DALAM RANGKA
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
DASAR BELA NEGARA
DASAR HUKUM
Pada masa pendudukan Jepang, Bukittinggi dijadikan sebagai pusat pengendalian pemerintahan militernya untuk
kawasan Sumatera, bahkan sampai ke Singapura dan Thailand. Kota ini menjadi tempat kedudukan komandan militer
ke-25 Kempetai, di bawah pimpinan Mayor Jenderal Hirano Toyoji. Pada masa itu, kota ini berganti nama dari
Stadsgemeente Fort de Kock menjadi Bukittinggi Si Yaku Sho yang daerahnya diperluas dengan memasukkan nagari-
nagari sekitarnya seperti Sianok Anam Suku, Gadut, Kapau, Ampang Gadang, Batu Taba, dan Bukit Batabuah. Setelah
kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Ketetapan Gubernur Provinsi Sumatera Nomor 391 tanggal 9 Juni 1947,
Bukittinggi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera dengan gubernurnya Mr. Teuku Muhammad Hasan. Pada
masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan dan ditunjuk
sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh
Syafruddin Prawiranegara, Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan
Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006.
DEFINISI BELA NEGARA
Penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
menyatakan bahwa “Upaya Bela Negara” adalah “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada Negara dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjalin kelangsungan hidup
bangsa dan negara”. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab,
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Oleh karena itu, secara definisi Bela
Negara sendiri sebenarnya merupakan:
1. Jiwa kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara;
2. Kewajiban dasar manusia; dan
3. Kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab,
dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa, yang ketika diwujudkan dalam
bentuk sikap dan perilaku, maka jiwa, kewajiban, dan kehormatan tersebut menjelma menjadi “Upaya
Bela Negara”.
KESADARAN BELA NEGARA
Kesadaran bela negara adalah dimana kita berupaya untuk mempertahankan negara kita
dari ancaman yang dapat mengganggu kelangsungan hidup bermasyarakat yang
berdasarkan atas cinta tanah air. Kesadaran bela negara juga dapat menumbuhkan rasa
patriotisme dan nasionalisme di dalam diri masyarakat. Upaya bela negara selain
sebagai kewajiban dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, penuh tanggung jawab dan rela berkorban
dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Keikutsertaan kita dalam bela negara
merupakan bentuk cinta terhadap tanah air kita
NILAI DASAR BELA NEGARA
o memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat;
o melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan
SADAR BERBANGSA peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
DAN BERNEGARA o mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya;
o berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia;
o berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara;
NILAI DASAR BELA NEGARA
Manunggal, artinya antara Tri Gatra dan Panca Gatra, tidak campur aduk melainkan serasi,
1
seimbang, dan harmonis.
Kewibawaan, artinya menjaga harkat dan martabat bangsa dan negara sebagai
3
daya pencegah dan penangkalan
Berubah menurut waktu yaitu ketahanan nasional bersifat dinamis atau berubah
4
sesuai dengan fungsi dan waktu.
Tidak bergantung pada pihak lain (self relience) yaitu ketahanan nasional
7
dikembangkan atas dasar kemampuan diri sendiri.
LANGKAH PEMBINAAN KETAHANAN NASIONAL
KONSEP KETAHANAN NASIONAL
KETANGGUHAN IDENTITAS
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat
atau sesuatu dapat bertahan, kuat menderita secara keseluruhan. Negara dilihat dalam
atau dapat menanggulangi beban yang pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat
dipikulnya. yang dibatasi oleh wilayah dengan penduduk,
sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional
serta dengan peran internasionalnya.
KEULETAN ANCAMAN
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan Yang dimaksud disini adalah hal / usaha yang
yang keras dalam menggunakan kemampuan bersifat mengubah atau merombak
tersebut diatas untuk mencapai tujuan. kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara
konseptual, kriminal dan politis.
