KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3)
2
Nomor ....../SK/DIR/RSUAND/II/2019 tahun 2019 tentang
Kebijakan K3.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Menjadi pedoman dalam keselamatan dan kesehatan kerja di RSU
Ananda Purworejo;
KEDUA : Dapat meminimalkan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja
dan kecelakaan akibat kerja di RSU Ananda Purworejo;
KETIGA : Dapat memberikan kejelasan pelaksanaan dan kegiatan yang
berkaitan dengan bidang K3 di RSU Ananda Purworejo;
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan dan akan dilakukan
evaluasi setiap tahun. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam keputusan ini, maka akan di adakan perbaikan sebagaimana
mestinya .
dr.ANNISA FITRIANI
NIK. 19930303 201711 031
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pokok bahasan yang disusun di dalam buku pedoman ini adalah pedoman
tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang selanjutnya disingkat dengan K3.
Buku Pedoman K3 ini sebagai salah satu proses komitmen menajemen guna
memperlancar dan meningkatkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi
efektif antara pihak manajemen dengan tenaga kerja / petugas untuk bersama-
sama melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang K3 rumah sakit.
Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan
terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui
upaya promotif, prefentif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan
lingkungan sehingga setiap pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat atau orang lain disekelilingnya
dan tercapai produktivitas kerja yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan
secara menyeluruh untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktifitas
pekerja rumah sakit.
C. Dasar Hukum
Dasar pertimbangan disusunnya Buku Pedoman K3 di RSU Ananda Purworejo
mengacu pada peraturan perundang-undangan, sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 8 ayat (1):
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang akan diberikan padanya.
Ayat (2): pengurus perusahaan wajib untuk memeriksakan kesehatan tenaga
kerja sejak akan masuk kerja, selama bekerja dan akan dipindahkan ke
tempat atau pekerjaan lain.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Sesuai dengan pasal
164 ayat (1): upaya Kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerja. Ayat (3): Upaya Kesehatan Kerja sebagaimana
1
dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada
di lingkungan tempat kerja. Pasal 165 ayat (1): Pengelolaan tempat kerja
wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui uapaya pencegahan,
peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Ayat (2): Pekerja
wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan
mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. Ayat (3): Dalam
penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/Instansi, hasil
pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Ayat (4): Ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 166 ayat (1):
majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja. Ayat (2): Majikan
atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang
diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan masing-masing.
3. Undang-Undang No.25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan pasal 108 ayat (1):
setiap pekerja mempunyai hak memperoleh atas kesehatan dan keselamatan
kerja, moral dan kesusilaan serta perilaku yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusai dan nilai-nilai agama. Ayat (2): Untuk melindungi kesehatan
pekerja guna mewujudkan produktifitas tenaga kerja yang optimal
diselenggarakan upaya kesehatan kerja.
4. Keputusan Presiden RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja pasal 2 : Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang
timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja
baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja
berakhir.
5. Keputusan Presiden RI No.3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsian di Indonesia.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432/MENKES/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
D. Pengertian
1. Tempat kerja adalah tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana karyawan atau yang sering dimasuki
karyawan untuk melaksanakan tugas.
2. Karyawan adalah Tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan
kepada masyarakat.
2
3. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan antara kesehatan & keselamatan.
4. Upaya kesehatan adalah Upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja agar setiap kerja karyawan dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan diri sendiri maupun masyarakat disekelilingnya.
5. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja,
bahan & proses pengolahannya, tempatkerja & lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan,
karena peristiwa tersebut tidak terdapatunsur kesengajaan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan
disertai kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat.
7. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan
yang mengandung paparan / kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.
BAB II
PEMBENTUKAN ORGANISASI K3
A. Organisasi
Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSU Ananda Purworejo disebut
sebagai Tim K3. Dalam pengorganisasiannya melibatkan seluruh unsur yang ada di
rumah sakit sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Namun demikian untuk
menjamin terlaksananya K3 dengan baik diperlukan keterpaduan antar fungsi
dalam organisasi dan harus dinyatakan secara jelas dalam uraian tugas.
Pembentukan Panitia K3 bermaksud untuk menentukan dan membagi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab dalam melakukan pengawasan, pengkoordinasian
dan pengendalian kegiatan K3 di rumah sakit terhadap seluruh pegawai, dokter,
pasien dan pengunjung lainnya.
Kepanitiaan K3 dibentuk bertujuan untuk menciptakan kondisi sehat, aman
dari kecelakaan kerja dan lingkukangan yang nyaman bagi pegawai sehingga
produktivitas kerja meningkat dan rasa aman dari bahaya, kebakaran dan bencana
lainnya.
Tim K3 rumah sakit (TIM K3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh Direktur
Rumah Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan dengan tetap
memperhatikan prestasi kerja masing-masing anggota, kemudian ditetapkan
dalam Surat Keputusan Direktur rumah sakit.
1. Tugas Pokok
a. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
procedure yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan kesehatan kerja
rumah sakit.
b. Membuat program keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit.
c. Memberikkan rekomendasi dan pertimbangan kepada Direksi mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit.
2. Fungsi
Fungsi Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSU Ananda Purworejo adalah :
a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan bidang keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit.
b. Membantu Direksi dalam melaksanakan dan meningkatkan upaya promosi,
sosialisasi dan pelatihan bidang keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit.
c. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan koreksi.
d. Investigasi dan melaporkan kecelakaan kerja.
4
B. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur RSU Ananda Purworejo Nomor:
/SK/DIR/RSAND/I/2017 bentuk organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
RSU Ananda Purworejo adalah berupa Tim K3 yang bertanggung jawab langsung
kepada Direksi RSU Ananda Purworejo.
Adapun struktur organisasi K3 RSU Ananda Purworejo adalah sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI
TIM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
No Nama Jabatan
dr. Annisa Fitriani Penanggungjawab
Yeni, Amd.keb
IV BIDANG PELAYANAN KESELAMATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
AKIBAT KERJA
Restu Novita , Amd.keb
3. Sekretaris Tim K3
a. Melaksanakan kegiatan administrasi Tim K3.
b. Mengumpulkan prosedur kerja dari tiap instansi / unit kerja yang terkait.
c. Melaksanakan tugas lain dari ketua Tim K3.
d. Membantu memantau pelaksanaan K3 di RSU Ananda Purworejo.
e. Mengkoordinator pelaksanaan kegiatan K3 bila ketua sedang berhalangan.
a. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 di seluruh rumah sakit.
b. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan kesehatan
kerja.
6
6. Bidang pengembangan sanitasi sarana kesehatan
a. Mengikuti rapat Tim K3.
b. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai sanitasi.
c. Menciptakan lingkungan kerja yang hygiene secara teratur melalui
monitoring lingkungan kerja.
d. Pengawasan terhadap peralatan yang digunakan, pelaporan insiden,
identifikasi sumber bahaya.
A. Falsafah
Pelayanan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan etika, profesionalisme
dan bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan masyarakat dengan keunggulan dalam pelayanan
kesehatan yang komprehensip dan bermutu tinggi
C. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat,tepat dan akurat serta
mengutamakan kepuasan pasien
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat
c. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan sehingga mampu
melaksanakan pelayanan yang proposional.
f) Tujuan
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai dengam program pemerintah.
b. Melaksanakan pelyanan kesehatan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara terus menerus.
8
sungai / badan air serta baku mutu limbah cair. Pemantauan pengelolaan air
limbah dilakukan dengan cara :
a. Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan
parameter fisik dan bau.
b. Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3.
c. Mengirimkan sampel air limbah dari IPAL ke BPLHD setiap bulan.
3. Pengelolaan sampah
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan cara di
masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Untuk kategori medis,
pengelolaan sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning.
Pemantauan pengelolaan sampah dilakukan dengan cara :
a. Pemeriksaan kebersihan TPS non Medis dan Medis setiap hari dengan
lembar kontrol.
b. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis
dengan sampah non medis.
c. Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar tentang
pengelolaan sampah.
4. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga, tikus, kucing,
cacing, rayap atau hewan yang menjadi perantara menularkan penyakit
tertentu. Pemantauan pengendalian serangga dan binatang pengganggu di
lakukan dengan cara :
a. Melakukan pemantauan terhadap kebersihan baik dalam gedung maupun
luar gedung setiap hari dengan alat bantu checklist.
b. Melakukan uji sampling kepadatan lalat, kecoa, dan nyamuk setiap 3
bulan sekali dengan parameter : lalat adalah 8 ekor/flygrill (100 x 100 cm)
per menit, parameter kecoa adalah 2 ekor/plate (20 x 20 cm) per 24 jam.
Parameter nyamuk adalah angka Container Index ≤ 5 %.
c. Pemantauan tingkat kepadatan tikus dengan parameter tingkat kepadatan
tikus mendekati angka 0 setiap 3 bulan sekali.
5. Sanitasi makanan
Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang
mungkin dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai rumah
sakit. Kegiatan dilakukan di dapur dan pantry sebagai tempat pengolahan dan
pengelolaan makanan. Pemantauan terhadap sanitasi makanan dilakukan
dengan cara :
a. Pemantauan terhadap pelaksanaan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan
dengan mengisi lembar kontrol yang tersedia setiap bulan.
b. Pemeriksaan Kesehatan khusus terhadap tenaga penjamah makanan
minimal sekali dalam setahun yang hasilnya segera dievaluasi dan di
tindaklanjuti.
c. Pemeriksaan sampel makanan ke BTKL setiap 3 bulan sekali dengan hasil
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
d. Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali,
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
6. Penyehatan ruang laundry
Upaya penyehatan tehadap tempat dan sarana pencucian linen hingga linen
siap dipakai dalam kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan terhadap
ruang laundry meliputi :
a. Proses pencucian dan penghalusan sesuai standar yang telah ditentukan.
b. Penggunaan APD di ruang laundry.
c. Pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan evaluasi
serta tindak lanjut dari hasil pengukuran.
7. Infeksi nosokomial
Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokomial dilakukan dengan cara :
a. Terhadap proses tindakan bagi pasien dengan standar yang telah
ditentapkan
b. Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap
peralatan medis, usap linen, usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulan
sekali, yang kemudian dievaluasi dan ditindaklanjuti.
c. Terhadap kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
8. Desinfeksi
Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara :
a. Usap peralatan medis / instrument setiap 3 bulan sekali yang hasilnya
dievaluasi dan ditindaklanjuti.
b. Uji sampling larutan desinfektan setiap 6 bulan sekali ke laboratorium
yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
9. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Upaya memberikan penyuluhan mengenai kesehatan dan memelihara
lingkungan rumah sakit dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitar ruah
sakit dari PK3RS yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan keliling rumah
sakit kepada karyawan, pengunjung, pasien serta masyarakat setiap 6 bulan
sekali dengan materi menyangkut upaya peningkatan kualitas kesehatan
dalam opersional kegiatan rumah sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara :
a. Wawancara terhadap karyawan atau pasien atau pengunjung atau
pendapat dari instansi pemerintahan tentang upaya penyehatan
lingkungan di rumah sakit.
10
b. Pemantauan terhadap frekuensi keluhan terhadap masalah kesehatan
lingkungan di rumah sakit.
10.Pencahayaan ruangan
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan produktif di
semua bagian dalam dari gedung rumah sakit. Pemantauan dilakukan dengan
cara pengukuran kualitas pencahayaan satu tahun sekali dengan parameter
yang telah ditentukan.
11.Penyehatan udara
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memadai untuk
menjamin kesehatan pemakai ruangan, diseluruh gedung rumah sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban
setiap hari dengan parameter yang telah ditentukan.
12.Kebisingan ruang
Adalah upaya pengaturan tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan, di semua bagian dalam
gedung rumah sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran tingkat
kebisingan setiap satu tahun sekali dengan parameter kebisingan ruangan
adalah :
a. Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45 dBA.
b. Poliklinik / poli gigi maksimum 80 dBA.
c. Laboratorium maksimum 68 dBA.
d. Ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA
13.Instalasi listrik
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga pembangkit
untuk melakukan kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan instalasi
listrik dilakukan dengan cara :
a. Memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari
dengan parameter sesuai dengan daya yang tersedia dari pihak PLN.
b. Pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dilakukan oleh
petugas kantor Departemen Tenaga Kerja setiap 1 tahun sekali.
14.Instalasi pemadam kebakaran
Suatu sistem pendeteksian dini terhadap ancaman terjadinya bahaya
kebakaran dengan alat pendeteksi berupa Heat Detector dan Smoke Detector
yang dilengkapi dengan Fire Alarm. Pemantauan terhadap fungsi sistem
pendeteksian dini ancaman kebakaran dilakukan dengan cara melakukan
simulasi terjadinya ancaman dini bahaya kebakaran setiap 1 tahun sekali.
15.Fasilitas toilet
Tempat yang disediakan oleh rumah sakit sebagai tempat pembuangan dan
atau keperluan lain yang diperuntukkan bagi pasien, pengunjung dan
karyawan. Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara :
a. Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi
sebanyak 3 kali dalam 24 jam.
b. Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam
fasilitas toilet yang dilakukan setiap hari.
c. Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet
setiap 3 bulan sekali.
16.Ketenagaan
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di rumah
sakit aman terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang
diperoleh selama melaksanakan tugas di rumah sakit sehingga karyawan
merasa aman bekerja dan tetap terjaga kesehatannya. Pemantauan terhadap
Kesehatan karyawan dilakukan dengan cara :
a. Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di Rumah
Sakit, yang meliputi pemeriksaan fisik, rontgen, laboratorium rutin serta
evaluasi psikologi.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1
tahun sekali, meliputi pemeriksaan fisik, dan laboratorium lengkap.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat-
tempat khusus, karyawan berusia di atas 40 tahun, karyawan dengan
penyakit-penyakit tertentu yang dianggap beresiko tinggi oleh dokter,
dengan frekuensi pemeriksaan minimal 1 tahun sekali.
17.Alat pelindung diri
Adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap resiko terkontaminasi
diri dari pasien, radiasi penyinaran, bahan berbahaya dan beracun (B3),
penggunaan peralatan, dll.
18.Sertifikasi peralatan medic dan umum
Bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non medik
sebagaimana mestinya sehingga tidak merugikan pengguna alat tersebut.
Pemantauan kelayakan alat medik dan non medik dengan cara uji Kalibrasi
yang dilakukan oleh lembaga pemerintah yang telah ditentukan.
19.Penetapan tempat-tempat beresiko
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui
tempat-tempat yang berbahaya di lingkungan rumah sakit maka diberikan
petunjuk-petunjuk yang ada pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
20.Fasilitas perlengkapan keamanan pasien
12
Merupakan sarana yang berkaitan dengan phisik gedung atau bangunan rumah
sakit dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga
pasien, dan pengunjung. Fasilitas perlengkapan tersebut meliputi :
a. Pegangan pada tepi tangga.
b. Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil.
c. Pintu dapat dibuka dari luar.
d. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi.
e. Sumber listrik (stop kontak) mempunyai pengaman.
f. Pasokan Oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti Kamar Operasi,
HCU, IGD.
g. Tersedia suction / alat penghisap pada keadaan gawat darurat.
h. Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bilamana padam.
BAB IV
KEWASPADAAN BENCANA
A. Pengertian
1. Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manuasi
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan saran dan prasaran umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan
pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara
khusus.
2. Gawat darurat sehari-hari adalah suatu keadaan seseorang secara tiba-tiba
dalam keadaan darurat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan
menjadi cacat / mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
3. Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah yang relative
banyak oleh karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan
kesehatan segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih
besar sehari-hari
4. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang WNI yang meninggalkan tempat
tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan mental akibat ulah manusia
dan bencana alam guna mencari perlindungan maupun penghidupan yang baru.
5. Rencana kedaruratan adalah rancangan atau rencana rumah sakit dalam
penaggulangan bencana baik yang bersifat eksternal (yang terjadi di luar
Rsrumah sakit) maupun internal (yang terjadi didalam rumah sakit)
6. Penanganan Bencana ekternal / External Hospital Disaster Plan adalah
penanganan korban / pasien yang berasal dari kejadian/bencana yang terjadi
di dalam rumah sakit.
7. Penanganan bencana Intern / Internal Hospital Disaster Plan adalah
penanganan korban / pasien yang berasal dari kejadian/bencana yang terjadi
di dalam rumah sakit.
8. Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang terjadi
akibat bencana.
9. Tanggap darurat adalah tindakan-tindakan yang diambil segera setelah terjadi
bencana.
10.Triage adalah pengelompokan korban berdasarkan kegawat daruratnya akibat
trauma penanganan / pemindahannya.
11.Struktur komando bencana adalah suatu system komando / perintah yang
dijalankan hanya pada saat rencana.
14
12.Rehabilitasi
13.Rekontruksi adalah pembengunan kembali semua prasarana dan sarana pada
wilayah pasca bencana, dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
perekonomian, social, dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dala segala aspek kehidupan bermasyarakat
pada wilayah pasca benacana.
14.Tujuan Umum hospital Disaster Plan adalah mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya
masyarakat utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT melalui
pendekatan pemeliharaan kesehatan (propmotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitasi) yang dilaksankan secara menyeluruh.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mewujudkan derajat kesehtan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat
dalam rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT melaui pendekatan pemeliharaan kesehatan (propmotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang dilaksanakan secara menyeluruh.
b. Tujuan Khusus
Pada dasarnya pertolongan yang diberikan bertujuan unuk mencegah terjadinya
kecacatan atau kematian yang dapat dihindarkan, dengan cara memanfaatkan
semua tenaga, fasilitas dan sarana yang telah ada secara efektif, efisien,
terkoordinasi dan terkendali.
C. Sistem Kewaspadaan
Bila ada informasi tentang kemungkinan bencana, direktur Bidang pelayanan medis
selaku incident commander melakukan “Immediate Action” yaitu :
1. Melakukan procedure persiapan meliputi cadangan logistic, arus informasi,
lokasi trise dll.
2. Menginstruksikan semua karyawan yang berada di luar rumah skit untuk
melaporkan kepada unit masing-masing.
3. Rumah sakit dinyatakan dalam keadaan “waspada” atau “stand by”.
4. Keseluruhan aktivitas dikoordinasika oleh Direktur Medis.
5. Tingkat aktivitas sesuai dengan tingkat kewaspadaan yang ditemukan oleh
Direktur pelayanan Medis berdasarkan analisa situasi, meliputi :
D. Pemberlakuan Rencana
1. Pelaksanaan Rencana Kontinjensi ditetapkan oleh Direktur Bidang Pelayanan
Medis selaku Incident Commader (Komandan Bencana).
2. Saat dinyatakan Rencana Kontinjensi diberlakukan, Direktur Bidang Pelayanan
Medis.
a. Mengumumkan pemberlakuan rencana kedaruratan melalui pengeras suara
RS baik secara langsung ataupun melalui petugas informasi umum.
b. Menginformasikan dan menginstruksikan kepada semua unit terkait yang
berada di bawah komandonya untuk melakukan tugas sesuai tanggung
jawab masing-masing.
c. Menilai dan menginstruksikan untuk merelokasi pasien yang sedang
dirawat bila diperlukan.
d. Memberitahukan kondisi kedaruratan tersebut kepada Direktur dan PEMDA
Kabupaten serta BPBD
e. Mengaktifkan pelaksanaan Dukungan Medis (Medical Support) dan
Dukungan Manajemen (Management Support)
3. Medical Support
a. Triage
Triase dilakukan di depan IGD dengan pembagian sebagai berikut :
1) Bantuan Hidup dasar.
2) Korban dengan label merah segera dimasukkan ke IGD.
3) Korban dengan label kuning dikirim ke pintu utama (poliklinik).
4) Korban dengan label hijau diletakkan di teras depan poliklinik.
b. Bantuan Hidup Dasar
Dilakukan di IGD oleh dokter jaga IGD dibantu oleh perawat IGD
c. Bantuan Hidup Lanjutan
Dilakukan di IGD / ruang perawatan oleh dokter jaga IGD / ruangan bila
diperlukan.
d. Procedure Spesialistik
Dilakukan di rawat inap dan kamar operasi oleh dokter spesialis sesuai
dengan kasus penyakit cederanya.
4. Management Support
a. Pos Komando
Pos Komando berada di kantor Direktur Bidang Pelayanan Medis dan
menjadi pusat aktivitas menejemen keseluruhan saat benacna. Apabila
kantor ini karena sesuatu hal (misalnya Terkena dampak bencana) maka
sebagai ruangan cadangan adalah kantor Direktur Utama.
b. Pengaturan staf / karyawan yang libur
16
Semua karyawan yang sedang libur atau diluar shift kerjanya harus
melaporkan posisi masing-masing ke pusat Komando rumah sakit dan
segera datang bila diperlukan / dipanggil.
c. Persiapan Logistik
Bagian Logistik segera menyiapkan peralatan yang diperlukan sesuai daftar
dibuku panduan.
d. Keamanan dan parkiran
Bagian keamanan dan parkiran segera mengamankan jalur keluar masuk
rumah sakit sehingga hanya ada 1 jalur masuk / keluar dan dijaga ketat
agar tidak terjadi kekacauan di dalam rumah sakit.
e. Area Dekontaminasi
Area dekontaminasi segera disiapkan untuk menerima korban dengan
kecurigaan keracunan bahan biologis atau bahan kimia.
f. Data dan Penempatan Korban
Penempatan korban sesuai dengan perencanaan dan dilakukan pendataan
olae rekam medis dengan form khusus bencana.
g. Penanganan korban meninggal
Korban yang meninggal segera dikirim ke kamar jenazah dan dilakukan
prosedur rukti Jenazah dan Pendataan ulang bila diperlukan.
h. Jalur komunikasi (Intern dan Ekstern rumah sakit)
Semua jalur komunikasi ke / dari rumah sakit dilakukan dan diatur melalui
Front office kecuali jalur langsung yang bisa dilakukan dan ruang Pos
Komando bila diperlukan. Sedangkan jalur intern rumah sakit bisa di
lakukan langsung dari bagian masing-masing.
i. Pemberian Informasi kepada Pers dan Keluarga Korban
Jalur komunikasi dengan medis pers dan keluarga korban diatur /
dikendalikan oleh pusat informasi yang dikelola oleh penanggung Jawab
Informasi Publik yaitu manager Pemasaran.
18
BAB V
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
A. Pengertian
1. Pencegahan kebakaran adalah segala usaha secara terencana untuk
menghindari bahaya kebakaran, dalam arti mniadakan kemungkinan akan
timbulnya kebakaran.
2. Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya mencegah dan
menaggulang terjadinya kebakaran, yang meliputi memadamkan, melokalisir,
mengamankan jiwa, harta benda dan penyelidikan sebab terjadinya bencana
kebakaran.
3. Kebakaran adalah proses bertemunya sumber api / panas, oksigen dan material.
4. Bahan mudah terbakar adalah bahan / benda yang apabila terkena panas /
sanat mudah terbakar dan api lebih cepat manjalar (bensin, oli, thiner, cat,
minyak tanah, solar, gas, kertas, tekstil, kayu, karet, dan lain-lain.
5. Bahan berbahaya adalah bahan / benda / zat / elemen / ikatan kimia atau
campurannya bersifat mudah terbakar, atau korosi yang disebabkan oleh
pengolahan, penombunan, penyimpanan, pengepakan, yang dapat
menimbulkan bahaya bagi jiwa manusia, peralatan dan lingkungan (bahan-
bahan kimia, arus listrik, suhu udara).
B. Prinsip Tindakan
1. Padamkan api.
2. Selamatkan jiwa / pasien dan pengunjung.
3. Selamatkan harta benda dengan prioritas.
C. Persyaratan Tindakan
1. Tanggap atas potensi timbulnya bahaya api.
2. Bersikap tenang, penuh perhitungan, dan tidak panik, tahu jenis bahan yang
terbakar, serta jenis alat pemadam api yang digunakan.
3. Tahu tempat alarm, alat pemadam api, dan alat komunikasi.
4. Tahu cara membunyikan alarm.
5. Tahu cara menggunakan alat pemadam api ringan (APAR).
6. Tahu nomor telepon Tim K3, Security / Satpam serta kantor pemadam
kebakaran Kabupaten Kendal.
7. Mampu menenangkan / mengarahkan setiap oreng yang berada di lokasi.
8. Mampu menyelamatkan pasien dengan cara tertentu.
9. Tahu prioritas penyelamatan harta benda.
D. Program Pencegahan
1. Mengetahui secara mendalam pentingnya kondisi yang selamata dan bebas dari
segala keadaan pada bahaya kebakaran dengan berbagai akibatnya.
2. Menghindarkan dan menjauhkan segala bahan dan peralatan yang dapat
mendatangkan atau mengakibatkan kebakaran.
3. Pemeliharaan dan pemeriksaan barang dan peralatan secara periodic, terutama
yang berhubungan dengan pemakaian listrik dan alat beresikotinggi lainnya.
4. Membuat aturan –aturan yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran yang
terisolasikan secara luas.
5. Latihan-latihan pemadam kebakaran dan evakuasi pasien dengan peralatan dan
di sesuaikan dengan procedure tetap yang berlaku di setiap Unit.
6. Memberdayakan fungsi pemantauan yang efektif bagi setiap unit, terutama
bagi para pengunjung dan pegawai rumah sakit yang merokok di sembarangan
tempat.
E. Penaggulangan Kebakaran
1. Dasar
Dalam rangka pelayanan pasin di RSU Ananda Purworejo perlu dipikirkan
adanya satu prosedure pelaksanaan yang baku dalam penanggulangan
kebakaran yang mungkin terjadi di rumah sakit.
2. Tujuan
a. Meninggalkan resiko sekecil apapun yang ditimbulkan dari api.
b. Menyelamatkan jiwa pasien, pengunjung dan petugas.
c. Menyelamatkn sarana, alat, dan bahan (harta benda) yang ada ditempat
kerja.
3. Cara penanggulangan kebakaran
Dalam hal adanya kasus kebakaran, khususnya yang terjadi di Instalasi. Unit
kerja, perlu segera bertindak secara dini, cepat, terpadu, dan terarah, yaitu :
a. Ketika terjadi kebakaran
Prioritas utama
1. Pertolongan jiwa manusia, baik pasien, pengunjung, maupun petugas
yang keadaannya gawat / kondisi kesehatannya tidak memungkinkan
menyelamatkan diri.
2. Sarana, alat dan bahan yang vital / penting perlu didahulukan.
3. Memadamkan api secara dini dengan memakai alat pemadam api
ringan (APAR) yang tersedia di lokasi sambil menunggu pasukan
pemadam kebakaran (satpam).
4. Melaporkan ke Komando Pasukan pemadam kebakaran (Satpam).
Tindakan pemadam kebakaran
20
1. Jika terlihat nyala api (kebakaran) di sebuah area di tempat kerja,
maka segera klasifikasikan jenis kebakarannya (kelas A, B, atau C)
agar penggunaan alat / fasilitas pemadamnya dapat tepat dan tidak
membahayakan petugas.
2. Bunyikan alarm dan segera padamkan nyala api tersebut dengan alat
pemadam Api Ringan (APAR) dan atau fasilitas lain yang tersedia di
tempat tersebut.
3. Bagi tugas dengan kawan petugas setempat untuk menghubungi lewat
telepon, sesuai alur terlampir.
4. Padamkan listrik local pada area tersebut dengan memutuskan aliran
listrik melalui saklar yang berada di tempat tersebut.
5. Selamatkan pasien dan pengunjung rumah sakit melalui jalur aman
yang tersedia, dengan sigap dan cermat sesuai dengan keadaan
tersebut.
6. Selamatkan harta benda yang ada di sekitar lokasi dan mudah
terjangkau, dengan skala prioritas (tingkat biaya, kelangkaan, dan
kegunaan).
7. Lokalisir api dengan menutup rapat-rapat pintu yang berada di area
kebakaran, setelah proses pemadaman dan evaluasi dilakukan. Tungu
pasukan pemadam kebakaran dan pasukan yang lain.
8. Pasukan pemadam kebakaran datang dengan menutup area tersebut
dari manusia.
9. Untuk petugas di unit lain yang jauh dari lokasi kebakaran, berikan
rasa tenang dan aman kepada pasien maupun pengunjung rumah sakit
Evakuasi
1. Melalui jalan yang terdekat / pintu darurat yang tersedia.
2. Khususnya bagi pasien yang harus menggunakan kursi roda atau kereta
dorong, dapat melalui ram sesuai dengan petunjuk yang ditentukan.
3. Untuk penyelamatan sarana dan alat, dikeluarkan dari lokasi
kebakaran ke lokasi yang aman dan memungkinkan untuk diawasi.
b. Setelah kebakaran selesai
1. Koordinasi dengan polisi setempat guna pengamanan TKP.
2. Waspada terhadap timbulnya api susulan dan ledakan.
3. Mendata secara rinci kerugian akibat kejadian kebakaran yang
dilakukan oleh Supervisor unit kerja yang bersangkutan.
4. Melaporkan hasil pendataan kepada Direktur Utama rumah sakit.
22
NO. NAMA NO. TELP KETERANGAN
1 Pos Satpam 802 Telepon Internal
2. IGD 801 Telepon Internal
3. Telepon Darurat 111 Telepon Internal
4. Pemadam Purworejo (0275)323350 Telepon Eksternal
5. Polsek Bayan (0275)6416333 Telepon Eksternal
6. PLN Purworejo (0275)321013 Telepon Eksternal
7. PMI Purworejo (0275)321348 Telepon Eksternal
8. PMI Semarang (024) 3541237 Telepon Eksternal
9. Koramil Bayan (0275)641666 Telepon Eksternal
10. Polres Purworejo (0275)321110 Telepon Eksternal
11. RSUD Tjitrowardojo (0275) 321118 Telepon Eksternal
12. BPBD Purworejo (0275)325667 Telepon Eksternal
13. Dinkes Purworejo (0275)321034 Telepon Eksternal
BAB VI
KEAMANAN PASIEN, PENGUNJUNG DAN PETUGAS
A. Pengertian
1. Pegangan sepanjang tangga atau dinding / railing wall adalah sarana bagian
dari gedung rawat inap yang berguna untuk pengaman pasien berjalan
2. Toilet yang memenuhi standart K3 adalah fasilitas kamar mandi yang
didalamnya terdapat pegangan / safety handle yang diperuntukan jika pasien
lemah
3. Pintu dapat dibuka dari luar adalah daun pintu yang dapat membuka dan
dibuka oleh orang dari luar
4. Tempat tidur standart K3 adalah sarana tempat tidur yang mempunyai fasilias
pengaman berupa terali berjari-jari lebih kecil dari kepala anak.
5. Sumber listrik yang memenuhi syarat K3 adalah fasilitas box sumber listrik yang
memepunyai pengaman penutup.
6. Oksigen yang memenuhi standart K3 adalah pendistribusian dan persediaan
yang cukup untuk kebutuhan pasien
7. Alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction) adalah alat untuk
pertolongan pasien yang membutuhkan pengeluaran lender
8. Tenaga listrik cadangan adalah sumber listrik cadangan yang berfungsi untuk
cadangan jika sumber listrik PLN terdapat gangguan / mati.
B. Persyaratan Teknis
1. Pegangan sepanjang tangga
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan sarana /
prasarana pengaman berupa pegangan sepanjang tangga yang terdapat pada
sisi tangga.
2. Pengaman Tangan
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan sarana /
prasarana pengaman berupa pegangan tangan yang diletakkan pada dinding
luar / dalam ruang dan dinding kamar mandi rawat inap
3. Bel pemanggil
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan sarana /
prasarana pengaman berupa bel pemanggil petugas yang diletakkan pada
dinding sebelah tempat tidur (terjangkau oleh pasien)
4. Dimensi pintu toilet
Pintu kamar mandi yang disyaratkan oleh K3 adalah pintu yang dapat dibuka /
ditutup dari luar untuk pengamanan pasien yang jika sewaktu-waktu pasien
24
yang berada di dalam kamar mandi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dapat
ditolong dari luar serta lebar pintu diisyaratkan sesuai lebar kursi roda /
brankar.
5. Dimensi tempat tidur
Tempat tidur pasien yang diisyaratkan K3 adalah tempat tidur yang mempunyai
fasilitas dan dilengkapi dengan penahan pada tepinya dengan jarak terali lebih
kecil dari pada kepala anak.
6. Pengaman sumber listrik
Sumber listrik yang diisyaratkan K3 adalah sumber listrik yang memepunyai
fasilitas Box
7. Pemasok oksigen
Pemasok oksigen yang diisyaratkan K3 adalah pemasok oksigen yang digunakan
untuk perawatan pasien dengan jumlah dan sirkulasi oksigen yang cukup.
8. Alat penghisap (emergency suction)
Alat penghisap yang diisyaratkan K3 adalah sarana/prasarana yang harus
tersedia di Instalasi Gawat darurat dengan jumlah yang cukup dan selalu siap
jika sewaktu-wktu digunakan
9. Tenaga listrik cadangan
Tenaga listrik cadangan yang diisyaratkan K3 adalah sumber listrik cadangan
yang berfungsi untuk cadangan listrik jika sumber listril PLN terdapat gangguan.
26
Dilakukan pada petugas yang beresiko tinggi tertular hepatitis B,
misalnya analis laboratorium, perawat di bangsal, OK, IGD, dll.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah screening HbsAg, SGOT dan SGPT
bagi petugas. Bila ada indikasi untuk dilakukan vaksinasi, maka segera
dilakukan vaksinasi hepatitis.
3) Screening untuk tuberculosis paru
Dilakukan pada petugas yang beresiko tertular tuberculosis potensial
atau TB paru, antara lain petugas poli penyakit dalam, dan petugas di
bangsal. Pemeriksaan yang dilakukan adalah Ro. thorax minimal 2
tahun sekali dan bila ada gejala klinik mendukung.
4) Anal Swab
Dilakukan pada petugas gizi yang mengolah makanan maupun yang
menyajikan makanan, tujuannya untuk mencegah penularan beberapa
penyakit melalui makanan. Dilakukan minimal setahun sekali.
d. Monitor paparan radiasi untuk petugas radiologi
1) Pemeriksaan klinik lengkap dilakukan pada pegawai baru
2) Pemeriksaan paparan dosis radiasi diperiksa dengan alat monitor
perorangan dengan menggunakan film badge. Tiap-tiap orang punya
paparan radiasi yang diterima
3) Pemeriksaan klinik yang perlu ditekankan antara lain adalah kondisi
kulit (eksim terutama dua tangan dan lengan) dan mata (katarak),
dilakukan setahun sekali
4) Pemeriksaan hematologis untuk pekerja radiasi yang perlu adalah darah
rutin dan morfologi darah tepi. Dilakukan setahun sekali.
2. Menyediakan alat pelindung diri untuk petugas rumah sakit
Rumah sakit berkewajiban menyediakan alat pelindung diri bagi petugas rumah
sakit sesuai dengan jenis pekerjaan da resiko pekerjaan yang dihadapi. Jumah
dan kualitasnya harus memadai.
3. Upaya penyehatan lingkungan kerja rumah sakit
Mengacu pada Permenkes 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit.Penyehatan lingkungan rumah sakit adalah
segala upaya untu menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah sakit dan
pengaruhnya terhadap manuasia. Tujuannya adalah untuk mencapai kondisi
lingkungan rumah sakit yang bersih, nyama, dan terlindunginya lingkungan dan
komunitas rumah sakit dari pencemaran fisika, kimia, mikrobiologi dan
radioaktif. Upaya penyehatan lingkungan ini meliputi :
a. Penyehatan ruang dan bangunan
b. Penyehatan makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pemeriksaan limbah radioaktif
e. Penyehatan tempat cucian linen
f. Pengolahan limbah cair
g. Pengolahan limbah padat domestic dilakukan setiap hari
h. Pengolahan limbah padat medis dilakukan setiap hari
i. Pengendalian serangga dan tikus
j. Sterilisasi dan desinfeksi ruang
k. Penyuluhan kesehatan lingkungan
4. Pemantauan pemeliharaan alat dan sarana rumah sakit
Semua peralatan medis, non medis dan prasarana yang ada dan digunakan di
rumah sakit harus memenuhi persyaratan.
5. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
a. Mencegah terjadinya kecelakaan
b. Laporan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
6. Penyediaan alat-alat untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dan
bencana di rumah sakit
Untuk mencegah dan menaggulangi kebakaran dan bencana yang mungkin
timbul di rumah sakit maka dibentuk Tim Penanggulangan Kebakaran dan
Bencana.
28
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAI
A. Pengertian
1. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat sekelilingnya,
agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal (UU Kesehatan 1992 pasal 23)
2. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja atau kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja dan
kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan menuju tempat kerja atau
kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja yang masih berhubungan
dengan pekerjaan.
3. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
(Permenakertrans Nomor:01/Men/1981.Pasal 1 ayat a).
4. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Kepres Nomor:22 tahun 1003 tentang
penyakit yang timbul akibat hubungan kerja).
5. Tempat beresiko adalah tempat kerja di lingkungan RSU Ananda Purworejo
yang karena jenis maupun proses kegiatan di tempat tersebut dapat
menyebabkan lingkungan kerjanya menimbulkan resiko terjadi kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dan atau gangguan kesehatan lainnya bagi pekerja
yang ada di dalam tempat kerja tersebut.
6. Tempat beresiko dibedakan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan
jenis resiko yang dapat menyababkan kecelakaan maupun penyakit. Di dalam
denah masing-masing kelompok diberi tanda dengan warna yang berbeda.
7. Alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari
bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan
dalam UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
8. Alat Pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan
pekerjaan beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cidera
akibat kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja
B. Kecelakaan Kerja
1. Penggolongan kecelakaan kerja
a. Kecelakaan di tempat kerja
Kecelakaan di tempat kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja di
tempat kerja selama dalam jam kerja, baik yang disebabkan oleh proses
kerja, alat-alat kerja maupun lingkungan
b. Kecelakaan dalam perjalanan
Kecelakaan dalam perjalanan adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja
selama dalam perjalanan dari rumah tinggak perkerja menuju ke tempat
kerja atau dari tempat kerja pulang menuju tempat tinggal pekerja dengan
jalur yang biasa dilauli oleh pekerja dan masih dalam tenggang waktu yang
wajar atau kecelakaan yang terjadi saat pekerja dalam perjalanan pergi dan
pulang menuju ke suatu tempat yang masih berhubungan dengan
pekerjaanya
2. Biaya pengobatan
Biaya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pengobatannya ditanggung
oleh rumah sakit dengan memperhatikan jaminan atau asuransi yang diberikan
kepada pekerja yang bersangkutan.
Jenis dan status kepegawaian bagi pekerja yang bekerja di RSU Ananda
Purworejo mengacu pada ketentuan yang berlaku di RSU Ananda Purworejo.
Bagi pekerja dari pihak ketiga (out sourching) yang melaksanakan pekerjaan
RSU Ananda Purworejo adalah menjadi tanggung jawab pihak ketiga dan tidak
masuk dalam ketentuan ini.
Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan dan merupakan kecelakaan
lalu lintas yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang, biaya perawatan /
pengobatannya diklaimkan kepada PT Jasa Raharja sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Dalam hal ini RSU Ananda Purworejo hanya membantu sesuai
ketentuan yang berlaku untuk itu.
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja biaya pengobatan di klaimkan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Penerimaan gaji selama pengobatan
Bila selama pengobatan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tidak dapat
masuk kerja, maka gaji uang kesejahteraan diterimakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Ganti rugi cacat
Bila setelah pengobatan akibat kecelakaan kerja ini ternyata timbul cacat
permanen, maka pekerja tersebut berhak mendapat santunan cacat sesuai
dengan ketentuan peraturan.
5. Santunan Kematian
Santunan kematian akibat kecelakaan kerja dibayarkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di RSU Ananda Purworejo.
6. Pelaporan kecelakaan kerja
Sistem pelaporan kecelakaan kerja diatur dalam pedoman pelaporan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
30
7. Pengawasan dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi kecelakaan kerja dilakukan ileh Tim K3 minimal satu
tahun sekali, disampaikan kepada Direktur RSU Ananda Purworejo.
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan untuk karyawan RSU Ananda Purworejo dapat
dikategorikan menjadi 3 jenis pemeriksaan kesehatan yang digunakan sebagai
dasar memantau tingkat kesehatan karyawan, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan prakarya / sebelum bekerja
32
Pemeriksaan kesehatan prakarya / sebelum bekerja adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan lama yang akan
dimutasikan ke tempat lain yg bekerja di tempat tersebut. Tujuan pemeriksaan
ini adalah untuk melakukan seleksi karyawan sesuai dengan tuntutan pekerjaan,
menempatkan karyawan sesuai dengan faktor resiko, kapasitas kerja dan
keterbatasan pekerjaan, serta untuk membuat data dasar kesehatan karyawan.
Pemeriksaan kesehatan pekarya meliputi:
a. Pemeriksaan klinis dan penunjang secara umum
b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan resiko penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh lingkungan kerja maupun proses kerja di tempat kerja
tertentu
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan untuk karyawan
yang dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali, dalam hal ini karyawan
yang berada di tempat kerja beresiko sesuai dengan jenis dan tingkat resiko
yang dihadapi. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk
mendeteksi secara dini gangguan-gangguan kesehatan yang mungkin terjadi
akibat resiko yang ditimbulkan akibat pekerjaannya maupun lingkungan
kerjanya.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
untuk karyawan yang mengalami Kecelakaan Kerja (KK), penyakit akibat kerja
(PAK) atau yang hasil pemeriksaan berkala menunjukkan perubahan kearah
resiko terkena penyakit akibat kerja. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala
khusus adalah untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dari
kemungkinan terjadi penyakit akibat kerja dan rekomendasi pelaporan untuk
karyawan yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja dan menganalisa
perjalanan penyakit akibat kerja untuk menempatkan kembali karyawan yang
sembuh dari sakit.
E. Tempat-Tempat Beresiko
Upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat berupa pengendalian lingkungan kerja, prosedur kerja yang
baik, penggunaan alat pelindung diri maupun pemeriksaan kesehatan berkala
dengan mempertimbangkan prioritas pada tempat-tempat yang resikonya lebih
tinggi. Pengendalian lingkungan kerja untuk tempat-tempat beresiko mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit mengacu pada permenkes
No.1204/Menkes/Per/XI/2004 tentang persyaratan Lingkungan Kerja rumah sakit
dan keputusan Dirjen PPM&PLP No.HK.00.06.6.44 tahun 1993 Tata cara dan
petunjuk teknis penyehatan lingkungan rumah sakit.
Prosedur kerja di tempat beresiko memperhatikan keselamatan dan kesehatan
para petugas yang bekerja, sesuai dengan jenis kegiatan maupun resiko masing-
masing.
34
mengerjakan pekerjaan yang beresiko. Jenisnya kaca pelindung wajah
(faceshield), topi pelindung kepala (industri safety helmet), topi penutup
rambut
3. Pelindung telinga
Merupakan alat untuk melibdungi telinga ketika melakukan pekerjaan di
tempat yang mempunyai intensitas kebisingan yang mengganggu kenyamanan
kerja, bahkan dapat merusak organ pendengaran. Tujuan digunakannya alat ini
untuk menjaga keselamatan kerja, melindungi cedera terutama pada organ
pendengaran. Jenisnya, ear mufflers (pelindung telinga dengan daun telinga
tertutup rapat)
4. Pelindung tangan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
tangan, baik hanya meliputi telapak tangan ,maupun sampai bagian lengan
ketika melakukan pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk
melundungi kedua tangan dari cedera maupun dari terkenanya bahan kimia,
cairan tubuh dan panas, yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Jenisnya, sarung tangan pelindung bahan kimia, sarung tangan pelindung
tergores, sarung tahan biasa, sarung tangan pelindung panas.
5. Pelindung badan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi badan bagian
depan, pakaian dan tubuh seluruhnya. Tujuan digunakannya alat ini adalah
untuk melindungi badan bagian depan, pakaian, tubuh seluruhnya dari ceceran,
tumpahan dan percikan dari bahan cair, gas, hembusan uap, radiasi atau
partikel-partikel yang dapat merusak kesehatan. Jenisnya pakaian kerja,
pakaian pelindung biasa, pakaian radiasi / apron.
6. Pelindung kaki
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
kaki, baik hanya sampai pergelangan kaki maupun sampai bagian bawah lutut.
Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi kedua kaki dari cedera
atau terkena bahan kimia. Jenisnya, sepatu pelindung biasa dan boots.
BAB VIII
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA
36
b. Untuk pengkondisian udara yang menggunakan exhause fan, letaknya pada
ketinggian minimal 2 meter dari atas lantai atau minimal 40 cm dari langit-
langit.
c. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang, dilakukan fogging sesuai
dengan jadwal rutin dan kebutuhan.
d. Untuk memantau kualitas udara, minimal dua kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara (kuman).
4. Kebisingan
Sumber bising yang berasal dari mesin-mesin, dilakukan pemeliharaan secara
rutin atau sesuai dengan kebutuhan.
38
BAB IX
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
A. Pendahuluan
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, Keterampilan,
dan pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan / unsur-unsur
K3 maka dipandang perlu untuk melaksanakan pendidikan dan latihan K3.
Tujuan diselenggarakankannya diklat K3 adalah untuk membentuk karyawan
yang peka, tanggapdan waspada terhadap K3 sehingga mempunyai kesadaran dan
kemauam untuk melakukankegiatan-kegiatan K3.
Bentuk atau jenis pengembangan SDM tersebut antara lain berupa pendidikan
formal ahli K3, pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal, kegiatan ilmiah dan
studi banding.
B. Tujuan
Tujuan pengembangan / peningkatan kemampuan SDM ini diarahkan untuk:
1. Mempersiapkan tenaga / SDM bidang K3 agar memenuhi kebutuhan rumah sakit
baik dalam jumlah maupun kualitas / kemampuan yang diperlukan sesuai
dengan standar.
2. Meningkatkan kualitas / kemampuan tenaga yang sudah ada agar mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan maupun mengikuti perkembangan masyarakat
dan dunia khususnya dibidang K3.
3. Mempersiapkan keahlian khusus bidang K3 bagi tenaga yang sudah ada untuk
mengadakan refreshing, penyegaran, pengetahuan keterampilan, bisa dengan
cara bekerja sama dengan pihak ketiga.
C. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengembangan / peningkatan kemampuan SDM meliputi:
1. Pendidikan formal ahli K3
2. Pelatihan baik teknis / fungsional / manajemen
3. Kegiatan ilmiah seperti seminar
4. Studi banding
D. Peserta
Peserta adalah SDM RSU Ananda Purworejo yang terdiri dari:
1. Medis
2. Paramedis
3. Non medis
E. Jenis Pendidikan
1. Pelatihan formal: Pendidikan ahli K3, pelatihan K3 (inhouse atau exhouse
training)
2. Non Formal: seminar, pelatihan oleh instalasi terkait
40
BAB X
PENGUMPULAN DAN PELAPORAN DATA
A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
sebuah kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal.
Evaluasi bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah dilakukan
sekaligus memberikan penilaian apakah kegiatan yang dilakukan telah mencapai
sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan belum memenuhi harapan sehingga
perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasarayang diharapkan.
B. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan - kegiatan
atau yang telah dibuat.
Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil
pelaksanaan kegiatan atau evaluasi.
C. Kegiatan
1. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur – unsur K3 rumah
sakit.
2. Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil pelaksanaan
kegiatan K3.
3. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi.
4. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada
direktur rumah sakit.
42
BAB XII
PENUTUP
Demikian Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ini disusun untuk
dapat digunakan sebagai pedoman dan pegangan oleh seluruh karyawan di RSU
Ananda Purworejo untuk pelaksanaan program-program K3 dimasing-masing unit kerja.
Adapun secara teknis penerapan dari pedoman ini, dijabarkan di dalam
ketentuan-ketentuan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana.
DAFTAR PUSTAKA
44