Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM TEH DAN SIKLUS MENSTRUASI

DENGAN KEJADIAN SUSPEK PADA REMAJA PUTRI DI KABUPATEN


SUKOHARJO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I


pada Jurusan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

TIARA ARATI BAYA


J 310 170 200

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM TEH DAN SIKLUS MENSTRUASI


DENGAN KEJADIAN SUSPEK ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
KABUPATEN SUKOHARJO

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

TIARA ARATI BAYA


J310170200

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Ir. Listyani Hidayati, M.Kes


NIK/NIDN : 673/0620126703

i
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM TEH DAN SIKLUS MENSTRUASI


DENGAN KEJADIAN SUSPEK ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
KABUPATEN SUKOHARJO

OLEH

TIARA ARATI BAYA


J 310 170 200

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi


Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Pada Hari Senin, 15 November 2021
dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Ir. Listyani Hidayati, M.Kes (…………………….)


(Ketua Tim Penguji)
2. Endang Nur Widyaningsih, S.ST., M.Si. Med (…………………….)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Sudrajah Warajati K, M.Gizi (…………………….)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M. Kes


NIK/NIDN : 06-2011-7301

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini adalah hasil
pekerjaan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang
belum atau tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan didalam tulisan dan daftar
pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawaban sepenuhnya.

Surakarta, 26 Oktober 2021

Penulis

TIARA ARATI BAYA


J 310 170 200

iii
HUBUNGAN KEBIASAAN MINUM TEH DAN SIKLUS MENSTRUASI
DENGAN KEJADIAN SUSPEK ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI
KABUPATEN SUKOHARJO

Abstrak

Remaja putri lebih beresiko mengalami anemia karena memiliki


menstruasi setiap bulannya serta kebiasaan minum teh yang juga
berkontribusi terhadap kejadian anemia. Berdasarkan penelitian
sebelumnya persentase kejadian suspek anemia sebesar 37,53%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan minum
teh dan siklus menstruasi dengan kejadian suspek anemia pada remaja
putri di Kabupaten Sukoharjo Penelitian dilakukan menggunakan
desain penelitian cross-sectional. Subjek penelitian dipilih dengan
metode multistage sampling sebanyak 90 remaja putri di Kabupaten
Sukoharjo yang memenuhi kriteria inklusi. Data kebiasaan minum teh
diperoleh dari formulir Recall 24 jam selama 7 hari, data siklus
menstruasi diperoleh dari kuesioner pertanyaan terkait siklus
menstruasi 3 bulan terakhir dan data suspek anemia diukur
menggunakan kuesioner deteksi dini tanda-tanda anemia. Analisis data
menggunakan uji statistik Chi Square (x2). Hasil analisis statistik
menunjukkan pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo dengan
kebiasaan minum teh kategori normal sebesar 70,9% dan kategori tidak
nomal sebesar 29,1%. Siklus menstruasi kategori normal sebesar 40%
dan kategori tidak normal sebesar 60%. Kejadian suspek anemia
kategori suspek sebesar 34,5% dan kategori non suspek sebesar 65,5%.
Hasil analisis uji Chi Square terkait kebiasaan minum teh (p=0,029) dan
siklus menstruasi (p=0,623) dengan kejadian suspek anemia pada
remaja putri. Terdapat hubungan kebiasaan minum teh dengan kejadian
suspek anemia pada remaja putri dan tidak terdapat hubungan siklus
menstruasi dengan kejadian suspek anemia pada remaja putri.

Kata Kunci: kebiasaan minum teh, siklus menstruasi dan suspek


anemia

Abstract

Adolescents have more at risk of anemia because they have


menstruation every month and tea drinking habits also contributed to
incidence of anemia. Based on previous research, percentage of
suspected anemia incidence was 37,53%. This study aimed to determine
the correlation between tea drinking habits and menstrual cycle with the
incidence of suspected anemia of adolescent girls in Sukoharjo
Regency. The study was conducted with a cross-sectional study design.
The research subjects were selected by multistage sampling method of
90 adolescent girls in Sukoharjo Regency with inclusion criteria. Data

1
for tea drinking habits from a 24hour Recall form for 7 days, menstrual
cycle data from question questionnaire related last 3 months of
menstrual cycle and data on suspected anemia was determined used a
questionnaire for early detection signs of anemia. Data analysis used
Chi Square (x2) statistical. The results of statistical analysis showed
adolescent girls in Sukoharjo Regency with the habit of drinking tea in
normal category was 70,9% and abnormal category was 29,1%. The
menstrual cycle in normal category was 40% and abnormal category
was 60%. The incidence of suspected anemia in category suspected was
34,5% and category non suspected was 65,5%. The results of Chi
Square test analysis showed the tea drinking habits (p=0,029) and
menstrual cycle (p=0,623) with the incidence of suspected anemia for
adolescent girls in Sukoharjo Regency. The results of this study there
was a correlation between tea drinking habits and there was no
correlation between menstrual cycle the incidence of suspected anemia
in adolescent girls.

Keywords: Menstrual Cycle, Suspected Anemia, and Tea Drinking


Habit

1. PENDAHULUAN
Anemia merupakan permasalahan kesehatan dunia bagi masyarakat negara
berkembang dan maju yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia terutama pada
remaja putri. Anemia defisiensi besi pada tahun 2002 dianggap menjadi salah satu
faktor penyumbang terpenting masalah kesehatan di dunia (WHO, 2011). Menurut
WHO (2020) penyebab anemia selain kekurangan zat besi seperti kekurangan
vitamin A, B2, B6, B9, B12, C, D, E, tembaga dan seng.
Prevalensi anemia di dunia pada remaja putri menurut WHO (2015) sebesar
29%. Menurut data Riskesdas tahun 2018 prevalensi anemia berdasarkan usia 5-14
tahun sebesar 26,8% dan usia 15-24 tahun sebesar 32% (Kemenkes RI, 2018).
Masalah anemia pada remaja di Jawa Tengah sesuai data Kemenkes RI (2013)
dengan prevalensi sebesar 30,4%. Penelitian Rizki (2017) pada remaja putri SMP
di Sukoharjo menunjukan bahwa sebanyak 55,4% remaja putri mengalami anemia.
Secara umum, 50% kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi, namun
proporsinya dapat bervariasi antar kelompok populasi dan kondisi daerah setempat
(WHO, 2011).
Penyebab lain anemia pada remaja adalah asupan makanan yang rendah dan
ketersediaan pangan yang kurang zat besi mengalami peningkatan yang signifikan.

2
Kebiasaan konsumsi teh/kopi langsung setelah makan oleh remaja putri juga
berkontribusi terhadap prevalensi anemia yaitu 50% lebih tinggi dibandingkan
dengan mereka yang tidak mengkonsumsi teh/kopi setelah makan yaitu 34%.
Penelitian Alzaheb dan Al-Amer (2017) menunjukkan adanya hubungan antara
kebiasaan minum teh dengan anemia pada remaja putri karena teh merupakan
minuman yang sangat merugikan untuk simpanan besi dalam tubuh karena terdapat
kandungan poliphenol yang tinggi sehingga menghambat penyerapan zat besi non
heme. Penelitian lain yang dilakukan Jalambo et al. (2018) menyatakan bahwa
remaja putri yang minum teh memiliki resiko mengalami anemia 1,05 kali
dibandingkan dengan remaja putri yang tidak minum teh (95% CI: 1,01-1,07).
Remaja putri rentan terhadap anemia karena setiap bulan mengalami
menstruasi yang dapat menyebabkan kehilangan darah dalam tubuh, sehingga
meningkatkan risiko anemia saat mereka menstruasi dan selama masa reproduksi.
Remaja putri khususnya berisiko mengalami anemia karena kebutuhan zat besi
untuk pertumbuhan serta peningkatan kehilangan zat besi akibat menstruasi (WHO,
2017). Siklus menstruasi >35 hari pada remaja putri akan menurunkan kadar
haemoglobin tubuh sehingga dapat menyebabkan anemia (Rigon, et al., 2012). Hal
ini sesuai dengan penelitian Warda dan Fayasari (2021) yang menyatakan bahwa
remaja putri yang memiliki siklus menstruasi tidak normal memiliki resiko 2,537
kali mengalami anemia dibandingkan remaja putri yang memiliki siklus menstruasi
baik (95% CI: 1,10-5,85).
Pemeriksaan anemia dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan hemoglobin,
pemeriksaan eritrosit dan pemeriksaan ferritin secara rutin. Suspek anemia
merupakan status anemia yang belum pasti, namun diduga anemia. Parameter yang
dapat dilihat dalam suspek anemia meliputi riwayat penyakit, riwayat gejala/tanda
anemia, dan riwayat menstruasi. Hasil penelitian Djatmika (2021) dari 626 remaja
putri di Kabupaten Sukoharjo sebesar 37,53% mengalami suspek anemia.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Hubungan Kebiasaan Minum Teh dan Siklus Menstruasi dengan Kejadian
Suspek Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Sukoharjo”.