INTEGRITASS
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan HAMBATAN & GANGGUAN
nasional suatu bangsa baik unsur sosial maupun Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar
alamiah, baik bersifat potensional maupun dan dari diri sendiri.
fungsional.
WAWASAN NUSANTARA
❑
HAKIKAT WAWASAN NUSANTARA
RASA DAN SEMANGAT KEBANGSAAN NASIONAL YANG TINGGI DALAM SEMUA ASPEK
2 KEHIDUPAN, YANG BERARTI BERBUAT, MEMPERSEMBAHKAN DAN MENDHARMABAKTIKAN
YANG TERBAIK BAGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA.
UTUH, MENYELURUH, KEUTUHAN NUSANTARA ATAU NASIONAL, DALAM PENGERTIAN CARA PANDANG YANG
3 SELALU DALAM LINGKUP NUSANTARA DAN DEMI KEPENTINGAN NASIONAL. HAL INI BERARTI SETIAP WARGA,
BANGSA DAN APARATUR NEGARA HARUS BERSIKAP DAN BERTINDAK SECARA UTUH, MENYELURUH DALAM
LINGKUP DAN DEMI KEPENTINGAN BANGSA DAN NEGARA INDONESIA.
FUNGSI & TUJUAN WAWASAN NUSANTARA
WAWASAN KEBANGSAAN
4 KONSESUS DASAR
RUMAH BANGSA
INDONESIA
PONDASI
BANGUNAN RUMAH
FUNGSI RUANGAN
BESERTA ALAT PENGHUNI RUMAH
KELENGAKAPAN YANG BERBEDA
RUMAH SUKU / ETNIK,
AGAMA DAN BUDAYA
PROSES KEHIDUPAN BERBANGSA
SUMBER
❑ FALSAFAH PANCASILA
❑ UUD NRI ’45 SIFAT NILAI
❑ NKRI
❑ BHINEKA TUNGGAL IKA
TERCERMIN
❑ SIKAP
❑ PERILAKU SETIAP WARGA NEGARA INDONESIA YANG
MENGUTAMAKAN:
▪ PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA DAN WILAYAH
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN
BERNEGARA
▪ MENGHARGAI BANGSA LAIN
IMPLEMENTASI WAWASAN KEBANGSAAN
❑ PANCASILA
❑ UUD NRI ’45 IMPLEMENTASI
❑ NKRI WAWASAN
❑ BHINEKA TUNGGAL IKA KEBANGSAAN
BERMASYARAKAT BERNEGARA
BERBANGSA
CITA-CITA
NASIONAL
PERUBAHAN ANCAMAN NEGARA
❑ Radikalisme, Separatisme,
pornografi.
Langkah II : Mencintai
Merawat dan memelihara keutuhan NKRI dengan cinta tanah air
Langkah V: Slogan
SIAPA KITA?? INDONESIA
APA IDEOLOGI KITA?? PANCASILA
APA KEWAJIBAN KITA?? BELA NEGARA !!
NKRI, HARGA MATI!!!
HARAPAN
❑ Mempunyai rasa ikut memiliki negeri ini dan terpanggil untuk ikut serta dalam
upaya bela negara;
❑ Menolak dan Memberantas penyebaran ajaran / paham yang bertentangan dengan
Pancasila;
❑ Membangun persaudaraan, toleransi, kerukunan dan harmoni di bumi pertiwi ini
sesuai semboyan negara “Bhineka Tunggal Ika”;
❑ Persiapkan diri dengan baik menjadi agen perubahan dan menguasai IPTEK
dengan mengikuti perkembangan lingkungan strategis baik nasional, regional,
maupun internasional;
❑ Kita tidak boleh berpuas diri, peluang harus selalu kita ciptakan, untuk mengangkat
harkat dan martabat bangsa Indonesia, sejajar dengan bangsa maju;
❑ Berjiwa “Merah Putih” yang selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan kelompok, pribadi maupun golongan agar persatuan dan
kesatuan bangsa tetap kokoh.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH