C. Refleksi
BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
Teori Belajar Menurut
Edward Lee Thorndike
(1874-1949)
Pengertian belajar menurut teori
behavioristik
Teori Belajar Menurut
John Broades Watson
(1878-1958)
Teori Belajar Behavioristik Menurut
Para Ahli
Teori Belajar Menurut
Teori Belajar Behaviorsitik Edwin Ray Guthrie
KOGNITIVISTIK DAN PENERAPANNYA
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN
(1886-1959)
Kelemahan Teori Belajar Behavioristik
DALAM PEMBELAJARAN
BELAJAR PEMBELAJARAN
•adalah perubahan tingkah laku •proses pemberian stimulus (input)
sebagai akibat dari adanya oleh guru yang diikuti oleh respon
pengalaman dan latihan dalam (output) dari siswa
hubungan stimulus dan respon,
STIMULUS
apa saja yang diberikan guru RESPON
kepada siswa misalnya daftar reaksi atau tanggapan siswa
perkalian, alat peraga, pedoman terhadap stimulus yang
kerja, atau cara-cara tertentu, diberikan oleh guru
untuk membantu belajar siswa
negative
reinforcement
positive
reinforcement
Penguatan
(reinforcement) adalah
apa saja yang dapat
memperkuat timbulnya
respon.
Dalam proses eksperimennya yang melalui proses trial and error, Thorndike
mengemukakan 3 hukum pokok, yaitu:
Law of
Law of
multiple
attitude
response
Law of Law of
partial response
activity by analogy
• yaitu individu dapat • individu cenderung
bereaksi secara selektif mempunyai reaksi yang
terhadap kemungkinan- sama terhadap situasi baru
kemungkinan yang ada yang mirip dengan situasi
dalam situasi tertentu yang pernah dialaminya
b. Teori Belajar Menurut John Broades Watson (1878-1958)
Hukuman
mendorong si
terhukum mencari
cara lain (meskipun
Dampak psikologis
salah dan buruk)
yang buruk mungkin
agar ia terbebas dari
akan terkondisi
hukuman. Dengan
(menjadi bagian dari
kata lain, hukuman
jiwa si terhukum) bila
dapat mendorong si
hukuman
Pengaruh hukuman terhukum
berlangsung lama
terhadap perubahan melakukan hal-hal
tingkah laku sangat lain yang
bersifat sementara kadangkala lebih
buruk dari pada
kesalahan yang
diperbuatnya.
Pemberian ulangan atau tes diperlukan dalam pembelajaran untuk melatih siswa
dalam memahami hubungan antara pertanyaan dengan jawaban atau hubungan
antara masalah dengan solusinya
Dalam pembelajaran perlu adanya proses pengulangan (repetition) materi, karena
dapat membentuk pembiasaan
Proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika siswa sudah memiliki
kesiapan untuk mengikuti proses belajar, baik kesiapan mental maupun kesiapan
menerima materi yang baru,
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, tetapi lebih dari itu belajar dengan teori kognitif melibatkan proses berpikir
yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).
Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak
Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental
yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan
lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan,
pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan
berbekas (Given, 2014: 188)
kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor
eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan
lingkungan, dan hal itu terjadi terus menerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot
dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali
lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru,
menarik simpulan dan sebagainya (Nugroho, 2015: 291).
a. Teori Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf
Perkembangan
Jean Piaget
(1896-1980)
Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan
ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan
informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi
merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses
ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi
Agar seseorang dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga
stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan
yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya.
Proses inilah yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan kognitif
seseorang akan mengalami gangguan dan tidak teratur (disorganized).
Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap- tahap perkembangan
sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkis, artinya harus dilalui
berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap
kognitifnya
Tahap-tahap perkembangan
Tahap sensorimotor (umur
0-2 tahun)
Preoperational (umur 2-4
tahun)
Tahap preoperasional
kognitif
(umur 2-7/8 tahun)
Tahap intuitif (umur 4-7
atau 8 tahun)
Tahap operasional konkrit
(umur 7 atau 8-11 atau 12
tahun)
Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan
anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya.
Tahap
enaktif
perkembangan
kognitif
Tahap Tahap
ikonik simbolik
Menurut
Ausubel belajar Dimensi pertama berhubungan dengan cara
dapat informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada
diklasifikasikan siswa melalui penerimaan atau penemuan
ke dalam dua
dimensi
stabilitas
kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang
studi tertentu dan
pada waktu tertentu
Belajar diskriminasi
(discrimination learning)
Konsep terdefinisi
Keterampilan
intelektual
Strategi Keterampilan
kognitif motorik
Informasi
Sikap
verbal
Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon,tetapi lebih dari itu belajar melibatkan
beberapa proses berpikir yang sangat kompleks
implikasi Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya, tetapi mereka mengalami perkembangan
kognitif melalui tahap-tahaptertentu
yang harus
Siswa harus diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuannya, sehingga pemberian waktu belajar
diterapkan untuk setiap siswa harus lebih fleksibel;
dalam proses Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-
benda konkrit
pembelajaran Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara
berpikirnya
Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang dijumpai dalam kehidupannya;
Penyusunan materi pelajaran harus diatur dari yang sudah diketahui menuju kepada yang baru, dari yang sederhana
menuju kepada yang kompleks, dan dari yang mudah menuju kepada yang sulit
Daftar materi
yang sering 1. Pada teori kognitivisme seorang peserta didik dilatih untuk berpikir secara
mengalami cerdik untuk menyelelesaikan masalahnya. Peserta didik harus dapat
3
miskonsepsi menggali pengetahuannya sendiri.
dalam
pembelajaran