Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : Teori Belajar dan Pembelajaran


B. Kegiatan Belajar : Teori Belajar Behavioristik dan Kognitivistik dan
Penerapannya Dalam Pembelajaran (KB 1)

C. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
Teori Belajar Menurut
Edward Lee Thorndike
(1874-1949)
Pengertian belajar menurut teori
behavioristik
Teori Belajar Menurut
John Broades Watson
(1878-1958)
Teori Belajar Behavioristik Menurut
Para Ahli
Teori Belajar Menurut
Teori Belajar Behaviorsitik Edwin Ray Guthrie
KOGNITIVISTIK DAN PENERAPANNYA
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN

(1886-1959)
Kelemahan Teori Belajar Behavioristik
DALAM PEMBELAJARAN

Teori Belajar Menurut


Burrhusm Frederic Skinner
(1904-1990)
Implementasi Teori Behavioristik
dalam Kegiatan Pembelajaran
Teori Perkembangan
Jean Piaget (1896-1980)

Pengertian teori belajar kognitif


Teori Belajar Menurut
Jerome Bruner
(1915-2016)
Teori belajar kognitif menurut para
Teori Belajar Kognitif
ahli
Teori Belajar Menurut
David Ausubel
(1918-2008)
Implementasi Teori Belajar Kognitif
dalam pembelajaran
Konsep
Teori Belajar menurut
(Beberapa Gagne (1916-2002)
1 istilah dan
definisi) di A. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
KB 1. Pengertian Belajar Menurut Teori Behavioristik

BELAJAR PEMBELAJARAN
•adalah perubahan tingkah laku •proses pemberian stimulus (input)
sebagai akibat dari adanya oleh guru yang diikuti oleh respon
pengalaman dan latihan dalam (output) dari siswa
hubungan stimulus dan respon,

STIMULUS
apa saja yang diberikan guru RESPON
kepada siswa misalnya daftar reaksi atau tanggapan siswa
perkalian, alat peraga, pedoman terhadap stimulus yang
kerja, atau cara-cara tertentu, diberikan oleh guru
untuk membantu belajar siswa
negative
reinforcement

positive
reinforcement

Penguatan
(reinforcement) adalah
apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya
respon.

2. Teori Belajar Behavioristik Menurut Para Ahli


a. Teori Belajar Menurut Edward Lee Thorndike (1874-1949)

respon yaitu reaksi


Stimulus yaitu apa saja yang dapat yang dimunculkan
merangsang terjadinya kegiatan siswa ketika belajar,
belajar adalah proses interaksi belajar seperti pikiran, perasaan,
antara stimulus dan respon yang juga dapat
atau hal-hal lain yang dapat berupa pikiran,
ditangkap melalui alat indera perasaan, atau
gerakan/tindakan

Dalam proses eksperimennya yang melalui proses trial and error, Thorndike
mengemukakan 3 hukum pokok, yaitu:

Hukum Latihan (The law of exercise)

Hukum Akibat (The law of effect)

Hukum Kesiapan (The law of readiness)


Selain hukum-hukum tersebut, Thorndike juga mengemukakan 4 hukum
tambahan, yaitu:

• individu mencoba • proses belajar dapat


menyikapi stimulus berlangsung bila ada
dengan berbagai respon kesiapan mental yang
sampai mendapatkan positif pada siswa
respon yang tepat

Law of
Law of
multiple
attitude
response

Law of Law of
partial response
activity by analogy
• yaitu individu dapat • individu cenderung
bereaksi secara selektif mempunyai reaksi yang
terhadap kemungkinan- sama terhadap situasi baru
kemungkinan yang ada yang mirip dengan situasi
dalam situasi tertentu yang pernah dialaminya
b. Teori Belajar Menurut John Broades Watson (1878-1958)

belajar adalah proses


interaksi antara
stimulus dan
respon, namun
stimulus dan respon
yang dimaksud
harus berbentuk
tingkah laku yang
dapat diamati
(observable) dan
dapat diukur

c. Teori Belajar Menurut Edwin Ray Guthrie (1886-1959)


Edwin Guthrie
bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung
juga
menggunakan hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan
variabel belajar siswa perlu sesering mungkin diberikan stimulus
hubungan agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat lebih
stimulus dan tetap.
respon untuk
menjelaskan
terjadinya mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih
proses belajar. kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai
macam stimulus yang berhubungan dengan respon
tersebut.

d. Teori Belajar Menurut Burrhusm Frederic Skinner (1904-1990)

mampu menjelaskan Menurut Skinner,


konsep belajar hubungan antara stimulus
secara sederhana,
dan respon yang terjadi
namun dapat
menunjukkan melalui interaksi dalam
konsepnya tentang lingkungannya akan
belajar secara lebih
menimbulkan perubahan
komprehensif
tingkah laku

3. Kelemahan Teori Belajar Behavioristik

tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab


banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan
dan/atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon

tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan


hubungan antara stimulus dan respon

kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa,


walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan yang sama

cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen,


tidak kreatif dan tidak produktif
Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses
belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak sependapat
dengan Guthrie, yaitu:

Hukuman
mendorong si
terhukum mencari
cara lain (meskipun
Dampak psikologis
salah dan buruk)
yang buruk mungkin
agar ia terbebas dari
akan terkondisi
hukuman. Dengan
(menjadi bagian dari
kata lain, hukuman
jiwa si terhukum) bila
dapat mendorong si
hukuman
Pengaruh hukuman terhukum
berlangsung lama
terhadap perubahan melakukan hal-hal
tingkah laku sangat lain yang
bersifat sementara kadangkala lebih
buruk dari pada
kesalahan yang
diperbuatnya.

4. Implementasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan


Pembelajaran
Prinsip yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran,
diantaranya:

Pemberian ulangan atau tes diperlukan dalam pembelajaran untuk melatih siswa
dalam memahami hubungan antara pertanyaan dengan jawaban atau hubungan
antara masalah dengan solusinya
Dalam pembelajaran perlu adanya proses pengulangan (repetition) materi, karena
dapat membentuk pembiasaan

Pemberian stimulus yang menyenangkan terhadap tindakan baik siswa (mis.


prestasi belajar yang bagus) harus dilakukan untuk memotivasi agar terus
mempertahankan prestasinya.
Pemberian hukuman dan hadiah diperlukan dalam rangka menciptakan disiplin
kelas yang kondusif untuk proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien
Pemberian hadiah atau hukuman harus dilakukan secara variatif, sehingga tidak
menimbulkan kebosanan pada siswa yang menerimanya

Proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika siswa sudah memiliki
kesiapan untuk mengikuti proses belajar, baik kesiapan mental maupun kesiapan
menerima materi yang baru,

B. TEORI BELAJAR KOGNITIF

Teori belajar kognitif


menekankan perhatian kepada
aktivitas pemikiran (kognisi)
pada pembelajaran. Selain
mempertimbangkan aktivitas
kognitif berupa pemrosesan
informasi, teori ini juga
mempertimbangkan tahapan
perkembangan kemampuan
berpikir peserta didik
1. Pengertian Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, tetapi lebih dari itu belajar dengan teori kognitif melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).

Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak

Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas (Given, 2014: 188)

kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor
eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan
lingkungan, dan hal itu terjadi terus menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot
dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali
lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru,
menarik simpulan dan sebagainya (Nugroho, 2015: 291).

2. Teori Belajar Kognitif menurut Para Ahli

a. Teori Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf
Perkembangan
Jean Piaget
(1896-1980)

Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi
merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses
ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi

Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga
stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan
yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya.
Proses inilah yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan kognitif
seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur (disorganized).

Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap- tahap perkembangan
sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkis, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap
kognitifnya
Tahap-tahap perkembangan
Tahap sensorimotor (umur
0-2 tahun)
Preoperational (umur 2-4
tahun)
Tahap preoperasional

kognitif
(umur 2-7/8 tahun)
Tahap intuitif (umur 4-7
atau 8 tahun)
Tahap operasional konkrit
(umur 7 atau 8-11 atau 12
tahun)

Tahap Operasional formal


(umur 11/12-18 tahun).

b. Teori Belajar Menurut Jerome Bruner (1915-2016)

perkembangan Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam


kognitif menanggapi suatu rangsangan
manusia
sebagai
berikut: Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem
penyimpanan informasi secara realis

Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan


berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang
tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan

Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan
anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.

Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat


komunikasi antara manusia

Tahap
enaktif

perkembangan
kognitif

Tahap Tahap
ikonik simbolik

c. Teori Belajar Menurut David Ausubel (1918-2008)

Menurut
Ausubel belajar Dimensi pertama berhubungan dengan cara
dapat informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada
diklasifikasikan siswa melalui penerimaan atau penemuan
ke dalam dua
dimensi

Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa


dapat mengaitkan informasi itu pada struktur
kognitif yang telah ada yang meliputi fakta, konsep,
dan generalisasi yang telah dipelajari dan diingat
oleh siswa
Menurut (1). Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama
Ausubel dapat diingat,
dan juga
Novak
(1977), ada (2). Informasi yang ter subsumsi berakibatkan pada
tiga peningkatan diferensiasi dari subsume subsumer, jadi
kebaikan memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi
dalam belajar yang mirip,
belajar
(3). Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi akan
bermakna, mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah
yaitu: terjadi lupa.

