Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696

Buku 2: ”Sosial dan Humaniora“ ISSN (E) : 2540 - 7589

MODEL KOMUNIKASI ANAK DISABILITAS FISIK/DAKSA DAN GRAHITA DI


YPAC SURABAYA

Annisa Syakina 1).


Prodi. Public Relation Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dr.Soetomo Surabaya
E-mail: syakinaannisa@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk membuat model komunikasi yang tepat antar
orang tua, pendidik (guru), dan dengan lingkungan sekitar untuk anak-anak
disabilitas fisik/daksa dan disabilitas grahita yang bersekolah di YPAC
Surabaya agar mereka dapat mandiri. Metode yang digunakan adalah deskriptif
kualitatif dengan sampel adalah orang tua, guru (pendidik), dan anak-anak
disabilitas fisik/daksa dan grahita.Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara, kuisioner dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan teori dari Harold D. Lasweel yaitu pembelajaran yang
mengatakan bagaimana komunikasi terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil
data kuisioner yang diperoleh diolah menggunakan Statistical Package for the
Social Sciences (SPSS Versi 16.0), dan diperoleh kesimpulan bahwa bentuk
kemampuan komunikasi yang dapat dilakukan anak tuna grahita berupa
komunikasi satu arah dari peneliti ke subjek, sementara komunikas anak tuna
fisik/daksa dapat dilakukan dengan cara komunikasi verbal dan non verbal.
Sedangkan tuna grahita komunikasi yang dilakukan hanyalah non verbal

Kata kunci: model komunikasi, tuna daksa/fisik, tuna grahita, deskriptif kualitatif.

1. Pendahuluan
Yayasan Pembinaan Anak Cacat biasa disingkat YPAC adalah sebuah lembaga
yang membantu serta membina kesejahteraan anak dengan kecacatan. YPAC Surabaya
yang terletak di jalan Semolowaru (Gambar.1), disahkan pada tanggal 14 Maret 1956
dengan nama awal waktu itu adalah YPAC Cabang Surabaya di Surakarta. Pelayanan
Rehabilitasi YPAC Surabaya meliputi:

Gambar 1.1 Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Surabaya


Jalan Semolowaru Utara V/2A Surabaya

(1) Medik, yaitu pelayanan dengan tujuan untuk mengurangi tingkat kecacatan pada anak
atau cacat yang lainnya/ganda. Pelayanan medik dilakukan kerjasama dengan tim Dokter
ahli RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan Universitas Airlangga, mereka adalah Dokter ahli
bedah tulang, saraf, rehabilitasi medik, anak dan gigi. Pelayanan yang rehabilitasi medik
meliputi fisioterapi (jenis terapi otot), terapi wicara (membantu anak agar dapat bicara),

2.89.1
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 2: ”Sosial dan Humaniora“ ISSN (E) : 2540 - 7589

terapi okupasi (pembinaan agar dapat melakukan kegiatan sehari-hari) dan pelayanan
ortodik dan protese (penyangga tubuh, kursi roda, brace, sepatu koreksi).
(2) Pendidikan, terdiri dari:
 Sekolah Luar Biasa Tuna Daksa Ringan (SLB-D)
 Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB-D). Terakreditasi (A).
 Sekolah Dasar (SDLB-D). Terakreditasi (A).
 Sekolah Luar Biasa Tuna Daksa Sedang (SLB-D1)
 Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB-D). Terakreditasi (A).
 Sekolah Dasar Luar Biasa
 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SMPLB). Terakreditasi (B).
 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Luar Biasa (SMALB). Terakreditasi (B)
 Sekolah Luar Biasa Tuna Daksa Ganda (SDLB-G)
(3) Sosial, (4) Sumber Daya Manusia (SDM), dan (5) Tenaga ahli yang mendukung
pelayanan rehabilitasi di YPAC Surabaya, antara lain: orthopaedagog, psikolog, guru luar
biasa, tiga terapis, yaitu fisioterapis, terapis okupasi dan terapis wicara. Dokter anak
psikiater, dokter orthopedic, dokter neurolog, dokter Rehabilitasi Medis dan dokter gigi.
(h tt p s : / / w w w .p in te rp a n d a i. c o m ).

2. Studi Pustaka
Pada penelitian ini menggunakan Model Komunikasi Linear, dengan memakai model
komunikasi Lasswell, dengan nama lengkapnya Harold D. Lasswell (1948). Lasswell
Communication Model adalah model pembelajaran yang mengatakan bagaimana
komunikasi terjadi dalam proses pembelajaran. Melalui penerapan ini siswa diharapkan
mampu mendefinisikan suatu konsep. Komunikasi bermula dari seorang komunikator
(who) yang kemudian menyampaikan pesannya (say what) dengan menggunakan media
massa (in which channel) untuk ditujukan pada komunikan yang mana dalarn hal ini
adalah khalayak (to whom) dan nantinya akan bisa menimbulkan efek (with what effect)
terhadap khalayak tersebut (Wijayanti, 2018). Hal ini dapat di lihat pada gambar 2
(Mulyana, 2010).

a. Who? (siapa)
Sumber atau komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan
untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi.“Who” yang dimaksud
disini adalah guru.
b. Says What? (berkata apa)
Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima (komunikan), dari
sumber (komunikator). Yang dimaksud “Says What” adalah materi yang disampaikan
oleh guru kepada siswa.
c. In Which Channel? (melalui saluran apa)
Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada
komunikan (penerima).“In Which Channel” disini adalah media yang digunakan oleh
guru untuk menyampaikan materi kepada siswa.
d. To Whom? (untuk siapa)
Suatu kelompok yang menerima pesan dari sumber.Yang dimaksud “To Whom”
disini adalah siswa.

2.89.2
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 2: ”Sosial dan Humaniora“ ISSN (E) : 2540 - 7589

e. With What Effect? (dampak/efek)


“With What Effect” yaitu pengaruh yang ditimbulkan oleh guru kepada siswa setelah
guru menyampaikan materi.

Dalam komunikasi antara guru dan siswanya, guru sebagai komunikator harus
memiliki pesan (materi) yang jelas setelah itu menentukan saluran atau media untuk
berkomunikasi yang akan disampaikan kepada siswa. Kemudian timbul dampak atau efek
yang terjadi pada siswa setelah menerima pesan dari guru, seperti perubahan sikap,
bertambahnya pengetahuan, dan lain-lain. Kesimpulannya adalah guru memberikan
materi kepada siswa melalui media yang disesuaikan untuk mencapai tujuannya, yaitu
menghasilkan siswa yang kompeten.

3. Metodologi Penelitian
Menggunakan penelitian kualitatif sebagai prosedur untuk menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. (Bogdan dan Tylor dalam Moleong,2012). Tokoh informal yang menjadi informan
dalam penelitian ini yaitu anak disabilitas Daksa/Fisik dan Grahita. Peneliti menambahkan
subjek atau informan sekunder ini karena anak disabilitas harus di didik dan di bina
supaya bisa mandiri. Sehingga peneliti dapat menemukan Model Komunikasi dari anak -
anak disabilitas yang berada di YPAC Surabaya. Penelitian ini menggunakan teknik
pengumpulan data dengan cara deep interview (wawancara mendalam) dan juga
kuisioner. Wawancara pada dasarnya adalah mendapatkan informasi dengan cara
bertanya langsung kepada responden/sampel.
Teknik pengumpulan data untuk anak-anak Tuna grahita/Tuna Ganda menggunakan
Picture Exchange Communication System (PECS) atau dalam bahasa Indonesia berarti
sistem berkomunikasi dengan gambar. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data
melalui Filing System yatu cara mengatur dan menata data-data dalam susunan yang
sistematis, sehingga nantinya akan dapat dibuat suatu model.
Dalam pengambilan data penelitian diYPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat) Surabaya,
Jawa Timur ada beberapa korespoden untuk wawancara yaitu guru, siswa, dan orang tua.
Berikut ini Tabel.1 merupakan jumlah responden yang ada di YPAC.

Tabel. 1 Daftar Responden


Nama Umur Pekerjaan Jenis Kelamin
A.S 45 Guru Kelas Laki-laki
N.H.H 44 Guru Kelas Perempuan
P.W 57 Guru Kelas Perempuan
I.M.A 43 Orang Tua Perempuan
JUM 46 Orang Tua Perempuan
I.N.A 42 Orang Tua Perempuan
C.Z.C 15 Siswa (Tuna Daksa) Perempuan
W.S 11 Siswa (Tuna Daksa) Perempuan
R.D 13 Siswa (Tuna Daksa) Laki-laki
V.T 9 Siswa (Tuna Grahita) Perempuan
C.R.S 11 Siswa (Tuna Grahita) Laki-laki
N.N.L 12 Siswa (Tuna Grahita) Perempuan

4. Hasil dan Pembahasan


4.1. Hasil
4.1.1. Deskripsi Subjek Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel atau responden adalah Guru, Siswa dan
Orang Tua di YPAC.Sampel berjumlah 12 orang dengan identifikasi sebagai berikut.
a. Usia
Kelompok usia pada Tabel. 2 dan Gambar 3.

