Anda di halaman 1dari 21

BBKSDA Riau Asah Kemampuan dan Keterampilan Menembak

Pekanbaru, 20 Juli 2022 - Balai Besar KSDA Riau melaksanakan kegiatan


latihan menembak di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Riau, Selasa (19/7).
Peserta pelatihan berjumlah 55 orang yang terdiri dari Pejabat Struktural dan
Polisi Kehutanan. Latihan ini untuk meningkatkan kapasitas tenaga pengaman
hutan baik untuk mengamankan kawasan konservasi dan tumbuhan satwa liar
yang dilindungi lingkup Balai Besar KSDA Riau.
Plt. Kepala Balai Besar KSDA Riau, ibu Fifin Arfiana Jogasara, S.Hut, M.Si
memberikan arahan bahwa pelatihan ini menjadi agenda rutin tahunan untuk
petugas lapangan yang kerap berhadapan dengan perambah, penebang liar dan
perburuan serta perdagangan satwa liar yang dilindungi.
Skor tertinggi senjata genggam diperoleh oleh Sdr. Novi Mulyadi, S.Hut
sedangkan senjata bahu diraih oleh Sdri. Olivia Tirta Asih Manurung, S.Hut,
keduanya merupakan Polisi Kehutanan Ahli Pertama Bidang Teknis.
Semoga bekal ini menjadikan petugas lebih siap dan bersemangat dalam
menjaga kawasan konservasi beserta sumber daya alam hayati yang terkandung
di dalamnya ya.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
BBKSDA AKAN SOMASI PIHAK YANG BUAT
POSTINGAN
Selain membantah keras pemberitaan yang menyebut konflik Gajah tidak terkendali sejak
ditinggal WWF, BBKSDA Riau juga akan somasi pihak yang membuat postingan tidak benar.

https://youtu.be/HbLJUi5b5hA Link video

sumber R TV

Konflik Gajah

SUNGAI KAMPAR JADI KENDALA


PENGGIRINGAN GAJAH
Sungai Kampar yang berada di sekitar lokasi terjadinya konflik Gajah di Kabupaten Pelalawan
jadi kendala Tim BBKSDA menggiring Gajah ke habitatnya. Jika penggiringan tidak
membuahkan hasil, maka berkemungkinan 3 ekor Gajah akan dievakuasi.

https://youtu.be/YNfUylNX_q8 Link video

sumber R TV

3 EKOR GAJAH LIAR BERKELIARAN DI


PERKEBUNAN WARGA

https://youtu.be/5Iuo7-NLDwY LINK VIDEO


Konflik Gajah liar Sumatra masih terjadi di Kabupaten Pelalawan, tepatnya Dusun Rantau Baru,
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan. Pihak BBKSDA mengaku penanganan
konflik hingga saat ini masih terus dilakukan.

SUMBER RTV
BBKSDA BELUM BISA PASTIKAN PENYEBAB
KEMATIAN GAJAH
https://youtu.be/K05M6gvQrXk link berita
Gajah betina hamil tua, diduga mati karena diracun. karena masih dalam penelitian laboratorium,
bbksda Riau, belum bisa memastikan penyebab kematian gajah.

GAJAH BETINA HAMIL TUA MATI DI AREA


KONSESI PT RAL
https://youtu.be/0T0hHsu-TZU link video
Seekor gajah liar sumatra yang sedang hamil tua, ditemukan mati di area konsesi perusahaan
hutan tanam industri, pt.Riau abadi lestari, di desa koto pait beringin, kecamatan talang mandau,
bengkalis. diduga, satwa dengan nama latin, elephas maximus sumtranus itu mati akibat
diracun.
BBKSDA RIAU TRANSLOKASI 2 GAJAH LIAR
DARI PERKEBUNAN WARGA

https://youtu.be/tvEm_inVgpI link video


Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, Translokasi, Atau Pemindahan Dua Ekor Gajah Liar
Yang Terjebak Di Perkebunan Warga, Di Kecamatan Kuala Cenaku, Kabupaten Indragiri Hulu.
Dua Gajah Berusia Remaja Tersebut Sudah Hampir Tiga Bulan Terjebak Di Perkebunan Warga.

WAMEN LHK; TAHURA WARISAN TERAKHIR


RIAU
https://youtu.be/wz7O4bgkUcQlink video
Wakil Menteri Lingkungan Hidup Ri, Alue Dahong Sebut Kawasan Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Khasim Adalah Satu-Satunya Hutan Tropis Yang Dekat Dengan Ibu Kota Riau,, Agar
Tetap Ada, Wamen Berpesan Kepada Jajarannya Untuk Memelihara Dan Menjaga Tahura Yang
Merupakan Warisan Terakhir Riau,,
Menilai Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi di Provinsi Kep.
Riau

Pekanbaru, 20 Juli 2022 - Balai Besar KSDA Riau menggelar kegiatan


Efektivitas Pengelolaan Kawasan Konservasi dengan metode Management
Effectiveness Tracking Tool di di Hotel Comporta Tanjung Pinang dan di Hotel
Panbil Kota Batam pada 13 s/d 14 Juli 2022.
Penilaian dilakukan pada 4 kawasan konservasi yang berada di Provinsi
Kepulauan Riau, yakni Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning, Kawasan
Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) Gunung Kijang,
KSA/KPA Gunung Lengkuas dan KSA/KPA Sungai Pulai.
Penilaian dilakukan secara proaktif memberikan penjelasan untuk nilai untuk
skor pada masing - masing parameter penilaian dengan menyampaikan
pendapat serta bukti - bukti yang mendukung atau melemahkan pemberian skor
penilaian tersebut.
Penilaian ini untuk mengukur sejauh mana pengelolaan kawasan konservasi
dilakukan yang dilihat dari 5 aspek yaitu konteks, perencanaan, input, proses
dan outcome. Rekomendasi dari proses penilaian menjadi poin penting untuk
menjadi usulan tindak lanjut pada tahun depan dalam pengelolaan kawasan
konservasi.

Peserta yang turut hadir datang dari berbagai instansi seperti Pemda Provinsi
Kepulauan Riau, Pemerintahan Kecamatan, Desa sekitar kawasan, masyarakat
serta kader konservasi, dan pihak swasta juga BUMN yang berada sekitar
kawasan.
Terimakasih untuk semua pihak atas partisipasi dalam penilaian ini dan
menjadi bahan evaluasi bagi kami dalam menjalani amanah pengelolaan
konservasi.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
BBKSDA Riau Terus Berbenah Turunkan Tingkat Konflik Satwa
dan Manusia

Pekanbaru, 20 Juli 2022 - Balai Besar KSDA Riau melalui Resort Siak,
Resort Duri dan Mahout PLG Sebanga bersama masyarakat serta karyawan PT.
TKWL melakukan kegiatan mitigasi konflik satwa liar gajah sumatera dengan
manusia, Rabu (13/7) di Desa Buantan Besar, Kec. Siak, Kab. Siak.
Areal berada di kebun sawit dengan belukar bertanah gambut dimana arah
timur adalah areal lindung PT. BKM dan arah barat adalah kebun sawit PT.
TKWL. Lokasi tersebut strategis untuk gajah mencari makan dan berlindung
saat dilakukan pencarian.
Sudah sejak awal muncul laporan, Tim rutin berkoordinasi dengan Tim dari
PT. TKWL dan pemilik kebun sawit  di lokasi kemunculan gajah sumatera.
Informasi dari pemilik lahan, gajah melakukan aktifitas di lokasi perkebunan
dan kemudian masuk ke areal kebun PT. TKWL kemudian kembali lagi masuk
ke dalam kawasan areal lindung.
Hasil monitoring tim ke areal lindung terpantau satwa gajah sumatera sudah
mulai bergerak menjauh dari areal perkebunan PT. TKWL dan perkebunan
masyarakat. Dari pemantauan satwa berdasarkan koordinat dari GPS Collar,
akan dilakukan monitoring kembali untuk memastikan pergerakan gajah apakah
telah menjauh dari areal perkebunan tersebut.
Untuk solusi penyelesaian  konflik manusia dan satwa liar yang terjadi terus
menerus, diperlukan keseriusan dari berbagai pihak untuk duduk dan bicara
bersama mencari solusi terbaik disamping komitmen semua pihak dalam
realisasi penanganan terbaiknya.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
Temukan Bekas Cakaran Diduga Beruang Madu, BBKSDA Riau
Pasang Kamera Jebak

Pekanbaru, 16 Juli 2022. Petugas Seksi Konservasi Wilayah IV Balai


Besar KSDA Riau melakukan penanganan konflik Beruang Madu di Kelurahan
Rantau Panjang, Kecamatan Rumbai Barat, Pekanbaru, pada hari Kamis s.d.
Jumat, 7 s.d. 8 Juli 2022.
Setelah mendapatkan laporan pada tanggal 6 Juli 2022, Call Center Balai
Besar KSDA Riau meneruskan kepada petugas untuk dapat menindaklanjuti
laporan dari masyarakat bahwa ada satwa yang diduga beruang madu
(Helarctos malayanus) berkeliaran di sekitar kebun mereka. Salah satunya milik
bapak Irwan.
Tim Wild Life Rescue Balai Besar KSDA Riau langsung diturunkan untuk
memastikan kemunculan satwa tersebut. Saat melakukan pemantauan ke lokasi
kejadian, Tim menemukan bekas cakaran yang mirip dengan bekas cakaran
beruang. Berdasarkan keterangan Kimin seorang penjaga kebun, satwa tersebut
telah memakan hasil perkebunan yang ada seperti cempedak dan umbut kelapa.
Keesokan harinya Tim kembali ke lokasi dan menemukan bekas cakaran
baru. Dengan adanya kemunculan satwa tersebut masyarakat menjadi resah dan
tidak tenang dalam melakukan aktivitas terutama pada malam hari karena di
sekitar kebun juga terdapat pemukiman masyarakat.
Tim kemudian memasang kamera trap di jalur satwa untuk memastikan jenis
dan jumlah individu satwa yang diduga beruang madu. Tim memberikan
sosialisasi dan mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada, mengurangi
aktivitas pada malam hari dan melaporkan ke Balai Besar KSDA Riau segera
apabila terdapat kemunculan yang baru.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
Reslita Serahkan Owa Ungko ke BBKSDA Riau

Pekanbaru, 16 Juli 2022 - Seekor Owa Ungko (Hylobates agilis) berjenis


kelamin betina berumur sekitar 7,5 tahun diserahkan warga ke Balai Besar
KSDA Riau, Selasa (12/7).
Warga Perumahan Wadya Graha Tampan, Pekanbaru bernama ibu Reslita
menyampaikan bahwa satwa tersebut diperolehnya dari pasar hewan 7 tahun
yang lalu saat satwa berumur sekitar 5 bulan. Yang bersangkutan saat itu berniat
membelinya karena merasa iba dan kasihan. Seiring berjalan waktu, ibu Reslita
mengetahui bahwa satwa tersebut adalah salah satu satwa yang dilindungi,
sehingga satwa yang diberi nama "momo"  tersebut diserahkan ke Balai Besar
KSDA Riau.
Saat ini satwa tersebut berada di kandang transit satwa Balai Besar KSDA
Riau untuk dilakukan observasi. Apabila satwa telah dinilai dapat survive di
alam bebas, maka satwa akan dilepasliarkan ke habitatnya.
Dihimbau kepada masyarakat untuk tidak menangkap, melukai, membunuh,
menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa
dilindungi dalam keadaan hidup karena dapat dipidana berdasarkan UU Nomor
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alan Hayati dan Ekosistemnya
Pasal 40 dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak
100 juta rupiah.
Semoga semakin banyak pihak yang sadar akan konservasi, sehingga satwa
dilindungi yang dipelihara dapat diserahkan ke kantor Balai Konservasi Sumber
Daya Alam setempat.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
Warga Serahkan Owa ke BBKSDA
Riau

Saat ini satwa telah berada di dalam kandang transit BBKSDA Riau untuk dilakukan
observasi" Hiumas BBKSDA Riau, Dian Indriati.
Pekanbaru, INJIWARRIOR - Seorang warga Kecamatan Tampan,
Pekanbaru menyerahkan seekor Owa Ungko ke Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau pada Selasa 12 Juli 2022. Owa
tersebut diserahkan setelah tujuh tahun dipelihara.
Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati mengatakan, owa tersebut diperoleh
ibu Reslita dari pasar hewan tujuh tahun yang lalu saat satwa berusia lima
bulan.
"Keterangan yang kami dapat, ibu Reslita membelinya karena merasa iba
dan kasihan", jelasnya, Kamis (14/7/2022).
Dian melanjutkan, ketika mengetahui bahwa owa tersebut merupakan
satwa dilindungi ibu Reslita kemudian menyerahkan owa peliharaannya
yang diberi nama "Momo" dan sudah dianggapnya anak itu ke BBKSDA
Riau.
"Saat ini satwa telah berada di dalam kandang transit BBKSDA Riau untuk
dilakukan observasi", tambahnya.
Selanjutnya kata Dian, owa tersebut akan direhabilitasi sebelum
dilepasliarkan ke habitatnya di kawasan konservasi.
Owa ungko (Hylobates agilis) termasuk  dalam daftar satwa yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.106/MENLHK/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat owa
berstatus terancam punah (Endangered). Sementara Convention on
International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna
(CITES) memasukkan Owa dalam golongan Apendix I atau tidak boleh
diperdagangkan.
Gigit Sampan hingga Karam, Buaya Sepanjang 3 Meter Lebih
Dievakuasi dari Sungai Kerumutan

Proses evakuasi buaya dari Sungai Kerumutan. (foto-istimewa)

PANGKALAN KERINCI – Seekor buaya dengan panjang 3 meter lebih menyerang


sampan nelayan yang sedang mengambil bubu (perangkap ikan) di Sungai
Kerumutan, Kelurahan Kerumutan, Kecamatan Kerumutan, Pelalawan.

Petugas Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I melakukan mitigasi dan evakuasi satwa
di Keluarahan Kerumutan, Kecamatan Kerumutan, Kabulaten Pelalawan.

Berawal dari seorang nelayan warga Kerumutan yang diserang buaya di Sungai
Kerumutan saat sedang mengambil bubu (perangkap ikan) pada Senin (4/6/2022).

Seekor buaya menggigit sampannya hingga karam. Dibantu seorang temannya,


buaya tersebut akhirnya berhasil diamankan dan dibawa ke pinggir dermaga.

"Jenis satwa adalah buaya sinyulong (Tomistoma schlegelii) dengan panjang 330
Cm, lebar 45 cm, dan berjenis kelamin betina," kata Kepala Bidang KSDA Wilayah I
Balai Besar KSDA Riau, Andri Hansen Siregar, Sabtu (9/7/2022).

Petugas Resort Kopau dan masyarakat kemudian mengamankan buaya di pinggir


dermaga untuk selanjutnya menunggu Tim dari Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I
Pangkalan Kerinci datang untuk mengevakuasi buaya tersebut.

Setelah Tim yang ditumggu datang buaya segera dievakuasi menggunakan mobil
untuk dibawa ke Kantor Seksi di Pangkalan Kerinci.
Namun sayang, dalam perjalanan kondisinya memburuk dan sesampainya di kantor
Seksi, buaya tersebut mati.

"Saat diperiksa, tidak ada tanda-tanda luka pada tubuh satwa. Tim kemudian
langsung melakukan penguburan bangkai buaya," tandas Andri Hansen.***

Sumber GO RIAU
Riau
Polisi dan BKSDA Gagalkan Penyelundupan Satwa
Dilindungi Lintas Daerah

Dua kakatua macau yang diselundupkan. (Foto: Dok. BBKSDA Riau)


Pekanbaru - Polres Pelalawan bersama tim Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau berhasil menggagalkan
penyelundupan satwa dilindungi lintas daerah. Dua pelaku diamankan
beserta dua ekor burung kakatua macau dan dua ekor rubah yang
diselundupkan dari Medan menuju Jambi dan Lampung.
Kepala Bidang Seksi Wilayah I BKSDA Riau, Andri Hansen Siregar
mengatakan, pihaknya berhasil menggagalkan penyelundupan satwa
dilindungi itu atas laporan warga, pada Kamis (30/6) lalu. Saat itu, warga
melihat ada mobil berhenti dan mencurigakan.

"Ini terungkap setelah kami mendapatkan laporan warga. Awalnya


warga melihat di salah satu daerah ada mobil berhenti dan masuk ke
tempat sepi, mencurigakanlah," kata Andri, Sabtu (2/7/2022).

Melihat parkir cukup lama, warga akhirnya melapor dan tim datang ke
lokasi. Benar saja, dua orang yaitu sopir dan rekannya itu sedang
memberi makan burung kakaktua macau dan rubah.

Dua orang tersebut langsung diamankan dan dibawa ke Mapolres


Pelalawan. Hasil pemeriksaan satwa dilindungi itu dibawa dari Medan,
Sumatera Utara tujuan Jambi dan Lampung.

"Satwa dilindungi ini dibawa tanpa surat-surat yang sah. Ini jenis
kakaktua macau dua ekor dan rubah dua ekor. Sementara ini kita
lalukan perawatan karena ada perlakuan khusus," katanya.

Kakatua macau sendiri adalah satwa yang dilindungi asal Afrika.


Sementara untuk dua ekor rubah diduga berasal dari Alaska, Eropa,
Afrika hingga Jepang. Namun bukan satwa endemik asli Indonesia. Dua
jenis ini kerap jadi komoditas di pasar gelap karena harganya yang
cukup mahal.

SUMBER: DETIK SUMUT

Anda mungkin juga menyukai