Anda di halaman 1dari 64

HUBUNGAN PERAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU

ASERTIF ANAK KELOMPOK B DI TK THURSINA


KEC. MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN
T.A 2019-2020

SKRIPSI

Oleh

AUDIA RANI
NMP. 161614006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH
MEDAN
2020
HUBUNGAN PERAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU
ASERTIF ANAK KELOMPOK B DI TK THURSINA
KEC. MEDAN AMPLAS KOTA MEDAN
T.A 2019-2020

Skripsi ini Diajukan sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi PG-PAUD

Oleh

AUDIA RANI
NMP. 161614006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu
perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?(10).
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.(11) (As-Shaff Ayat 10-11)

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa peneliti ucapkan segala rahmat

yang telah diberikannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik. Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Muslim Nusantara

Al-Washliyah Medan.

Peneliti telah mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak untuk

menyelesaikan proposal ini. Pada kesempatan ini peneliti akan menyampaikan

ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. KRT H. Hardi Mulyono K Surbakti, SE, M.AP selaku Rektor

Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.

2. Bapak Drs. Samsul Bahri, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan.

3. Bapak Drs. Darajat Rangkuti, M.Pd selaku Ketua Prodi PG-PAUD Universitas

Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan dan selaku dosen pembimbing I yang

telah membimbing dengan sabar memberikan masukan dan saran kepada

peneliti yang berguna sekali sehingga selesainya skripsi ini.

i
4. Ibu Shavreni Oktadi Putri, S.Psi.,M.Psi selaku Dosen pembimbing II yang

telah membimbing dan meluangkan waktu untuk membimbing peneliti

sehingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Sujarwo ,S.Pd. ,M.Pd selaku Penguji yang telah meluangkan waktu

untuk membimbing peneliti sehingga selesainya skripsi ini.

6. Khusus kepada keluarga tercinta, teristimewa, tersayang kedua orang tua:

Amansyah S.Pd.I (ayahhanda) dan Nurbibah (ibunda) beserta adik-adik

sepupu dan teman-teman saya, terimakasih atas doa, dorongan, semangat,

nasehat dan bantuan materi yang telah membantu peneliti selama mengikuti

pendidikan perkuliahan di Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

Medan.

7. Buat teman-teman seperjuangan PG-PAUD reguler 2016 terimakasih atas

semangat, do’a, waktu, dan motivasi, sehingga proposal ini dapat diselesaikan

oleh peneliti.

Akhirnya, peneliti sampaikan kiranya hasil proposal ini dapat menambah

referensi pengembangan dunia pendidikan, khususnya dalam bidang pendidikan

guru pendidikan anak usia dini.

Medan, 2020
Penulis,

Audia Rani
NPM. 161614006

ii
ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU ASERTIF


ANAK KELOMPOK B DI TK THURSINA KEC.MEDAN AMPLAS
KOTA MEDAN T.A 2019-2020

AUDIA RANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa berperannya orangtua


terhadap mendidik perilaku asertif anak. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode korelasi. Sampel penelitian adalah
siswa kelompok B sebanyak 15 siswa. Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini menggunakan metode angket/kuesioner dan observasi. Hasil dari data yag
didapatkan di analisis secara statistik menggunakan program SPSS 20 dan metode
korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
Cronbach’s Alpha masing-masing variabel sebesar 0.883 dan 0.570. Ada korelasi
yang cukup signifikan antara peran keluarga terhadap sikap asertif anak dengan
nilai koefisien korelasi sebesar 0.372. nilai rhitung sebesar 0.372. Sikap Asertif Anak
dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti. Maka dapat
disimpulkan bahwa peran keluarga berpengaruh rendah terhadap Sikap Asertif
Anak. Berperdoman dari tabel interpretasi nilai r bahwa nilai r hit masuk kedalam
rentang rendah, pengaruh rendah ini bermakna semakin menurunnya peran
keluarga maka akan berpengaruh terhadap sikap asertif anak. Meskipun rendah,
hal ini menunjukkan pula bahwa Ha diterima. Dilihat dari nilai signifikansinya
(Sig.) 0.004 < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, artinya ada
hubungan secara signifikan antara peran keluarga dengan sikap asertif anak. Peran
keluarga berpengaruh signifikan terhadap perkembangan perilaku asertif pada
anak, tetapi banyak faktor- faktor lain yang mempengaruhi perilaku asertif pada
anak yaitu, faktor jenis kelamin, faktor pola asuh, faktor pendidikan, faktor
kebudayaan, faktor harga diri dan faktor usia. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, yang dapat digunakan untuk
memahami peran keluarga terhadap perilaku asertif anak khususnya pada anak
usia 5-6 tahun di kelas sehingga anak dapat mengaplikasikan perilaku asertif
dalam kehidupan sehari-hari seperti anak dapat mengungkapkan perasaan dan
pendapatnya, meminta yang individu inginkan, dan mengatakan tidak untuk hal
yang tidak mereka inginkan

Kata Kunci : Peran Keluarga, Sikap Asertif Anak

iii
ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE ROLE OF FAMILY ON ASERTIVE


BEHAVIOR OF CHILDREN GROUP B IN TK THURSINA KEC. MEDAN
AMPLAS MEDAN CITY FY 2019-2020

RANI AUDIA

This study aims to determine how much role parents play in educating children's
assertive behavior. This type of research used in this research is quantitative with
the correlation method. The research sample was students of group B as many as
15 students. Data collection techniques in this study using questionnaires /
questionnaires and observation. The results of the data obtained were analyzed
statistically using the SPSS 20 program and the Pearson product moment
correlation method. The results showed that the Cronbach's Alpha value for each
variable was 0.883 and 0.570. There is a significant correlation between the role
of the family and the assertiveness of children with a correlation coefficient of
0.372. Rhitung value of 0.372. Assertive Attitude of Children is influenced by
other factors or variables that are not studied. So it can be concluded that the role
of the family has a low effect on children's assertiveness. Guided by the r-value
interpretation table that the r-count value falls into the low range, this low effect
means that the decreasing role of the family will affect the child's assertiveness.
Although low, this also shows that Ha is accepted. Judging from the significance
value (Sig.) 0.004 <0.05, it can be concluded that Ha is accepted, meaning that
there is a significant relationship between the role of the family and the
assertiveness of children. The role of the family has a significant effect on the
development of assertive behavior in children, but there are many other factors
that influence assertive behavior in children, namely, gender, parenting factors,
educational factors, cultural factors, self-esteem factors and age factors. The
results of this study are expected to add insight and knowledge, which can be used
to understand the role of the family on children's assertive behavior, especially in
children aged 5-6 years in the classroom so that children can apply assertive
behavior in everyday life as children can express their feelings and opinions. ,
asking for what individuals want, and saying no to what they don't want.

Keywords: Assertive Attitudes of Children, Family Role

iv
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

ABSTRAK....................................................................................................... iii

ABSTRACT..................................................................................................... iv

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah........................................................................ 4

1.3 Batasan Masalah............................................................................. 5

1.4 Rumusan Masalah........................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian............................................................................ 5

1.6 Manfaat Penelitian.......................................................................... 5

1.7 Anggapan Dasar.............................................................................. 6

1.8 Hipotesis......................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Asertif.............................................................................. 8

2.2 Peran Keluarga............................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian............................................................................ 21

3.2 Populasi dan Sampel....................................................................... 22

v
3.3 Variabel dan Indikator.................................................................... 22

3.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data............................................... 24

3.5 Validitas dan Reliabilitas................................................................ 27

3.6 Teknik Analisis Data...................................................................... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian............................................................................... 31

4.2 Pembahasan.................................................................................... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 37

5.2 Saran ..................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 39

LAMPIRAN.................................................................................................... 41

vi
DAFTAR TABEL

No Nama Hal

3.1. Lembar Observasi Perilaku Asertif Anak............................................ 24

3.2. Skala Peranan Keluarga....................................................................... 25

3.3. Pilihan Jawaban Instrumen.................................................................. 26

3.4. Tabel Interpretasi Nilai r...................................................................... 29

4.1 Tabel Skor Peran Keluarga.................................................................. 31

4.2 Tabel Hasil Observasi Sikap Asertif Anak.......................................... 32

4.3 Hasil Uji Validitas Hubungan Peran Keluarga terhadap

Sikap Asertif Anak.............................................................................. 33

4.4 Hasil Uji Reliabilitas Hubungan Peran Keluarga terhadap Sikap

Asertif Anak........................................................................................ 34

4.5 Hasil Uji Hipotesis Hubungan Peran Keluarga terhadap Sikap

Asertif Anak........................................................................................ 35

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa usia dini merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan

individu. Brewer (dalam Khadijah dan Armanila, 2017: 13) mengemukakan

bahwa masa usia dini, yaitu lahir sampai usia delapan tahun merupakan masa

yang sangat strategis bagi perkembangan selanjutnya. Artinya masa ini

merupakan masa yang sangat fundamental dalam mengembangkan potensi anak,

yang disebut dengan golden age.Syarief (dalam Khadijah dan Armanila, 2017: 13)

mengemukakan bahwa tahap yang sangat menentukan kualitas sumber daya

manusia adalah pada saat janin (prenatal) sampai usia remaja (sekita 15 tahun)

dan tahap yang paling kritis adalah sampai usia lima tahun (balita). Dimana

pemberian perhatian pada masa usia dini menjadi hal penting untuk memperoleh

sumber daya manusia yang berkualitas Jalal (dalam Khadijah dan Armanila, 2017:

13). Dengan demikian, keluarga (orang tua), masyarakat seperti tokoh masyarakat,

tokoh agama, pengusaha dan lainnya serta pemerintah diharapkan terlibat untuk

memberi perhatian sebagai upaya memperoleh sumber daya manusia yang

berkualitas tersebut..

Pasal 28 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional Bab 1, Pasal 1, butir 14 dinyatakan bahwa

“pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

1
2

dan rohoni agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih

lanjut”. Munculnya Direktorat Pendidikan AnakUsia Dini dalam pemerintahan.

kebijakan itu menempatkan Pendidikan Anak Usia Dini dalam tatanan

pemerintahan dan kehidupan masyarakat dengan kekuatan hukum yang jelas

(dalam Khadijah dan Armanila, 2017: 14).

Menurut Catron dan Allen (dalam Srimulyani, 2016: 1-2) terdapat

beberapa aspek perkembangan dasar anak usia dini yaitu kesadaran personal,

emosional, sosial, dan komunikasi. Aspek pertama yaitu kesadaran personal anak,

terjadi ketika anak mampu menyelesaikan masalah secara mandiri, aspek kedua

yaitu aspek emosional, melalui bermain anak dapat belajar menerima, berekspresi

dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Aspek yang ketiga yaitu sosial,

dengan bermain memberikan jalan untuk perkembangan sosial anak ketika anak

berinteraksi dengan anak lain. Aspek keempat adalah komunikasi, bermain

merupakan alat yang kuat untuk membelajarkan anak meningkatkan

perkembangan bahasa.

Menurut Mursid (2017: 8-9) pendidikan anak harus dilakukan melalui

lingkungan, yaitu keluarga, keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama

dan terpenting.Sejak timbulnya peradapan manusia sampai sekarang, keluarga

selalu berpengaruh besar terhadap perkembangan anak manusia.Sekolah sebagai

pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama

dan utama diperoleh anak ialah dalam keluarga. Perilaku anak terhadap sekolah

akan dipengaruhi perilaku orang tua mereka. Peran keluarga saling

berkesinambungan terhadap perilaku asertif anak, jika peran keluarga tidak baik
3

cepat atau lambat akan merusak fitrah kesucian yang dimiliki oleh anak yang

berupa kelembutan.

Faktor peran keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku asertif menurut beberapa para ahli (dalam Setyaninggrum, 2013: 47-

48).Keluarga sebagai lingkungan pertama yang membentuk pribadi yang

akanmemberikan pengaruh besar dalam kehiduan anak saat ini dan kelak. Apabila

dalam keluarga kurang memberikan pemenuhan yang seimbang

terhadapkebutuhan dan nilai yang memberikan cara pandang terhadap individu

dalam menjalani kehidupan, maka akan timbul pengaruh yang kurang baik pada

kehidupan anak kelak. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang

berdampak positif bagi perkembangan anak, karena itu : “Orang tua seharusnya

memeperhatikan tuntutan-tuntutan kewajiban mereka terhadap anak, dan

menyebarkan benih yang baik serta memeliharanya hingga mengantarnya sampai

matang dan berubah tanpa dirundung rasa putus asa menyangkut masa depan

anak”. Pada prinsipnya memberikan bimbingan kepada anak merupakan langkah

awal untuk menghantarkan anak pada jalan yang benar.Sebagaimana yang telah

diserukan Allah kepada hamba-Nya agar selalu memelihara diri sendiri dan juga

keluarga dari jalan yang menyesatkan.

Fenomena rendahnya perilaku asertif siswa terjadi di TK Thursina

kelompok B dapat dilihat darianak di kelompok B sulit untuk mengungkapkan

perasaan secara jujur dan langsung, sulit untuk mengungkapkan keyakinan dan

pemikiran secara terbuka, dan jarang anak yang dapat mempertahankan hak-hak

pribadinya..
4

TK merupakan salah satu tempat pendidikan pengasuhan anak usia dini

yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh aspek kemampuan yang ada pada

diri anak, baik kemampuan dasar maupun sikap dan perilakunya. Dimana anak-

anak yang menjadi asuhan TK tersebut memiliki kemampuan dan kepribadian

yang berbeda-beda.Hal ini disebabkan adanya asal mereka dengan kondisi

keluarga serta pola asuh orang tua yang berbeda-bedapula.

Berdasarkan pengamatan peneliti pada observasi awal terhadap anak

kelompok B di TK Thursina menunjukkan bahwa kemampuan mengaplikasikan

perilaku asertif dalam permainan puzzle masih rendah. Sehingga perlunya peran

keluarga dalam menumbuhkan perilaku asertif anak.

Atas dasar inilah peneliti ingin meneliti seberapa besar hubungan peran

keluarga terhadap perilaku asertif anak, baik itu perilaku yang baik maupun yang

buruk.Dengan demikian peneliti mengangkat permasalahan dalam suatu penelitian

yang berjudul “Hubungan Peran Keluarga Terhadap Perilaku Asertif Anak

Dalam Permainan puzzle di TK Thursina Kecamatan Medan Amplas”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Kurang berperannya orang tua dalam mendidik perilaku asertif anak

2. Masih terdapat beberapa anak yang sulit untuk mengungkapkan

perasaannya.

3. Masih terdapat pada anak yang sulit untuk mengungkapkan keyakinan

dan pemikiran.
5

4. Masih terdapat pada anak yang sulit untuk mempertahankan hak-hak

pribadinya.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi, penulis

membatasi permasalahan yang akan diteliti ialah hubungan peran keluarga yaitu

ayah dan ibu, adapun peran ayah dan ibu adalah sebagai contoh atau model bagi

anak, menjalin atau membangun hubungan, meluruskan struktur/fungsi dan sistem

keluarga dan menciptakan kesadaran pada anak. Perilaku asertif yang akan

dibatasi dalam penelitian ini yaitu kemampuan anak untuk mengungkapkan

perasaannya, meminta apa yang anak inginkan, dan mengatakan tidak untuk hal

yang tidak mereka inginkan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga terhadap

perilaku asertif anak di TK Thursina.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk melihat seberapa berperannya keluarga terhadap mendidik perilaku

asertif anak.

1.6 Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat

secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis
6

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan, yang dapat digunakan untuk memahami peran keluarga

terhadap perilaku asertif anak khususnya pada anak usia 5-6 tahun di

kelas B.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru

Dapat memahami akan pentingnya konsep diri dan perilaku asertif

untuk anak, sehingga guru dapat menerapkan perilaku asertif

dalam kehidupan sehari-hari .

b. Bagi anak

Anak dapat mengaplikasikan perilaku asertif dalam kehidupan

sehari-hari seperti anak dapat mengungkapkan perasaan dan

pendapatnya, meminta yang individu inginkan, dan mengatakan

tidak untuk hal yang tidak mereka inginkan.

c. Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti yang lain dapat digunakan sebagai salah satu referensi

guna untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan Hubungan Peran Keluarga terhadap Perilaku Asertif Anak.

1.7 Anggapan Dasar

Sehubungan dengan penelitian ini, maka anggapan dasar yang digunakan

adalah setiap yang dilakukan keluarga didepan mata anak akan berpengaruh

terhadap perilaku asertif anak. Apabila peran keluarga yang berperilaku masa
7

bodoh, kurang memperdulikan kesejahteraan anak, sikap kaku, dan menampilkan

sikap permusuhan atau dominasi terhadap anak menimbulkan anak menjadi

agresif (mudah marah, gelisah, tidak patuh/keras kepala, suka bertengkar),

submissive (kurang dapat mengerjakan tugas, pemalu, suka mengasingkan diri,

mudah tersinggung dan penakut), sulit bergaul, pendiam, sadis.

Apabila peran keluarga yang berperilaku memberikan perhatian dan cinta

kasih yang tulus kepada anak, menempatkan anak dalam posisi yang penting di

dalam rumah, mengembangkan hubungan yang hangat dengan anak, bersikap

respek terhadap anak, mendorong anak untuk menyatakan perasaan atau

pendapatnya, dan berkomunikasi dengan anak secara terbuka dan mau

mendengarkan masalahnya akan menimbulkan perilaku anak menjadi mau bekerja

sama, bersahabat, loyal, emosinya stabil, ceria dan bersikap optimis, mau

menerima tanggung jawab, jujur, dapat dipercaya, memiliki perencanaan yang

jelas untuk mencapai masa depan, dan bersikap realistic (memahami kekuatandan

kelemahan dirinya secara objektif).

1.8 Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar diatas, maka yang menjadi hipotesis

penelitian ini adalah terdapatnya hubungan yang positif antara peran keluarga

terhadap perilaku asertif anak di TK Thursina T.A 2019-2020.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Asertif

2.1.1 Pengertian Perilaku Asertif

Menurut Alberti dan Emmons (dalam Budiyono, 2012: 2) sikap asertif

merupakan perilaku yang memungkinkan seseorang utntuk bertindak sesuai

dengan keinginan, mempertahankan diri tanpa merasa cemas, mengekspresikan

perasaan secara jujur dan nyaman, ataupun untuk menggunakan hak-hak pribadi

tanpa melanggar hak-hak orang lain. Asertif bisa juga dikatakan sebagai perilaku

yang penuh keyakinan diri.

Menurut John W. Santrock (dalam Setyaninggrum, 2013: 46 ) berpendapat

bahwa perilaku asertif adalah kemampuan mengungkapkan perasaan, meminta

apa yang individu inginkan dan mengatakan tidak untuk hal yang tidak mereka

inginkan. Eugene C. Walker (dalam Setyaninggrum, 2013: 46) menguatkan

bahwa perilaku asertif sebagai ungkapan emosi yang tepat terhadap orang lain.

Berdasarkan dua pendapat tersebut, individu yang mampu berperilaku asertif akan

mampu mengungkapkan pemikirannya dengan tidak menyakiti orang lain atau

dengan kata lain tidak egois.

Berdasarkan pengertian perilaku asertif dari para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah mampuan untuk memikirkan dampak

dari tindakannya sebelum melakukan suatu tindakan, meminta apa yang individu

8
9

inginkan dan mengatakan tidak untuk hal yang tidak individu inginkan tanpa

menyakiti orang lain.

2.1.2 Aspek-Aspek Perilaku Asertif

Asertif yang dikemukakan Stein dan Book (dalam Setyaninggrum, 2013:

48-51) yaitu ketegasan, berani menyatakan pendapat. Asertif ini meliputi aspek-

aspek sebagai berikut :

a. Kemampuan mengungkapkan perasaan

Individu yang asertif dapat mengungkapkan perasaannya secara

langsung dan jujur.

b. Kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka.

Mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidak setujuan dan

bersikap tegas, meskipun secara emosional sulit melakukan ini dan

bahkan sekalipun kita harus mengorbankan sesuatu. Individu yang asertif

mampu memiliki pemikiran yang positif.

c. Kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi

Individu yang asertif tidak membiarkan orang lain mengganggu

dan memanfaatkannya.

Berdasarkan aspek-aspek perilaku asertif yang sudah dipaparkan dapat

disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku asertif adalah bebas menyatakan

perasaan secara langsung dan jujur, anak mampu mengungkapkan keyakinan dan

pemikiran secara terbuka, dan dapat memberikan respon dengan wajar pada hal-

hal yang sangat disukai.


10

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif menurut beberapa ahli

adalah sebagai berikut :

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin berpengaruh pada perilaku asertif

individu.Umumnya pria cenderung lebih asertif dari pada wanita karena

tuntutan masyarakat (Santoso dalam Setyaninggrum, 2013: 47-48). Hal ini

disebabkan tuntutan masyarakat yang memandang laki-laki lebih spontan.,

mandiri kompetitif, kuat, berorientasi pada personal, sehingga

memungkinkan laki-laki untuk mempunyai rasa percaya diri yang lebih

tinggi dibandingkan perempuan. masyarakat lebih menghargai sifat-sifat

yang ada pada laki-laki, karena sifat-sifat perempuan cenderung lemah,

emosional, dan sensitive (Liyod dalam Setyaninggrum, 2013: 47-48).

b. Pola Asuh

Terdapat tiga jenis pola asuh orang tua, pertama; otoriter, orang tua

yang menerapkan pola asuh otoriter mendidik anak secara keras, penuh

dengan larangan yang membatasi ruang kehidupan anak. Anak yang

diasuh dengan pola otoriter akan tumbuh menjadi anak yang rendah diri.

Kedua: pola asuh demokratis, orang tua yang mengasuh anak dengan

penuh kasih sayang namun tidak memanjakan sehingga anak tumbuh

menjadi individu yang penuh percaya diri, mengetahui hak mereka, dapat

mengkomunikasikan keinginannya dengan waja, dan tidak memaksakan

kehendak dengan cara menindas hak orang lain. Ketiga: pola asuh
11

permisif, orang tua yang mendidik tanpa adanya batasan dan aturan yang

mengikat bahkan bebas akan membuat anak tumbuh menjadi remaja yang

mudah kecewa dan mudah marah karena terbiasa mendapatkan sesuatu

dengan cepat dan mudah. Anak menjadi sulit untuk dikendalikan (Santoso

dalam Setyaninggrum, 2013: 47-48).

c. Pendidikan

Pendidikan menjadi faktor yang mempengaruhi asertif karena

pendidikan berkaitan erat dengan kualitas individu. Pendidikan yang

semakin ditempuh oleh individu maka semakin tinggi juga kemampuan

asertif (Lioyd dalam Setyaninggrum, 2013: 47-48).

d. Kebudayaan

Budaya suatu daerah sangat mempengaruhi terhadap

pembentukanperilaku asertif.Kebudayaan mempunyai peran yang besar

dalam mendidik perilaku asertif. Menurut (Fukuyama & Greenfield dalam

Setyaninggrum, 2013: 47-48) kebudayaan memiliki norma dan nilai yang

berbeda-beda yang dapat mempengaruhi kepekaan dan kebebasan individu

dalam berpendapat. (Devito dalam Setyaninggrum, 2013: 47-48)

menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku yang dipelajari

dari lingkungan sosial dimana individu berada (learned behavior)

e. Harga Diri

Harga diri dianggap sebagai faktor yang sangat berpengaruh pada

perilaku asertif. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi memiliki
12

rasa percaya diri menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain

(Liyod dalam Setyaninggrum, 2013: 47-48) .

f. Usia

Asertif berkembang sepanjang hidup.Usia merupakan salah satu

faktor yang turut menentukan munculnya perilaku asertif. Faktor ini

diasumsi berpengaruh terhadap perkembangan asertif individu. Semakin

bertambah usia individu maka akan lebih asertif (Liyod dalam

Setyaninggrum, 2013: 47-48).

Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku asertif yang

sudah dipaparkan dapat disimpulakan bahwa proses pembentukan perilaku asertif

ditentukan oleh jenis kelamin, pola asuh, pendidikan, kebudayaan, harga diri, dan

usia.

2.1.4 Ciri-Ciri Perilaku Asertif

Menurut Bower dan Bower (dalam Fatimah, 2013: 31-32), ciri-ciri

perilaku asertif adalah

a. Menggunakan feeling talk, yaitu dapat mengekspresikan kesenangan dan

minat pribadi secara spontan.

b. Berbicara tentang diri sendiri. Individu yang asertif membiarkan orang

lain mengetahui hal berguna yang telah dilakukannya tanpa melakukan

dominasi dalam percakapan, namun data menunjukkan kelebihan

dirinya pada saat yang tepat.


13

c. Bersikap ramah dan bersahabat dengan orang lain serta dapat menyapa

dengan sikap ringan tidak hanya berdiam diri melihat dengan sikap

malu-malu.

d. Menerima pujian dengan cara yang ramah.

e. Menggunakan ekspresi wajah dan perubahan nada sesuai dengan kata-

kata yang disampaikan serta berani menatap lawan berbicara.

f. Dapat mengungkapkan ketidak setujuan secara halus dan tidak berpura-

pura.

g. Berani meminta penjelasan bila belum mengetahui tentang penjelasan

yang diberikan oleh orang lain.

h. Berani menanyakan alasan ketika orang lain meminta untuk melakukan

hal yang tidak masuk akal.

i. Berani menyatakan ketidak setujuan dengan pendapat orang lain, dan

merasa yakin dengan dasar ketidak setujuannya itu.

j. Berani menuntut apa yang menjadi haknya serta meminta untuk

diperlakukan adil tanpa disertai kemarahan apabila merasa tidak

diperlakukan dengan adil.

k. Berani memperjuangkan dengan gigih keluhan atau pengaduan yang

masuk akal sampai memperoleh kepuasan.

l. Mampu menghindar untuk tidak memberikan alasan pada setiap

pendapat atau pernyataan yang bertujuan untuk berdebat bila mungkin

tidak mengenakkan.
14

Berdasar uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perilaku

asertif berdasar pendapat para ahli adalah perilaku asertif memiliki perilaku yang

positif, mampu berkomunikasi dengan individu lainnya secara efektif, mampu

mengungkakan pendapat, berbicara dengan tegas, mampu berkata tidak, menutut

hak pribadi, dan dalam berkomunikasi tidak menyakiti perasaan orang lain.

2.2 Peran Keluarga

2.2.1 Pengertian Peran

Menurut Harmoko, (dalam Sari, 2017: 6) Peran adalah seperangkat

tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai

kedudukannya. Orientasi interaksi yang menekan kan timbulnya kualitas peran

yang lahir dari interaksi sosial. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari

dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang

diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran menurut Levinson

(dalam Sari 2017: 6) adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan

individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Peran meliputi norma-

norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat.Peran dalam arti ini merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang

membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan (Soejono Soekamto

dalam Sari, 2017: 6).

Menurut Kurniawan (dalam Sari, 2017: 8-9) peran adalah harapan atau

standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku

didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai teat setelah
15

lahir.Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang

berdasarkan posisinya dimasyarakat.

Berdasarkan pengertian peran menurut beberapa para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa peran adalah seperangkat sesuai kedudukannya.Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat

stabil.Peran ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing

seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk di dalam keluaraga.

2.2.2 Pengertian Keluarga

Menurut Ahmadi (dalam Irwana, 2011: 12-13 ) menyebutkan keluarga

adalah kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang

mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan didasarkan atas ikatan darah,

perkawinan dan atau adopsi. Keluarga dilihat dari segi pendidikan merupakan satu

kesatuan hidup (sistem sosial), dan skeluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai

satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial) keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak mempunyai ikatan yang kuat dan saling kerja sama, dan saling memberi

kasih sayang Hasbullah (dalam Irwana, 2011: 13).

Menurut Minuchin (dalam Willis, 2015: 50) mengatakan bahwa keluarga

adalah ”multibodied organism” organisme yang terdiri dari banyak badan.

Keluarga adalah satu kesatuan (entity) atau organisme.Ia bukanlah merupakan

kumpulan (collection) individu-individu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai

komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu.Komponen-

komponen itu ialah anggota keluaraga.


16

Berdasarkan pengertian keluarga menurut beberapa para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa keluarga adalah satu kesatuan hidup yang mempunyai ikatan

kuat, saling bekerja sama, saling memberi kasih sayang, dan keluarga merupakan

perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi.

2.2.3 Pengertian Peran Keluarga

Menurut Mursid, (2017: 8-9) peran keluarga adalah mengajarkan nilai-

nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Dengan kata

lain, ada kontinuitas antara materi yang diajarkan di rumah dan materi yang

diajarkan di sekolah.

Peran keluarga memiliki peranan utama dalam mengasuh anak, disegala

norma dan etika yang berlaku didalam lingkungan masyarakat, dan budayanya

dapat diteruskan dari orang tua kepada anaknya dari genersi-generasi yang

disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. Keluarga memiliki peranan

penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidikan moral

keluarga perlu ditanamkan pada sejak dini pada setiap individu (Agustin dkk,

2015: 52)

Berdasarkan pengertian peran keluarga menurut para ahli diatas dapat

disimpulkan bahwa peran keluarga yaitu dalam mengasuh, melindungi, mendidik

disegala norma dan etika yang berlaku didalam masyarakat, dan budaya yang

diteruskan dari orang tua atau keluarga kepada generasi-generasi yang disesuaikan

dengan perkembangan masyarakat.


17

2.2.4 Fungsi Subsistem Keluarga

Menurut (Willis, 2015: 51-52) didalam system keluarga terdapat beberapa

subsistem yaitu:

a. Marital Subsystem: merupakan system perkawinan anatara sepasang

mansusia yaitu suami dan isteri. Peranan utama perkawinan ialah untuk

mencapai kepuasan atas dasar cinta dan penghargaan (Terkelsen, 1980).

Subsistem ini mempunyai peran tersendiri dan jelas berbeda dengan peran

sebagai orang tua terhadap anak-anaknya. Maital Subsystem berkaitan

dengan perhatian masing-masing pasangan suami isteri. Sedangkan

subsistem orang tua (parental subsystem) berkaitan dengan pola transaksi

dalam memberikan perhatian terhadap anak-anak mereka.

b. Parental Subsystem: yaitu subsistem keluarga yang terdiri dari orang tua

(ayah-ibu). Peran utamanya adalah memberikan perhatian, kasih sayang,

membesarkan anak-anak sehingga menjadi manusia yang berguna.

Subsistem ini bisa terdiri ayah ibu saja, akan tetapi bisa pula terdiri dari

orang tua ditambah anggota keluarga lain (kakek-nenek) bahkan badan

lain (panti penitipan anak-anak). Sering dikacaukan peran kedua subsistem

ini (suami-isteri dan orang tua); suami isteri berbeda eran dengan ayah-ibu,

akan tetapi keduanya menyatu dalam system keluarga. Interaksi kedua

subsistem intu tergantung keada interaksi secara keseluruhan (holon)

dalam system keluarga. Peranan-peranan subsistem itu saling tumpang

tindih. Misalnya seorang isteri adalah ibu dari anak-anaknya, anak dari

ibu-bapaknya dan isteri dari suaminya. Jika ia bekerja dan kuliah maka
18

perannya bertambah luas yaitu pegawai dari kantornya, rekan kerja,

mahasiswa, dari jurusannya dan teman sekuliah dari anggota kelasnya.

Semua peran isteri itu membaur di keluarga. Demikian pula si suami dan

anak-anak. Tumpang tindih peran itu menentukan terhadap struktur

keluarga selanjutnya.

c. Sibling System: yaitu subsistem anak-anak dalam sistem keluarga (saudara

kandung). Di antara anak-anak terdapat suatu interaksi. Mereka belajar

berhubungan dengan keluarga dan teman-teman di luar keluarga (sekolah,

masyarakat). Mereka bereksplorasi dan bereksperimen terhadap dunia luar.

Hal ini menciptrakan hubungan dengan saudara-saudara dan teman-teman

dan dikembangkan dalam hubungan sosial di rumah dan di luar rumah.

2.2.5 Prinsip-Prinsip Peran Keluarga

Menurut Covey (dalam Maulidya, 2018: 38-39) ada empat prinsip peranan

Keluarga yaitu :

a. Modeling (example of trustworthiness). Orang tua adalah contoh

atau model bagi anak. Tidak dapat di sangkal bahwa contoh dari

orang tua mempunyai pengaruh yang sangat kuat bagi anak. Orang

tua merupakan model yang pertama dan terdepan bagi anak (baik

positif atau negatif) dan merupakan pola bagi “way of life” anak.

Melalui modeling ini, orang tua telah mewariskan cara berpikirnya

kepada anak, yang kadang-kadang sampai pada generasi ketiga

atau keempat. Melalui modeling ini juga anak akan belajar tentang

sikap proaktif dan sikap respek dan kasih sayang.


19

b. Mentoring. Merupakan kemampuan untuk menjalin atau

membangun hubungan, investasi emosional (kasih sayang kepada

orang lain) atau pemberian pelindungan kepada orang lain secara

mendalam, jujur, pribadi dan tidak bersyarat. Orang tua merupakan

mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan dan

memberikan kasih sayang secara mendalam baik positif ataupun

negatif, orang tua mau tidak mau tetap menjadi mentor bagi anak.

Ada lima cara untuk memberikan kasih sayang pada orang lain,

empathizing:mendengarkan hati orang lain dengan hati sendiri,

sharing: berbagi wawasan, emosi dan keyakinan, affirming:

memberikan ketegasan (penguatan) kepada orang lain dengan

kepercayaan, penilaian, konfirmasi, apresiasi dan dorongan,

praying: mendoakan orang lain secara ikhlas dari jiwa yang paling

dalam dan sacrificing: berkorban untuk diri orang lain.

c. Organizing. Yaitu keluarga seperti perusahaan yang memerlukan

tim kerja dan kerjasama antar anggota dalam menyelesaikan tugas-

tugas atau memenuhi kebutuhan keluarga. Peranan organizing

adalah untuk meluruskan struktur dan sistem keluarga dalam

rangka membantu menyelesaikan hal-hal yang penting.

d. Teaching. Orang tua berperanan sebagai guru atau pengajar bagi

anak-anaknya dan anggota keluarga tentang hukum-hukum dasar

kehidupan. Melalui pengajaran ini, orang tua berusaha

memberdayakan (empowering) prinsip-prinsip kehidupan, sehingga


20

anak memahami dan melaksanakanya. Mereka juga mempercayai

prinsip tersebut dan juga dirinya sendiri, sebab mereka telah

terintegrasi. Artinya ada keseimbangan antara prinsip-prinsip yang

universal dengan kebutuhan dirinya. Peranan orang tua sebagai

guru adalah menciptakan “conscious competence” : pada diri anak

yaitu mereka mengalami tentang apa yang dikerjakan dan alasan

tentang mengapa mereka mengerjakan itu.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa orang tua

memegang peranan penting dalam memberi contoh yang baik agar anak tidak

keliru dalam mencari identitas dirinya, orang tua dapat menjalin atau membangun

hubungan, orang tua juga dapat meluruskan struktur dan sistem keluarga, dan

orang tua dapat sebagai guru atau pengajar bagi anak-anaknya.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi.

Menurut Sukardi (2012: 166) Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang

melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan

dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.

Hubungan Peran Keluarga Terhadap Perilaku Asertif Anak

Variabel X Variabel Y
Peran Keluarga Perilaku Asertif Anak
dalam Permainan Puzzle

 Modeling
 Mentoring  Kemampuan
 Organizing mengungkapkan
 Teaching perasaan.
 Kemampuan
mengungkapkan
keyakinan dan
pemikiran secara
terbuka.
 Kemampuan untuk
mempertahankan hak-
hak pribadi

21
22

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono(2018: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang di terapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 15 anak di seluruh kelompok

B di TK Thursina Kecamatan Medan Amplas.

3.2.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono, (2018: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil

dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Sampel dalam

penelitian ini menggunakan sampling jenuh.Sampling jenuh adalah teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.Hal ini

sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau

penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

(Sugiyono, 2018: 85).Berdasarkan pendapat di atas, penulis mengambil sampel

dalam penelitian ini adalahseluruh anak di kelas yang jumlahnya 15 anak dari

kelompok B yang usianya 5-6 tahun di TK Thursina.

3.3 Variabel dan Indikator

3.3.1 Variabel Penelitian

1. Variabel bebas menurut Sugiyono (2018: 39) merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau


23

timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah peran keluarga .

2. Variabel terikat menurut Sugiyono (2018: 39) merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku asertif.

3.3.2 Indikator

Menurut Stein dan Book (dalam Setyaninggrum, 2013: 48-51), indikator

yang digunakan diambil dari aspek perilaku asertif anak usia dini yaitu:

1. Kemampuan mengungkapkan perasaan

2. Kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara

terbuka.

3. Kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi.

Menurut Covey (dalam Maulidya, 2018: 38-39), indikator peran keluarga

diambil dari prinsip-prinsip peran keluarga yaitu:

1. Modeling (example of trustworthiness). Orang tua adalah contoh atau

model bagi anak.

2. Mentoring. Merupakan kemampuan untuk menjalin atau membangun

hubungan, investasi emosional (kasih sayang kepada orang lain) atau

pemberian pelindungan kepada orang lain secara mendalam, jujur,

pribadi dan tidak bersyarat.

3. Organizing. Yaitu keluarga seperti perusahaan yang memerlukan tim

kerja dan kerjasama antar anggota dalam menyelesaikan tugas-tugas

atau memenuhi kebutuhan keluarga.


24

4. Teaching. Orang tua berperanan sebagai guru atau pengajar bagi

anakanaknya dan anggota keluarga tentang hukum-hukum dasar

kehidupan.

3.4 Alat dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data diperoleh dari observasi dan

angket.

1. Observasi

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi

pada saat permainan puzzle bersama anak. Menurut (Sukardi, 2012: 78) observasi

adalah instrument lain yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan. Dalam

penelitian kuantitatif, instrument observasi lebih sering digunakan sebagai alat

pelengkap instrument lain, termasuk kuesioner dan wawancara. Dalam observasi

ini peneliti lebih banyak menggunakan salah satu dari pancaindranya yaitu indra

penglihatan. Alat yang digunakan untuk mengobservasi berupa lembar

pengamatan berbentuk checklist. Observasi dilakukan untuk mengukur apakah

peran keluarga terhadap perilaku asertif anak sudah berjalan dengan baik atau

tidak.

Tabel 3.1 Lembar Observasi Perilaku Asertif Anak

N Indikator Perilaku Asertif Anak


o Indikator 1 2 3 4
BB MB BSH BSB
( ) ( ) ( ) ( )
1 Kemampuan Anak tidak dapat anak dapat Anak dapat Anak dapat
mengungkap mengungkapkan mengungkapkan mengungkap mengungkapka
kan perasaan perasaannya perasaannya kan n perasaannya
dengan bantuan perasaannya tanpa dibantuan
guru secara guru
terbata-bata
25

2 Kemampuan Anak tidak dapat Anak dapat Anak dapat Anak dapat
mengungkap mengungkapkan mengungkapkan mengungkap mengungkapka
kan pendapat pendapat dengan kan pendapat n pendapat
keyakinan bantuan guru dengan tanpa dibantu
dan terbata-bata guru
pemikiran Anak tidak dapat Anak dapat Anak dapat Anak dapat
menyatakan menyatakan menyatakan menyatakan
ketidak setujuan ketidak setujuan ketidak ketidak setujuan
dengan bantuan setujuan dengan bersikap
guru dengan tegas
terbata-bata
3 Kemampuan Anak tidak dapat Anak dapat Anak dapat Anak dapat
untuk mempertahankan mempertahankan mempertahan mempertahanka
mempertaha barang miliknya barang miliknya kan barang n barang
nkan hak- dengan bantuan miliknya miliknya
hak pribadi teman atau guru dengan ragu- dengan
ragu tanpa beranitanpa
bantuan bantuan teman
teman atau atau guru
guru
Keterangan tabel

BB : Belum Berkembang

MB : Mulai Berkembang

BSH : Berkembang Sesuai Harapan

BSB : Berkembang Sangat Baik

2. Angket (Kuesioner)

Menurut (Sugiyono, 2018: 142) Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Tabel 3.2 Skala Peranan Keluarga

Jumlah
Aspek Indikator No item
item
1. Modelling a. Menjadi contoh bagi anak 1, 2, 3, 4, 6
(model bagi 5, 6
anak) b. Belajar sikap proaktif/ cekatan 7, 8, 9, 10, 7
11, 12, 13
26

3. Mentoring a. Berbagi/ sharing 14, 15, 16, 4


(menjalin 17
atau b. Menjalin hubungan yang baik 18, 19, 5
membangun 20, 21, 22
hubungan)
5. Organizing a. Kerjasama atau saling 23, 24, 25, 5
(meluruskan membantu 26, 27
struktur dan
sistem
b. Belajar sikap respek dan aksih 28, 29, 30, 5
keluarga)
sayang 31, 32
7. Teaching a. Orang tua sebagai guru atau 33, 34, 35 3
(menciptakan pengajar
kesadaran
pada anak) b. Orang tua sebagai pelindung 36, 37, 38 3
Skala yang digunakan pada peran keluarga menggunakan skala

likert karena digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.Dalam

penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

peneliti, yang disebut sebagai variabel penelitian.

Skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik

tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan

atau pertanyaan.

Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert

mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat

berupa kata-kata antara lain:

Tabel 3.3 Pilihan Jawaban Instrumen

Pernyataan Alternatif Pilihan Unfavorable Favorable


SL Selalu 1 5
SR Sering 2 4
KK kadang-kadang 3 3
27

J Jarang 4 2
TP Tidak Pernah 5 1
3.5. Uji Validitas dan Uji Relibilitas

1. Validitas

Menurut Arikunto (2014: 211-215) validitas adalah suatu ukuran yang

menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu

instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data

dari variabel yang diteliti secara tepat.

Pengujian validitas instrumen peran keluarga terhadap perilaku asertif

anak dilakukan dengan menggunakan pengujian validitas internal, validitas

internal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen

dengan instrumen secara keseluruhan dengan kata lain sebuah instrumen

dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap bagian instrumen mendukung

“misi” instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkapkan data dari variabel

yang dimaksud. Adapun yang dimaksud dengan bagian instrumen dapat berupa

butir-butir pertanyaan dari angket atau butir-butir soal tes, tetapi dapat pula

kumpulan dari butir-butir tersebut yang mencerminkan sesuatu faktor.

Pengujian instrumen untuk mendapatkan koefisien korelasi antar skor item

dengan skor total digunakan rumus korelasi yang dikemukakan oleh pearson,

yang dikenal dengan rumus korelasi pearson product moment sebagai berikut:

r ∑ xy
xy=
√ (∑ x )( ∑ y )
2 2
28

(Usman & Akbar, 2017: 202)

Keterangan :

r : Nilai koefisien korelasi

n : Banyaknya pasangan data X dan Y

∑x : Total jumlah dari variabel X

∑y : Total jumlah dari variabel Y

∑ x2 : Kuadrat dari total jumlah variabel X

∑ y2 : Kuadrat dari total jumlah variabel Y

2. Reliabilitas

Menurut Arikunto (2014: 221-224) reliabilitas menunjuk pada satu

pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrument

yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih

jawaban-jawaban tertentu. Instrument yang dapat dipercaya, yang reliable akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar

sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil, tetap akan sama.

Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu.Reliable artinya,

dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.Untuk menentukan tingkat reliabilitas

digunakan satu kali tes dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu alpha

(α ). Alasan digunakannya alpha sebab dapat digunkan untuk menguji reliabiltas

instrument skala likert.

Cara mencari reliabilitas instrument yang skornya merupakan rentangan

antara beberapa nilai (misalmya 0-10 atau 0-100) atau yang terbentuk skala 1-3, 1-
29

5 atau 1-7 dan seterusnya. Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas,

adapun rumusnya sebagai berikut:

r
) )( σ )
∑σb 2

( ( k−1
11=
k
1−2t

(Arikunto, 2014: 239)

Keterangan:

r 11 : reliabilitas instrument

K : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

σ1 2 : varian total

3. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2009: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan rumusan tujuan dan pertanyaan peneliti, maka dapat

dirumuskan hipotesis, yaitu ada hubungan peran keluarga terhadap perilaku asertif

anak dalam permainan puzzle yang memiliki interpretasi sebagai berikut :

Tabel 3.4 Tabel Interpretasi Nilai r

r Interpretasi
0 Tidak berkorelasi
0,01 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
0,41 – 0,60 Agak rendah
0,61 – 0,80 Cukup
0, 81 – 0,99 Tinggi
1 Sangat tinggi
30

a. Jika nilai r =+1 terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

variabel X dengan Y

b. Jika nilai r =−1 tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara variabel X dengan Y

3.6 Teknik Analisis Data

a. Kriteria Skor

Kategorisasi oleh suatu asumsi bahwa skor subjek dalam

kelompoknya merupakan estimasi terhadap skor subjek dalam populasi

dan bahwa skor subjek dalam populasinya terdistribusi normal. Skala yang

digunakan masing-masing diberi skor yang berkisar 1, 2, 3, dan 4.

Kategorisasi dalam hal ini bertujuan untuk menempatkan individu ke

dalam kelompok-kelompok terpisah secara bertahap menurut suatu

kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Misalkan kontinum dari rendah

ke tinggi, dari sangat tidak puas ke sangat puas, dari paling buruk ke

paling baik.

Tabel 3.5 Kategorisasi Hasil Angket

Kategorisasi Kriteria

X < µ - 1.5 σ Sangat Rendah

µ - 1.5 σ < X ≤ µ - 0.5 σ Rendah

µ - 0.5 σ < X ≤ µ + 0.5 σ Sedang

µ + 0.5 σ < X ≤ µ + 1.5 σ Tinggi

X > µ + 1.5 σ Sangat Tinggi

Keterangan :
31

µ = Mean

σ = Standar Deviasi

Selanjutnya, setelah diketahui harga Mean dan Standar Deviasi, kemudian

dilakukan perhitungan prosentase masing-masing tingkatan dengan menggunakan

rumus :

F
P= x 100 %
N

Keterangan :

F = Frekuensi

N = Jumlah Subjek

b. Koefisien Korelasi

Pengujian koefisien korelasi pada sampel yang kemudian

diberlakukan pada populasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antar

variabel dalam sampel. Korelasi merupakan anka yang menunjukkan arah

dan kuatnya hubungan antar dua variabel. Arah dinyatakan dalam bentuk

hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan

dalam besarnya koefisien korelasi.

Dalam menganalisis data asumsikan bahwa kedua variabel itu harus

mempunyai data yang normal. Untuk melihat bahwa populasi berdistribusi normal

atau tidak maka peneliti menggunkan uji normalitas dengan liliefors untuk

mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara peran keluarga terhadap perilaku

asertif pada kelompok B, peneliti menggunakan analisis statistik korelasi pearson

product moment.
32

r ∑ xy
xy=
√ (∑ x 2 )( ∑ y 2)

(Usman & Akbar, 2017: 202)

Keterangan :

r : Nilai koefisien korelasi

n : Banyaknya pasangan data X dan Y

∑x : Total jumlah dari variabel X

∑y : Total jumlah dari variabel Y

∑ x2 : Kuadrat dari total jumlah variabel X

∑ y2 : Kuadrat dari total jumlah variabel Y


33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil Kuesioner Peran Keluarga

Berdasarkanhasil kuesioner peran keluarga, telah diketahui hasil

yang terendah yaitu 1, sedangkan untuk nilai tertinggi adalah 5.

Selanjutnya masing-masing skor dari jawaban orang tua dimasukkan

kedalam kelas interval yang dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi

bergolong sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel Skor Kuesioner Peran Keluarga

Klasifikasi Skor Peran Keluarga


Interval Skor Presentas
Kategori Frekuensi Mean SD
Peran Keluarga e
X < 77 Sangat Rendah 0 0.0
77 < X ≤ 102 Rendah 0 0.0
102 < X ≤ 127 Sedang 3 20.0 142.33 14.23
127 < X ≤ 152 Tinggi 10 66.6
X > 152 Sangat Tinggi 2 13.4
Total 15 100.0
Sumber : Azwar, S. 2012
34

Grafik Skor Peran Keluarga


70
60
50
40
30
20
10
0
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
X < 77 77 < X ≤ 102 102 < X ≤ 127 127 < X ≤ 152 X > 152

4.1.2. Hasil Observasi Sikap Asertif Anak

Berdasarkan hasil observasi sikap asertif anak, telah diketahui hasil

yang terendah yaitu 2, sedangkan untuk nilai tertinggi adalah 4.

Selanjutnya masing-masing skor pada setiap anak dimasukkan kedalam

kelas interval yang dapat disusun dalam tabel distribusi frekuensi

bergolong sebagai berikut :

Tabel 4.2 Tabel Hasil Observasi Sikap Asertif Anak

Klasifikasi Skor Sikap Asertif Anak


Interval Kategori Frekuens Presentas Mea
Kategori SD
Sikap Asertif Anak i e n
Sangat
0-15 0 0,0
Kurang
15-25 Kurang 0 0,0 1,6
26-50 Cukup 3 20,0 8,94
6
51-75 Baik 11 73,3
76-100 Sangat Baik 1 6,7
Total 15 100,0
35

Grafik Skor Sikap Asertif Anak


80

60

40

20

Sangat Baik
Sangat Kurang

Kurang

Cukup

Baik
0-15 15-25 26-50 51-75 76-100

4.1.3. Uji Validitas Pengaruh Peran Keluarga terhadap Sikap Asertif Anak

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas pengaruh peran

keluarga terhadap sikap asertif anak adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Pengaruh Peran Keluarga terhadap Sikap

Asertif Anak

No Variabel Mean SD Pearson Correlation


1 X (Peran Keluarga) 142.33 14.23 0.721
2 Y (Sikap Asertif Anak) 8.94 1.66 0.744

Nilai Validitas Item Pearson


No
Sikap Asertif Anak Correlation
1 Item 1 0.836
2 item 2 0.749
3 Item 3 0.648

Validitas Item Peran Pearson


No
Keluarga Correlation
1 Item 1 0.545
36

2 Item 2 0.688
3 Item 3 0.572
4 Item 4 0.542
5 Item 5 0.593
6 Item 6 0.545
7 Item 7 0.663
8 Item 8 0.794
9 Item 9 0.349
10 Item 10 0.572
11 Item 11 0.663
12 Item 12 0.542
13 Item 13 0.794
14 Item 14 0.349
15 Item 15 0.572
16 Item 16 0.663
17 Item 17 0.542
18 Item 18 0.572
19 Item 19 0.663
20 Item 20 0.794
21 Item 21 0.663
22 Item 22 0.549
23 Item 23 0.572
24 Item 24 0.663
25 Item 25 0.794
26 Item 26 0.663
27 Item 27 0.549
28 Item 28 0.572
29 Item 29 0.549
30 Item 30 0.794
31 Item 31 0.663
32 Item 32 0.794
33 Item 33 0.572
34 Item 34 0.794
35 Item 35 0.663
36 Item 36 0.794
37 Item 37 0.794
38 Item 38 0.663

4.1.4. Uji Reliabilitas Pengaruh Peran Keluarga terhadap Sikap Asertif

Anak
37

Dasar pengambilan keputusan dalam uji reliabilitas adalah jika

nilai Cronbach’s Alpha > rtab maka kuesioner dinyatakan reliabel,

sebaliknya jika nilai Cronbach’s Alpha < rtab maka kuesioner dinyatakan

tidak reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas peran keluarga

terhadap sikap asertif anak adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Peran Keluarga terhadap Sikap Asertif
Anak
Reliability Statistics
Ket
No Variabel N N of item r hitung r tabel
1 Peran Keluarga (X) 15 38 0.883 0.514 Reliabel
2 Sikap Asertif Anak (Y) 15 3 0.570 0.514 Reliabel

4.1.5. Uji Hipotesis Pengaruh Peran Keluarga terhadap Sikap Asertif Anak

Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pengaruh peran

keluarga terhadap sikap asertif anak adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Hipotesis Peran Keluarga terhadap Sikap Asertif
Anak

Correlations
Sikap Asertif Peran
Anak Keluarga
Sikap Asertif Pearson 1 .372
Anak Correlation
Sig. (1-tailed) .004
N 15 15
Peran Pearson .372 1
Keluarga Correlation
Sig. (1-tailed) .004
N 15 15

4.2. Pembahasan
38

Skor peran keluarga berada pada kategori sangat rendah sebanyak

0 responden (0%), kategori rendah sebanyak 0 responden (0%), kategori

sedang sebanyak 3 responden (20.0%) , kategori tinggi sebanyak 10

responden (66.6%) dan sangat tinggi sebanyak 2 responden (13.4%).

