sumber R TV
Konflik Gajah
sumber R TV
SUMBER RTV
BBKSDA BELUM BISA PASTIKAN PENYEBAB
KEMATIAN GAJAH
https://youtu.be/K05M6gvQrXk link berita
Gajah betina hamil tua, diduga mati karena diracun. karena masih dalam penelitian laboratorium,
bbksda Riau, belum bisa memastikan penyebab kematian gajah.
Peserta yang turut hadir datang dari berbagai instansi seperti Pemda Provinsi
Kepulauan Riau, Pemerintahan Kecamatan, Desa sekitar kawasan, masyarakat
serta kader konservasi, dan pihak swasta juga BUMN yang berada sekitar
kawasan.
Terimakasih untuk semua pihak atas partisipasi dalam penilaian ini dan
menjadi bahan evaluasi bagi kami dalam menjalani amanah pengelolaan
konservasi.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
BBKSDA Riau Terus Berbenah Turunkan Tingkat Konflik Satwa
dan Manusia
Pekanbaru, 20 Juli 2022 - Balai Besar KSDA Riau melalui Resort Siak,
Resort Duri dan Mahout PLG Sebanga bersama masyarakat serta karyawan PT.
TKWL melakukan kegiatan mitigasi konflik satwa liar gajah sumatera dengan
manusia, Rabu (13/7) di Desa Buantan Besar, Kec. Siak, Kab. Siak.
Areal berada di kebun sawit dengan belukar bertanah gambut dimana arah
timur adalah areal lindung PT. BKM dan arah barat adalah kebun sawit PT.
TKWL. Lokasi tersebut strategis untuk gajah mencari makan dan berlindung
saat dilakukan pencarian.
Sudah sejak awal muncul laporan, Tim rutin berkoordinasi dengan Tim dari
PT. TKWL dan pemilik kebun sawit di lokasi kemunculan gajah sumatera.
Informasi dari pemilik lahan, gajah melakukan aktifitas di lokasi perkebunan
dan kemudian masuk ke areal kebun PT. TKWL kemudian kembali lagi masuk
ke dalam kawasan areal lindung.
Hasil monitoring tim ke areal lindung terpantau satwa gajah sumatera sudah
mulai bergerak menjauh dari areal perkebunan PT. TKWL dan perkebunan
masyarakat. Dari pemantauan satwa berdasarkan koordinat dari GPS Collar,
akan dilakukan monitoring kembali untuk memastikan pergerakan gajah apakah
telah menjauh dari areal perkebunan tersebut.
Untuk solusi penyelesaian konflik manusia dan satwa liar yang terjadi terus
menerus, diperlukan keseriusan dari berbagai pihak untuk duduk dan bicara
bersama mencari solusi terbaik disamping komitmen semua pihak dalam
realisasi penanganan terbaiknya.
Sumber : Balai Besar KSDA Riau
Temukan Bekas Cakaran Diduga Beruang Madu, BBKSDA Riau
Pasang Kamera Jebak
Saat ini satwa telah berada di dalam kandang transit BBKSDA Riau untuk dilakukan
observasi" Hiumas BBKSDA Riau, Dian Indriati.
Pekanbaru, INJIWARRIOR - Seorang warga Kecamatan Tampan,
Pekanbaru menyerahkan seekor Owa Ungko ke Balai Besar Konservasi
Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau pada Selasa 12 Juli 2022. Owa
tersebut diserahkan setelah tujuh tahun dipelihara.
Humas BBKSDA Riau, Dian Indriati mengatakan, owa tersebut diperoleh
ibu Reslita dari pasar hewan tujuh tahun yang lalu saat satwa berusia lima
bulan.
"Keterangan yang kami dapat, ibu Reslita membelinya karena merasa iba
dan kasihan", jelasnya, Kamis (14/7/2022).
Dian melanjutkan, ketika mengetahui bahwa owa tersebut merupakan
satwa dilindungi ibu Reslita kemudian menyerahkan owa peliharaannya
yang diberi nama "Momo" dan sudah dianggapnya anak itu ke BBKSDA
Riau.
"Saat ini satwa telah berada di dalam kandang transit BBKSDA Riau untuk
dilakukan observasi", tambahnya.
Selanjutnya kata Dian, owa tersebut akan direhabilitasi sebelum
dilepasliarkan ke habitatnya di kawasan konservasi.
Owa ungko (Hylobates agilis) termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.106/MENLHK/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat owa
berstatus terancam punah (Endangered). Sementara Convention on
International Trades on Endangered Species of Wild Flora and Fauna
(CITES) memasukkan Owa dalam golongan Apendix I atau tidak boleh
diperdagangkan.
Gigit Sampan hingga Karam, Buaya Sepanjang 3 Meter Lebih
Dievakuasi dari Sungai Kerumutan
Petugas Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I melakukan mitigasi dan evakuasi satwa
di Keluarahan Kerumutan, Kecamatan Kerumutan, Kabulaten Pelalawan.
Berawal dari seorang nelayan warga Kerumutan yang diserang buaya di Sungai
Kerumutan saat sedang mengambil bubu (perangkap ikan) pada Senin (4/6/2022).
"Jenis satwa adalah buaya sinyulong (Tomistoma schlegelii) dengan panjang 330
Cm, lebar 45 cm, dan berjenis kelamin betina," kata Kepala Bidang KSDA Wilayah I
Balai Besar KSDA Riau, Andri Hansen Siregar, Sabtu (9/7/2022).
Setelah Tim yang ditumggu datang buaya segera dievakuasi menggunakan mobil
untuk dibawa ke Kantor Seksi di Pangkalan Kerinci.
Namun sayang, dalam perjalanan kondisinya memburuk dan sesampainya di kantor
Seksi, buaya tersebut mati.
"Saat diperiksa, tidak ada tanda-tanda luka pada tubuh satwa. Tim kemudian
langsung melakukan penguburan bangkai buaya," tandas Andri Hansen.***
Sumber GO RIAU
Riau
Polisi dan BKSDA Gagalkan Penyelundupan Satwa
Dilindungi Lintas Daerah
Melihat parkir cukup lama, warga akhirnya melapor dan tim datang ke
lokasi. Benar saja, dua orang yaitu sopir dan rekannya itu sedang
memberi makan burung kakaktua macau dan rubah.
"Satwa dilindungi ini dibawa tanpa surat-surat yang sah. Ini jenis
kakaktua macau dua ekor dan rubah dua ekor. Sementara ini kita
lalukan perawatan karena ada perlakuan khusus," katanya.