Faktor faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna:

struktur kognitif yang


ada

stabilitas

kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang
studi tertentu dan
pada waktu tertentu

Prasyarat belajar bermakna sebagai berikut: Prasyarat belajar bermakna


sebagai berikut: (a) materi yang akan dipelajari harus bermakna secara
potensial, (b) siswa yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar
bermakna, tujuan siswa merupakan faktor utama dalam belajar bermakna.
Berdasarkan pada konsep organisasi kognitif seperti yang dikemukakan oleh
Ausubel tersebut, para pakar mengembangkan model teori kognitif yang lebih
eksplisit, disebut dengan skemata. Sebagai struktur organisasional, skemata
berfungsi untuk mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-
pisah, atau sebagai tempat untuk mengaitkan pengetahuan baru. Skemata
memiliki fungsi asimilatif, artinya bahwa skemata berfungsi untuk
mengasimilasikan pengetahuan baru ke dalam hirarkhi pengetahuan yang
secara progresif lebih rinci dan spesifik dalam struktur kognitif seseorang.
Mayer (dalam Degeng, 1993) menggunakan pengurutan asimilatif untuk
mengorganisasi pembelajaran, yaitu mulai dengan menyajikan informasi-
informasi yang sangat umum dan inklusif menuju ke informasi-informasi yang
khusus dan spesifik. Penyajian informasi pada tingkat umum dapat berperan
sebagai kerangka isi bagi informasi-informasi yang lebih rinci.
Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa skemata dapat dimodifikasi oleh
pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga menghasilkan makna baru.
Anderson (1980) dan Tennyson (1989) mengatakan bahwa pengetahuan yang
telah dimiliki individu selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan bagi
masing-masing individu. Semakin besar jumlah dasar pengetahuan yang
dimiliki seseorang, makin besar pula peluang yang dimiliki untuk memilih.
Demikian pula, semakin baik cara penataan pengetahuan di dalam dasar
pengetahuan, makin mudah pengetahuan tersebut ditelusuri dan dimunculkan
kembali pada saat diperlukan.
d. Teori Belajar menurut Gagne (1916-2002)
Menurut Gagne (dalam Dahar, 2011, hlm. 67), belajar konsep merupakan
suatu bagian dari suatu hierarki delapan bentuk belajar. Dalam hierarki ini,
setiap tingkat belajar bergantung pada tingkat-tingkat sebelumnya.
Belajar tanda sinyal (signal
learning)

Belajar stimulus respon


(stimulus response learning)

Hierarki belajar dari Gagne


Belajar merangkai tingkah laku
(behaviour chaining learning)

Belajar asosiasi verbal (verbal


chaining learning)

Belajar diskriminasi
(discrimination learning)

Belajar konsep (concept


learning)

Konsep terdefinisi

Belajar memecahkan masalah


(problem solving)

Gagne mengemukakan ada lima macam hasil belajar, tiga diantaranya


bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat psikomotorik
(Dahar, 2011, hlm. 118). Menurut Gagne, ada lima kemampuan hasil belajar,
yaitu:

Keterampilan
intelektual

Strategi Keterampilan
kognitif motorik

Informasi
Sikap
verbal

3. Implementasi Teori Belajar Kognitif dalam pembelajaran

Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon,tetapi lebih dari itu belajar melibatkan
beberapa proses berpikir yang sangat kompleks

implikasi Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya, tetapi mereka mengalami perkembangan
kognitif melalui tahap-tahaptertentu
yang harus
Siswa harus diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuannya, sehingga pemberian waktu belajar
diterapkan untuk setiap siswa harus lebih fleksibel;

dalam proses Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-
benda konkrit
pembelajaran Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara
berpikirnya

Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang dijumpai dalam kehidupannya;

Perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif seorang anak

Penyusunan materi pelajaran harus diatur dari yang sudah diketahui menuju kepada yang baru, dari yang sederhana
menuju kepada yang kompleks, dan dari yang mudah menuju kepada yang sulit

Belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal


1. Apa kekurangan atau kelemahan dari teori Kognitif belum dijelaskan secara
Daftar materi mendetail di modul sehingga saya masih kesulitan memahaminya
pada KB
2 2. Bagaimana contoh bentuk pengaplikasian teori Behavioristik dan Kognitif ini
yang sulit
dipahami dalam evaluasi pembelajaran kaitannya dengan cara menilai dan mengukur
siswa dalam praktik pembelajaran hal ini masih sulit saya pahami

Daftar materi
yang sering 1. Pada teori kognitivisme seorang peserta didik dilatih untuk berpikir secara
mengalami cerdik untuk menyelelesaikan masalahnya. Peserta didik harus dapat
3
miskonsepsi menggali pengetahuannya sendiri.
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai