Anda di halaman 1dari 27

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Tinjauan tentang Kemandirian Belajar

a. Pengertian Kemandirian Belajar

Kemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk

tidak bergantung pada orang lain. Hamzah B. Uno (2010: 77-78)

mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan untuk

mengarahkan sekaligus mengendalikan diri sendiri dalam

berpikir dan bertindak serta tidak merasa bergantung pada orang

lain. Orang yang mandiri akan mengandalkan dirinya untuk

merencanakan dan membuat keputusan penting. Kemampuan

untuk mandiri bergantung pada tingkat kepercayaan diri,

kekuatan batin, dan keinginan untuk memenuhi harapan.

Belajar mandiri merupakan proses belajar siswa yang

timbul dari dalam diri siswa itu sendiri karena ingin mencapai

tujuan yang diinginkan, hal tersebut sesuai dengan pendapat

Haris Mudjiman (2007: 7) belajar mandiri adalah kegiatan

belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai

kompetensi tertentu guna mengatasi suatu masalah dan dibangun

dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki.

Menurut Martinis Yamin (2008: 119-122) belajar mandiri itu

berbeda dengan belajar terstruktur, belajar terstruktur lebih

10
11

mudah dibanding dengan belajar mandiri, belajar mandiri lebih

sukar dan dapat dilaksanakan apabila syarat-syarat berikut ini

dapat dipenuhi dintaranya adanya masalah, menghargai

pendapat peserta didik, peran guru, dan cara menghadapi peserta

didik.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kemampuan

untuk mengendalikan sekaligus mengatur pikiran, perasaan,

tindakan, dan kegiatan belajar aktif secara bebas untuk

menguasai kompetensi tertentu yang proses dan kegiatannya

berasal dari siswa sendiri. Kemandirian belajar berarti bebas

dalam menentukan arah, rencana, sumber, dan keputusan untuk

mencapai kompetensi tertentu. Hal ini membutuhkan motivasi,

keuletan, keseriusan, kedisiplinan, tanggung jawab, kemauan,

dan keingintahuan agar dapat mengatasi suatu masalah dengan

bekal yang telah dimiliki sebelumnya. Guru bukanlah sebagai

pengendali dalam proses belajar mandiri. Pengendali dalam

proses belajar mandiri adalah siswa itu sendiri. Guru bertindak

sebagai penasehat yang memberi pengarahan. Melalui

pengarahan tersebut, siswa dapat menentukan tujuan, strategi,

dan sumber-sumber yang digunakan dalam proses belajar.


12

b. Ciri-ciri Kemandirian Belajar

Seorang siswa yang memiliki kemandirian belajar

harus mampu mengambil keputusan dengan bijaksana serta

selalu mempunyai inisiatif untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya. Siswa yang memiliki kemandirian belajar juga

harus percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah

maupun ulangan harian yang diberikan oleh guru. Menurut

Haris Mudjiman (2007: 9) indikator-indikator belajar mandiri

antara lain tingkat keaktifan belajar, persistensi kegiatan belajar,

keterarahan belajar, dan kreativitas pembelajar. Sedangkan

Desmita (2011: 185-188) menjelaskan bahwa kemandirian dapat

dilihat dari beberapa ciri. Beberapa ciri tersebut diantaranya

adalah sebagai berikut:

“1) mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk


mengatasi masalah yang dihadapi; 2) memiliki hasrat
bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya sendiri; 3)
bertanggungjawab atas apa yang dilakukan; 4) mampu
melakukan kritik dan penilaian diri; 5) memiliki
kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya”.

Berdasarkan ciri-ciri kemandirian belajar yang telah

dijelaskan oleh Desmita, peneliti menarik kesimpulan untuk

dijadikan indikator dalam penelitian ini. Aspek kemandirian

belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1) mampu

memecahkan masalah; 2) memiliki motivasi belajar tinggi; 3)

memiliki sikap tanggung jawab; 4) mampu melakukan evaluasi

belajar; dan 5) memiliki percaya diri.


13

c. Manfaat Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar memiliki banyak manfaat.

Menurut Martinis Yamin (2008: 118) manfaat tersebut adalah

memupuk tanggung jawab, meningkatkan keterampilan,

memecahkan masalah, mengambil keputusan, berpikir kreatif,

berpikir kritis, percaya diri yang kuat, dan menjadi guru bagi

dirinya sendiri.