Sikap asertif anak berada pada kategori kurang sebanyak 0 anak

(0%), kategori cukup sebanyak 3 anak (20.0%), kategori baik sebanyak 11

anak (73.3%) dan sangat baik sebanyak 1 anak (6.7%).

Berdasarkan nilai validitasnya dapat diketahui bahwa, sebuah item

dinyatakan valid apabila hasil hitung pearson correlation > rtabel (sig. 0.05).

Untuk menentukan nilai dari rtabel (sig. 0.05) dapat dilihat pada bagian r tabel

product moment dengan jumlah data (n) = 15 maka sebesar 0.514 sehingga

item dari skala setiap pernyataan dinyatakan valid karna rhitung > rtabel. Untuk

variabel peran keluarga didapatkan nilai pearson correlation sebesar 0.721

> 0.514 hal ini menyatakan bahwa data dari hasil kuesioner peran keluarga

adalah valid. Sedangkan untuk variabel sikap asertif anak didapatkan nilai

pearson correlation sebesar 0.744 > 0.514 hal ini menyatakan bahwa data

dari hasil observasi sikap asertif anak adalah valid. Dapat disimpulkan

pula bahwa peran keluarga terbukti efektif dan signifikan dalam

meningkatkan sikap asertif anak.

Diketahui nilai Cronbach’s Alpha masing-masing variabel sebesar

0.883 dan 0.570. Nilai tersebut kemudian akan dibandingkan dengan nilai

rtab dengan nilai n = 15 dilihat pada distribusi nilai rtab pada signifikansi 5%

maka diperoleh nilai rtab sebesar 0.514. Karena nilai Cronbach’s Alpha
39

masing-masing variabel > 0.514, maka sebagaimana dasar pengambilan

keputusan diatas, dapat disimpulkan bahwa angket atau kuesioner “Peran

Keluarga terhadap Sikap Asertif Anak” dinyatakan reliabel atau terpercaya

sebagai alat pengumpul data dalam penelitian.

Diketahui nilai rhitung sebesar 0.372. Sikap Asertif Anak dipengaruhi

oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti. Maka dapat disimpulkan

bahwa peran keluarga berpengaruh rendah terhadap Sikap Asertif Anak.

Berperdoman dari tabel interpretasi nilai r bahwa nilai r hit masuk kedalam

rentang rendah, pengaruh rendah ini bermakna semakin menurunnya peran

keluarga maka akan berpengaruh terhadap sikap asertif anak. Meskipun

rendah, hal ini menunjukkan pula bahwa Ha diterima. Dilihat dari nilai

signifikansinya (Sig.) 0.004 < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima, artinya ada hubingan secara signifikan antara peran keluarga

dengan sikap asertif anak.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Diketahui nilai rhitung sebesar 0.372. Sikap Asertif Anak dipengaruhi

oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti. Maka dapat disimpulkan

bahwa peran keluarga berpengaruh rendah terhadap Sikap Asertif Anak.

Berperdoman dari tabel interpretasi nilai r bahwa nilai r hit masuk kedalam

rentang rendah, pengaruh rendah ini bermakna semakin menurunnya peran

keluarga maka akan berpengaruh terhadap sikap asertif anak. Meskipun

rendah, hal ini menunjukkan pula bahwa Ha diterima. Dilihat dari nilai

signifikansinya (Sig.) 0.004 < 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha

diterima, artinya ada hubingan secara signifikan antara peran keluarga

dengan sikap asertif anak.

Berdasarkan hasil observasi pada anak dan perwakilan keluarga di

TK Thursina Kec. Medan Amplas Kota Medan dapat disimpulkan peran

keluarga terbukti efektif dan signifikan dalam meningkatkan perilaku

asertif anak di TK Thursina Kec. Medan Amplas Kota Medan. Meskipun

metode yang dilakukan peneliti masih tergolong rendah dalam

meningkatkan sikap asertif anak karena masih banyak faktor lain yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan sikap asertif anak supaya lebih baik

lagi.

5.2 Saran

40
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

41
42

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh sekiranya dapat

dijadikan suatu informasi, sumbangan pengetahuan dan data empiris bagi

kajian perkembangan anak, khususnya hubungan peran keluarga terhadap

sikap asertif anak.

2. Diharapkan penelitian selanjutnya mampu melengkapi kekurangan

penelitian ini dengan menambahkan kekurangan yang ada, kususnya aspek

peningkatan sikap atau perilaku asertif anak secara utuh.

3. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan, yang dapat digunakan untuk memahami peran keluarga

terhadap perilaku asertif anak khususnya pada anak usia 5-6 tahun di

kelas sehingga anak dapat mengaplikasikan perilaku asertif dalam

kehidupan sehari-hari seperti anak dapat mengungkapkan perasaan dan

pendapatnya, meminta yang individu inginkan, dan mengatakan tidak

untuk hal yang tidak mereka inginkan


43

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, yoga, satya, dyah dkk.2015. Peranan Keluarga Sangat Penting dalam
Pendidikan Mental, Karakter Anak Serta Budi Pekerti
Anak.http://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/download/1241/1060.
Diakses 26 februari 2020 pukul 11:56 wib
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Budiyono, Alief. 2012. Sikap Asertif Dan Peran Keluarga Terhadap Anak.
http:ejournal.iainpurwokerto.ac.id/index.php/komunika/article/download/
344/309. (diakses 2 januari 2020 pukul 14.26)
Fatimah, Dewi.2013. Peningkatan Perilaku Asertif Melalui Pelatihan
Keterampilan sosial.https://core.ac.uk/download/pdf/33513068.pdf.
(diakses 13 januari 2020 pukul 10: 22 wib)
Irwana, Mulya, Heni 2011. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Anak.
https://lib.unnes.ac.id/6637/.(diakses3 januari 2020 pukul 10.15 wib)
Khadijah & Armanila. 2017. Permasalahan Anak Usia Dini. Medan: Perdana
Mulya Sarana
Maulidya, Ratna, Finurikha. 2018.Hubungan Peranan Keluarga Dengan
Kenakalan Remaja Pada Siswa-Siswi Kelas XI Di SMA Negeri Tumpang.
http://etheses.uin-malang.ac.id/13571/1/14410126.pdf. (diakses 2 januari
2020 pukul 14.26)
Mursid. 2017. Pengembangan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Setyaninggrum, Riska. 2013. Hubungan Antara Konsep Diri Dengan
Asertivitas.https://core.ac.uk/download/pdf/33513258.pdf.(diakses 2 januari
2020 pukul 14.26)
Sukardi. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
44

Sari, Nugraha, Ita, Puri, Dwi. 2017. Hubungan Peran Keluarga Dengan
Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Usia Dini 2-3 Tahun.
http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/80/3/skripsi(diakses pada 3 februari 2020
pukul 20.16 wib)
Sugiyono, 2018.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono, 2009.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Usman, Husaini & Akbar, Setiady, Purnomo. 2017. Pengantar Statistik. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Willis, S. Sofyan, 2015, Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta
45

LAMPIRAN
46

ANGKET KUESIONER PERAN KELUARGA

Nama Orang Tua :

Pekerjaan :

Nama Anak :

Petunjuk Pengisian Skala

1. Isilah daftar identitas yang telah diterakan.

2. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.

