Anda di halaman 1dari 37

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Esa karena atas Karunia dan
RahmatNya akhirnya Buku Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) RSU
Mohammad Noer Pamekasan dapat disusun.

Dengan telah diselesaikannya Buku Pedoman ini diharapkan adanya kesamaan


pandangan dari semua satuan kerja maupun petugas yang ada di RSU Mohammad Noer
Pamekasan dalam menghadapi Bencana yang bisa datang sewaktu-waktu dan tidak terduga
sebelumnya, sehingga penanganan baik terhadap bencana eksternal maupun internal bisa tetap
terkoordinir, cepat dan tepat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan sehingga akhirnya bisa tersusun Buku Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS), dalam pelaksanaanya nanti Buku Pedoman ini akan dilakukan evaluasi
untuk perbaikan pelayanan di rumah sakit dalam menghadapi bencana.

Direktur RSU Mohammad Noer Pamekasan

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pokok bahasan yang disusun di dalam buku pedoman ini adalah pedoman tentang
keselamatan kerja, kesehatan, kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana, yang selanjutnya
disingkat dengan K3.
Buku Pedoman K3 ini sebagai salah satu proses komitmen menajemen stratejik guna
memperlancar usaha berproduksi dan meningkatkan kerjasama saling pengertian dan
partisipasif efektif antara pihak manajemen dengan tenaga kerja/petugas untuk bersama-sama
melaksananakan tugas dan kewajiban di bidang K3 rumah sakit.
Upaya Keselamatan Kerja merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya promotif,
prefentif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan sehingga setiap
pekerja dapat bekerja selamat dan sehat, tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun
masyarakat atau orang lain di sekelilingnya dan tercapai produktivitas kerja yang optimal.
Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
produktifitas pekerja rumah sakit.

B. Maksud Dan Tujuan


Pedoman K3 ini disusun dengan maksud untuk memberikan kejelasan pelaksanaan dan
kegiatan yang berkaitan dengan bidang K3 di Rumah Sakit Umum Mohammad Noer Pamekasan.
Adapun tujuannya adalah sebagai pedoman dan penanganan bagi seluruh karyawan/petugas
yang memenuhi syarat-syarat K3.

C. Dasar Hukum
Dasar pertimbangan disusunnya Buku Pedoman K3 di Rumah Sakit Umum Mohammad
Noer Pamekasan mengacu pada peraturan perundang-undangan, sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 8 ayat (1): Pengurus
diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang akan diberikan padanya. Ayat (2): pengurus perusahaan wajib untuk
memeriksakan kesehatan tenaga kerja sejak akan masuk kerja, selama bekerja dan akan
dipindahkan ke tempat atau pekerjaan lain.
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Sesuai dengan pasal 164 ayat
(1): upaya Kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerja.
Ayat (3): Upaya Kesehatan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap
orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pasal 165 ayat (1):
Pengelolaan tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Ayat (2): Pekerja
wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati
peraturan yang berlaku di tempat kerja. Ayat (3): Dalam penyeleksian pemilihan calon
pegawai pada perusahaan/instansi, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Ayat (4):
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 166 ayat (1): majikan atau
pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan
kesehatan pekerja. Ayat (2): Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan
kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan masing-masing.
3. Undang-Undang No.25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan pasal 108 ayat (1): setiap
pekerja mempunyai hak memperoleh atas kesehatan dan keselamatan kerja, moral dan

2
kesusilaan serta perilaku yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai
agama. Ayat (2): Untuk melindungi kesehatan pekerja guna mewujudkan produktifitas
tenaga kerja yang optimal diselenggarakan upaya kesehatan kerja.
4. Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja pasal 2: Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan
kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan
kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.
5. Keputusan Presiden RI No.3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsian di Indonesia.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja yang merupakan pedoman untuk melaksanakan K3 di
kegiatan perusahaan.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 432/MENKES/IV/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit

D. Pengertian
1. Tempat kerja adalah tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana karyawan atau yang sering dimasuki karyawan untuk melaksanakan
tugas.
2. Karyawan adalah tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun
diluar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk menekan atau mengurangi
resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan antara
kesehatan & keselamatan.
4. Upaya kesehatan adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap kerja karyawan dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya.
5. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga & tidak diharapkan, karena peristiwa
tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan dan
tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material maupun
penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.
7. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan yang
mengandung paparan/kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.

3
BAB II
RUANG LINGKUP
PEMBENTUKAN ORGANISASI K3

A. Organisasi
Organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit Umum Mohammad Noer
Pamekasan disebut sebagai Komite K3. Dalam pengorganisasiannya melibatkan seluruh unsur
yang ada di RS sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Namun demikian untuk
menjamin terlaksananya K3 dengan baik diperlukan keterpaduan antar fungsi dalam organisasi
dan antar jenjang dalam fungsi serta harus dinyatakan secara jelas dalam uraian tugas.
Pembentukan Panitia K3 bermaksud untuk menentukan dan membagi tugas, wewenang,
dan tanggungjawab dalam melakukan pengawasan, pengkoordinasian dan pengendalian
kegiatan K3 di rumah sakit terhadap seluruh pegawai, dokter, pasien dan pengunjung lainnya.
Kepanitiaan K3 dibentuk bertujuan untuk menciptakan kondisi sehat, aman dari
kecelakaan kerja dan lingkungan yang nyaman bagi pegawai sehingga produktivitas kerja
meningkat dan rasa aman dari bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
Panitia K3 rumah sakit (PK3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh Direktur Rumah
Sakit berdasarkan pada usulan-usulan dan pertimbangan yang disampaikan oleh Wakil
Direktur Umum dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-masing PK3RS, kemudian
ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
1. Tugas Pokok
a. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan prosedur
yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah sakit
b. Membuat program keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah sakit
c. Memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada Direksi mengenai masalah-
masalah yang berkaitan dengan bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah sakit
2. Fungsi
Fungsi Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit Umum Mohammad Noer
Pamekasan adalah:
a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan yang
berhubungan dengan bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah sakit.
b. Membantu Direksi dalam melaksanakan dan meningkatkan upaya promosi, sosialisasi
dan pelatihan bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit.
c. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan koreksi.
d. Investigasi dan melaporkan kecelakaan kerja.

B. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER
PAMEKASAN Nomor: 440/604/AKREDITASI/102.6/2018 bentuk organisasi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN adalah berupa
Komite K3 yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur RUMAH SAKIT UMUM
MOHAMMAD NOER PAMEKASAN.
Adapun struktur organisasi Komite K3 RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER
PAMEKASAN adalah sebagai berikut:

4
STRUKTUR ORGANISASI KOMITE K3
RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN

DIREKTUR
dr. SETYA BUDIONO, M.Kes

Ketua
dr. DEDDY FRANSIESKA

Wakil ketua
Moh.Yasif, S. Kep. Ns
Sekretaris
Sri Hartatik H, S. Kep. Ns
Lisdiawati, Amd.Kep

Koordinator Koordinator Koordinator Bahan dan Koordinator Pengaman Koordinator Koordinator Penjamin
Kesehatan, Pengamanan Limbah B3 Alat Medis Penanggulangan Sanitasi
Keselamatan dan kerja Bangunan dan Utilitas Bencana

Dr. Istianah Sayuri Ach. Kusairi Amd. Kep Bambang Andy Suharto, Amd.TEM Sarifudin, S.Kep.Ns Tun Luluk Hairuni, Amd.Kl
Fitradiyah Amd. Keb Sumadji maryono Abdi Shodaq Hesti Rusdiatul Fatatik Purnomo, Yudi Septian Dwi Cahyono, Amd.Kep Elde Alifi Subhan Syadad, Amd.Rad
Sudiyanto Moh. Tohed E. Widiastuti Wulandari, Amd. Amd.Kep Ach. Firman Zuhdi, Amd.Kep Lutfi Rindawati, Amd.Gz
Sakur Amr AK Suhartono Ariyanto, S. Kep., Ns.
Ach. Kuzairi

5
C. Uraian Tugas TIM K3-RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
1. Ketua
a. Mengkoordinasi kegiatan K3 RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER
PAMEKASAN
b. Memimpin rapat/pertemuan Tim K3
c. Menyusun rencana kerja/program kerja Tim K3
d. Mengevaluasi hasil kegiatan K3
e. Melaporkan hasil kegitan K3 ke Direktur
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD
NOER PAMEKASAN
g. Memberikan saran dan pertimbangan kepada direktur mengenai pelaksanaan
K3 di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
2. Wakil Ketua
a. Membantu Ketua dalam melakukan koordinasi kegiatan K3 RUMAH SAKIT
UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
b. Mewakili ketua bila berhalangan
c. Berperan serta dalam menyusun rencana kerja/program kerja Tim K3
d. Bersama-sama mengevaluasi hasil kegiatan K3
e. Memantau pelaksanaan kegiatan K3
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada ketua mengenai pelaksanaan K3
di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
3. Sekretaris
a. Melaksankan kegiatan administrasi Tim K3
b. Mengumpulkan prosedur kerja dari tiap instansi/unit kerja yang terkait
c. Melaksanakan tugas lain dari ketua Tim K3
d. Membantu memantau pelaksanaan K3 di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD
NOER PAMEKASAN
e. Mengkoordinator pelaksanaan kegiatan K3 bila ketua sedang berhalangan
4. Koordinator Kesehatan, Keselamatan dan Kerja
a. Mengikuti rapat Tim K3
b. Melakukan koordinasi dengan anggotanya untuk melaksanakan upaya
kesehatan kerja promotif. Preventif, kuratif, rehabilitatif di seluruh unit kerja
Rumah Sakit
c. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai kesehatan kerja kepada karyawan
Rumah Sakit
d. Membimbing dan mengarahkan karyawan di seluruh unit kerja agar bekerja
sesuai prosedur
e. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman di seluruh unit
kerja
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Ketua Tim K3 secara berkala ataupun
insidental
g. Mematau pelaksanaan kegiatan K3 di seluruh Rumah Sakit
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan kesehatan kerja
5. Koordinator pengaman bangunan dan utilitas
a. Mengikuti Rapat Tim K3
b. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai bangunan dan utilitas
c. Membimbing dan mengarahkan staf di seluruh unit kerja agar bekerja sesuai
dengan prosedur
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman diseluruh unit
kerja Rumah Sakit secara berkala
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada ketua Tim K3 secara berkala ataupun
insidental
f. Membuat analisa situasi sarana dan prasarana Rumah Sakit dan program kerja
bidang keselamatan kerja
g. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 bidang pengaman bangunan dan utilitas
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan keselamatan
kerjadi rumah sakit.
6. Koordinator bahan dan limbah B3
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksanakan penyuluhan K3 mengenai bahan dan limbah B3

6
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bekerja sesuai
dengan prosedur
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman diseluruh unit
kerja Rumah Sakit secara berkala
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada ketua Tim K3 secara berkala ataupun
insidental
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai bahan dan limbah B3
g. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan upaya
penyehatan lingkungan Rumah Sakit
7. Koordinator pengaman alat medis
a. Mengikuti rapat Tim K3
b. Melakukan penyuluhan K3 mengenai pengamanan alat medis
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan Rumah Sakit agar bekerja sesuai
prosedur
d. Membuat analisis situasi program kerja bidang alat medis
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Ketua K3 secara berkala ataupun
insidental
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai pengamanan alat medis
g. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan keselamatan
kerja bidang pengamanan alat medis
8. Koordinator penanggulangan bencana
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar bekerja sesuai
dengan prosedur.
d. Mengusulkan kelengkapan dan pemeriksaan alat pemadam Api
e. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Koordinator Bidang kebakaran dan
Kewaspadaan bencana
f. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan Kerja
g. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanaan keselamatan
kerja dan kesehatan kerja di unit kerja yang terkait dengan bahan berbahaya
9. Koordinator penjamin sanitasi
a. Mengikuti rapat tim K3
b. Melaksankan penyuluhan K3 mengenai Kesehatan Kerja
c. Membimbing dan mengarahkan karyawan di Rumah Sakit agar bekerja sesuai
dengan prosedur
d. Mengusulkan kelengkapan alat pelindung diri dan pengaman di unit kerja
e. Membuat program dan memantau pelaksaan upaya penyehatan makanan dan
minuman, kesehatan lingkungan
f. Melaporkan hasil kegiatan K3 kepada Ketua K3 secara berkala ataupun
insidental
g. Memantau pelaksanaan kegiatan K3 mengenai Keselamatan kerja
h. Memberikan saran dan pertimbangan mengenai pelaksanan keselamatan
kerja dan kesehatan kerja di unit kerja terkait dengan bahan bahaya.

7
BAB III
TATA LAKSANA
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

A. Falsafah
Terciptanya suasana dan lingkungan kerja yang sehat aman dan nyaman bagi
penghuninya dengan cara membangun, melengkapi, menjalankan dan memelihara
sumber daya yang tersedia secara optimal sesuai tujuan pelayanan kesehatan di RUMAH
SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN, sebagai perwujudan Iman, Taqwa dan
landasan amal Sholeh kepada Allah SWT.

B. Visi
1. Terciptanya tempat kerja dan lingkungan yang sehat, aman dan nyaman bagi seluruh
karyawan dan pelanggan
2. Tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu serta produktifitas kerja yang
tinggi
3. Sebagai rujukan di bidang keselamatan dan Kesehatan kerja Rumah Sakit wilayah
Madura

C. Misi
Mewujudkan kualitas kesehatan pekerja yang setinggi-tingginya melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga tercipta suasana kerja yang sehat,
aman dan nyaman bagi seluruh karyawan dan pelanggan

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Falsafah dan Tujuan
Rumah Sakit dibangun, dilengkapi dengan peralatan, dijalankan dan dipelihara
sedemikian rupa untuk menjaga keamanan dan mencegah kebakaran serta
persiapan menghadapi bencana. Hal ini bertujuan untuk menjamin dan
menjaga keselamatan hidup pasien, pegawai dan pengunjung.
b. Administrasi dan Pengelolaan
Ditetapkan seorang pejabat sebagai Pimpinan yang bertanggung jawab atas
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dan bencana. Ada
unit/tim dengan tugas menyusun dan menetapkan program keselamatan kerja
c. Staf dan Pimpinan
Pimpinan dan saff dari unit/tim harus memiliki pengetahuan, keterampilan,
pengalaman dalam menanggulangi K3, upaya menjamin keselamatan kerja
serta mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bencana serta
mampu melaksanakan pertolongan hidup dasar (basic life support)
d. Fasilitas
Tersedia fasilitas peralatan yang cukup serta siap pakai terus menerus untuk
menunjang program keselamatan kerja, menanggulangi bahaya kebakaran
dan bencana.
e. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan, prosedur, peraturan dan pedoman tertulis harus diterapkan di tiap
unit kerja dan berlaku bagi setiap orang dalam upaya mencapai keselamatan
kerja serta mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bencana.
f. Pengembangan Staf dan Program pelatihan
Adanya program tertulis tentang pendidikan dan pelatihan bagi staf unit untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keselamatan
kerja, bahaya kebakaran dan bencana
g. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Adanya prosedur tertulis tentang pelaksanaan evaluasi dari program
keselamatan, kesehatan dan bencana.

8
E. Lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1. Penyediaan air bersih dan air minum
Pemantauan air bersih dan air minum dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa dan menjamin ketersediaan air bersih dan air minum yang
dilakukan setiap hari pada penampungan air bersih dan gudang air minum.
b. Mengirimkan sampel air minum dan air bersih ke laboratorium BTKL
dengan frekuensi pengiriman sebanyak 4 kali setahun dengan parameter
bekteriologi dan kimia dan merujuk pada keputusan Dirjen P2MPLP Nomor:
HK.00.06.6.44 tahun 1993 tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata cara
penyehatan lingkungan rumah sakit dengan hasil yang segera dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
2. Pengelolaan limbah
Pengelolaan terhadap semua air buangan dan tinja hasil kegiatan operasional
Rumah Sakit sehingga memenuhi persyaratan penetapan dan baku mutu air
sungai/badan air serta baku mutu limbah cair. Pemantauan pengelolaan air limbah
dilakukan dengan cara:
a. Pemeriksaan setiap hari terhadap fungsi IPAL dengan memperhatikan
parameter fisik dan bau.
b. Pemeriksaan setiap hari tempat penyimpanan limbah B3
c. Mengirimkan sempel air limbah dari IPAL ke BPLHD sebanyak 4 kali setahun.
3. Pengelolaan sampah
Untuk kategori sampah non medis dilakukan pengelolaan dengan cara dimasukkan
ke dalam kantong plastik berwarna hitam. Untuk kategori medis, pengelolaan
sampah dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning. Pemantauan
pengelolaan sampah dilakukan dengan cara:
a. Pemeriksaan kebersihan TPS non Medis dan Medis setiap hari dengan lembar
kontrol.
b. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap proses pemisahan sampah medis
dengan sampah non medis.
c. Wawancara dengan pegawai, pengunjung serta warga sekitar tentang
pengelolaan sampah.
4. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Kegiatan yang bertujuan menekan kepadatan populasi serangga, tikus, kucing,
cacing, rayap atau hewan yang menjadi perantara menularkan penyakit tertentu.
Pemantauan pengendalian serangga dan binatang pengganggu dilakukan dengan
cara:
a. Melakukan pemantauan terhadap kebersihan baik dalam gedung maupun luar
gedung setiap hari dengan alat bantu checklist.
b. Melakukan uji sampling kepadatan lalat, kecoa, dan nyamuk setiap 3 bulan
sekali dengan parameter: lalat adalah 8 ekor/flygrill (100x100cm)/menit,
parameter kecoa adalah 2 ekor/plate (20x20cm)/24 jam. Parameter nyamuk
adalah angka Container Index ≤ 5%.
c. Pemantauan tingkat kepadatan tikus dengan parameter tingkat kepadatan
tikus mendekati angka 0 setiap 3 bulan sekali.
5. Sanitasi makanan
Upaya memantau faktor makanan, petugas, tempat dan perlengkapan yang
mungkin dapat menimbulkan penyakit terhadap pasien dan pegawai Rumah Sakit.
Kegiatan dilakukan di dapur dan pantry sebagai tempat pengolahan dan
pengelolaan makanan. Pemantauan terhadap sanitasi makanan dilakukan dengan
cara:
a. Pemantauan terhadap pelaksanaan 6 prinsip hygiene sanitasi makanan
dengan mengisi lembar kontrol yang tersedia setiap bulan.
b. Pemeriksaan Kesehatan khusus terhadap tenaga penjamah makanan minimal
sekali dalam setahun yang hasilnya segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
c. Pemeriksaan sampel makanan ke BTKL setiap 3 bulan sekali dengan hasil
segera dievaluasi dan ditindaklanjuti.
d. Pengukuran suhu dan kelembaban ruang dapur setiap 1 bulan sekali, segera
dievaluasi dan ditindak lanjuti.

9
6. Penyehatan ruang laundry
Upaya penyehatan tehadap tempat dan sarana pencucian linen hingga linen siap
dipakai dalam kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan terhadap ruang
laundry meliputi:
a. Proses pencucian dan penghalusan sesuai standar yang telah ditentukan.
b. Penggunaan APD di ruang laundry
c. Pengukuran suhu dan kelembaban setiap bulan dan dilakukan evaluasi serta
tindak lanjut dari hasil pengukuran
7. Infeksi nosokomial
Kegiatan pemantauan Infeksi Nosokomial dilakukan dengan cara:
a. Terhadap proses tindakan bagi pasien dengan standar yang telah ditetapkan
b. Pemeriksaan bakteriologis terhadap kualitas udara ruangan, usap peralatan
medis, usap linen, usap tangan dan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yang
kemudian dievaluasi dan ditindak lanjuti.
c. Terhadap kepadatan serangga dan binatang pengganggu.
8. Desinfeksi
Pemantauan proses desinfeksi dilakukan dengan cara:
a. Usap peralatan medis/instrument setiap 3 bulan sekali ke BTKL yang hasilnya
dievaluasi dan ditindak lanjuti.
b. Uji sampling larutan desinfektan setiap 6 bulan sekali ke laboratorium yang
hasilnya segera dievaluasi dan ditindak lanjuti
9. Penyuluhan kesehatan lingkungan
Upaya memberikan penyuluhan mengenai menyehatkan dan memelihara
lingkungan Rumah Sakit dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekita RS dari
PK3RS yang dilaksanakan oleh petugas kesling rumah sakit kepada karyawan,
pengunjung, pasien serta masyarakat setiap 6 bulan sekali dengan materi
menyangkut upaya peningkatan kualitas kesehatan dalam operasional kegiatan
Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara:
a. Wawancara terhadap karyawan atau pasien atau pengunjung atau pendapat
dari instansi pemerintahan tentang upaya penyehatan lingkungan di Rumah
Sakit.
b. Pemantauan terhadap frekuensi keluhan terhadap masalah kesehatan
lingkungan di Rumah Sakit.
10. Pencahayaan ruangan
Adalah pengaturan jumlah penyinaran pada suatu ruang bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan produktif di semua
bagian dalam dari gedung Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara
pengukuran kualitas pencahayaan satu tahun sekali dengan parameter yang telah
ditentukan.
11. Penyehatan udara
Adalah upaya untuk melakukan penyehatan udara segar yang memadai untuk
menjamin kesehatan pemakai ruangan, diseluruh gedung Rumah Sakit.
Pemantauan dilakukan dengan cara mengukur tingkat suhu dan kelembaban setiap
hari dengan parameter yang telah ditentukan.
12. Kebisingan ruang
Adalah upaya pengaturan tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan, di semua bagian dalam gedung
Rumah Sakit. Pemantauan dilakukan dengan cara pengukuran tingkat kebisingan
setiap satu tahun sekali dengan parameter kebisingan ruangan adalah:
a. Ruang perawatan, isolasi, radiologi, operasi maksimal 45 dBA.
b. Poliklinik/poli gigi maksimum 80 dBA.
c. Laboratorium maksimum 68 dBA.
d. Ruang cuci, dapur, maksimum 78 dBA
13. Instalasi listrik
Adalah pusat jaringan pengendalian listrik sebagai sumber tenaga pembangkit
untuk melakukan kegiatan operasional rumah sakit. Pemantauan instalasi listrik
dilakukan dengan cara:
a. Memeriksa amper, tegangan dan tahanan pada panel induk setiap hari dengan
parameter sesuai dengan daya yang tersedia dari pihak PLN.
b. Pengujian terhadap instalasi listrik secara keseluruhan yang dilakukan oleh
petugas kantor Departemen Tenaga Kerja setiap 5 tahun sekali.

10
14. Instalasi pemadam kebakaran
Suatu sistem pendeteksian dini terhadap ancaman terjadinya bahaya kebakaran
dengan alat pendeteksi berupa Heat Detector dan Smoke Detector yang dilengkapi
dengan Fire Alarm yang akan berbunyi secara otomatis jika terdeteksi adanya
bahaya kebakaran. Pemantauan terhadap fungsinya sistem pendeteksian dini
ancaman kebakaran dilakukan dengan cara melakukan simulasi terjadinya
ancaman dini bahaya kebakaran setiap 6 bulan sekali.
15. Fasilitas toilet
Tempat yang disediakan oleh Rumah Sakit sebagai tempat pembuangan dan atau
keperluan lain yang diperuntukkan bagi pasien, pengunjung dan karyawan.
Pemantauan terhadap fasilitas toilet dengan cara:
a. Pemeriksaan terhadap kebersihan fasilitas toilet dengan frekuensi sebanyak 3
kali dalam 24 jam.
b. Pemeriksaan terhadap fungsi peralatan bantu yang terdapat dalam fasilitas
toilet yang dilakukan setiap hari.
c. Pemeriksaan terhadap fungsi saluran pembuangan dalam fasilitas toilet setiap
3 bulan sekali.
16. Ketenagaan
Upaya manajemen menjamin bahwa semua karyawan yang bekerja di Rumah Sakit
aman terhadap ancaman tertularnya penyakit akibat paparan yang diperoleh
selama melaksanakan tugas dirumah sakit sehingga karyawan merasa aman
bekerja dan tetap terjaga kesehatannya. Pemantauan terhadap Kesehatan
karyawan dilakukan dengan cara:
a. Pemeriksaan pra pekerjaan bagi calon pegawai yang melamar di Rumah Sakit,
yang meliputi pemeriksaan fisik, rontgen, laboratorium rutin serta evaluasi
psikologi.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi pegawai dengan frekuensi minimal 1
tahun sekali, meliputi pemeriksaan fisik, dan laboratorium lengkap.
c. Pemeriksaan kesehatan khusus bagi karyawan yang bekerja pada tempat-
tempat khusus, karyawan berusia di atas 40 tahun, karyawan dengan
penyakit-penyakit tertentu yang dianggap beresiko tinggi oleh dokter, dengan
frekuensi pemeriksaan minimal 1 tahun sekali.
17. Alat pelindung diri
Adalah alat yang dipergunakan untuk pengaman bagi pegawai dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap resiko terkontaminasi diri
dari pasien, radiasi penyinaran, bahan beracun dan berbahaya (B3), penggunaan
peralatan, dll.
18. Sertifikasi peralatan medic dan umum
Bertujuan untuk menjamin berfungsinya peralatan medik dan non medik
sebagaimana mestinya sehingga tidak merugikan pengguna alat tersebut.
Pemantauan kelayakan alat medik dan non medik dengan cara uji Kalibrasi yang
dilakukan oleh lembaga pemerintah yang telah ditentukan.
19. Penetapan tempat-tempat beresiko
Agar seluruh pegawai, pasien, keluarga pasien, pengunjung dapat mengetahui
tempat-tempat yang berbahaya di lingkungan Rumah Sakit maka diberikan
petunjuk-petunjuk yang ada pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
20. Fasilitas perlengkapan keamanan pasien
Merupakan sarana yang berkaitan dengan fisik gedung atau bangunan rumah sakit
dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung. Fasilitas perlengkapan tersebut meliputi:
a. Pegangan pada tepi tangga.
b. Pegangan pengaman pada samping kloset dan bel panggil.
c. Pintu dapat dibuka dari luar.
d. Tempat tidur dilengkapi tralis penahan dibagian tepi.
e. Sumber listrik (stop kontak) mempunyai pengaman.
f. Pasokan oksigen cukup di tempat-tempat penting, seperti Kamar Operasi,
ICU/NICU, IGD.
g. Tersedia suction/alat penghisap pada keadaan gawat darurat.
h. Pasokan tenaga listrik 24 jam pengganti listrik PLN bila listrik padam.

11
BAB IV
KEWASPADAAN BENCANA

A. Pengertian
1. Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manuasi yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional
yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara khusus.
2. Gawat darurat sehari-hari adalah suatu keadaan seseorang secara tiba-tiba dalam
keadaan darurat dan terancam anggota badan dan jiwanya (akan menjadi
cacat/mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
3. Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah yang relatif banyak
oleh karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan segera
dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih besar sehari-hari
4. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang WNI yang meninggalkan tempat
tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan mental akibat ulah manusia dan
bencana alam guna mencari perlindungan maupun penghidupan yang baru
5. Rencana kedaruratan adalah rancangan atau rencana RS dalam penaggulangan
bencana baik yang bersifat eksternal (yang terjadi di luar RS) maupun internal (yang
terjadi didalam rumah sakit)
6. Penanganan Bencana ekternal/External Hospital Disaster Plan adalah penanganan
korban/pasien yang berasal dri kejadian/bencana yang terjadi di dalam rumah sakit
7. Penanganan bencana Intern/Internal Hospital Disaster Plan adalah penanganan
korban/pasien yang berasal dari kejadian/bencana yang terjadi di dalam rumah
sakit
8. Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang terjadi akibat
bencana.
9. Tanggap darurat adalah tindakan-tindakan yang diambil segera setelah terjadi
bencana.
10. Triage adalah pengelompokan korban berdasarkan kegawat daruratnya akibat
trauma penanganan/pemindahannya.
11. Struktur komando bencana adalah suatu system komando/perintah yang dijalankan
hanya pada saat rencana.
12. Rehabilitasi
13. Rekontruksi adalah pembengunan kembali semua prasarana dan sarana pada
wilayah pasca bencana, dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
perekonomian, sosial, dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
pasca bencana.
14. Tujuan Umum hospital Disaster Plan adalak mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya masyarakat
utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT melalui pendekatan pemeliharaan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang dilaksankan secara
menyeluruh.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam
rangka terwujudnya masyarakat utama adil makmur yang diridhoi oleh Allah SWT
melalui pendekatan pemeliharaan kesehatan (propmotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitasi) yang dilaksanakan secara menyeluruh.

12
b. Tujuan Khusus
Pada dasarnya pertolongan yang diberikan bertujuan unuk mencegah terjadinya
kecacatan atau kematian yang dapat dihindarkan, dengan cara memanfaatkan
semua tenaga, fasilitas dan sarana yang telah ada secara efektif, efisien,
terkoordinasi dan terkendali.

C. Sistem Kewaspadaan
Bila ada informasi tentang kemungkinan bencana, direktur bidang pelayanan medis
selaku incident commander melakukan “Immediate Action” yaitu:
1. Melakukan prosedur persiapan meliputi cadangan logistik, arus informasi, lokasi
triase dll.
2. Menginstruksikan semua karyawan yang berada di luar RS untuk melaporkan
kepada unit masing-masing.
3. Rumah sakit dinyatakan dalam keadaan “waspada” atau “stand by”.
4. Keseluruhan aktivitas dikoordinasikan oleh Direktur Medis.
5. Tingkat aktivitas sesuai dengan tingkat kewaspadaan yang ditemukan oleh
Direktur pelayanan Medis berdasarkan analisa situasi, meliputi:

D. Pemberlakuan Rencana
1. Pelaksanaan Rencana Kontinjensi ditetapkan oleh Direktur Bidang Pelayanan
Medis selaku Incident Commander (Komando Kejadian)
2. Saat dinyatakan Rencana Kontinjensi diberlakukan, Direktur Bidang Pelayanan
Medis:
a. Mengumumkan pemberlakuan rencana kedaruratan melalui pengeras suara
RS baik secara langsung ataupun melalui petugas informasi umum.
b. Menginformasikan dan menginstruksikan kepada semua unit terkait yang
berada di bawah komandonya untuk melakukan tugas sesuai tanggung jawab
masing-masing.
c. Menilai dan menginstruksikan untuk merelokasi pasien yang sedang dirawat
bila diperlukan.
d. Memberitahukan kondisi kedaruratan tersebut kepada Direktur dan MPKU
Wilayah serta LBP PP
e. Mengaktifkan pelaksanaan Dukungan Medis (Medical Support) dan Dukungan
Manajemen (Management Support)
3. Medical Support
a. Triage
Triase dilakukan di depan IGD dengan pembagian sebagai berikut:
1) Bantuan Hidup Dasar
2) Korban dengan label merah segera dimasukkan ke IGD
3) Korban dengan label kuning dikirim ke pintu utama (poliklinik)
4) Korban dengan label hijau diletakkan di teras depan poliklinik
b. Bantuan Hidup Dasar
Dilakukan di IGD oleh dokter jaga IGD dibantu oleh perawat IGD
c. Bantuan Hidup Lanjutan
Dilakukan di IGD/ruang perawatan oleh dokter jaga IGD/ruangan bila
diperlukan
d. Prosedur Spesialistik
Dilakukan di rawat inap dan kamar operasi oleh dokter spesialis sesuai dengan
kasus penyakit cederanya
4. Management Support
a. Pos Komando
Pos Komando berada di kantor Direktur Bidang Pelayanan Medis dan menjadi
pusat aktivitas menejemen keseluruhan saat benacna. Apabila kantor ini
karena sesuatu hal (mis. Terkena dampak bemcna) maka sebagai ruangan
cadangan adalah kantor Direktur Utama
b. Pengaturan staf/karyawan yang libur
Semua karyawan yang sedang libur atau diluar shift kerjanya harus
melaporkan posisi masing-masing ke pusat Komando Rumah Sakit dan segera
datang bila diperlukan/dipanggil.
c. Persiapan Logistik

13
Bagian Logistik segera menyiapkan peralatan yang diperlukan sesuai daftar
dibuku panduan
d. Keamanan dan parkiran
Bagian keamanan dan parkiran segera mengamankan jalur keluar masuk
rumah sakit sehingga hanya ada 1 jalur masuk/keluar dan dijaga ketat agar
tidak terjadi kekacauan di dalam rumah sakit
e. Area Dekontaminasi
Area dekontaminasi segera disiapkan untuk menerima korban dengan
kecurigaan keracunan bahan biologis atau bahan kimia.
f. Data dan Penempatan Korban
Penempatan korban sesuai dengan perencanaan dan dilakukan pendataan olae
rekam medis dengan form khusus bencana.
g. Penanganan korban meninggal
Korban yang meninggal segera dikirim ke kamar jenazah/ruang Khusnul
Qotimah dan dilakukan prosedur rukti Jenazah dan Pendataan ulang bila
diperlukan.
h. Jalur komunikasi (Intern dan Ekstern Rumah Sakit)
Semua jalur komunikasi ke/dari rumah sakit dilakukan dan diatur melalui
Front office kecuali jalur langsung yang bisa dilakukan dan ruang Pos Komando
bila diperlukan. Sedangkan jalur intern rumah sakit bisa dilakukan langsung
dari bagian masing-masing.
i. Pemberian Informasi kepada Pers dan Keluarga Korban
Jalur komunikasi dengan medis pers dan keluarga korban diatur/dikendalikan
oleh pusat informasi yang dikelola oleh penanggung Jawab Informasi Publik
yaitu manager Pemasaran.

E. Penentuan Golongan Korban


Setiap korban bencana alam pertolongannya harus dilihat dulu tingkat keparahannya
dan diberi label sesuai dengan berat ringannya korban dn Instruksi apa yang harus
dilakukan :
1. Korban golongan I
Yang termasuk golongan ini dalah korban-korban dengan perlukaan ringan atau
gangguan jiwa sehingga tidak memerlukan tindakan bedah dan beri label warna
hijau

2. Korban golongan II
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan luka ringan sehingga
hanya memrlukan tindakan bedah minor dan diberi label warna kuning.
3. Korban golongan III
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan indakan cepat, mudah
dan life saving, dapat dihindarkan dari kematian maupun cacat. Untuk ini deber label
warna merah
4. Korban golongan IV
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban dengan trauma kepala berat,
perdarahan dalam abdominal dimana pertolongan memerlukan obat-obatan dan
personil yang banyak, golongan ini diberi label warna putih
5. Korban golongan V
Yang termasuk golongan ini adalah korban-korban yang sudah meninggal dan diberi
label warna hitam.

F. Pengakhiran Rencana Dan Evaluasi


Pernyataan pengakhiran dan rencana dilakukan oleh direktur Bidang Pelayanan Medik
dengan criteria :
a. Tidak ada pengirim korban lagi dari luar dan/atau seluruh korban sudah mendapat
perawatan di rumah sakit atau semua pasien rumah sakit yang terancam bahaya
sudah dievakuasi dan diamankan serta dirawat dengan baik (khusus bencana
internal)
b. Ruangan cadangan (surge capacity sudah tidak diperlukan lagi  jumlah korban
yang dirawat berkurang mencapai jumlah kapasitas normal RS

14
c. Khusus bencana Internal maka kerusakan yang terjadi di RS sudah dapat diatasi
dengan baik dan atau bahaya sudah dapat diamankan atau dihilangkan.
Setelah diakhiri, kegiatan rumah sakit kembali ke keadaan norma :
a. Tenaga tambahan/on call dipulangkan kembali
b. Sarana/prasarana tambahan yang terpakai dikembalikan ke gudang logistic/tempat
penyimpanan semula.
c. Penghentian rencana kedaruratan diumumkan melalui pengeras suara

Direktur Bidang Pelayanan medis mengadakan pertemuan dengan seluruh jajaran


dibawahnya untuk mengadakan evaluasi guna perbaikan dengan mereview fasilitas,
SDM, pendataan korban, manajemen biaya, dll. Hasil evaluasi dilaporkan ke Direktur dan
pihak berwenang yang terkait missal Dinkes, Pemda, Poltabes, atau KODIM.
Untuk pedoman kewaspadaan bencana ini selanjutnya akan diperinci secara terpisah
dalam buku Pedoman kewaspadaan Bencana/Hospital Disaster Plan RUMAH SAKIT
UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN.

15
BAB V
KEBAKARAN

A. Pengertian
1. Pencegahan kebakaran adalah segala usaha secara terencana untuk
menghindari bahaya kebakaran, dalam arti mniadakan kemungkinan akan
timbulnya kebakaran
2. Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya mencegah dan
menaggulang terjadinya kebakaran, yang meliputi memadamkan,
melokalisir, mengamankan jiwa,harta benda dan penyelidikan sebab
terjadinya bencana kebakaran
3. Kebakaran adalah proses bertemunya sumber api/panas, oksigen dan
material
4. Bahan mudah terbakar adalah bahan/benda yang apabila terkena
panas/sanat mudah terbakar dan api lebih cepat manjalar (bensin, oli,
thiner, cat, minyak tanah, solar, gas, kertas, tekstil, kayu, karet, dan lain-
lain.
5. Bahan berbahaya adalah bahan/benda/zat/elemen/ikatan kimia atau
campurannya bersifat mudah terbakar, atau korosi yang disebabkan oleh
pengolahan, penombunan, penyimpanan, pengepakan, yang dapat
menimbulkan bahaya bagi jiwa manusia,peralatan dan lingkungan (bahan-
bahan kimia,arus listrik, suhu udara).

B. Prinsip Tindakan
1. Padamkan api
2. Selamatkkan jiwa/pasien dan pengunjung
3. Selamatkan harta benda dengan prioritas

C. Persyaratan Tindakan
1. Tanggap atas potensi timbulnya bahaya api
2. Bersikap tenang, penuh perhitungan, dan tidak panik, tahu jenis bahan
yang terbakar, serta jenis alat pemadam api yang digunakan
3. Tahu tempat alarm, alat pemadam api, dan alat komunikasi
4. Tahu cara membunyikan alarm
5. Tahu cara menggunakan alat pemadam api ringan (APAR)
6. Tahu nomor telepon Tim K3, Security/Satpam serta kantor pemadam
kebakaran Kotamadya Surabaya
7. Mampu menenangkan/mengarahkan setiap oreng yang berada di lokasi
8. Mampu menyelamatkan pasien dengan cara tertentu
9. Tahu prioritas penyelamatan harta benda.

D. Program Pencegahan
1. Mengetahui secara mendalam pentingnya kondisi yang selamata dan
bebas dari segala keadaan pada bahaya kebakaran dengan berbagai
akibatnya.
2. Menghindarkan dan menjauhkan segala bahan dan peralatan yang dapat
mendatangkan atau mengakibatkan kebakaran
3. Pemeliharaan dan pemeriksaan barang dan peralatan secara periodic,
terutama yang berhubungan dengan pemakaian listrik dan alat
beresikotinggi lainnya.
4. Membuat aturan –aturan yang berhubungan dengan pencegahan
kebakaran yang terisolasikan secara luas.

16
5. Latihan-latihan pemadam kebakaran dan evakuasi pasien dengan
peralatan dan disesuaikan dengan prosedur tetap yang berlaku si setiap
Unit
6. Memberdayakan fungsi pemantauan yang efektif bagi setiap unit, terutama
bagi para pengunjung dan pegawai rumah sakit yang merokok di
sembarangan tempat.

