Anda di halaman 1dari 18

RESUME MANAGEMEN KEPERAWATAN

“PERAN KARU, PPJA DAN PERAWAT PELAKSANA; HANDOVER; PRE DAN


POST CONFERENCE”

Stase Managemen Keperawatan

Disusun Oleh :

Kelompok 1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2021/2022

1
PERAN KARU, PPJA DAN PERAWAT PELAKSANA

A. Tanggung Jawab Kepala Ruang:


1. Perencanaan:
a. Menunjuk ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-masing
b. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien: gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan
kebutuhan pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan/penjadwalan
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan, dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
g. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan, termasuk kegiatan
membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan, membimbing penerapan
proses keperawatan dan menilai asuhan keperawatan, mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
i. Membantu membimbing peserta didik keperawatan
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
2. Pengorganisasian:
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan
b. Merumuskan tujuan metode penugasan
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
d. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahi 2 ketua tim, dan ketua
tim membawahi 2–3 perawat
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain
f. Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan,
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
h. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat kepada ketua
tim

2
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
j. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
k. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3. Pengarahan:
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
b. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
asuhan keperawatan pada pasien
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4. Pengawasan:
a. Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien
b. Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melalui laporan langsung secara lisan, dan memperbaiki/
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang dibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan
tugas
3) Evaluasi
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana
keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
5) Audit keperawatan.

B. Tanggung Jawab Ketua Tim:


1. Membuat perencanaan
2. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi

3
3. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan pasien
4. Mengembangkan kemampuan anggota
5. Menyelenggarakan konferensi.

C. Tanggung Jawab Perawat Pelaksana:


1. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung jawabnya
2. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
3. Memberikan laporan

4
HANDOVER KEPERAWATAN

1. Pengertian Timbang Terima (Handover)


Timbang terima atau operan merupakan suatu cara menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan kondisi klien. Timbang terima
dilakukan dengan 3 siklus yaitu dari petugas yang dinas pagi melaporkan apa saja
yang telah dilakukan dan tugas apa yang harus dilanjutkan kepada petugas yang dinas
sore, kemudian setelah melakukan tugasnya petugas dinas sore akan melakukan
timbang terima pada petugas yang dinas malam, dan petugas dinas malam juga akan
melakukan timbang terima pada petugas yang dinas pagi keesokan harinya. Timbang
terima ini sangat penting dilakukan guna mencapai asuhan keperawatan yang
komprehensif (Nopriyanty, 2018). Timbang terima adalah proses pengalihan
wewenang dan tanggung jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada
pasien dari satu pengasuh ke salah satu pengasuh yang lain. Pengasuh dalam proses
timbang terima ini termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat, asisten dokter,
praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi berlisensi (Kamil, 2011).
Timbang terima dalam keperawatan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
oleh perawat dalam lingkungan pelayanan keperawatannya dalam wujud perilaku
kerja dimana didalamnya terdapat aktivitas berdiskusi, mencatat, berkomunikasi
dengan sejawat dan pasien. Pelaksanaan handover dilakukan untuk menyampaikan
dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang
terima ini harus dilakukan seefektif mungkin di setiap pergantian shift mulai tahap
persiapan, pelaksanaan hingga post handover (Istiningtyas dan Wulandari, 2018)

2. Jenis-Jenis Timbang Terima (Handover)


Ada beberapa jenis timbang terima antar satu petugas dalam memberikan jasa
perawatan Kesehatan pada pasien (Kamil, 2011), antara lain sebagai berikut:
a. Handover interdisiplinary
Handover interdisciplinary merupakan timbang terima yang terjadi antara perawat
dengan dokter, dan perawat dengan tenaga kesehatan lainnya
b. Handover intradisiplinary
Handover intradisiplinary merupakan timbang terima yang terjadi antar sesama
perawat atau sesama dokter.