2.89.3
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 2: ”Sosial dan Humaniora“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Berdasarkan pada tabel 3.2 diketahui bahwa dari 12 responden sebanyak 50% atau
sebanyak 6 orang responden berusia 5-20 tahun, kemudian 50% atau sebanyak 6
orang responden berusia >30 tahun.

b. Jenis Kelamin
Kelompok jenis kelamin ada pada Tabel. 3 dan Gambar. 4

Berdasarkan pada tabel.3 diketahui bahwa jumlah laki-laki yang menjadi responden
penelitian ini adalah 3 orang atau sebesar 25% sedangkan responden perempuan
adalah sebanyak 9 orang atau sebesar 75%. Ini menunjukkan bahwa yang menjadi
responden pada penelitian ini yang paling banyak adalah perempuan.

c. Pekerjaan
Kelompok jenis pekerjaan ada pada Tabel.4 dan Gambar 5. Tabel.4 Identitas
Respoden Berdasarkan Pekerjaan

2.89.4
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 2: ”Sosial dan Humaniora“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Berdasarkan pada tabel 4.4 diketahui bahwa 12 responden sebanyak 50% atau 6
orang responden bekerja sebagai pelajar/siswa, 25% atau 3 orang responden bekerja
sebagai Guru, kemudian 25% atau 3 orang responden bekerja sebagai Orang Tua.

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Observasi


Observasi difokuskan pada tiga aspek yaitu kemampuan komunikasi verbal dan
komunikasi non verbal, interaksi sosial di kelas dan dirumah, dan interaksi sosial
prestasi anak. Hasil observasi yang terkait dengan pencarian data kemampuan
komunikasi anak tuna daksa dan tuna grahita dalam interaksi sosial sebenarnya
dititikberatkan dalam kemampuan guru dalam memahami anak tuna daksa dan tuna
grahita. Hal tersebut ditunjukkan dari sikap guru dan orang tua untuk subjek saat berada
dalam ruang kelas ataupun di rumah.

4.1.3. Deskripsi Hasil Wawancara


a. Guru
Menurut F.D YPAC adalah yayasan bagi mereka yang mengalami hambatan, dan
F.D sendiri sudah mengajar di YPAC selama 16 tahun,menurutnya Disabilitas
adalah anak-anak yang memiliki kekurangan, komunikasi yang digunakan ketika
sedang mengajar adalah komunikasi Verbal dan Visual. Harapan ibu/bapak guru itu
sendiri adalah bisa melihat anak dididiknya nanti bisa mandiri, bisa diterima di
masyarakat, serta bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak lainnya
dalam segala bidang.
b. Orang Tua
Orang tua berinisial J.U.M yang anaknya bernama Kevin, mengatakan bahwa dalam
merawat anak berkebutuhan khusus itu sebenarnya tidak ada kendala apa-apa
tergantung bagaimana cara kita merawat atau mendidik anak kita supaya menjadi
anak yang mandiri dan berguna bagi Nusa dan Bangsa. Orang tua berinisial L.A ini
memiliki anak berkebutuhan khusus yang bernama V.T. VT sendiri adalah Disabilitas
Grahita yang sekarang berusia 9 tahun dan sekarang duduk di kelas 1 SD. Kebiasaan
yang dilakukan V.T ketika berada di rumah adalah menggambar. Dan harapan dari
L.A yaitu ingin sekali V.T pandai bicara dan bisa jalan sendiri.

4.1.4. Deskripsi Hasil Dokumentasi


Hasil data dokumentasi yang di dapat adalah berdasarkan pada observasi langsung
yang menjelaskan mengenai kegiatan sehari-hari mereka selama berada di sekolah
maupun di rumah, catatan sementara terbaru mengenai perkembangan mereka dalam
setiap semester, dan catatan profil akademik dan non akademik anak tuna daksa dan
tuna grahita.

