Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten
Jepara. Kabupaten Jepara adalah sebuah kabupaten
di provinsi Jawa Tengah. Ibu kota kabupaten ini
adalah Kota Jepara, terletak di jalur pantai utara laut
Jawa Tengah antara Kota Kudus dan Kota Pati. Kota
ini berjarak 37 kilometer dari timur Kota Kudus.
Kabupaten Kudus terdiri dari 16 kecamatan, 11
kelurahan dan 184 desa. Pada tahun 2020, jumlah
penduduknya mencapai 1.184.947 jiwa dengan luas
wilayah 1.121 km² dan sebaran penduduk 1.958
jiwa/km². Pusat pemerintahan berada di Kecamatan
Kota Jepara. Penelitian ini dilakukan di Wilayah :
Kecamatan Pakis Aji.Penelitian dilakukan pada hari
Kamis 19 Mei 2022.
Proses penelitian dimulai dari pemilihan sampel
awal menggunakan tehnik purposive sampling
didapatkan pasien hipertensi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi, yaitu sebanyak 60 responden
dengan 30 responden sebagai kelompok kontrol dan
30 responden sebagai kelompok intervensi. Pertama,
peneliti melakukan skrining gaya hidup dan pola
makan terlebih dahulu dengan memberikan kuesioner
tentang gaya hidup dan pola makan kepada
responden, setelah dapat semua, kemudian peneliti
melanjutkan dengan pemberian penkes gaya hidup
dan pola makan pada kelompok kontrol dan
hipertensi kelompok intervensi. Setelah berlangsung
dilakukan penelitian kemudian data diolah dengan
menggunakan aplikasi SPSS untuk mendapatkan
hasil.
Penelitian ini dilakukan karenakan banyak
penderita hipertensi yang belum mengetahui tentang
pentingnya menjaga gaya hidup dan pola makan ,
akan tetapi dengan kemajuan perkembangan zaman
yang ada saat ini perlu di berikan pada pasien dalam
bentuk penyuluhan kesehatan kepada responden .
B. Karateristik Responden
1. Usia Responden
Tabel 4.1
Distribusi Usia Responden Hipertensi
di wilayah Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara

Usia Frekuensi Presentase


60 9 15%
61-65 13 21,6%
66-70 20 33,3%
71-75 18 30,1%
Sumber data primer:2022
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa usia
responden berumur 60 tahun berjumlah 9 orang
(15%),berumur 61-65 tahun berjumlah 13 orang
(21,6%),berumur 66-70 tahun berjumlah 20 orang
(33,3%),berumur 71-75 tahun berjumlah 18 orang
(30,1%).
2. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2
Distribusi Jenis Kelamin Responden Hipertensi
di wilayah Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-Laki 38 63,3%
Perempuan 22 36,7%
Sumber data primer:2022
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa
jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
jenis kelamin perempuan yaitu jenis kelamin laki-
laki berjumlah 38 orang (63,3%) dan jenis
kelamin perempuan berjumlah 22 orang (36,7%).

3. Pendidikan Responden

Tabel 4.3
Distribusi Pendidikan Responden Hipertensi
di wilayah Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara
Pendidikan Frekuensi Presentase
Sd 41 68,3%
SMP 17 28,3%
SMA 2 3,3%
Sumber data primer :2022
Berdasarkan tabel 4.3 bahwa pendidikan
responden yang berpendidikan sd berjumlah 41
orang (68,3%),berpendidikan Smp berjumlah 17
orang (28,3%),dan berpendidikan Sma berjumlah 2
orang (3,3%).

4. Pekerjaan Responden

Tabel 4.4
Distribusi Pekerjan Responden Hipertensi
Di wilayah Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Petani 28 46,7%
Buruh 18 30%
Pedagang 6 10%
Ibu Rumah Tangga 8 13,3%
Sumber data primer :2022
Berdasarkan tabel 4.4 bahwa pekerjaan responden
sebagai petani berjumlah 28 orang (46,7%),sebagai
buruh berjumlah 18 orang (30%) ,sebagai
pedagang berjumlah 6 orang (10%),sebagai ibu
rumah tangga berjumlah 8 orang (13,3%) .

C. Analisa Univariat
1.Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Desa Plajan
Pakis Aji Kabupaten Jepara

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Hubungan Gaya Hidup dan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten
Jepara

KATEGORI GAYA HIDUP


Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid Baik 44 73.3 73.3 73.3
Cukup 11 18.3 18.3 91.7
Tidak 5 8.3 8.3 100.0
baik
Total 60 100.0 100.0
Sumber Data : data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa
Distribusi Frekuensi Hubungan Gaya Hidup dan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara
.tabel frekuensi gaya hidup menjukkan bahwa
kategori baik sejumlah 44 orang (73,3%),kategori
cukup sejumlah 11 orang (18,3%),kategori Tidak
baik sejumlah 5 orang ( 8,3%).
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Hubungan Gaya Hidup dan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten
Jepara

KATEGORI POLA MAKAN


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Baik 42 70.0 70.0 70.0
Cukup 14 23.3 23.3 93.3
Tidak 4 6.7 6.7 100.0
baik
Total 60 100.0 100.0
Sumber Data : data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa
Distribusi Frekuensi Hubungan Gaya Hidup dan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara
.tabel frekuensi Pola Makan menjukkan bahwa
kategori baik sejumlah 42 orang (70%),kategori
cukup sejumlah 14 orang (23,3%),kategori Tidak
baik sejumlah 4 orang ( 6,7%).

D. ANALISA BIVARIAT
1. Perbedaan Hubungan Gaya Hidup dan Pola
Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia
di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara.
Tabel 4.6
Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi
Pada Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten
Jepara
Correlations
kategori_gaya_ kategori_pola_ma
hidup kan
kategori_gaya_hid Pearson 1 .277*
up Correlation
Sig. (2-tailed) .032
N 60 60
kategori_pola_ma Pearson .277* 1
kan Correlation
Sig. (2-tailed) .032
N 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
kategori_gaya_ kategori_pola_m
hidup akan
Spearman's kategori_gaya_hid Correlation 1.000 .213
rho up Coefficient
Sig. (2-tailed) . .102
N 60 60
kategori_pola_ma Correlation .213 1.000
kan Coefficient
Sig. (2-tailed) .102
N 60 60
Sumber Data:data primer 2022
Hasil uji crosstabulasi pada tabel 4.5
menunjukkan bahwa dari 60 responden dengan
gaya hidup baik diperoleh sebanyak baik sejumlah
44 orang (73,3%),kategori cukup sejumlah 11
orang (18,3%),kategori Tidak baik sejumlah 5
orang ( 8,3%).dan dari 60 responden pola makan
baik diperoleh baik sejumlah 42 orang
(70%),kategori cukup sejumlah 14 orang
(23,3%),kategori Tidak baik sejumlah 4 orang (
6,7%).
Hasil uji statistic menggunakan Spearman’s
Rho diperoleh nilai p value=0,000< ɑ 0,05. Peneliti
menyatakan terdapat hubungan antara gaya hidup
dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada
lansia di desa plajan pakis aji kabupaten jepara
tahun 2022.selain itu diperoleh pila nilai r(
Contituity Correlation ) = 0,32 yang berarti
hubungan antara gaya hidup dan pola makan
adalah sangat kuat kearah positif.peneliti
menyimpulkan semakin dijaga dengan baik gaya
hidup dan pola makan makan semakin baik gaya
hidup dan pola makan seseorang.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa
responden berumur 60 berjumlah 9 orang (15%).
Hasil penelitian tersebut dapat menunjukan
bahwa proporsi lansia yang mengalami tekanan
darah tinggi sebesar 26,4% dan juga ditemukan
hubungan yang signifikan antara asupan lemak
dan asupan natrium terhadap kejadian penyakit
hipertensi penelitian ini didukung oleh penelitian
yang berjudul hubungan pola makan dan gaya
hidup dengan penyakit hipertensi pada lansia
diwilayah puskesmas sungai besar banjarbaru
tahun 2019 (Fahlove et al., 2019).
Dimana umur responden hipertensi yaitu >
60 tahun dengan jumlah 16 orang (26,4%).Hal ini
disebabkan karena umur merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
seseorang, Semakin meningkatnya usia maka
lebih
beresiko terhadap peningkatan tekanan darah
terutama tekanan darah sistolik sedangkan
diastolic.(Mahmudah et al., 2017) Saat penelitian
berlangsung , peneliti mengamati kategori usia
60-75 tahun cenderung mengalami gaya hidup
dan pola makan yang tidak baik .Menurut
peneliti, pada usia tersebut responden
menginginkan hidup seperti orang normal dalam
kesehariannya. Sehingga mengabaikan gaya
hidup dan pola makan yang harus dihindari.
2. Jenis Kelamin Responden
Beradasarkan tebel 4.2 menunjukkan bahwa
responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
yaitu sebanyak 38 orang (63,3%) dan responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang
(36.7%). penelitian ini menunjukkan bahwa laki –
laki jauh lebih beresiko terkena penyakit
hipertensi daripada perempuan, Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
menunjukkan konsumsi makanan dengan hasil
yang signifikan . Dimana jenis kelamin laki-laki
lebih banyak dengan jumlah 22 orang (61,1%)
dan 40 perempuan 14 orang (38,9%). Jenis
kelamin berkaitan dengan peran kehidupan dan
perilaku yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat. Menurut peneliti,
dalam menjaga kesehatan bisanya kaum
perempuan yang lebih menjaga kesehatan
dibandingkan dengan laki-laki, pola makan yang
tidak teratur dan sebagian besar laki-laki suka
mengkonsumsi minuman beralkohol serta pada
laki-laki juga memiliki kadar kreatinin yang lebih
tinggi dari pada perempuan. Hal ini dibuktikan
dengan pengakuan responden laki-laki 8 dari 11
orang pekerjaannya wirasuwasta sering
mengabaikan gaya hidup dan pola makannya.
Pendidikan responden Berdasarkan tabel 4.3
menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berpendidikan SD sebanyak 41 orang
68,3%,berpendidikan SMP sebanyak 17 orang
(28,3%),berpendidikan SMA sebanyak 2 orang
(3,3%).Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh (Mahmudah et al.,
