Kelas XII
(BUKU 1)
Oleh :
Khoe Tjok Tjin
Waktu : 16 JP
P = Po. Xp
Dimana :
P = tekanan uap jenuh larutan (cmHg)
Po = tekanan uap jenuh pelarut murni (cmHg)
Xp = fraksi mol pelarut.
Karena penurunan tekanan uap jenuh larutan ,
P = Po – P , maka
P = Po. Xt
Dimana :
P = penurunan tekanan uap jenuh larutan
Po = tekanan uan jenuh pelarut murni
Xt = fraksi mol zat terlarut.
b. KENAIKAN TITIK DIDIH (Tb)
- Titik didih zat cair ialah temperatur tetap pada saat tekanan uap zat cair sama dengan tekanan
udara.
- Dari hasil percobaan yang dilakukan pada penentuan titik didih larutan, ternyata titik didih
larutan selalu lebih tinggi dari titik pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya
partikel-partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan
Tb = m . Kb
Dimana :
Tb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Tf = m . Kf
Dimana :
Tf = penurunan titik beku larutan
m = molalitas
Kf = penurunan titik beku molal
Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan terhadap pelarut murni dapat
dinyatakan dalam suatu diagram yang disebut diagram PT
=MRT
Dimana :
= tekanan osmotik (atm) M = molaritas larutan(mol/L)
R = tetapan gas ( = 0,082 l atm/mol K) T = suhu larutan ( K)
Beberapa istilah pada pengukuran tekanan osmotik
a. isotonik : menyatakan beberapa larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama.
b. Hipotonik : menyatakan suatu larutan yang tekanan osmotik nya lebih rendah daripada
larutan lain.
c. Hipertanik : menyatakan suatu larutan yang tekanan osmotiknya lebih besar daripada tekanan
osmotik larutan larutan lain.
B. Sifat koligatif larutan elektrolit :
- Zat elektrolit jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion-ion penyusunnya, sehingga
jumlah partikel zat pada larutan elekrolit akan lebih banyak dibandingkan dengan larutan
nonelektrolit yang konsentrasinya sama. Hal ini menyebabkan perubahan sifat koligatif pada
larutan elektrolit lebih besar daripada larutan nonelektrolit
( penyimpangan hukum Raoult).
- Hubungan sifat koligatif larutan elektrolit dengan konsentrasi larutan dirumuskan oleh Van’t Hoff,
yaitu dengan mengalikan rumus yang ada dengan suatu bilangan yang disebut faktor Van’t Hoff (i)
yang merupakan faktor penambahan jumlah partikel dalam larutan elektrolit.
i = 1 + (n – 1)
Dimana :
i = faktor van’t Hoff
n = jumlah koefisien kanan dibagi koefisien kiri dari persamaan ionisasi
= derajat ionisasi elektrolit
experimental Van’t Hoff factor for this solution. (Kf = 1.8; ArC = 12; H = 1; O =16 )
a. 0,1 b. 1 c. 1,1 d. 2 e. 2,1
23. Given that a solution is 5 percent sucrose by mass, what additional information is necessary to
calculate the molarity of the solution?
I. The density of water
II. The density of the solution
III. The molar mass of sucrose
a.I only b.II only c. III only d.I and III e.II and III
II, Uraian
01. Tentukan tekanan uap jenuh larutan yang terjadi jika ke dalam 720 gram air yang suhunya t oC
dilarutkan 2,4 gram urea, CO(NH2)2. Diketahui tekanan uap jenuh air pada t oC adalah 20,02
mmHg. [20]
02. Tekanan uap jenuh larutan yang mengandung 3,6 gram glukosa C6H12O6 dalam 450 gram air pada
t oC adalah 25 mmHg. Tentukan tekanan uap jenuh air pada t oC ! [25,02]
03. Tekanan uap jenuh larutan yang mengandung x gram naftalena C10H8 dalam 2496 gram benzena
C6H6 1,2 mmHg lebih rendah dari tekanan uap uap jenuh benzena pada suhu yang sama. Jika
tekanan nuap jenuh benzena pada suhu itu adalah 65,2 mmHg. Tentukanlah x ! [76.8]
04. Untuk menentukan Mr suatu zat nonelektrolit ditimbang 13,6 gram zat tersebut . Kemudian
dilarutkan dalam 900 gram air. Jika larutan ini membeku 0,32 oC di bawah titik beku air, tentukan
Mr zat nonelektrolit tersebut ! Kf air = 1,8. [85]
05. Dalam 600 gram air dilarutkan 18 g glukosa, kemudian ditambahkan lagi x gram ureum
CO(NH2)2. Ternyata larutan ini mendidih pada suhu 100,255 oC. Jika Kb air = 0,51, tentukan x !
[12]
Daftar Pustaka
1. Brown, LeMay, Bursten “ Chemistry The Central Science”, 10 th edition, Prentice Hall
International, 2006
2. Ebbing, Gammon, “General Chemistry”, 7th edition, Houghton Mifflin, New York, 2002
3. Petrucci, Harwood, Herring, “General Chemistry”, 8th edition, Prentice Hall International,
2002.
4. Michael Purba, “Kimia SMA”, Jilid 3A, Erlangga, Jakarta, 2004
5. Sura Kitti, “Kimia”, Jilid 3 A, Intan Pariwara, Klaten, 2000
6. R.Harsono Tjokrodanoerdjo, ”Penuntun Soal-soal Ilmu Kimia”, Erlangga, Jakarta, 1991