau sesuai.
Dusta atau bohong dalam KBBI tertulis bahwa bohong bermakna tidak
sesuai dengan hal atau kenyataan yang sebenarnya, palsu dan tidak benar.
Kebalikannya orang jujur, orang yang suka berbohong adalah orang yang
cenderung beriorentasi pada materi duniawi. Karena takut akan resiko dari
kejujuran, jujur dianggap tidak menguntungkan baginya, maka kebohonganlah
yang dekat dengan pribadinya.[2]
Serta senantiasa menjaga kesucian, nilai dan wibawa seseorang bukanlah
ditentukan oleh kekayaan dan jabatannya, dan tidak pula ditentukan bentuk
rupanya. Tetapi, nilai dan wibawa seseorang justru ditentukan oleh kehormatan
dirinya. Oleh sebab itu untuk menjaga kehormatan diri, setiap orang haruslah
menjauhkan dirinya dari perbuatan dan perkataan yang dilarang oleh Allah SWT.
[3] artinya adalah
1. Membersihkan diri kita dari keburukan akhlak
2. Membersihkan diri kita dari kotoran penyakit hati
3. Membersihkan diri dari perilaku dan perbuatan jahiliyah

ُّ ‫يٰۤ َاهُّي َا النَّ ُاس قَدۡ َجٓا َء ۡتمُك ۡ َّم ۡو ِع َظ ٌة ِّم ۡن َّر ِبّمُك ۡ َو ِش َفٓا ٌء ِل ّ َما ىِف‬
‫الصدُ ۡو ۙ ِر َوهُدً ى َّو َرمۡح َ ٌة‬
َ ‫ِل ّـلۡ ُم ۡؤ ِم ِننۡي‬
"Wahai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu nasihat dan pelajaran (Al-
Qur'an) dari Rabb-Mu, penyembuh dari penyakit-penyakit dalam dada (dalam hati
manusia) dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. (Q.S. Yunus:57:
10)

Jamaah Sholat Jum'at Rahimatullah


Bagaimana kita untuk membersihkan hati, dan mengembalikan kepada
fitrah, yaitu 3 hal penting yang harus kita lakukan:
1. Berdo'a kepada Allah
2. Menghilangkan Al-Ghaflah (Kelalaian)
3. Melakukan Takziyatun Nafs (Pensucian jiwa)
Yaitu senantiasa Tawaddu' dijalan Allah.

Jamaah Sholat Jum'at Rahimatullah


Syekh Abdurrahman As-Sa'di mengatakan bahwa Allah Subhanhu
wata'ala menjadikan akal kepada manusia adalah :
1. Agar manusia cenderung menganggap baik pada kebenaran
2. Agar manusia cenderung menganggap buruk segala yang bhatil
3. Karena dalam hukum islam/syariat islam baik yang lahir maupun yang
bhatin Allah telah menjadikan pada hati semua makhluknya,
kecenderungan untuk menerimanya, maka Allah menjadikan dihati mereka
rasa cinta kepada Allah menjadi dihati mereka rasa cinta kepada kebenaran
dan selalu mengutamakannya, itulah hakikat fitrah yang disebut ayat
tersebut.

Jamaah Sholat Jum'at Rahimatullah


Akan tetapi masih ada daripada sebagian manusia, memutar balikkan
penafsiran ayat Al-Qur'an yang sangat mulia tersebut, dimana sesuatu yang sudah
jelas kebathilannya, malah itu yang dianggap sesuatu yang haq, dibelanya mati-
matian, begitu yang lainnya sesuatu yang jelas-jelas hukum haram maka yang
haram itu tetap dikerjakannya, dan dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja,
sehingga ada ungkapan yang menyesatkan "jangankan yang halal, yang haram
saja sulit untuk mencarinya" kenapa hal tersebut bisa terjadi, padahal misalnya
pelakunya adalah seseorang yang tahu dia agama, seorang pejabat, seorang
pemimpin, seorang wakil rakyat, dan atribut sosial lainnya, hal tersebut
disebabkan karena mereka tidak menggunakan akal sehatnya, akan tetapi akal
yang Allah berikan kepada manusia, yang mana manusia dengan akal pikirannya
sesungguhnya dapat membedakan antara haq dan bathil, yang halal dan yang
haram, yang sunnah dan yang bid'ah dikerjakan, yang sunnah malah ditinggalkan,
itulah potret kehidupan manusia.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda yang artinya semua
bayi yang (baru lahir) dilahirkan diatas fitrah (cenderung kepada Islam) lalu kedua
orang tuanyalah yang menjadikan orang yahudi, nasrani atau majusi.
Dari Yadh Himar al-Majusy, bahwa Rasulullah bersabda: (Allah
berfirman) sesungguhnya aku menciptakan para hambaku, semua dalam keadaan
hanif (lurus dan cenderung kepada kebenaran) dan sungguh kemudian syaithan
mendatangi mereka, lalu memalingkan mereka dari agama mereka.
Hadist tersebut menunjukkan bahwa manusia dilahirkan kedunia ini dalam
keadaan fitrah cenderung menerima islam dan beribadah kepada Allah
sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-A'raf:172

ۛ ٰ ‫ُورمِه ْ ُذ ّ ِريَّهَت ُ ْم َوَأ ْشهَدَ مُه ْ عَىَل ٰ َأنْ ُف ِسه ِْم َألَ ْس ُت ِب َر ِبّمُك ْ ۖ قَالُوا بَىَل‬
ِ ‫َو ْذ َأخ ََذ َرب ُّ َك ِم ْن بَيِن آ َد َم ِم ْن ُظه‬
‫ِإ‬
‫َشهِدْ اَن ۛ َأ ْن تَ ُقولُوا ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة اَّن ُكنَّا َع ْن َهٰ َذا غَا ِف ِل َني‬
‫ِإ‬
Dan ingatlah ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam,
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari terhadap diri mereka
(seraya berfirman) "bukankah aku ini RabbMu" mereka menjawab"betul (engkau
Rabb kami) kami menjadi saksi "(kami lakukan demikian itu) agar dihari kiamat
kamu tidak mengatakan sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lalai dalam terhadap ini (Iman dan Tauhid Kepada Allah)
DAFTAR PUSTAKA
[1] H. Khairul Anam, Khutbah Jum’at Inspiratif. Ponorogo: Barko Group
Ponpes Darul Hikmah, 2019.
[2] S. Muhammadiyah, “Jujur dan Dusta,” Suara Muhammadiyah, 2019.
https://www.google.com/amp/s/suaramuhammadiyah.id/2019/08/08/jujur-
dan-dusta/%3Fnv4dieatuy=y&amp.
[3] R. Muhammadiyah, “Iffah Menjaga Diri,” Muhammadiyah.or.id, 2020.
https://muhammadiyah.or.id/iffah-menjaga-diri/.

Anda mungkin juga menyukai