3
2. METODE
Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan
pendekatan crossectional. Penelitian dilakukan pada remaja putri di Kabupaten
Sukoharjo dengan teknik multistage sampling dalam pengambilan sampel.
Sampling digunakan untuk penentuan sekolah dan sampel penelitian yang
didapatkan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 110 remaja putri. Tempat
penelitian berdasarkan hasil sampling adalah SMP Negeri 2 Sukoharjo, SMP
Negeri 5 Sukoharjo, dan SMP Negeri 7 Sukoharjo. Kriteria inklusi penelitian adalah
siswi putri yang telah mengalami menstruasi, siswi putri tidak dalam kondisi sakit,
siswi putri yang tidak sedang menjalani diet maupun memiliki alergi terhadap
makanan tertentu.
Data kebiasaan minum teh diambil menggunakan Form Recall 24-H selama
7 hari terakhir, siklus menstruasi diambil dengan kuesioner terkait siklus menstruasi
hari pertama saat menstruasi selama 3 bulan terakhir, dan data suspek anemia
diperoleh dengan kuesioner deteksi dini tanda-tanda anemia. Analisis data
menggunakan program SPSS 20.0 dengan uji Chi-Square (x2) dan tingkat signifikan
p < 0,05 (tingkat kepercayaan 95%) untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat. Perhitungan nilai Ratio Prevalence (RP) digunakan
untuk mengetahui tingkat risiko kejadian suspek anemia. Estimasi Confident
Interval (CI) untuk Ratio Prevalence (RP) ditetapkan pada tingkat kepercayaan
95%.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Gambaran umum subjek penelitian dengan total subjek 110 orang, digunakan untuk
mengetahui keragaman subjek berdasarkan usia, pendidikan ibu dan pendapatan
keluarga. Gambaran umum subjek peneltian disajikan pada Tabel 1.

4
Tabel 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Variabel Frekuensi Persentase
Usia :
13 tahun 45 40,9%
14 tahun 55 50,0%
15 tahun 10 9,1%
Pendidikan Ibu :
Tidak Tamat SD/MI 2 1,8%
SD 3 2,7%
SMP 13 11,8%
SMA 76 69,1%
Perguruan Tinggi 16 14,5%
Pendapatan Keluarga :
<1.500.000 13 11,8%
1.500.000-2.500.000 30 27,3%
2.500.000-3.500.000 45 40,9%
>3.500.000 22 20,0%

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian Usia remaja putri sebagian besar


adalah usia 14 tahun (50%) dan termasuk kelas VIII (delapan). Remaja putri dengan
usia 13-15 tahun yang berjumlah 110 orang dipilih sebagai sampel penelitian
dengan kriteria yaitu sudah mengalami menstruasi, tidak alergi/ pantangan terhadap
makanan, dan tidak sedang menjalani diet. Sebagian besar pendidikan ibu terakhir
yaitu SMA sebanyak 76 orang (69,1%) dan merupakan pendidikan tingkat lanjut.
Pendapatan keluarga paling banyak yaitu Rp 2.500.000-Rp 3.500.000/bulan
sebanyak 45 orang (40,9%) dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) sebesar Rp
1.938.000 dan termasuk pendapatan keluarga diatas UMK.
3.2 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Kebiasaan Minum Teh
Kebiasaan minum teh diperoleh dari data kuesioner Recall-24 jam selama 7 (tujuh)
hari kemudian didapatkan rata-rata kebiasaan minum teh subjek. Distribusi
frekuensi Subjek berdasarkan kebiasaan minum teh dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Kebiasaan Minum Teh
Kebiasaan Minum Teh Frekuensi Persentase
Normal (<200 ml) 78 70,9%
Tidak normal (>200 ml) 32 29,1%
Total 110 100,0%

Tabel 2 menunjukkan bahwa remaja putri dengan kebiasaan minum teh

5
kategori normal sebanyak 78 orang (70,9%) dan remaja putri dengan kebiasaan
minum teh kategori tidak normal sebanyak 32 orang (29,1%). Rata-rata kebiasaan
minum teh harian pada remaja putri yaitu sebesar 153,24±117,75 ml termasuk
kategori normal dengan minum teh sebanyak <200 ml.

3.3 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi merupakan jarak waktu sejak hari pertama menstruasi sampai
datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus menstruasi dihitung selama tiga
bulan terakhir untuk menentukan rata-rata siklus menstruasi subjek tiap bulannya.
Distribusi frekuensi remaja putri berdasarkan siklus menstruasi dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Siklus Menstruasi
Siklus Menstruasi Frekuensi Persentase
Normal (21-35 hari) 44 40%
Tidak normal (<21 hari atau >35 hari) 66 60%
Total 110 100%

Tabel 3 menunjukkan bahwa remaja putri dengan siklus menstruasi kategori


normal sebanyak 44 orang (40%) dam remaja putri dengan siklus menstruasi tidak
normal sebanyak 66 orang (60%). Rata-rata siklus menstruasi pada remaja putri
yaitu sebesar 19,42±5,26 hari dan termasuk dalam kategori tidak normal.

3.4 Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Kejadian Suspek Anemia


Kejadian suspek anemia diperoleh berdasarkan kuesioner deteksi dini tanda-tanda
anemia melalui riwayat penyakit, gejala klinis yang dirasakan dan terlihat oleh
subjek, serta riwayat menstruasi. Distribusi frekuensi subjek penelitian berdasarkan
kejadian suspek anemia disajikan dalam Tabel 4
Tabel 4. Distribusi Subjek Penelitian berdasarkan Kejadian Suspek Anemia
Kejadian Suspek Anemia Frekuensi Persentase
Suspek Anemia (skor≥15,155) 38 34,5%
Non Suspek Anemia (skor < 15,155) 72 65,5%
Total 110 100,0%

Tabel 4 menunjukkan bahwa subjek penelitian sebagian besar merupakan non


suspek anemia yaitu sebanyak 72 orang (65,5%), dan subjek penelitian yang suspek

6
anemia yaitu sebanyak 38 orang (34,5%). Rata-rata skor subjek dengan kejadian
suspek anemia pada remaja putri sebanyak 14,36±2,850 termasuk kategori non
suspek anemia.
Kejadian suspek anemia pada subjek penelitian ini merupakan orang yang
tidak memiliki riwayat anemia maupun cacingan, kadang-kadang merasa letih,
lelah, lesu, lunglai, dan lalai (5L), jarang tidak tahan cuaca dingin, terkadang tidak
bisa berkonsentrasi belajar di kelas dan mengalami lama menstruasi >7 hari, serta
sering mengeluarkan banyak darah ketika menstruasi.
3.5 Hubungan Asupan Zat Besi dengan Kejadian Suspek Anemia
Kebiasaan minum teh secara berlebihan dapat menyebabkan anemia bagi remaja
putri. Selain mengonsumsi teh, pemilihan bahan makanan yang tidak tepat dapat
menyebabkan faktor risiko anemia (Al-alimi et al., 2018). Hasil analisis Uji Chi-
Square terkait hubungan kebiasaan minum teh dengan kejadian suspek anemia
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Hubungan Kebiasaan Minum Teh dengan Kejadian Suspek Anemia
Kebiasaan Suspek Anemia
RP
Minum Ya Tidak p-value
(95% CI)
Teh n % n %
Normal 22 57,9% 56 77,8%
1,773
Tidak 0,029
16 42,1% 16 22,2% (1,080-2,909)
Normal

Hasil analisis uji Chi-Square terkait hubungan kebiasaan minum teh dengan
kejadian suspek anemia pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan
adanya hubungan antara kebiasaan minum teh dengan suspek anemia pada remaja
putri (p=<0,029). Nilai RP menunjukkan hasil bahwa 1,773 (95% CI: 1,080-2,909),
artinya remaja putri yang memiliki kebiasaan minum teh kategori tidak normal
beresiko 1,773 kali terdeteksi menjadi suspek anemia dibanding remaja putri
dengan kebiasaan minum teh dengan kategori normal.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Isati & Hastono (2016), Alzaheb & Al-
Amer (2017), dan Jalambo, et al. (2018) yang menyatakan bahwa minum teh
berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri. Teh merupakann
minuman yang sering dikonsumsi saat makan, hal ini menyebabkan penyerapan zat

7
besi dalam tubuh terhambat (Listiana, 2016). Senyawa tanin dari teh yang
berlebihan dalam darah akan mengikat mineral (zat besi) sehingga mengganggu
penyerapan zat besi dan menghambat pembentukan sel darah merah sehingga
mengakibatkan anemia (Royani et al., 2017).
3.6 Hubungan Siklus Menstruasi dengan Kejadian Suspek Anemia
Darah yang keluar saat menstruasi akan mengakibatkan simpanan besi dalam tubuh
berkurang sebesar 12,5-15 mg per bulan atau setara dengan 0,4-0,5 mg zat besi per
hari dalam selama proses menstruasi (WHO, 2011). Hasil analisis Uji Chi-Square
terkait hubungan siklus menstruasi dengan kejadian suspek anemia disajikan pada
Tabel 6.
Tabel 6. Hubungan Siklus Menstruasi dengan Kejadian Suspek Anemia
Suspek Anemia
Siklus RP
Ya Tidak p-value
Menstruasi (95%) CI
n % n %
Normal 14 31,8% 30 68,2%
1,143
Tidak 0,623
24 36,4% 42 63,6% (0,668-1,956)
normal

Hasil uji Chi-Square terkait hubungan siklus menstruasi dengan kejadian


suspek anemia pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo menunjukkan tidak
terdapat hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian suspek anemia pada
remaja putri (p = 0,623). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nabilah, et al (2019), Fitriani & Miko (2019) dan Farinendya, et al (2019)
yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara siklus menstruasi dengan
kejadian anemia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
siklus menstruasi dengan kejadian suspek anemia, hal ini dapat disebabkan karena
siklus menstruasi bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan suspek anemia.
Penelitian Novita (2021) menyatakan bahwa remaja putri dengan asupan zat besi
yang kurang dari 15 mg/hari dan lama menstruasi lebih dari 7 hari dapat menjadi
faktor resiko menyebabkan suspek anemia. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya anemia seperti defisiensi asam folat, vitamin B12, infeksi, cacingan
kebisaan sarapan dan lain-lain. Siklus menstruasi normal pada remaja putri akan

8
mengakibatkan kehilangan darah lebih sedikit daripada remaja putri yang
mengalami siklus menstruasi tidak normal. Kehilangan zat besi saat menstruasi
akan mempengaruhi simpanan besi dalam tubuh, maka subjek disarankan
mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi agar kadar Hb meningkat
sehingga terhindar dari anemia defisiensi besi (Farinendya et al., 2019). Zat besi
yang menurun pada saat menstruasi dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi besi
(Mary-Jane et al., 2013).

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kebiasaan minum teh pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo dengan kategori
normal sebesar 78 orang (70,9%) dan kategori tidak normal sebesar 32 orang
(29,1%). Siklus menstruasi pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo dengan
kategori normal sebesar 44 orang (40%) dan kategori tidak normal sebanyak 66
orang (60%). Kejadian suspek anemia pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo
kategori non suspek anemia sebesar 72 orang (65,5%), dan kategori suspek anemia
yaitu sebesar 38 orang (34,5%). Terdapat hubungan kebiasaan minum teh dengan
kejadian suspek anemia pada remaja putri di Kabupaten Sukoharjo. Tidak terdapat
hubungan siklus menstruasi dengan kejadian suspek anemia pada remaja putri di
Kabupaten Sukoharjo.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Remaja Putri
Remaja putri diharapkan melakukan penilaian terhadap diri sendiri, apakah
mengalami suspek anemia atau tidak.
4.2.2 Bagi Pihak Sekolah
Pihak sekolah diharapkan dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan untuk
memberikan edukasi pencegahan dan penanggulangan terkait anemia dengan
bekerja sama dengan pihak puskesmas.
4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti diharapkan dapat melakukan perbandingan efektifitas kuesioner dalam
mendeteksi suspek anemia dengan melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-alimi, A. A., Bashanfer, S., & Morish, a. M. (2018). Prevalence of Iron


Deficiency Anemia among University Students in Hodeida Province,
Yemen. Hindawi, 1-7.

Alzaheb, R. A., & Al-Amer, O. (2017). The Prevalence of Iron Deficiency Anemia
and its Associated Risk Factors Among a Sample of Female University
Students in Tabuk, Saudi Arabia. Clinical Medicine Insights: Women’s
Health, 10, 1-8.

Djatmika, F. N. T. (2021). Perbandingan Asupan Zat Besi dan Seng pada Remaja
Putri Suspek Anemia Defisiensi Besi di Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri dan Swasta. Skripsi. Surakarta: Universitas Negeri Surakarta.

Farinendya, A., Muniroh, L., & Buanasita, A. (2019). Hubungan Tingkat


Kecukupan Zat Gizi Dan Siklus Menstruasi Dengan Anemia Pada Remaja
Putri. Amerta Nutr, 298-304.

Fitriani, L., & Miko, T. Y. (2019). Factor Associated with Anemia Among
Adolescence Girls at SMAN 1 Telukjambe Kabupaten Karawang in 2015.
In the 3rd International Meeting of Public Health and The 1st Young
Scholar Symposium on Publich Health, KnE Life.

Isati, & Hastono, S. P. (2016). Determinan Kejadian Anemia Remaja Putri di SMP
Negeri 22 Kota Jambi. Jurnal Kesmas Jambi.

Jalambo, M., Karim, N. A., Naser, I. A., & Sharif, R. (2018). Prevalence and Risk
Factor Analysis of Iron Deficiency and Iron-Deficiency Anemia Among
Female Adolescents in the Gaza Strip, Palestina. Public Health Nutrition,
21: 2793-2802.

Kemenkes RI. (2013). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013
Provinsi Jawa Tengah. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2018). Laporan Nasional Riset Esehatan Dasar tahun 2018. Badan
Penelitian Pengembangan Kesehatan Republik Indonesia.

Listiana, A. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah. Jurnal Kesehatan, 7(3): 455-469.

Mary-Jane, Ofojekwu, Nnanna, O. U., Okolie, C. E., Odewumi, L. A., Isiguzoro, I.


O., & Lugos, M. D. (2013). Hemoglobin and Serum Iron Concentrations in
Menstruating Nulliparous Women in Jos, Nigeria. Spring, 44(2): 121-124.

10
Nabilah, S., Wardani, H. E., & Gayatri, R. W. (2019). Correlation of Menstrual
Pattern, Nutritional Status and Level Knowledge With the Incidence of
Anemia on Teenage Girls. Advances in Health Science Research.

Novita, L. D. (2021). Hubungan Asupan Zat Besi dan Lama Menstruasi dengan
Kejadian Suspek Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Sukoharjo.
Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Rigon, F., Sanctis, V. D., Bernasconi, S., Bianchin, L., Bona, G., Bozzola, M.,
Perissinotto, E. (2012). Menstrual Pattern And Menstrual Disorders Among
Adolescents: An Update Of The Italian Data. Italian Journal of Pediatrics,
1-8.

Rizki, M. D. (2017). Hubungan antara Asupan Zink dengan Anemia pada Remaja
di Sukoharjo, Jawa Tengah. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Royani, I., Irwan, A. A., & Arifin, A. (2017). Pengaruh Konsumsi Teh Setelah
Makan Terhadap Kejadian Anemia Defisiensi Besi Pada Remaja Putri. UMI
Medical.

Warda, Y., & Fayasari, A. (2021). Konsumsi Pangan dan Bioavailabilitas Zat Besi
Berhubungan dengan Status Anemia Remaja Putri di Jakarta Timur. Ilmu
Gizi Indonesia, 135-146.

WHO. (2011). Haemoglobin Consentration for the Diagnosis of Anaemia and


Assessment of Severity. Geneva: World Health Organization.

WHO. (2011). Prevention Of Deficiency Anaemia In Adolescents : Role Of Weekly


Iron and Folic Acid Supplementation. World Health Organization.

WHO. (2015). The Global Prevalence of Anemia in 2011. Geneva: World Health
Organization.

WHO. (2017). Nutritional Anaemias: Tools For Effective Prevention And Control.
Ganeva: World Health Organization.

WHO. (2020). Global Anaemia Reduction Efforts Among Women Of Reproductive


Age: Impact, Achievement Of Targets And The Way Forward For
Optimizing Efforts. Ganeva: World Health Organization.

11

Anda mungkin juga menyukai