E. Penaggulangi Kebakaran
1. Dasar
Dalam rangka pelaanan pasin di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER
PAMEKASANperlu dipikirkan adanya satu prosedur pelaksanaan yang baku
dalam penanggulangan kebakaran yang mungkin terjadi di Rumah Sakit
2. Tujuan
a. Meninggalkan resiko sekecil apapun yang ditimbulkan dari api
b. Menyelamatkan jiwa pasien, ppengunjung dan petugas.
c. Menyelamatkn sarana, alat, dan bahan (harta benda) yang ada
ditempat kerja.
3. Cara penanggulangan kebakaran
Dalam hal adanya kasus kebakaran, khususnya yang terjadi di Instalasi.
Unit kerja, perlu segera bertindak secara dini, cepat, terpadu, dan terarah,
yaitu :
a. Ketika terjadi kebakaran
Prioritas utama
1. Pertolongan jiwa manusia, baik pasien, pengunjung, maupun
petugas yang keadaannya gawat/kondisi kesehatannya tidak
memungkinkan menyelamatkan diri
2. Sarana, alat dan bahan yang vital/penting perlu didahulukan
3. Memadamkan api secara dini dengan memakai alat pemadam api
ringan (APAR) yang tersedia di lokasi sambil menunggu pasukan
pemadam kebakaran (satpam)
4. Melaporkan ke Komando Pasukan pemadam kebakaran (Satpam)
Tindakan pemadam kebakaran
1. Jika terlihat nyala api (kebakaran) di sebuah area di tempat kerja,
maka segera klasifikasikan jenis kebakarannya (kelas A, B, atau
C) agar penggunaan alat/fasilitas pemadamnya dapat tepat dan
tidak membahayakan petugas.
2. Bunyikan alarm dan segera padamkan nyala api tersebut dengan
alat pemadam Api (APAR) dan atau fasilitas lain yang tersedia di
tempat tersebut
3. Bagi tugas dengan kawan petugas setempat untuk menghubungi
lewat telepon, sesuai alur terlampir
4. Padamkan listrik local pada area tersebut dengan memutuskan
aliran listrik melalui saklar yang berada di tempat tersebut
5. Selamatkan pasien dan pengunjung rumah sakit melalui jalur
aman yang tersedia, dengan sigap dan cermat sesuai dengan
keadaan tersebut.
6. Selamatkan harta benda yang ada di sekitar lokasi dan mudah
terjangkau, dengan skala prioritas (tingkat biaya, kelangkaan,
dan kegunaan)
7. Lokalisir api dengan menutup rapat-rapat pintu yang berada di
area kebakaran, setelah proses pemadaman dan evaluasi
dilakukan. Tungu pasukan pemadam kebakaran dan pasukan
yang lain.

17
8. Pasukan pemadam kebakaran datang dengan menutup area
tersebut dari manusia
9. Untuk petugas di unit lain yang jauh dari lokasi kebakaran,
berikan rasa tenang dan aman kepada pasien maupun
pengunjung rumah sakit
Evakuasi
1. Melalui jalan yang terdekat/pintu darurat yang tersedia
2. Khususnya bagi pasien yang harus menggunakan kursi roda atau
kereta dorong, dapat melalui ram sesuai dengan petunjuk yang
ditentukan
3. Untuk penyelamatan sarana dan alat, dikeluarkan dari lokasi
kebakaran ke lokasi yang aman dan memungkinkan untuk
diawasi.
b. Setelah kebakaran selesai
1. Koordinasi dengan polisi setempat guna pengamanan TKP
2. Waspada terhadap timbulnya api susulan dan ledakan
3. Mendata secara rinci kerugian akibat kejadian kebakaran yang
dilakukan oleh Supervisor unit kerja yang bersangkutan
4. Melaporkan hasil pendataan kepada Direktur Utama Rumah
Sakit

F. Cara Penggunaan Hydrant


1. Menyiapkan kunci pillar/box Hydrant di tempat penyimpanan
2. Menyiapkan selang hydrant di tempat penyimpanan
3. Menyiapkan nosel Hydrant di tempat penyimpanan
4. Pasang slang Hydrant pada pillar Hydrant terdekat dengan lokasi
5. Tarik slang ke arah sasaran dengan posisi slang lurus ( jangan patah)
6. Pasang nosel ujung slang
7. Pemegang nosel minimal 2 (dua) orang dengan posisi kaki kuda-kuda
8. Buka air pada pilar Hydrant sedikit demi sedikit dengan posisi slang tetap
lurus
9. Matikan air dengan menutup pilar Hydrant
10. Buang air dari slang dan kemudian slang digulung satu per satu, nosel
dilepas
11. Kunci dan sleng pillar dan nosel siap untuk disimpan/dikembalikan ke
tempat semula

G. Komunikasikan Kejadian Kebakaran


1. Tujuan
a. Menghindari kecemasan dan kepanikan semua orang yang ada
dilingkungan RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
b. Menumbuhkan sikap sigap dan tepat pada setiap langkah
penanggulangan bahaya kebakaran
c. Menjalin komunikasi pemberitahuan dan kesediaan untuk memeberi
bantuan penanggulangan bahaya kebakaran.
2. Ruang lingkup
a. Penanggulangan kebakaran
b. Evakuasi pasien, pengunjung, dan petugas yang berada di lokasi
kebakaran
c. Evakuasi harta benda menurut prioritas.
3. Prosedur
a. Matikan jalur listrik dan matikan api bila mamapu
b. Hubungi security/Satpam, beritahukan titik api secara tepat (lokasinya)

18
c. Mintalah bantuan kepada pihak yang sesuai dengan bidang dan
tugasnya
d. Tenangkan semua orang yang cemas dan panic, beri petunjuk lokasi
pintu darurat/jalan keluar evakuasi.
e. Bertindak tenang dan sigap, pastikan titik api sudah diusahakan untuk
dilakukan pemadaman.
f. Pastikan dimana pesawat telepon dapat digunakan untuk menghubungi
baik keluar maupun kedalam rumah sakit, bicara secara jalas dan
singkat dimana lokasi terjadinya kebakaran, dan segera hubungi
nomer-nomer telepon penting dibawah ini:
NO. NAMA NO. TELP KETERANGAN
1 Pos Satpam 103 Telepon Internal
2. IGD 117 Telepon Internal
3. IPSRS 136 Telepon Internal
4. Direktur 122 Telepon Internal
5. Polisi (0324) 328142 Telepon Eksternal
9. Dinas Kebakaran (0324) 334113 Telepon Eksternal
10. PLN (0324) 324256 Telepon Eksternal

19
BAB VI
KEAMANAN PASIEN, PENGUNJUNG DAN PETUGAS

A. Pengertian
1. Pegangan sepanjang tangga atau dinding/railing wall adalah sarana bagian
dari gedung rawat inap yang berguna untuk pengaman pasien berjalan
2. Toilet yang memenuhi standart K3 adalah fasilitas kamar mandi yang
didalamnya terdapat pegangan/safety handle dan bel yang diperuntukan
jika pasien lemah
3. Pintu dapat dibuka dari luar adalah daun pintu yang dapat membuka dan
dibuka oleh orang dari luar
4. Tempat tidur standart K3 adalah sarana tempat tidur yang mempunyai
fasilias pengaman berupa terali berjari-jari lebih kecil dari kepala anak.
5. Sumber listrik yang memenuhi syarat K3 adalah fasilitas box sumber listrik
yang memepunyai pengaman penutup.
6. Oksigen yang memenuhi standart K3 adalah pendistribusian dan
persediaan yang cukup untuk kebutuhan pasien
7. Alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction) adalah alat
untuk pertolongan pasien yang memebutuhkan pengeluaran lender
8. Tenaga listrik cadangan adalah sumber listrik cadangan yang berfungsi
untuk cadangan jika sumber listrik PLN terdapat ganggua/mati.

B. Persyaratan Teknis
1. Pegangan sepanjang tangga
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa pegangan sepanjang tangga yang
terdapat pada sisi tangga.
2. Pengaman Tangan
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa pegangan tangan yang diletakkan
pada dinding luar/dalam ruang dan dinding kamar mandi rawat inap
3. Bel pemanggil
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa bel pemanggil petugas yang
diletakkan pada dinding sebelah tempat tidur dan kamar mandi
(terjangkau oleh pasien)
4. Dimensi pintu toilet
Pintu kamar mandi yang disyaratkan oleh K3 adalah pintu yang dapat
dibuka/ditutup dari luar untuk pengamanan pasien yang jika sewaktu-
waktu pasien yang berada di dalam kamar mandi terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan dapat ditolong dari luar serta lebar pintu diisyaratkan sesuai
lebar kursi roda/brankar.
5. Dimensi tempat tidur
Tempat tidur pasien yang diisyaratkan K3 adalah tempat tidur yang
mempunyai fasilitas dan dilengkapi dengan penahan pada tepinya dengan
jarak terali lebih kecil dari pada kepala anak.
6. Pengaman sumber listrik
Sumber listrik yang diisyaratkan K3 adalah sumber listrik yang memepunyai
fasilitas Box
7. Pemasok oksigen
Pemasok oksigen yang diisyaratkan K3 adalah pemasok oksigen yang
digunakan untuk perawatan pasien dengan jumlah dan sirkulasi oksigen
yang cukup.
8. Alat penghisap (emergency suction)

20
Alat penghisap yang diisyaratkan K3 adalah sarana/prasarana yang harus
tersedia di Instalasi Gawat darurat dengan jumlah yang cukup dan selalu
siap jika sewaktu-wktu digunakan
9. Tenaga listrik cadangan
Tenaga listrik cadangan yang diisyaratkan K3 adalah sumber listrik
cadangan yang berfungsi untuk cadangan listrik jika sumber listril PLN
terdapat gangguan.

C. Program Promotif Meliputi


1. Pelatihan/penyelenggaraan K3
Agar upaya K3 di rumah sakit dapat dilaksankan maka perlu SDM yang
memadai.
Untuk itu, petugas rumah sakit perlu mendapat bekal yang cukup
mengenai K3.
Pembekalan yang diberikan dapat berupa pelattihan didalam maupun
diluar rumah sakit, penyegaran bagi petugas yang pernah dilatih, atau pun
melalui pendidikan formal yang berkelanjutan. Pelaksanaan perbekalan
SDM ini dituangkan dalam bentuk program pelatihan K3, mengikuti
seminar atay symposium, dengan biaya disesuaiakan dengan anggaran
yang dibutuhkan maupun anggaran yang tersedia.materi pelatihan
disesuaiakan dengan resiko bahaya yang terdapat di rumah sakit.
2. Penyuluhan kepada pasien, petugas dan pengunjung tentang K3
Penyuluhan K3 dimaksudkan agar upaya K3 di rumah sakit dapat
dilaksankan atau dipatuhi oleh semua orang yang berada dilingkungan
rumah sakit, baik itu petugas, pasien maupun pengunjung. Penyuluhan
dapat diberikan melalui pertemuan atau forum resmi maupun melalui
forum/media yang lain. penyelenggaraan penyuluhan bekerjasama dengan
PKMRS.
3. Membuat, menyebarluaskan, dan memperbaiki protap-protap K3
Prosedur tetap merupakan hal yang penting dalam K3. Untuk itu perlu ada
protap-protap yang berkaitan dengan K3 terutama ditempat-tempat
dengan resiko kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang cukup tinggi.
Protap-protap yang sudah atau perlu disebarluaskan dan dievaluasi
kesesuaiannya dengan keadaan terakhir yang ada dilapangan, baik dari
segi metode pekerjaan, bahan dan alat yang digunakan, dan tingkat resiko
yang dihadapi oleh para ptugas maupun para pengguna rumah sakit.
4. Menyusun buku panduan/manual K3 yang berlaku di rumah sakit
Buku panduan atau manual diperlukan dalam melaksanakan K3 di rumah
sakit. Buku panduan ini merupakan pegangan bagi Tim K3 RUMAH SAKIT
UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN untuk menjalankan tugasnya.
Buku ini berisi petunjuk umum berbagai upaya K3 yang harus diketahui
dan dipatuhi oleh segenap pekerja yang berada disemua lini dan jenis
pekarjaan

D. Program Preventif Meliputi :


1. Pemeriksaan Prakarya, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus.
Untuk mengetahui dan menjaga status kesehatan petugas Rumah Sakit
maka perlu diadakan pemeriksaan prakarya, pemeriksaan berkala, dan
pemeeriksaan khusus bagi petugas sesuai dengan jenis pekerjaan dan
tempat kerjanya.

a. Pemeriksaan pra karya (pre-job)


1) Dilakukan pada waktu petugas rumah sakit akan memulai bekerja
(diterima) menjadi pegawai rumah sakit

21
2) Biaya dibebankan kepada calon pegawai
3) Hasil pemeriksaan kesehatannya disimpan di Tik K3 (dalam hal ini
poli Pegawai) dalam berkas tersendiri sebagai data awal kesehatan
pegawai
b. Pemeriksaan Berkala
1) Dilakukan setiap tahun atau setiap dua tahun untuk seluruh
pegawai rumah sakit
2) Yang diperiksa meliputi kesehatan umum, Rontgent dan darah tepi
c. Pemeriksaan khusus
Dilakukan pada petugas rumah sakit yang beresiko terhadap paparan
penyakit akibat kerja yaitu :
1) Audiometric
Dilakukan pada petugas ditempat kerja yang kebisingannya
melebihi 85 dB, yaitu di genset, ruang mesin IPAL, laundry, atau
pada kejadian terjadinya ledakan/alat yang meledak
2) Screening untuk hepatitis
Dilakukan pada petugas yang beresiko tinggi tertular hepatitis B,
misalnya analis laboratorium, perawat di bangsal, IBS, IGD, dll.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah screening HbsAg,SGOT dan
SGPT bagi petugas. Bila ada indikasi untuk dilakukan vaksinasi,
maka segera dilakukan vaksinasi hepatitis.
3) Screening untuk tuberculosis paru
Dilakukan pada petugas yang beresiko tertular tuberculosis
potensial atau TB paru, antara lain petugas poli penyakit
dalam,dan petugas di bangsal. Pemeriksaan yang dilakukan adalah
Ro.thorax minimal 2 tahun sekali dan bila ada gejala klinik
mendukung.
4) Anal Swab
Dilakukan pada petugas gizi yang mengolah makanan maupun
yang menyajikan makanan, tujuannya untuk mencegah penularan
beberapa penyakit melalui makanan. Dilakukan minimal setahun
sekali.
d. Monitor paparan radiasi untuk petugas radiologi
1) Pemeriksaan klinik lengkap dilakukan pada pegawai baru
2) Pemeriksaan paparan dosis radiasi diperiksa dengan alat monitor
perorangan dengan menggunakan film badge. Tiap-tiap orang
punya paparan radiasi yang diterima
3) Pemeriksaan klinik yang perlu ditekankan antara lain adalah kondisi
kulit (eksim terutama dua tangan dan lengan) dan mata (katarak),
dilakukan setahun sekali
4) Pemeriksaan hematologis untuk pekerja radiasi yang perlu adalah
darah rutin dan morfologi darah tepi. Dilakukan setahun sekali.
2. Menyediakan alat pelindung diri untuk petugas rumah sakit
Rumah sakit berkewajiban menyediakan alat pelindung diri bagi petugas
rumah sakit sesuai dengan jenis pekerjaan da resiko pekerjaan yang
dihadapi. Jumah dan kualitasnya harus memadai.
3. Upaya penyehatan lingkungan kerja rumah sakit
Mengacu pada Permenkes 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan lingkungan Rumah Sakit. Penyehatan lingkungan Rumah SAkit
adalah segala upaya untu menyehatkan dan memelihara lingkungan rumah
sakit dan pengaruhnya terhadap manuasia. Tujuannya adalah untuk
mencapai kondisi lingkungan rumah sakit yang bersih, nyama, dan
terlindunginya lingkungan dan komunitas rumah sakit dari pencemaran

22
fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Upaya penyehatan lingkungan ini
meliputi :
a. Penyehatan ruang dan bangunan
b. Penyehatan makanan dan minuman
c. Penyehatan air
d. Pemeriksaan limbah radioaktif
e. Penyehatan tempat cucian linen
f. Pengolahan limbah cair
g. Pengolahan limbah padat domestic dilakukan setiap hari
h. Pengolahan limbah padat medis dilakukan setiap hari
i. Pengendalian serangga dan tikus
j. Sterilisasi dan desinfeksi ruang
k. Penyuluhan kesehatan lingkungan
4. Pemantauan pemeliharaan alat dan sarana rumah sakit
Semua peralatan medis, non medis dan prasarana yang ada dan digunakan
di rumah sakit harus memenuhi persyaratan.
5. Perlindungan terhadap kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
a. Mencegah terjadinya kecelakaan
b. Laporan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
6. Penyediaan alat-alat untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran dan
bencana di rumah sakit
Untuk menvegah dan menaggulangi kebakaran dan bencana yang
mungkin timbul di rumah sakit maka dibentuk Tim Penanggulangan
Kebakaran dan Bencana.

E. Program - Program Kuratif Meliputi :


1. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan berkala attau pemeriksaan khusus
petugas rumah sakit : memberikan terapi atau konsultasi ke dokter
spesialis sesuai dengan hasil pemeriksaan, memberikan imunisasi bagi
petugas yang hasil screeningnyanegatif
2. Menindak lanjuti hasil pantauan lingkungan kerja. Tempat kerja yang tidak
sesuai standar atau ergonomic dievaluasi dan direkomendasikan untuk
ditindaklanjuti.
3. Mencermati kunjungan di poliklinik/poli pegawai. Kunjungan tersebut
diharapkan dapat memebrikan gambaran kasar kondisi kesehatan
pegawai.

F. Program Rehabilitative Meliputi :


1. Penempatan kembali karyawan. Pegawai yang mengalami
gangguan/penyakit akibat kerja apabila tidak dapat kembali ke tempat
kerja semula diupayakan untuk dapat tetap bekerja di tempat kerja lain.
penempatan kerja sesuai dengan kemampuan pegawai.
2. Pemberian santunan bagi pekerja sesuai dengan peraturan jamsostek

23
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAI

A. Pengertian
1. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat
sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan 1992 pasal 23)
2. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja atau kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja
dan kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan menuju tempat kerja
atau kembali dari tempat kerja atau diluar tempat kerja yang masih
berhubungan dengan pekerjaan
3. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan (Permenakertrans Nomor: 01/Men/1981.Pasal 1 ayat a)
4. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Kepres Nomor: 22 tahun
1003 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja)
5. Tempat beresiko adalah tempat kerja di lingkungan RUMAH SAKIT UMUM
MOHAMMAD NOER PAMEKASAN yang karena jenis maupun proses
kegiatan di tempat tersebut dapat menyebabkan lingkungan kerjanya
menimbulkan resiko terjadi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan
atau gangguan kesehatan lainnya bagi pekerja yang ada di dalam tempat
kerja tersebut.
6. Tempat beresiko dibedakan menjadi beberapa kelompok disesuaikan
dengan jenis resiko yang dapat menyababkan kecelakaan maupun
penyakit. Di dalam denah masing-masing kelompok diberi tanda dengan
warna yang berbeda.
7. Alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari
bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan
dalam UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
8. Alat Pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan
pekerjaan beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan,
cidera akibat kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan
kerja

B. Kecelakaan Kerja
1. Penggolongan kecelakaan kerja
a. Kecelakaan di tempat kerja
Kecelakaan di tempat kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada
pekerja di tempat kerja selama dalam jam kerja, baik yang disebabkan
oleh proses kerja, alat-alat kerja maupun lingkungan
b. Kecelakaan dalam perjalanan
Kecelakaan dalam perjalanan adalah kecelakaan yang terjadi pada
pekerja selama dalam perjalanan dari rumah tinggak perkerja menuju
ke tempat kerja atau dari tempat kerja pulang menuju tempat tinggal
pekerja dengan jalur yang biasa dilauli oleh pekerja dan masih dalam
tenggang waktu yang wajar atau kecelakaan yang terjadi saat pekerja
dalam perjalanan pergi dan pulang menuju ke suatu tempat yang masih
berhubungan dengan pekerjaanya
2. Biaya pengobatan
Biaya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pengobatannya
ditanggung oleh RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN

24
dengan memperhatikan jaminan atau asuransi yang diberikan kepada
pekerja yang bersangkutan.
Jenis dan status kepegawaian bagi pekerja yang bekerja di RUMAH SAKIT
UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN mengacu pada ketentuan yang
berlaku di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN. Bagi
pekerja dari pihak ketiga (out sourching) yang melaksanakan pekerjaan di
RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN adalah menjadi
tanggung jawab pihak ketiga dan tidak masuk dalam ketentuan ini.
Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan dan merupakan
kecelakaan lalu lintas yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang, biaya
perawatan/pengobatannya diklaimkan kepada PT Jasa Raharja sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Dalam hal ini RUMAH SAKIT UMUM
MOHAMMAD NOER PAMEKASAN hanya membantu sesuai ketentuan yang
berlaku untuk itu.
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja biaya pengobatan di
klaimkan kepada BPJS KETENAGAKERJAAN sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
3. Penerimaan gaji selama pengobatan
Bila selama pengobatan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tidak
dapat masuk kerja, maka gaji uang kesejahteraan diterimakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
4. Ganti rugi cacat
Bila setelah pengobatan akibat kecelakaan kerja ini ternyata timbul cacat
permanen, maka pekerja tersebut berhak mendapat santunan cacat sesuai
dengan ketentuan peraturan di BPJS KETENAGAKERJAAN
5. Santunan Kematian
Santunan kematian akibat kecelakaan kerja dibayarkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di BPJS KETENAGAKERJAAN dan RUMAH SAKIT
UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN.
6. Pelaporan kecelakaan kerja
Sistem pelaporan kecelakaan kerja diatur dalam pedoman pelaporan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
7. Pengawasan dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi kecelakaan kerja dilakukan ileh Tim K-3 minimal
satu tahun sekali, disampaikan kepada Direktur RUMAH SAKIT UMUM
MOHAMMAD NOER PAMEKASAN.

C. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja dapat ditemukan melalui dua jalan, yaitu melalui
pelayanan rawat inap maupun rawat jalan pada saat pekerja mengalami sakit
dan melalui pemeriksaan berkala. Karena penyakit akibat kerja mempunyai
manifestasi yang sama dengan penyakti lain, maka perlu cara khusus untuk
menegakkan diagnose. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosa
penyakit akibat kerja adalah dengan penunjang lainnya, riwayat pekerjaan dan
menentukan sumber pemaparan.
1. Anamnesa
Anamnesa merupakan langkah terpenting dalam menegakkan diagnosis.
Anamnesa yang tidak tepat akan mengurangi kemungkinan ditemukannya
penyakit akibat kerja. Bila dalam anamnesa dicurigai adanya penyakit
akibat kerja, perlu dilengkapi dengan data-data pekerjaan yang rinci
2. Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani untuk menegakkan diagnosis penyakit akibat
kerja perlu kecermatan dan ketelitian, serta meliputi seluruh tubuh.
Kadang-kadang pekerja tidak mengeluh pada bagian tubuh tertentu karena

25
dianggap hal itu tidak berbahaya, padahal bagi dokter merupakan tanda
yang khas untuk penyakit akibat kejadian tertentu.
Pemeriksaan jasmani yang perlu dilakukan adalah:
a. Keadaan umum : Penurunan berat badan
Penampilan cushingoid
Nadi dan tekanan darah
b. Kulit : Kanker kulit
Dermatitis
c. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan : Katarak
Penurunan pendengaran
d. Paru-paru dan jantung : Wheezing, suara abnormal
Oedema paru
Gangguan pada jantung dan
pembuluh darah
e. Abdomen : Kolik abdomen
Pembesaran hepar, asites, dll
f. Urogenita : Gangguan kencing
Penyakit-penyakit ginjal
Infertilitas
g. Sistem musculoskeletal : Nyeri punggung, LBP, gangguan sendi
h. Neuropsikiatrik : Neuropati, neutiris, psikosis
i. Hematologi : Pucat, pendarahan gusi, hematom,dll
3. Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain
a. Pemeriksaan laboratorium rutin dan penunjang lain diperlukan untuk
menegakkan penyakit
b. Pemeriksaan kandungan zat-zat tertentu dalam tubuh diperlukan untuk
menegakkan penyakit akibat kerja bila ada dugaan terjadi paparan
terhadap zat kimia di lingkungan kerja. Macam pemeriksaan tergantung
zat kimia apa yang akan dibuktikan sebagai penyebab penyakit akibat
kerja.
4. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan merupakan bagian penting untuk dapat menegakkan
diagnose penyakit akibat kerja. Untuk itu perlu diperoleh data lengkap dan
rinci mengenai pekerjaan, baik pekerjaan sekarang maupun pekerjaan
sebelumnya.
5. Menetukan sumber pemaparan
Dari hasil pemeriksaan di atas, dokter pemeriksa membuat dugaan sumber
pemaparan. Kemudian dokter meminta Instalasi Penyehatan dan
Pemeliharaan Sarana Medis Lingkungan Rumah Sakit untuk melakukan
pemeriksaan lingkungan kerja, dokter dapat menetukan apakah karyawan
bersangkutan menderita penyakit akibat kerja atau bukan penyakit akibat
kerja
6. Pengobatan dan rehabilitasi
Pengobatan pada pekerja yang mengalami penyakit akibat kerja sesuai
dengan keadaan penyakitnya dan mengacu pada standar pelayanan medis
di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN. Biaya
pengobatan adalah dengan memanfaatkan asuransi takaful yang berlaku
di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN.
Bila selama pengobatan atau setelah pengobatan ada kemungkinan akan
terjadi kekambuhan penyakit ketika karyawan kembali bekerja di tempat
semula, maka dokter akan membuat rekomendasi agar karyawan tersebut
di alihkan ke tempat kerja yang lain yang resiko kerjanya lebih kecil.
7. Pengkajian pengobatan

26
Bila selama pengobatan karyawan mengalami penyakit akibat kerja tidak
dapat masuk kerja maka gajinya tetap diterimakan sesuai dengan gaji yang
diterima setiap bulan.

D. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan untuk karyawan RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD
NOER PAMEKASAN dapat dikategorikan menjadi 3 jenis pemeriksaan
kesehatan yang digunakan sebagai dasar memantau tingkat kesehatan
karyawan, yaitu:
1. Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja
Pemeriksaan kesehatan prakarya/sebelum bekerja adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan lama yang
akan dimutasikan ke tempat g, bekerja di tempat tersebut. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk melakukan seleksi karyawan sesuai dengan
tuntutan pekerjaan, menempatkan karyawan sesuai dengan faktor resiko,
kapasitas kerja dan keterbatasan pekerjaan, serta untuk membuat data
dasar kesehatan karyawan.
Pemeriksaan kesehatan pekarya meliputi:
a. Pemeriksaan klinis dan penunjang secara umum
b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan resiko penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh lingkungan kerja maupun proses kerja di tempat kerja
tertentu
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan untuk
karyawan yang dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali, dalam hal
ini karyawan yang berada di tempat kerja beresiko sesuai dengan jenis dan
tingkat resiko yang dihadapi. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala
adalah untuk mendeteksi secara dini gangguan-gangguan kesehatan yang
mungkin terjadi akibat resiko yang ditimbulkan akibat pekerjaannya
maupun lingkungan kerjanya.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus
Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan untuk karyawan yang mengalami Kecelakaan Kerja (KK),
penyakit akibat kerja (PAK) atau yang hasil pemeriksaan berkala
menunjukkan perubahan kearah resiko terkena penyakit akibat kerja.
Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala khusus adalah untuk
menindaklanjuti hasil pemeriksaan kesehatan berkala dari kemungkinan
terjadi penyakit akibat kerja dan rekomendasi pelaporan untuk karyawan
yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja dan menganalisa
perjalanan penyakit akibat kerja untuk menempatkan kembali karyawan
yang sembuh dari sakit.

E. Tempat-Tempat Beresiko
Upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat berupa pengendalian lingkungan kerja, prosedur kerja yang
baik, penggunaan alat pelindung diri maupun pemeriksaan kesehatan berkala
dengan mempertimbangkan prioritas pada tempat-tempat yang resikonya
lebih tinggi
Pengendalian lingkungan kerja untuk tempat-tempat beresiko mengikuti
ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit mengacu pada permenkes
No.1204/Menkes/Per/XI/2004 tentang persyaratan Lingkungan Kerja Rumah
Sakit dan keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.6.44 tahun 1993 Tata cara
dan petunjuk teknis penyehatan lingkungan rumah sakit

27
Prosedur kerja di tempat beresiko memperhatikan keselamatan dan kesehatan
para petugas yang bekerja, sesuai dengan jenis kegiatan maupun resiko
masing-masing.

Tempat beresiko dan tanda warna pada denah


No Jenis Resiko Tanda
1. Penyimpanan bahan mudah menguap dan Merah
mudah terbakar
2. Tekanan tinggi Orange
3. Infeksius atau adanya paparan tinggi Kuning
penyakit menular
4. Lingkungan fisik atau melebihi Nilai Ambang Biru
Batas (NAB): suhu, kelembapan, kebisingan,
getaran, elektrik
Di tempat beresiko tersebut diberi rambu-rambu sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh rumah sakit.

F. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD
NOER PAMEKASAN adalah wajib dipergunakan oleh semua petugas/pekerja
yang akan mengerjakan pekerjaan beresiko, baik resiko terhadap penularan
penyakit, keterpaparan obat beracun ataupun resiko cedera.
APD digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan
beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cedera akibat
kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja. Semua jenis
APD diinvestaris dan dirawat oleh masing-masing instalasi/unit.
Penggunaan APD dipergunakan di semua instalasi yang mempunyai resiko
terhadap kecelakaan akibat kerja, antara lain : Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi,
Instalasi Radilogi, IPSRS, Rawat Inap, Sanitasi, Linen/Laundry, CSSD,
Pemeluharaan, Laboratorium, IGD.
1. Pelindung mata
Adalah perlengkapan pelindung organ mata yang digunakan oleh petugas
pada saat bekerja yang bertujuan untuk melindungi mata dari resiko akibat
kerja. Jenis Goggles (kacamata menutup rapat seperti untuk menyelam).
2. Pelindung kepala dan wajah
Adalah perlengkapan pelindung kepala dan wajah ketika melakukan
pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi diri dari
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada petugas rumah sakit
di dalam mengerjakan pekerjaan yang beresiko. Jenisnya kaca pelindung
wajah (faceshield), topi pelindung kepala (industri safety helmet), topi
penutup rambut
3. Pelindung telinga
Merupakan alat untuk melibdungi telinga ketika melakukan pekerjaan di
tempat yang mempunyai intensitas kebisingan yang mengganggu
kenyamanan kerja, bahkan dapat merusak organ pendengaran. Tujuan
digunakannya alat ini untuk menjaga keselamatan kerja, melindungi
cedera terutama pada organ pendengaran. Jenisnya, ear mufflers
(pelindung telinga dengan daun telinga tertutup rapat)
4. Pelindung tangan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua
belah tangan, baik hanya meliputi telapak tangan ,maupun sampai bagian
lengan ketika melakukan pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah
untuk melundungi kedua tangan dari cedera maupun dari terkenanya
bahan kimia, cairan tubuh dan panas, yang dapat menimbulkan penyakit

28
akibat kerja. Jenisnya, sarung tangan pelindung bahan kimia, sarung
tangan pelindung tergores, sarung tahan biasa, sarung tangan pelindung
panas.
5. Pelindung badan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi badan
bagian depan, pakaian dan tubuh seluruhnya. Tujuan digunakannya alat
ini adalah untuk melindungi badan bagian depan, pakaian, tubuh
seluruhnya dari ceceran, tumpahan dan percikan dari bahan cair, gas,
hembusan uap, radiasi atau partikel-partikel yang dapat merusak
kesehatan. Jenisnya pakaian kerja, pakaian pelindung biasa, pakaian
radiasi/apron.
6. Pelindung kaki
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua
belah kaki, baik hanya sampai pergelangan kaki maupun sampai bagian
bawah lutut. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi kedua
kaki dari cedera atau terkena bahan kimia. Jenisnya, sepatu pelindung
biasa dan boots.

29
BAB IX
KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA

Upaya penyehatan lingkungan RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER


PAMEKASAN di implementasikan dalam berbagai kegiatan untuk mencapai kondisi
rumah sakit yang bersih, sehat, nyaman dan terlindunginya lingkungan komunitas
rumah sakit dari pencemaran fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktif. Adapun
pedoman upaya penyehatan lingkungan RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER
PAMEKASAN meliputi:

A. Penyehatan Ruang dan Bangunan


1. Meliputi semua ruang/unit kerja yang berada di dalam batas/pagar rumah
sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk
berbagai keperluan, kegiatan rumah sakit.
2. Pemeliharaan ruang dan bangunan:
a. Kegiatan pembersihan ruang perawatan dilakukan pagi, siang dan sore.
Ruang perkantoran/poliklinik dibersihkan pagi dan sore
b. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah
pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, setelah jam kunjungan
pasien pagi dan sore serta sewaktu-waktu apabila diperlukan.
c. Pembersihan lantai menggunakan cara pembersihan dengan
perlengkapan pembersih yang memenuhi syarat dan antiseptic yang
tepat.
d. Pembersihan lantai dimulai dari ruangan yang paling dalam dan
bergerak menuju ke arah luar.
e. Sewaktu membersihkan lantai, semua perabotan ruang seperti meja,
kursi, tempat tidur dan lain-lain, harus diangkat/digeser, agar
pembersihan lantai lebih sempurna
f. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali
setahun.
g. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding harus
segera dibersihkan dengan antiseptik
2. Pencahayaan
a. Pencahayaan alam maupun buatan diusahakan agar tidak menimbulkan
silau dan intensitsnya sesuai dengan peruntukannya
b. Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan
penyinaran yang optimum dan lampu sering dibersihkan
c. Bola lampu yang mulai berfungsi tidak baik, segera diperiksa kondisinya
untuk menjamin keamanannya.
3. Pengkondisisan udara
a. Pengkondisian ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih tinggi
dibandingkan ruang-ruang lain dari menggunakan AC
b. Untuk pengkondisian udara yang menggunakan exhause fan, letaknya
pada ketinggian minimal 2 meter dari atas lantai atau minimal 40 cm
dari langit-langit
c. Untuk mengurangi kadar kuman dalam udara ruang, dilakukan fogging
sesuai dengan jadwal rutin dan kebutuhan
d. Untuk memantau kualitas udara, minimal dua kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara
(kuman)
4. Kebisingan
Sumber bising yang berasal dari mesin-mesin, dilakukan pemeliharaan
secara rutin atau sesuai dengan kebutuhan.

30
B. Penyehatan Makanan dan Minuman
1. Bahan makanan dan makanan jadi
a. Bahan makanan dan makanan jadi yang berasal dari Unit Gizi secara
periodik diperiksa, diambil sampelnya dan diperiksa di laboratorium,
untuk mengetahui ada tidaknya kuman yang membahayakan
kesehatan.
b. Apabila menggunakan bahan makanan tambang (bahan pewarna,
pemanis buatan dan lain-lain) sesuai dengan ketentuan perundangan
yang berlaku
2. Penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga
dan hewan lainnya.
b. Bahan makanan dan makanan jadi disimpan dalam tempat yang
terpisah
3. Penyajian makanan
a. Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan
menggunakan kereta dorong khusus)
b. Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien
4. Tempat pengolahan makanan
a. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu dibersihkan
dengan antiseptik
b. Asap dikeluarkan melalui cerobong asap
5. Penjamah makanan
a. Penjamah makanan harus sehat dan diperiksa kesehatannya secara
berkala.
b. Penjamah makanan tidak boleh menderita atau menjadi sumber
penularan penyakit (carier) berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
c. Penjamah makanan harus menggunakan perlengkapan pelindung
(celemek, penutup rambut, alas kaki yang tidak licin)
d. Selama melakukan kontak dengan makanan jadi, harus terlindungi dari
kontak langsung dengan tubuh (menggunakan sarung tangan plastik,
penjepit makanan, sendok, garpu dan sejenisnya)
e. Penjamah makanan selama bekerja: tidak merokok, makan dan
mengunyah, tidak memakai perhiasan, tidak menggunakan peralatan
dan fasilitas yang bukan untuk keperluannya, selalu mencuci tangan
sebelum dan setelah bekerja dan setelah keluar dari kamar
mandi/kamar kecil, selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan
perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak dipakai diluar dapur.
6. Peralatan
a. Peralatan agar segera dicuci setelah digunakan, selanjutnya
dikeringkan dan tidak boleh dilap dengan kain.
b. Peralatan yang sudah bersih disimpan dalam keadaan kering dan tidak
lembab, tertutup/terlindungi dari pencemaran dan binatang
pengganggu

C. Perlindungan Bahaya Radiasi


1. Tindakan pengamanan terhadap bahan yang memancarkan radiasi
mencakup perancangan instalasi yang memenuhi persyaratan proteksi
radiasi, penyediaan perlindungan radiasi (container lapis timbale)
2. Pelindung radiasi harus mampu menurunkan laju dosis peparan.
3. Untuk memantau dosis radiasi yang diterima pekerja, disediakan sarana
film badge, dosimeter saku dan TLD

31
32
BAB X
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

A. Pendahuluan
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan,
Keterampilan, dan pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan
kegiatan /unsur-unsur K3 maka dipandang perlu untuk melaksanakan
pendidikan dan latihan K3.
Tujuan diselenggarakankannya diklat K3 adalah untuk membentuk
karyawan yang peka, tanggap dan waspada terhadap K3 sehingga mempunyai
kesadaran dan kemauam untuk melakukankegiatan-kegiatan K3.
Bentuk atau jenis pengembangan SDM tersebut antara lain berupa
pendidikan formal ahli K3, pelatihan-pelatihan internal maupun eksternal,
kegiatan ilmiah dan studi banding.

B. Tujuan
Tujuan pengembangan /peningkatan kemampuan SDM ini diarahkan untuk:
1. Mempersiapkan tenaga/SDM bidang K3 agar memenuhi kebutuhan rumah
sakit baik dalam jumlah maupun kualitas/kemampuan yang diperlukan
sesuai dengan standar
2. Meningkatkan kualitas/kemampuan tenaga yang sudah ada agar mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan maupun mengikuti perkembangan
masyarakat dan dunia khususnya dibidang K3
3. Mempersiapkan keahlian khussu bidang K3 bagi tenaga yang sudah ada
untuk mengadakan refreshing, penyegaran, pengetahuan ketrampilan,
bisa dengan cara bekerja dama dengan pihak ketiga

C. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengembangan/peningkatan kemampuan SDM
meliputi:
1. Pendidikan formal ahli K3
2. Pelatihan baik teknis/fungsional/manajemen
3. Kegiatan ilmiah seperti seminar
4. Studi banding

33
D. Peserta
Peserta adalah SDM RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
yang terdiri dari:
1. Medis
2. Paramedis
3. Non medis

E. Jenis Pendidikan
1. Pelatihan formal: Pendidikan ahli K3, pelatihan K3 (inhouse atau exhouse
training)
2. Non Formal: seminar, pelatihan oleh instalasi terkait

34
BAB XI
DOKUMENTASI
PENGUMPULAN DAN PELAPORAN DATA

A. Catatan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Kebakaran Bencana


1. Rumah sakit mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
mengarsip, memelihara dan menyimpan catatan keselamatan, kesehatan
kerja, kebakaran dan bencana
2. Undang-undang, peraturan dan pedoman teknis relevan dipelihara pada
tempat yang mudah didapat
3. Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga
kerahasiaan catatan
4. Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara
5. Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan
dipelihara.

B. Data dan Laporan Keselamatan, Kesehatan Kerja, Kebakaran


Bencana
1. Data keselamatan, kesehatan kerja, kebakara dan bencana yang terbaru
dikumpulkan dan dianalisa
2. Laporan rutin kenerja keselamatan, kesehatan kerja, kebakara dan
bencana dibuat dan disebarluaskan dalam rumah sakit.

C. Audit Internal Sistem Manajemen K3


1. Audit SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian
kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut
efektif
2. Audir internal SMK3 dilakukan ileh petugas yang berkompeten dan
independen di rumah sakit
3. Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang
berkepentingan
4. Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantai
untuk menjamin dilakukan tindakan perbaikan

35
BAB XII
SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan
dari sebuah kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang tidak terjadwal.
Evaluasi bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah
dilakukan sekaligus memberikan penilaian apakah kegiatan yang dilakukan
telah mencapai sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan belum memenuhi
harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut sehingga dicapai sasarayang
diharapkan.

B. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan -
kegiatan atau yang telah dibuat.
Pelaporan adalah kegiatan membuat analisa dan rekomendasi dari hasil
pelaksanaan kegiatan atau evaluasi.

C. Kegiatan
1. Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur – unsur K3
rumah sakit.
2. Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil
pelaksanaan kegiatan K3.
3. Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
4. Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada
direktur rumah sakit.

36
PENUTUP

Demikian Buku Pedoman Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ini disusun


untuk dapat digunakan sebagai pedoman dan pegangan oleh seluruh karyawan
di RUMAH SAKIT UMUM MOHAMMAD NOER PAMEKASAN untuk pelaksanaan
program-program K3 dimasing-masing unit kerja.
Adapun secara teknis penerapan dari pedoman ini, dijabarkan di dalam
ketentuan-ketentuan keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana.

Ditetapkan di : Pamekasan
Pada tanggal : 23 Oktober 2018
RUMAH SAKIT UMUM
MOHAMMAD NOER PAMEKASAN
DIREKTUR

dr. SETYA BUDIONO, M.Kes


Pembina
NIP. 19710514 200012 1 002

37

Anda mungkin juga menyukai