4.2. Pembahasan
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata dalam
penyampaian pesan atau informasi (Rusmita, 2011) dilihat dari hasil penelitian anak tuna

2.89.5
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 2: ”Sosial dan Humaniora“ ISSN (E) : 2540 - 7589

grahita sudah mampu mengucapkan kata namun belum dapat menyampaikan pesan
maupun informasi. Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan non
verbal menjadi dua kategori besar, yakni: pertama, perilaku yang terdiri daripenampilan
dan pakian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-
bauan, dan parabahasa; kedua, ruang, waktu dan diam (Mulyana, 2011:352). Perilaku
tentunya mempengaruhi cara orang berinteraksi sosial,pengertian dari perilaku itu sendiri
adalah segala sesuatu yang dikerjakan, dikatakan, dilihat, dirasakan, di dengar dari
seseorang, atau yang anda lakukan sendiri (Prasetyono, 2008:26).

5. Kesimpulan
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk kemampuan komunikasi yang
dapat dilakukan anak tuna grahita berupa komunikasi satu arah dari peneliti ke subjek
secara non verbal. Sementara anak tuna daksa/fisik dapat memahami komunikasi baik
secara verbal maupun non verbal. Anak tuna daksa dan grahita sudah bisa menulis dan
membaca tetapi kemampuan anak tuna grahita dalam memahami bahasa tulis dalam
komunikasi verbal masih kurang.
Untuk meningkatkan komunikasi baik untuk tuna daksa/fisik maupun tuna
grahita maka perlu diadakan kegiatan-kegiatan seperti lomba-lomba/kompetensi yang
disesuaikan dengan kemampuan mereka.

Daftar pustaka
Atikha Nur Khoida, 2016, Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Melalui
Penerapan Lasswel Communication Model, Konferensi Nasional Penelitian Matematika
dan Pembelajarannya (KNPMP1) ISSN: 2502-6526,2016, h.564.

Bogdan, Taylor. 2012. Prosedur Penelitian. Dalam Moleong, Pendekatan Kualitatif. (him.
4). Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan.2007.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan


Ilmu Sosial lainnya.Jakarta:Putra Grafika

Creswell, John W, 2008, Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed,
Edisi Ketiga Pustaka Pelajar, Bandung.

Deddy Mulyana, 2010, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2010), h.17.

(https://www.pinterpandai.com/cara-mengurus-anak-cacat-yayasan-anak-cacat-
surabaya/), diakses 2 Pebruari 2019 jam 18:45.

https://docs.google.com/form), diakses 5 Maret 2019 jam 21:50.

________________. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [Online]. Tersedia di:


http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php. Diakses 22 September 2017.

Fatma Laili Khoirun Nida, 2013, Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus, Volume 1,
Nomor 2, Juli – Desember 2013 AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam.

Hadi dan Sutrisno, 1992, Metodologo Research II Yogyakarta: Andi Offset.

Kentary, Ardina, 2012, Tindak Tutur Direktif dan Komisif pada Layanan Bimbingan
Konseling di SMP Negeri 2 Colomadu Kabupaten Karanganyar, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

2.89.6
Seminar Nasional Cendekiawan ke 5 Tahun 2019 ISSN (P) : 2460 - 8696
Buku 2: ”Sosial dan Humaniora“ ISSN (E) : 2540 - 7589

Nur Kholis Reefani,2013, Panduan Anak Berkebutuhan Khusus, Yogyakarta:


Imperium.2013. hlm.17.

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3670).

Pengelompokan penyandang cacat pada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang


Penyandang Cacat dibagi menjadi penyandang cacat mental, penyandang cacat fisik dan
penyandang cacat mental dan fisik, Pasal 1 ayat (1).

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2013 tentang Pelayanan dan
Pemenuhan Hak-Hak Penyandang Disabilitas.

Rochyadi, Alimin, 2005, Pengembangan Program. Pembelajaran individual Bagi Anak


Tuna Grahita, Jakarta, Depdiknas.

Somantri, Sujihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung PT. Refika Aditama.
Suroyo dalam Efendi, 2008:114 ). http://eprints.umm.ac.id/44147/3/jiptummpp-gdl-
hidasetyan-48003-3-babii.pdf

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang


Disabilitas, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5251) Hadi, Sutrisno, 1992, Metodologo
Research II Yogyakarta: Andi Offset.

Rina Wijayanti, 2018, Model Komunikasi Dalam Membangun Karakter Siswa Melalui
Outbound di Sekolah Alam Lampung, Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

2.89.7

Anda mungkin juga menyukai