2017) Hubungan gaya hidup dan pola makan
dengan kejadian hipertensi pada lansia. Dimana
pendidikan terakhir dari responden yaitu SD
dengan jumlah 32 orang (53,3%). Tingkat
pendidikan memang tidak secara langsung
mempengaruhi penyakit yang diderita responden,
namun tingkat pendidikan mempengaruhi cara
berfikir responden. Menurut peneliti tingkat
pendidikan yang tinggi dengan penghasilan yang
lebih besar cenderung lebih berhati-hati dalam
bidang kesehatan. Namun pada penelitian ini
dibuktikan responden terbanyak berpendidikan di
SD dikarena kan pada zaman dahulu para lansia
diutamakan bekerja dibandingkan sekolah ,dan
diakibatkan sekarang banyak lansia yang
mengalami gaya hidup dan pola makan tidak
baik.
3. Pendidikan responden
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa
sebagian besar responden berpendidikan SD
sebanyak 41 orang 68,3%,berpendidikan SMP
sebanyak 17 orang (28,3%),berpendidikan SMA
sebanyak 2 orang (3,3%).Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
(Mahmudah et al., 2017)Hubungan gaya hidup
dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada
lansia. Dimana pendidikan terakhir dari
responden yaitu SD dengan jumlah 32 orang
(53,3%). Tingkat pendidikan memang tidak
secara langsung mempengaruhi penyakit yang
diderita responden namun tingkat pendidikan
mempengaruhi cara berfikir responden. Menurut
peneliti tingkat pendidikan yang tinggi dengan
penghasilan yang lebih besar cenderung lebih
berhati-hati dalam bidang kesehatan. Namun
pada penelitian ini dibuktikan responden
terbanyak berpendidikan di SD dikarena kan
pada zaman dahulu para lansia diutamakan
bekerja dibandingkan sekolah ,dan diakibatkan
sekarang banyak lansia yang mengalami gaya
hidup dan pola makan yang tidak baik.
4. Pekerjaan Responden
Berdasarkan tabel 4.4 bahwa pekerjaan
responden sebagai petani berjumlah 28 orang
(46,7%),sebagai buruh berjumlah 18 orang (30%)
,sebagai pedagang berjumlah 6 orang
(10%),sebagai ibu rumah tangga berjumlah 8
orang (13,3%) . berdasarkan tabel 4.4 bahwa
dapat diketahui responden memiliki latar
belakang pekerjaan yang berbeda-beda dan
dihasilkan rata-rata pekerjaan responden
terbanyak adalah sebagai petani karena
hidupnya didesa .
B. Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia di desa Plajan
Pakis Aji Kabupaten Jepara
1. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di desa Plajan Pakis
Aji Kabupaten Jepara
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan
bahwa distribusi frekuensi gaya hidup dengan
kejadian hipertensi pada lansia di desa plajan
pakis aji kabupaten Jepara,tabel frekuensi gaya
hidup menjukkan bahwa kategori baik sejumlah
44 orang (73,3%),kategori cukup sejumlah 11
orang (18,3%),kategori Tidak baik sejumlah 5
orang ( 8,3%).
Gaya hidup responden merupajan suatu
perubahan perilaku yang positif dan diharapkan
,sehingga proses kesembuhan penyakit lebih
cepat dan terkontrol .pengaturan gaya hidup bagi
pasien hipertensi menjadi sesuatu yang sangat
membosankan dan menjemukan ,jika dalam diri
psien tidak timbul pengertian dan kesadaran
yang kuat dalam menjaga kesehatannya.
Perubahan perilaku gaya hidup bagi pasien
hipertensi yang diharapkan adalah mau
melakukan perubahan pada pola gaya hidupnya
dari yang tidak baik menjadi gaya hidup baik dan
sehat.(Arif & Hartinah, 2018).
Peneliti berpendapat bahwa gaya hidup
seseorang tegantung bagaimana gaya hidup
yang dijalaninya sehari-hari gaya hidup yang
dihasilkan pada penelitian ini adalah pada tabel
4.4 frekuensi gaya hidup menjukkan bahwa
kategori baik sejumlah 44 orang (73,3%),kategori
cukup sejumlah 11 orang (18,3%),kategori Tidak
baik sejumlah 5 orang ( 8,3%). Yangberarti rata-
rata gaya hidup di desa plajan pakis aji
kabupaten jepara berkategorik gaya hidup yang
baik yaitu sering berolahraga ,melakukan
aktivitas fisik sehari-hari Penelitian ini sejalan
dengan penelitian terkait yang dilakukan oleh
Muliyati dkk. (2018) hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi,
sebanyak 64,4% responden yang memiliki
aktivitas fisik ringan menderita hipertensi,
sedangkan 100% responden yang beraktifitas
fisik sedang tidak hipertensi.(Mahmudah et al.,
2017).
2. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia di desa Plajan Pakis
Aji Kabupaten Jepara
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa
Distribusi Frekuensi Hubungan Gaya Hidup dan
Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi Pada
Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten
Jepara .tabel frekuensi Pola Makan menjukkan
bahwa kategori baik sejumlah 42 orang
(70%),kategori cukup sejumlah 14 orang
(23,3%),kategori Tidak baik sejumlah 4 orang (
6,7%).
Makanan adalah kebutuhan biologis yang
mendasar, agar manusia dapat tetap hidup.
Makanan sangat erat kaitannya dengan ling-
kungan. Lingkungan sering menentukan apa
jenis-jenis makanan yang tersedia, namun
kebudayaan yang mempengaruhi bahan-bahan
apa yang tersedia tersebut boleh dimakan dan
dilarang. Kebudayaan mendefenisikan apa yang
pantas untuk dimakan dan terkadang apa yang
dimakan, dapat menunjukkan keanggotaan
dalam suatu kebudayaan atau sub kebudayaan.
Apa yang dimakan suatu keluarga sering
merefleksikan latar belakang etnik atau daerah
lokasi geografis tertentu. Makan merupakan
bagian penting dalam kehidupan manusia. Setiap
manusia harus makan agar dapat menjalani
kehidupan, sehingga ada ungkapan a man is
what he eats (mutu seseorang itu adalah sesuai
dengan apa yang ia makan) yang menunjukkan
kualitas fisik dan perilakunya sebagai manusia.
Pada makanan yang diutamakan yaitu zat gizi
yang terkandung dalam makanan tersebut.
Makanan yang seimbang lebih diutamakan bagi
kesehatan. Makanan untuk orang lanjut usia
dianjurkan untuk lebih mengutamakan kualitas
dari pada kuantitas. Orang lanjut usia dianjurkan
untuk mengurangi jumlah makanan yang
dimakan berhubung terjadinya perubahan
metabolisme dan penurunan kegiatan, tetapi
mutu makanan orang usia lanjut harus lebih
tinggi dibandingkan sewaktu muda (Fitriani,
2019).
Berdasarkan hasil wawancara selama
penelitian diperpoleh bahwa 50% responden
sudah paham dan mengerti tentang bagaimana
pentingnya gaya hidup untuk kehidupan sehari-
hari terutama yang mempunyai penyakit
hipertensi, mereka merasa lebih mudah untuk
melakukan gaya hidup sehari-hari dengan
penyakit hipertensi. . Penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian Indah Dwi Pusparini (2018)
menunjukkan bahwa konsumsi makanan asin
sebesar 40,0% dengan frekuensi lebih dari satu
kali sehari, konsumsi makanan berlemak sebesar
30,0% dengan frekuensi lebih dari satu kali
sehari, konsumsi minuman berkafein sebesar
35,0% dengan frekuensi lebih dari satu kali
sehari.(Fahlove et al., 2019).
3. Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan
dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di
desa Plajan Pakis Aji Kabupaten Jepara
Hasil uji statistic menggunakan Spearman’s
Rho diperoleh nilai p value=0,000< ɑ 0,05.
Peneliti menyatakan terdapat hubungan antara
gaya hidup dan pola makan dengan kejadian
hipertensi pada lansia di desa plajan pakis aji
kabupaten jepara tahun 2022.selain itu diperoleh
pila nilai r( Contituity Correlation ) = 0,32 yang
berarti hubungan antara gaya hidup dan pola
makan adalah sangat kuat kearah positif.peneliti
menyimpulkan semakin dijaga dengan baik gaya
hidup dan pola makan makan semakin baik gaya
hidup dan pola makan seseorang.
Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor salah
satunya adalah kurangnya pengetahuan dan
informasi untuk menjaga makanan yang
dikonsumsinya Gaya Hidup sehat adalah
tindakan yang dilakukan individu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatanya,
termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui
olahraga dan makanan bergizi. Perilaku sehat
diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya
sehat meskipun secara medis belum tentu
mereka betul-betul sehat. Gaya Hidup yang tidak
sehat dapat meningkatkan risiko terkena
berbagai macam penyakit terutama
hipertensi(Fahlove et al., 2019). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Tan Robin Alhuda
(2018) menunjukkan bahwa ada hubungan gaya
hidup dengan tingkatan hipertensi pada lansia
60-75 tahun di wilayah kerja Puskesmas Dinoyo
Kota Malang dengan nilai p value (0,000 < 0,05).
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Solehatul Mahmudah (2015) menunjukkan
bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan
kejadian hipertensi (p=0,024 OR=3,596) aktivitas
fisik sebagai faktor resiko gaya hidup yang paling
berhubungan dengan kejadian
hipertensi(Fahlove et al., 2019).
untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah
mengurangi konsumsi lemak dan makanan
dengan garam. Pembatasan konsumsi lemak
dan garam sebaiknya dimulai sejak dini sebelum
hipertensi muncul, terutama pada orang-orang
yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi
dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya
mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih
berhati- hati dalam mengonsumsi lemak karena
mendekati menopause. pola makan berhubungan
sebab akibat dengan kejadian hipertensi semakin
buruk pola makan akan beresiko terjadinya
hipertensi, namun sebaliknya semakin baik pola
makan dengan membatasi makanan yang asin
dan berlemak dapat mencegah dan mengontrol
tekanan darah sehingga mengurangi resiko
terjadinya hipertensi. Pola makan yang tidak
sehat yaitu kebiasaan mengkonsumsi makanan
dengan tidak memperhatikan jenis dan
bahannya, maka dapat memicu pada
penyempitan pembuluh darah sehingga
menyebabkan otot jantung harus lebih keras
memompa darah sehingga yang berujung pada
tingginya tekanan darah(Fahlove et al., 2019).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Tan Robin Alhuda (2018) menunjukkan bahwa
ada hubungan pola makan dengan tingkatan
hipertensi pada lansia 60-75 tahun di wilayah
kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang dengan
nilai p value (0,000 < 0,05).(Fahlove et al., 2019)
C. Keterbatasan Dan Kekurangan Penelitian
Penelitian menyadari bahwa penelitian ini
memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan
diantaranya adalah :
1. Keterbatasan
a. Tidak mengendalikan variabel peracu atau
pengganggu yang dapat berpengaruhi hasil.
b. Penelitian dilakukan secara door to door.
c. Peneliti tidak mengetahui alamat seluruh
responden.
d. Keterbatasan waktu dan jarak untuk
melakukan penelitian.
2. Kekurangan
a. Penelitian tidak bisa mengontrol ketat
mengenai gaya hidup dan pola makan
responden .
b. Metode pengumpulan data hanya
menggunakan data kuesioner.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten
Jepara .tabel frekuensi gaya hidup menunjukkan
bahwa kategori baik sejumlah 44 orang
(73,3%),kategori cukup sejumlah 11 orang
(18,3%),kategori Tidak baik sejumlah 5 orang (
8,3%).
2. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lansia di Desa Plajan Pakis Aji Kabupaten
Jepara tabel frekuensi Pola Makan menjukkan
bahwa kategori baik sejumlah 42 orang
(70%),kategori cukup sejumlah 14 orang
(23,3%),kategori Tidak baik sejumlah 4 orang (
6,7%).
3. Hasil uji statistic menggunakan Spearman’s Rho
diperoleh nilai p value=0,000< ɑ 0,05. Peneliti
menyatakan terdapat hubungan antara gaya hidup
dan pola makan dengan kejadian hipertensi pada
lansia di desa plajan pakis aji kabupaten jepara
tahun 2022.selain itu diperoleh pila nilai r( Contituity
Correlation ) = 0,32 yang berarti hubungan antara
gaya hidup dan pola makan adalah sangat kuat
kearah positif.
B. Saran
1. Bagi Universitas Muhammadiyah Kudus
Hasil penelitian ini dapat di gunakan oleh pihak
Universitas Muhammadiyah Kudus untuk di
publikasikan di perpustakaan dan pada web online
Universitas Muhammadiyah Kudus.
2. Bagi Kabupaten Kudus
Diharapkan Hasil dari penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan bagi perawat untuk
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien
dengan hipertensi dengan memanfaatkan
hubungan gaya hidup dan pola makan dan sebagai
bahan diskusi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap pasien dengan hipertensi
3. Untuk Penelitian selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya bisa melakukan
penelitian dengan waktu yang lebih lama dan
jumlah responden yang lebih banyak sehingga
penerapan dari hubungan gaya hidup dan pola
makan ini dapat dilakukan secara maksimal dan
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Arif, D., & Hartinah, D. (2018). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di
Pusling Desa Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten
Kudus. Jikk, 4(2), 18–34.
Fahlove, M. A., Anggraeni, S., Ariyanto, E., & Kes, M.
(2019). Hipertensi Pada Lansia Di Wilayah Puskesmas
Sungai Besar Banjarbaru Tahun 2019.
Fitriani, E. (2019). POLA KEBIASAAN MAKAN ORANG
LANJUT USIA (Studi Kasus: Penderita Penyakit
Hipertensi Sukubangsa Minangkabau di Jakarta).
Humanus, 12(2), 134.
https://doi.org/10.24036/jh.v11i2.2162
Mahmudah, S., Maryusman, T., Arini, F. A., & Malkan, I.
(2017). Hubungan Gaya Hidup Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan
Sawangan Baru Kota Depok Tahun 2015. Biomedika,
8(2), 43–51.
https://doi.org/10.23917/biomedika.v8i2.2915

Anda mungkin juga menyukai