5
Serah terima pasien juga dapat terjadi antar fasilitas Kesehatan, misalnya antar rumah
sakit dan antar beberapa organisasi penyedia pelayanan Kesehatan lainnya, termasuk
pelayanan Kesehatan di rumah, tempat penampungan, dan fasilitas perawatan jompo.
Serah terima pasien dalam pelaksanaannya memungkinkan untuk melibatkan
penggunaan teknologi seperti perekam audio, catatan terkomputerisasi, faximil,
dokumen tertulis, dan komunikasi lisan. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah
proses timbang terima dan dapat dijadikan tanggung gugat Ketika suatu saat terjadi
kesalahan (Kamil, 2011)

3. Masalah dan Kendala Timbang Terima (Handover)


Faktor internal dan eksternal yang menimbulkan masalah serta hambatan yang terjadi
pada individu, kelompok dan organisasi dalam proses serah terima yaitu sebagai
berikut (Hughes, 2008):
a. Faktor eksternal dan internal individu kelompok
1) Komunikasi
Masalah komunikasi yang sering terjadi dalam proses timbang terima adalah
dengan Bahasa. Dialek yang berbeda, aksen dan nuansa dapat disalahpahami
atau salah ditafsirkan oleh perawat ketika menerima laporan. Penggunaan
singkatan dan akronim yang unik dalam setiap pelayanan keperawatan yang
berbeda dapat membingungkan perawat dalam bekrja. Strategi untuk
menhindari kesalahan tersebut dapat dicegah dengan:
a) Serah terima pasien dilakukan secara face to face
b) Standarisasi bentuk, daftar atau alat sehingga semua pengguna akan
memahami informasi dari konteks yang sama
c) Memberikan peluang untuk mengajukan pertanyaan dan klarifikasi
Kembali selama serah terima
d) Biasakan membaca dan mengulang kembali untuk mengurangi kesalahan
komunikasi
e) Berbicara sederhana, jelas, langsung, dan spesifik dalam mendeskripsikan
pasien dan situasi terkini
f) Hindari penggunaan singkatan, istilah, atau jargon yang tidak dipahami
secara Bersama
g) Memberikan definisi pada istilah yang ambigu

6
h) Memungkinkan untuk meninjau ringkasan yang relevan dan informasi
saat ini
2) Gangguan
Masalah yang berkaitan dengan faktor-faktor situasional seringkali dapat
berkontribusi menyebabkan gangguan dalam proses timbang terima. Strategi
untuk mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan yaitu dengan cara
melaksanakan serah terima pasien di lokasi/lingkungan yang dapat
meminimalkan gangguan
3) Interupsi
Kesalahan interupsi dilaporkan sering terjadi dalam pengaturan perawatan
Kesehatan. Strategi untuk mengurangi kesalahan tersebut yaitu dengan cara
membatasi dan mencegah interupsi dan menyediakan cakupan tugas yang jelas
selama serah terima pasien guna mendukung transisi informasi yang terfokus
4) Kebisingan
Latar belakang suara yang berasal dari pager, telepon, handphone, suara
peralatan, dan alarm saat berbicara berkontribusi dalam peningkatan kesulitan
untuk mendengar laporan dan dapat menimbulkan salah tafsir saat terjadi
timbang terima. Strategi untuk mencegah terjadinya kesalahan tersebut dapat
dilakukan dengan cara:
a) Menyediakan lokasi/lingkungan timbang terima pasien yang
memungkinkan mereka jelas dalam mendengarkan informasi
b) Menggunakan kebiasaan “membaca Kembali” dan “mengulang Kembali”
untuk mengurangi kesalahan komunikasi
5) Kelelahan
Peningkatan kesalahan dapat terjadi pada perawat saat bekerja terutama
dikarenakan shift yang berkepanjangan. Strategi untuk mencegah dan
meningkatkan keselamatan yang dapat dilakukan yaitu dengan membatasi
jumlah jam kerja guna mengurangi kelelahan dan kesalahan
6) Memori
Memori jangka pendek dan penyimpanan yang terbatas dapat terjadi ketika
proses timbang terima pasien. Untuk mencegah kesalahan dalam kondisi
tersebut, caranya yaitu sebagai beriku:
a) Desain system untuk mengurangi ketergantungan memori

7
b) Gunakan formulir pracetak informasi pasien untuk akurasi dan
kelengkapan informasi dalam kegiatan timbang terima
c) Menyediakan layanan Kesehatan dengan akses data yang baik untuk
mengurangi ketergantungan pada memori saat timbang terima pasien
7) Pengetahuan/Pengalaman
Masalah yang sering terjadi pada saat timbang terima dilihat dari aspek
pengetahuan/pengalaman, dikarenakan:
a) Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan kemampuan
yang berbeda
b) Perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan timbang terima
c) Perawat pemula mungkin memerlukan informasi tambahan yang lebih
selama proses timbang terima pasien. Strategi untuk mengurangi
kesalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1) Dukung perawat pemula dengan program orientasi dan
pembimbingan
2) Menyediakan program pendidikan berkelanjutan pada strategi serah
terima pasien yang efektif
3) Menyediakan konsultan pengalaman untuk perawat yang kurang
berpengalaman karena mereka mungkin belum memiliki keahlian
untuk pemecahan masalah
4) Memberikan informasi komprehensif, tapi menghindari overload
selama serah terima
8) Komunikasi tertulis
Mencoba untuk menafsirkan catatan yang tidak terbaca, dapat menimbulkan
kesalahan dalam komunikasi. Strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah
hal tersebut yaitu:
a) Menggunakan strategi elektronik untuk mengurangi masalah pada catatan
pasien yang tidak terbaca
b) Menggunakan standar proses untuk memastikan informasi penting yang
akan dan telah dikomunikasikan dalam serah terima
b. Faktor organisasi
1) Budaya organisasi
Budaya organisasi yang tidak memiliki cukup perhatian pada keselamatan
pasien, misalnya staf yang enggan untuk melaporkan masalah atau tidak

8
merasa nyaman mengajukan pertanyaan bila ada hal yang belum jelas saat
timbang terima. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut
adalaj:
a) Mendukung pengembangan budaya dalam menjaga keselamatan pasien,
dimana pelaporan kesalahan dan masalah terkait budaya dapat didorong
dan diterima sebagai keunikan
b) Mendorong pengembangan “learning culture” dan “a just culture”
2) Hirarkhi
Struktur hirarkhi dapat menghambat komunikasi terbuka. Hal ini
memungkinkan perawat merasa tidak nyaman mengajukan pertanyaan untuk
mengklarifikasi informasi atau mungkin merasa terintimidasi. Strategi yang
dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan tersebut yaitu:
a) Mempromosikan budaya keamanan pelayanan dengan mendukung
komunikasi terbuka
b) Mengembangkan protocol atau kebijakan yang mendukung budaya saling
menghormati, kolaborasi
c) Memberikan Pendidikan untuk semua tingkat hirarkhi penyedia layanan
Kesehatan pada strategi komunikasi yang efektif
3) Sistem dukungan
Kurangnya waktu untuk mengakses informasi dan laporan lengkap akan
mengurangi waktu untuk mengajukan pertanyaan dan jawaban pada saat serah
terima pasien. Strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kesalahan
yang ditimbulkan, yaitu:
a) Yakinkan bahwa ada waktu untuk menyelesaikan laporan serah terima
pasien
b) Mengakui bahwa serah terima pasien membutuhkan kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan interaktif
c) Mengembangkan operasional yang efisien dalam pengambilan data apad
waktu yang tepat dengan informasi yang akurat yang kan disampaikan
pada perawat penerima
4) Pengiriman pasien (dalam organisasi perawatan Kesehatan)
Peningkatan jumlah pengiriman pasien akan meningkatkan kebutuhan untuk
serah terima pasien sehingga berdampak pada keselamatan pasien. Strategi
untuk mengurangi kesalahan dapat dikalukan dengan cara: pertimbangkan

9
model perawatan Kesehatan dengan desain yang meminimalkan pengiriman
pasien, dan sertakan perawat dalam desain proses serah terima pasien.
5) Keterbatasan teknologi dan penggunaan catatan dan laporan manual/kesulitan
mengakses informasi penting
Kurangnya teknologi dapat membuat catatan dalam bentuk kertas mencadi
tebal, ditambah dengan beberapa laporan yang harus dirujuk untuk serah
terima ke unit atau fasilitas Kesehatan lain. Strategi untuk mengurangi
kesalahan dapat dilakukan dengan cara:
a) Desain system elektronik yang mendukung dalam kemudahan
pengambilan data yang akurat dan tepat waktu
b) Menyediakan proses perencanaan yang memadai, infrastruktur, sumber
daya manusia, dan Pendidikan untuk keberhasilan mengimplementasikan
serah terima pasien berbasis dukungan perangkat elektrokik
6) Keterbatasan tenaga
Kurangnya tenaga dapat berkontribusi untuk kesenjangan dalam penyampaian
informasi saat serah terima pasien. Strategi untuk menguraangi kesalahan
dapat dilakukan dengan cara:
a) Mengalokasikan sumber daya manusia yang memadai untuk mendukung
dan memenuhi kebutuhan perawatan pasien
b) Memantau proses serah terima pasien untuk peluang perbaikan ke arah
yang lebih baik.
7) Garis tanggung jawab
Saat situasi serah terima pasien, mungkin ada staf yang merasa belum jelas
akan tanggung jawabnya kepada pasien atau situasi yang sedang berlangsung.
Jika tanggung jawab untuk perawatan pasien dan tindak lanjut tidak jelas
digambarkan, maka dapat menyebabkan staf tersebut “meraba-raba” tentang
tanggungjawabnya. Strategi untuk mengurangi kesalahan tersebut, dapat
dilakukan dengan cara:
a) Bila perlu gunakan pemaksaan untuk menunjukkan tanggung jawab staf
dalam proses serah terima pasien
b) Jelas mendefinisikan tanggung jawab pada saat transisi pergantian shift.

10
4. Proses Timbang Terima (Handover)
Menurut Nursalam (2014) prosedur timbang terima (Handover) dapat dijelaskan
dalam bagan di bawah ini:

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA


Persiapan 1. Timbang terima Perawat
dilaksanakan setiap pelaksana dan
pergantian shift/operan perawat
2. Prinsip timbang terima, asisten
semua pasien baru
masuk dan pasien yang
dilakukan timbang
terima khususnya pasien
yang memiliki
permasalahn yang
belum/dapat teratasi
serta yang
membutuhkan observasi
lebih lanjut
3. PA/PP menyampaikan
timbang terima kepada
PP (yang menerima
pendelegasian)
berikutnya, hal yang
perlu disampaikan
dalam timbang terima
yaitu:
a. Aspek umum yang
meliputi: M1 s/d
M5
b. Jumlah pasien
c. Identitas pasien dan
diagnosa medis
d. Data

11
(keluhan/subjektif
dan objektif)
e. Masalah
keperawatan yang
masih muncul
f. Intervensi
keperawatan yang
sudah dan belum
dilaksanakan
(secara umum)
g. Intervensi
kolaboratif dan
dependen
h. Rencana umum dan
persiapan yang
perlu dilakukan
(persiapan operasi,
pemeriksaan
penunjang, dan
program lainnya)
Pelaksanaan Nurse Station Nurse Kepala ruang,
1. Kedua kelompok dinas station perawat
sudah siap (Shift jaga) dan pelaksana dan
2. Kelompok yang akan ruang/bed perawat
bertugas menyiapkan pasien asisten
buku catatan
3. Kepala ruang membuka
acara timbang terima
4. Penyampaian yang
jelas, singkat dan padat
oleh perawat jaga (NIC)
5. Perawat jaga shift
selanjutnya dapat

12
melakukan klarifikasi,
tanya jawab dan
melakukan validasi
terhadap hal-hal yang
telah ditimbang
terimakan dan berhak
menanyakan mengenai
hal-hal yang kurang
jelas
Di Bed Pasien
1. Kepala ruangan
menyampaikan salam
dan PP menanyakan
kebutuhan dasar pasien
2. Perawat jaga
selanjutnya mengkaji
secara penuh terhadap
maslah keperawatan,
kebutuhan, dan
tindakan yang
telah/belum
dilaksanakan, serta hal-
hal penting lainnya
selama masa perawatan
3. Hal-hal yang sifatnya
khusus dan
memerlukan perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus
untuk kemudian diserah
terimakan kepada
petugas berikutnya
Post 1. Diskusi Kepala ruang,

13
timbang 2. Pelaporan untuk perawat
terima timbang terima pelaksana,
dituliskan secara perawat
lansung pada format asisten
timbang terima yang
ditandatangani oleh PP
yang jaga saat itu dan
PP yang jaga
berikutnya serta
diketahui oleh Kepala
Ruang
3. Ditutup oleh Kepala
Ruang

14
PRE DAN POST CONFERENCE

A. PRE CONFERENCE
1. Pengertian
Preconference Menurut Keliat et al. (2009) preconference merupakan
komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai operan mengenai
rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika hanya satu perawat yang dinas pada tim tersebut,
preconference ditiadakan. Isi preconference adalah rencana tiap perawat
(rencana harian), dan tambahan rencana dari ketua tim atau penanggung jawab
tim. Pre conference adalah diskusi tentang aspek klinik sebelum melaksanakan
asuhan pada pasien.
Menurut Sitorus dalam Sani (2011) preconference merupakan
pertemuan tim yang dilakukan setiap hari dan merupakan langkah awal
kegiatan shift perawat. Preconference dilakukan diawal jaga setelah
melakukan operan dinas, baik dinas pagi, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas perawat pelaksana.
2. Tujuan Pre conference
Manurung (2011) menjelaskan tujuan preconference yaitu:
a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien, merencanakan
asuhan keperawatan dan merencanakan evaluasi hasil.
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan.
c. Memberikan kesempatan bagi seluruh tenaga kesehatan yang bertugas
diruangan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
3. Syarat Pelaksanaan Pre conference
Manurung (2011) menjelaskan syarat pelaksanaan preconference yaitu:
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
postconference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit.

15
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.

B. POST CONFERENCE
1. Pengertian Post conference
Menurut Keliat et al. (2009) postconference merupakan komunikasi
ketua tim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan
dilakukan sebelum operan kepada shift berikut. Isi postconference adalah hasil
asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Postconference dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim.
Postconference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien.
2. Tujuan Post conference
Manurung (2011) menjelaskan tujuan postconference yaitu untuk memberikan
kesempatan mendiskusikan penyelesaian masalah, dan membahas masalah
yang dijumpai.
3. Syarat Pelaksanaan Post conference
Manurung (2011) menjelaskan syarat pelaksanaan postconference yaitu:
a. Postconference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan.
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit.
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien,
perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu ditambahkan.
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan
anggota tim.
C. Pedoman Pelaksanaan Pre dan Post Conference
1. Pre conference
Menurut Keliat et al. (2009) pedoman pelaksanaan pre conference yaitu:
a. Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara dengan salam.
b. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana harian
masing-masing perawat pelaksana.
c. Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan tindak
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan pada saat itu.

16
d. Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement
(penguatan).
e. Tim atau penanggung jawab tim menutup acara dengan ucapan selamat
bekerja.

2. Post conference
Menurut Keliat et al. (2009) pedoman pelaksanaan postconference yaitu:
a. Ketua tim atau penanggung jawab tim membuka acara dengan salam.
b. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan hasil asuhan masing-
masing pasien.
c. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan kendala dalam asuhan
yang telah diberikan.
d. Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan tindak lanjut asuhan
pasien yang harus dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
e. Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara dengan salam.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hughes, R. 2008. Agency for healthcare research and quality u.s. department ofhealth and
human services, 54. Patient Safety and Quality

Istiningtyas, A. dan Y. Wulandari. 2018. Hubungan kepemimpinan kepala ruangdengan


pelaksanaan handover. KesMadaSka

Kamil, H. 2011. Handover dalam pelayanan keperawatan.Idea Nursing Journal .4(2):144–


152. 

Noprianty, R. 2018. Modul Praktikum Nursing Management. Edisi 1.


Yogyakarta:Deepublish.

Nursalam. (2011). MANAJEMEN KEPERAWATAN; Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional . Jakarta: Salemba Medika .

18

Anda mungkin juga menyukai