3. Isilah dengan jujur sesuai dengan kenyataan pada diri bapak atau ibu.

4. Berilah tanda check ( √ )pada bagian jawaban yang bapak atau ibu anggap paling benar.

5. Seluruh pertanyaan jawaban lebih dari satu.

6. Keterangan pilihan

SL : Selalu KK : Kadang-kadang

SR : Sering P : Pernah

TP : Tidak pernah

N PERNYATAAN SL SR KK P TP
O
1 Saya tidak mengajarkan anak
berkomunikasi dengan sopan kepada
yang lebih tua
2 Saya mengajarkan anak agar
menghormati yang lebih tua
3 Saya tidak mengajarkan anak untuk
sholat dan mengaji
4 Berbicara didepan anak dengan bahasa
yang sopan

5 Saya mengajarkan anak untuk selalu


berdoa disetiap melakukan kegiatan
47

6 Saya tidak mengajarkan anak untuk


selalu menjaga kebersihan

7 Saya membiarkan anak untuk berpikir


saat air minumnya tumpah sehingga
anak dapat berpikir apa yang akan
dilakukan anak tersebut
8 Mengajarkan anak agar tidak
memecahkan masalahnya sendiri
9 Mengajarkan anak agar dapat
menyatakan perasaan atau pendapatnya

10 Mengajarkan anak untuk bersalaman


ketika bertemu dan berpisah

11 Mengajarkan anak untuk ikhlas dengan


barang yang hilang

12 Mengajarkan anak agar tidak selalu


sabar
13 Mengajarkan anak untuk saling
menyapa
14 Bercerita-cerita atau menanyakan
tentang sekolah anak
15 Berkomunikasi dengan baik yang
mengandung makna atau perilaku yang
mengajarkan anak tentang kebaikan

16 Saya tidak pernah menanyakan tentang


perilaku teman anak kepada anak

17 Saya tidak mengajarkan anak untuk


berperilaku tegas jika barangnya
diambil
18 Mengajarkan anak untuk berperilaku
ramah
19 Mengajarkan anak agar tidak mudah
emosi, ngamuk yang berlebihan, dan
marah-marah
20 Saya tidak mengajarkan anak jika
sekolah tidak boleh nangis

21 Mengajarkan anak untuk tidak


48

mengambil yang bukan haknya


22 Mengajarkan anak agar tidak
mengganggu atau usil dengan temannya
23 Mengajarkan anak untuk bermain
bersama
24 Saya tidak mengajarkan anak untuk
bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas rumah
25 Saya tidak melibatkan anak untuk
menyusun kegiatan sesuai dengan
waktu
26 Mengajarkan anak untuk merapikan
mainan bersama

27 Mengajarkan anak saling memberi


makanan

28 Mengajarkan anak untuk saling


menyayangi baik teman, orang tua,
saudara, orang-orang yang berada
disekelilingnya, maupun hewan
29 Saya tidak mengajarkan anak untuk
bersedekah
30 Saya tidak membiasakan anak untuk
berkata jujur dan sopan
31 Saya tidak membiasakan anak untuk
merawat anggota keluarga apabila ada
yang sedang sakit
32 Mengajarkan anak untuk menjenguk
orang sakit

33 Memberikan pengajaran tentang agama


34 Membantu anak untuk menyelesaikan
tugas-tugas sekolah
35 Saya tidak memperbolehkan anak untuk
bersosialisasi dilingkungan sekitar atau
dengan orang baru

36 Mengajarkan anak untuk saling


melindungi
37 Mengajarkan anak untuk saling tolong-
menolong

38 Mengajarkan anak untuk berteman atau


49

berinteraksi dengan siapa saja tanpa


pilih-pilih
50

LEMBAR PENILAIAN OBSERVASI SIKAP ASERTIF ANAK

Berikut adalah lembar observasi tentang perilaku asertif anak:

Frekuensi
No Indikator BB MB BSH BSB
* ** *** ****
Kemampuan mengungkapkan
1 perasaan        
Kemampuan mengungkapkan
2 keyakinan dan pemikiran        
Kemampuan untuk mempertahankan
3 hak-hak pribadi        

Untuk memberi skor pada butir-butir perilaku asertif anak maka berilah tanda checklist
(√) pada kolom sesuai dengan criteria sebagai berikut :

Belum Berkembang (BB) : diberi skor 1

Mulai Berkembang (MB) : diberi skor 2

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) : diberi skor 3

Berkembang Sangat Baik (BSB) : diberi skor 4

Berikut adalah lembar penilaian observasi perilaku asertif anak :

Perilaku Asertif Anak

Kemampuan
Kemampuan Kemampuan untuk
No Nama Anak mengungkapkan
mengungkapkan mempertahankan
keyakinan dan
perasaan hak-hak pribadi
pemikiran
B
MB BSH BSB BB MB BSH BSB BB MB BSH BSB
B
1  Vivin Anggria                        
2 Widya Mukova                        
3 Rizky Aulia                        
4  Destia                        
5  Maya Nur S                        
6 Fahmy Idris                        
7  Yuly Pujiarti                        
51

8  Yudhistira                        
9 Alex Sutoyo                        
10  Wenny Andini                        
11  Irfan Aditya                        
12  Tyo Maulana                        
13  Aries Permana                        
14  Heru Susanto                        
15  Yuan Naufal                        
52

Hasil Observasi Sikap Asertif Anak

Nilai
No 1 2 3 Jumlah Skor %
1 3 2 2 7 46.7
2 2 3 3 8 53.3
3 4 3 3 10 66.7
4 1 2 4 7 46.7
5 4 3 4 11 73.3
6 2 3 3 8 53.3
7 3 2 3 8 53.3
8 4 4 4 12 80.0
9 2 3 3 8 53.3
10 3 3 3 9 60.0
11 4 3 4 11 73.3
12 2 2 3 7 46.7
13 2 3 3 8 53.3
14 4 3 4 11 73.3
15 2 3 4 9 60.0
53

Agket Kuesioner Peran Keluarga


Pernyataan
No 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 15 17 18 20
2 4 6 9
1 5 4 5 2 5 5 4 3 4 3 4 5 4 2 3 4 5 4 2 5
2 5 3 4 4 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 5 5 5 4 4 5 3 4 3 4 3 5 3 4 4 3 5 3 4 5
4 4 2 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4
5 5 4 5 3 5 5 2 4 2 4 4 5 2 3 4 4 5 2 3 5
6 4 4 5 2 3 4 2 5 2 5 5 5 2 2 5 5 5 2 2 5
7 5 5 5 3 2 5 4 5 4 5 4 5 4 3 5 4 5 4 3 5
8 5 3 5 2 3 5 3 3 3 3 5 5 3 2 3 5 5 3 2 5
9 5 2 4 2 2 5 2 3 2 3 5 4 2 2 3 5 4 2 2 4
10 5 3 5 4 2 5 2 2 2 2 5 5 2 4 2 5 5 2 4 5
11 5 2 5 2 4 5 2 2 2 2 5 5 2 2 2 5 5 2 2 5
12 4 2 5 2 2 4 4 2 4 2 4 5 4 2 2 4 5 4 2 5
13 5 4 5 4 3 5 3 4 3 4 5 5 3 4 4 5 5 3 4 5
14 5 5 5 2 2 5 3 3 3 3 4 5 3 2 3 4 5 3 2 5
15 5 5 4 5 2 5 4 3 4 3 5 4 4 5 3 5 4 4 5 4

Pernyataan
N Total
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
o Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8
1 4 3 4 4 5 4 3 4 4 5 4 3 4 3 5 3 4 3 147
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 151
3 3 4 3 3 5 3 4 3 3 5 3 4 3 4 5 4 3 4 147
4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 162
5 2 4 2 4 5 2 4 2 4 5 4 4 2 4 5 4 2 4 139
6 2 5 2 5 5 2 5 2 5 5 5 5 2 5 5 5 2 5 146
7 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 166
8 3 3 3 5 5 3 3 3 5 5 5 3 3 3 5 3 3 3 139
9 2 3 2 5 4 2 3 2 5 4 5 3 2 3 4 3 2 3 120
10 2 2 2 5 5 2 2 2 5 5 5 2 2 2 5 2 2 2 125
11 2 2 2 5 5 2 2 2 5 5 5 2 2 2 5 2 2 2 120
12 4 2 4 4 5 4 2 4 4 5 4 2 4 2 5 2 4 2 131
13 3 4 3 5 5 3 4 3 5 5 5 4 3 4 5 4 3 4 155
14 3 3 3 4 5 3 3 3 4 5 4 3 3 3 5 3 3 3 135
15 4 3 4 5 4 4 3 4 5 4 5 3 4 3 4 3 4 3 152
54

Statistics
Sikap Asertif Anak Peran Keluarga
N Valid 15 15
Missing 0 0
Mean 8.9333 142.3333
Std. Error of .43058 3.67445
Mean
Median 8.0000 146.0000
Std. Deviation 1.66762 14.23109

Correlations
Sikap Asertif Perilaku
Anak Orangtua
Sikap Asertif Pearson Correlation 1 .372
Anak Sig. (1-tailed) .004
N 15 15
Perilaku Pearson Correlation .372 1
Orangtua Sig. (1-tailed) .004
N 15 15

Reliability Statistics of Peran


Keluarga
Cronbach's Alpha N of Items
.883 38

Reliability Statistics of
Sikap Asertif Anak
Cronbach's Alpha N of Items
.570 3
55

Uji Validitas Sikap Asertif Anak

Correlations
item_1 item_2 item_3 skor_total
item_1 Pearson Correlation 1 .427 .228 .836**
Sig. (2-tailed) .112 .413 .000
N 15 15 15 15
item_2 Pearson Correlation .427 1 .413 .749**
Sig. (2-tailed) .112 .126 .001
N 15 15 15 15
item_3 Pearson Correlation .228 .413 1 .648**
Sig. (2-tailed) .413 .126 .009
N 15 15 15 15
skor_total Pearson Correlation .836 **
.749 **
.648 **
1
Sig. (2-tailed) .000 .001 .009
N 15 15 15 15
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai