Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.3 TUJUAN
1.4 MAMFAAT
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Hand Over

A. Defenisi Hand Over


Hand Over adalah proses pengalihan wewnang dan tanggung jawab utama
untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke pengasuh
yang lain. Pengasuh termasuk dokter jaga, dokter terap ruang rawat, asisten dokter,
praktisi perawat,perawat teradaftar, dan perawat praktisi berlisensi( The Joint
Commission Journal Quality And Patien Safety,2010)
Tahapan dan Tujuan menurut Lardner Et.All(1996)
Hend Over memiliki 3 tahapan yaitu :
1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab
meliputi informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya
2. Pertukaran sift jaga dimana antara perawat yang sebelumnya dengan perawat yang
mengantikan serta melakukan pertukaran informasi
3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat penganti tentang tanggung jawab dan
tugas yang dilimpahkan.

B. Prinsip Hand Over


Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White,
dan Byers memperkenalkan enam standar prinsip serah terima pasien yaitu
a. Kepemimpinan dalam serah terima pasien Nominasikan pemimpin pada setiap klinis serah
terima
1. Pemimpin dapat membimbing dan mengelola dalam pengambilan keputusan klinis
selama proses penyerahan
2. Pemimpin untuk serah terima harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari
proses serahterima dan peran mereka sebagai pemimpin.
3. Pemimpin menghadiri dan memimpin serah terima untuk mengelola masalah klinis awal
danmengurangi tenaga medis lainnya
4. Menggunakan serah terima sebagai kesempatan mengajar
5. Senior perawat memfasilitasi proses serah terima
6. Pemimpin memastikan bahwa semua peserta hadir dan didengar

b. Pemahaman tentang serah terima pasien


Memahami apa yang dikatakan dan berkomunikasi dengan jelas dengan perawat lain
akanmencegah berbagai masalah bagi Anda dan pasien Anda

c. Peserta yang mengikuti serah terima pasien


1. Identifikasi dan orientasi serah terima peserta. Libatkan mereka dalam tinjauan
berkala dari proses serah terima klinis. Jika memungkinkan, pasien
dan keluarga harus diakui dan dilibatkandalam serah terima peserta
2. Mengidentifikasi staf yang harus hadir untuk klinis serah terima terjadi.
3. Dalam tim Multidisiplin, serah terima harus terstruktur dan relevan

d. Waktu serah terima pasien


1. Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk klinis serah terima terjadi.
Sangatdirekomendasikan bahwa, di mana strategi yang mungkin didefinisikan untuk
memperkuat ketepatan waktu.
2. Klinis serah terima bukan hanya pada perubahan shift, tapi setiap kali perubahan
akuntabilitasdan tanggung jawab terjadi. Misalnya dipertimbangkan ketika pasien
diangkut dari bangsal untuktes laboratorium.
3. Ketepatan waktu serah terima sangat penting untuk menjamin proses yang
berkelanjutan dan efektif.

e. Tempat serah terima pasien


1. Menetapkan lokasi khusus untuk klinis serah terima terjadi. Sebaiknya, klinis serah
terimaterjadi tatap muka dan di hadapan pasien
2. Jika serah terima tidak dapat terjadi tatap muka, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untukmemastikan efektif dan aman klinis serah terima
3. Pastikan bahwa tempat penyerahan adalah bebas dari gangguan misalnya kebisingan,
telepondan kebisingan bangsal umum.

f. Proses serah terima pasien


1. Standar protokola
a. Jelas mengidentifikasi pasien, Anda dan peran Anda 
b. Buatlah daftar pengamatan yang paling penting dan terakhir
c. Menyediakan latar belakang yang relevan / sejarah dengan situasi klinis pasien
d. Mengidentifikasi penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan
e. Mengidentifikasi kerangka waktu dan persyaratan untuk transisi perawatan
f. Mempromosikan penggunaan catatan pasien untuk cross-check informasi
g. Pastikan dokumentasi dari semua temuan penting atau perubahan kondisi
h. Pastikan pemahaman, pengakuan dan penerimaan tanggung jawab bagi pasien oleh
dokter yangmenerima penyerahan.
2. Kondisi pasien memburuk
Dimana kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien ini segera
setelahmemburuknya kondisi terdeteksi.
3. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan alert informasi penting lainnya (tindakan luar biasa misalnya, bergerak
pasienyang direncanakan, Kesehatan Kerja dan risiko Keselamatan atau tekanan staf
C. Jenis jenis Hand Over

Ada beberapa jenis timbang terima antar satu petugas ke petugas dalammemberikan jasa
perawatan kesehatan pada pasien (Kamil, 2011), antara lainsebagai berikut :
1. Handover interdisciplinary Handover interdisiplinary merupakan timbang terima yang
terjadi antara perawata dan dokter, dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya.
2. Handover intradisiplinary Handover intradisiplinary merupakan timbang terima
yang terjadi antar sesama perawat atau sesama dokter.

Serah terima pasien juga dapat terjadi antar fasilitas kesehatan, misalnyaantar
rumah sakit dan antar beberapa organisasi penyedia pelayanan Kesehatan
lainnya, termasuk pelayanan kesehatan di rumah, tempat penampungan,
danfasilitas perawatan jompo. Serah terima pasien dalam pelaksanaannya
memungkinkan untuk melibatkan penggunaan teknologi seperti perekam
audio,catatan terkomputerisasi, faximil, dokumen tertulis, dan komunikasi lisan.Hal
tersebut bertujuan untuk mempermudah proses timbang terima dan dapatdijadikan
tanggung gugat ketika suatu saat terjadi kesalahan (Kamil, 2011)

Pre conference dan Post conference

1. Definisi Pre dan Post Conference


Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore
atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference
sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar. Konferensi terdiri dari pre conference dan post
conference yaitu :
2. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang
dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim
tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre
conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan
rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006).
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
b) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing
perawat pelaksana
c) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut
terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.
d) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement e) Ketua tim atau
Pj tim menutup acara

2) Post Conference

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak
lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006).

Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya. Tempat : Meja masing – masing tim.

Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim Kegiatan :

a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

b) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.

c) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya. d) Ketua tim atau Pj menutup acara.

b. Tujuan Pre dan Post Conference

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa masalah-masalah secara


kritis dan menjabarkan alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran
berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan
keperawatan dan merupakan cara yang efektif untuk menghasilkan perubahan non
kognitif (McKeachie, 1962).

Pre dan Post Conference juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian
asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan
frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).

1) Tujuan pre conference adalah:


a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan dan merencanakan evaluasi hasil

b) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan

c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien

2) Tujuan post conference adalah:

Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah dan


membandingkan masalah yang dijumpai.

1) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post


conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan

2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,


perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan

4) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim

d. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi

Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut:


(Ratna Sitorus, 2006).

1) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi
atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.

2) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing –


masing.

3) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi


kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas malam.

Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi : a) Keadaan klien

b) Keluhan klien c) TTV

d) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru. e) Masalah keperawatan

f) Rencana keperawatan hari ini. g) Perubahan keadaan terapi medis. h) Rencana


medis.
4) Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat asosiet tentang
masalah yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi :

a) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan, kesalahan


pemberian makan, kebisikan pengunjung lain, kehadiran dokter yang dikonsulkan.

b) Ketepatan pemberian infuse.

c) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan. d) Ketepatan pemberian


obat / injeksi.

e) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain, f) Ketepatan dokumentasi.

5) Mengiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.

6) Mengiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan


masing–masing perawatan asosiet.

7) Membantu perawatan asosiet menyelesaikan masalah yang tidak dapat


diselesaikan.

Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat ruangan ketika
melakukan pre conference

Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 0%, hasil ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan pre-conference masih kurang maksimal. Beberapa hal yang
masih memerlukan perbaikan antara lain:

1) Menyiapkan tempat untuk pre coference

2) Menjelaskan tujuan dilakukan post

conference

3) Memandu pelaksanaan pre conference

4) Mendiskusikan cara dan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan


pasien/tindakan

5) Memotivasi untuk memberikan tanggapan dan penyelesaian masalah yang


sedang didiskusikan

6) Mengklarifikasikan kesiapan PA untuk


melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien yang menjadi tanggung jawabnya,
menyimpulkan hasil pre conference.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 0%, hasil ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan post-conference masih kurang maksimal. Beberapa hal yang
masih memerlukan perbaikan antara lain:

1) Menyiapkan tempat

untuk post coference

2) Menjelaskan tujuan

dilakukan post conference,

3) Menerima penjelasan

dari PA tentang hasil tindakan/hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan

4) Mendiskusikan masalah yang telah ditemukan dalam memberikan askep pada


pasien dan mencari upaya penyelesaian masalah,

5) Menyimpulkan hasil

post conference, mengklarifikasi pasien sebelum melakuakan operan tugas jaga


shift berikutnya (melakukan ronde keperawatan).

2. Pendelegasian

a. Definisi Pendelegasian

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas


organisasi tetap berjalan. Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian
tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepada perawat
pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan
wewenang.

Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya dibagi menjadi


2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.

1) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi


sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Bentuknya
antara lain adalah :
a) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada ketua tim untuk menggantikan tugas
sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu

b) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif

c) Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan


keperawatan yang telah direncanakan. 2) Pendelegasian insidentil, yang terjadi
apabila salah satu personil

ruang MPKP berhalangan hadir, sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan.


Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala
ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang
berhalangan.

b. Prinsip Pendelegasian

Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah :

1) Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian 2) Personil yang


menerima pendelegasian adalah personel yang

berkompetemen dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya

3) Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan
tertulis

4) Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas dan


menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi

5) Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah


dilaksanakan dan hasilnya

c. Mekanisme Pendelegasian

1) Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua tim
untuk menggantikan tugas kepala ruang.

2) Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu
anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim.

3) Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim
kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang memindahkan perawat
pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personiltersebut atau katim
melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.

d. Panduan Pendelegasian

Pendelegasian dilaksanakan melalui proses sebagai berikut: 1) Buat rencana tugas


yang perlu dituntaskan

2) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk


melaksanakan tugas

3) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan 4)


Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa

tujuaanya

5) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas

6) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah


tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber untuk
menyelesaikan masalah yang terjadi 7) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai

Kesenjangan data dengan teori

Berdasarkan hasil observasi didapatkan nilai sebesar 83%, hasil ini menunjukkan
bahwa pelaksanaan pendelegasian di ruang Shinta sudah cukup baik. Beberapa hal
yang masih memerlukan perbaikan antara lain:

1) Pembuatan rencana tugas yang perlu dituntaskan, 2) Adanya evaluasi kinerja


setelah tugas selesai

3) Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian.

Anda mungkin juga menyukai