PERTEMUAN 1
MATERI PEMBELAJARAN : BASIC CONCEPT OF ELECTROTHERAPY
Elektrisitas sangat sering di deskripsikan oleh kekuatan arus, frekuensi arus, kuatnya voltase dan
tahanan. Terdapat hubungan erat antara arus, voltase dan tahanan sebagaimana ditunjukkan pada hukum
“Ohm”
1. Arus berbanding sama/proporsional terhadap voltase, meningkatknya voltase ketika tahanan
menetap konstan akan meningkat pula kekuatan arusnya
2. Arus berbanding terbalik terhadap tahanan, meningkatnya tahanan ketika voltase
menetap/konstan akan menurunkan kekuatan arus
Muscle
Nerve Fiber
EXCITABLE
Blood Cell
Cell Membrane
TISSUES
Bone
Cartilage
NON Ligaments
Tendons
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
2
Pada kenyataannya didalam tubuh kita memang ada aktivitas elektris, otot dapat berkontraksi dan
menggerakkan anggota tubuh merupakan aktivitas elektris dari saraf motorik, begitu juga saat kita
merasakan sentuhan, suhu, rasa makanan, mendengar, melihat, semuanya dapat terjadi oleh aktivitas elektris
dari saraf sensori. Bahkan ketika kita tidurpun saraf motorik ataupun sensori tetap melakukan aktivitas
elektris, perbedaannya adalah ketika istirahat, saraf tidak terstimulasi (resting membrane potential) maka
potensial didalam membrane saraf cenderung lebih negative dibanding diluar membrane saraf, sebaliknya
ketika saraf terstimulasi maka potensial listrik didalam membrane saraf cenderung lebih positif dibanding
diluar membrane saraf.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
3
luar membrane saraf akan masuk secara cepat dan banyak, sehingga mampu merubah potensial didalam
membrane saraf lebih positif dibandingkan diluar membrane saraf dan terjadi depolarisasi saraf.
Depolarisasi selanjutnya akan diikuti oleh repolarisasi, yakni kembalinya potensial didalam
membrane saraf menjadi negative dikarenakan keluarnya sodium dari membrane saraf dan bergesernya
akumulasi sodium kesamping (distal dan proksimal) untuk membuka saluran sodium besar disepanjang
serabut saraf. Pada suatu waktu potensial didalam membrane saraf lebih negatif dibanding potensial saat
istirahat, hal ini sering disebut sebagai hiperpolarisasi, ditandai dengan susahnya menstimulasi saraf tanpa
meningkatkan arus/modifikasi arus.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
4
Arus bolak-balik (AC) adalah arus yang mengalir dua arah, ditandai dengan pergantian polaritas
elektroda anoda dan katoda sepanjang arus mengalir, dimana pada suatu fase/cycle anoda berubah menjadi
katoda dan katoda berubah menjadi anoda, satu cycle sama dengan satu detik, perubahan polaritas pada AC
bisa mencapai 4000 cycle per detik (cps), pada penggunaan AC ini tidak didapatkan reaksi kimia,
dikarenakan polaritas kedua elektroda selalu berganti. Keadaan tidak ditemukannya reaksi kimia pada AC
disebut sebagai Zero Net Charge (ZNC).
Arus putus atau pulsatile merupakan modifikasi arus DC atau AC yang diputus, arus dapat
berbentuk monophasic, biphasic atau polyphasic.
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis
5
Terdapat 3 level/tingkat stimulasi (excitation), yakni level sensory (A-beta), motor (A-alfa) dan
nyeri (A-delta & C), ketiga level tersebut secara klinis dideskripsikan menjadi, subsensory, sensory,
motor dan noxious. Setiap serabut saraf memiliki ambang rangsang masing-masing, saraf sensoris A-beta
berdasarkan kurva hubungan amplitude dan durasi (I/t) mempunyai ambang rangsang yang rendah, dengan
intensitas rendah misal 20 mA dan durasi pulsa sepanjang 200-300 mikrosecond (µs), serabut saraf A-beta
sudah dapat terdepolarisasi, akan butuh intensitas (mA) dan durasi pulsa (µs) yang lebih ketika hendak
mendepolarisasi serabut saraf motorik (A-alfa), A-delta, C bahkan untuk mendepolarisasi otot denervated
(otot yang tidak terinervasi) memerlukan amplitude yang sangat tinggi dan durasi pulsa yang sangat panjang.
Dalam praktik klinik, fisioterapi sering me “label” nama modalitas elektroterapi, misal TENS
(Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation), NMES (NeuroMuscular Electrical Stimulation), ES (Electrical
Stimulation) dll, padahal semua yang disebutkan merupakan electrical stimulation, yang membedakan adalah
batasan amplitude, durasi pulsa dan frekuensi yang dimiliki oleh setiap alat. Semakin alat/modalitas
mempunyai batasan amplitude yang tinggi, durasi pulsa yang panjang dan frekuensi yang tinggi, praktis
semua serabut saraf bahkan otot denervated pun dapat distimulasi.
LATIHAN SOAL
2. Meningkatnya tahanan namun kualitas voltase menetap konstan (Constant Voltage), maka
Modul Perkuliahan Materi Pembelajaran Elektrodiagnosis & Elektroterapi_Oleh : Aditya Johan Romadhon, SST.FT, M.Fis