Berdasarkan penjelasan di atas, manfaat kemandirian

belajar sangat berpengaruh bagi kemampuan siswa dan

pemecahan masalah pendidikan. Siswa akan semakin mudah

untuk mengembangkan kemampuannya. Beberapa masalah

pendidikan juga dapat diatasi dengan kemandirian belajar.

d. Upaya untuk Mengembangkan Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar dapat dikembangkan dengan

berbagai upaya, salah satunya adalah dengan menciptakan

kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan apa yang akan

dilakukan sehingga kreativitas siswa dapat dioptimalkan.

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori (2008: 119-120)

menjelaskan beberapa upaya untuk mengembangkan

kemandirian belajar. Upaya tersebut diantaranya:

“ (1) Penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja


dalam keluarga; (2) Penciptaan keterbukaan; (3)
Penciptaan kebebasan untuk mengekspresikan
lingkungan; (4) Penerimaan positif tanpa syarat;
(5)Empati terhadap remaja; (6) Penciptaan kehangatan
hubungan dengan remaja.”
14

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

upaya untuk mengembangkan kemandirian belajar adalah

penciptaan partisipasi dan keterlibatan remaja dalam keluarga,

penciptaan keterbukaan, penciptaan kebebasan untuk

mengekspresikan lingkungan, penerimaan positif tanpa syarat,

empati terhadap remaja, dan penciptaan hubungan kehangatan

dengan remaja.

2. Tinjauan tentang Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan faktor penggerak maupun

dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat.

Motivasi juga mampu merubah tingkah laku manusia atau

individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya

sendiri, hal tersebut diperkuat oleh pendapat Ngalim Purwanto

(2007: 60) mendefinisikan motivasi ialah segala sesuatu ynag

mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.

Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2012: 158)

motivasi adalah perubahan dalam diri atau pribadi seseorang

yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Motivasi dapat ditinjau dari dua sifat, yaitu

motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik

adalah keinginan bertindak yang disebabkan pendorong dari

dalam individu, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi


15

yang keberadaannya karena pengaruh dari luar individu.

Tingkah laku yang terjadi dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Agus Suprijono (2011: 163) motivasi belajar

adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan

kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah

perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

Sedangkan menurut Hamzah B. Uno (2008: 3) motivasi

merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik

dalam memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau

daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah

dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai

tujuan yang dikehendaki. Jadi peran motivasi bagi siswa dalam

belajar sangat penting. Dengan adanya motivasi akan

meningkatkan, memperkuat dan mengarahkan proses belajarnya,

sehingga akan diperoleh keefektifan dalam belajar.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Motivasi memiliki fungsi bagi seseorang, karena

motivasi dapat menjadikan seseorang mengalami perubahan ke

arah yang lebih baik. Fungsi motivasi menurut Sardiman (2010:

85) yaitu:
16

“ (1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai


penggerak atau motor yang melepaskan energi; (2)
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang
hendak dicapai; (3) Menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan mana yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.”
Selanjutnya Hamzah B. Uno (2008: 17) menjelaskan bahwa

fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

“ (1) Mendorong manusia untuk melakukan suatu


aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan;
(2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai;
(3)Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.”
Hampir sama dengan pendapat-pendapat sebelumnya, Oemar

Hamalik (2012: 161) menyatakan bahwa fungsi motivasi antara

lain sebagai berikut:

“ (1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu


perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul
sesuatu perbutan seperti belajar; (2) Motivasi berfungsi
sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan; (3 )Motivasi
berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai
mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.”
Berdasarkan pendapat di atas, fungsi motivasi dalam

belajar antara lain adalah untuk mendorong, menggerakkan dan

mengarahkan aktivitas-aktivitas peserta didik dalam belajar

sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Dengan hal

tersebut seseorang melakukan suatu usaha yang sungguh-

sungguh karena adanya motivasi yang baik.


17

c. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Orang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada

pada diri orang tersebut. Menurut Sardiman (2010: 83) ciri-ciri

orang yang termotivasi adalah sebagai berikut:

“(1) Tekun menghadapi tugas; (2) Ulet menghadapi


kesulitan; (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-
macam masalah; (4) Lebih sering bekerja mandiri; (5)
Cepat bosan pada tugas-tugas rutin; (6) Dapat
mempertahankan pendapatnya; (7) Tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini itu; (8) Senang
memecahkan masalah soal-soal”.
Nana Sudjana (2006: 61) berpendapat bahwa motivasi

siswa dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:

“ (1) minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran; (2)


Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas
belajarnya; (3) Tanggungjawab siswa dalam
mengerjakan tugas-tugas belajarnya; (4) Reaksi yang
ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan
guru; (5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan
tugas yang diberikan”.
Hamzah B. Uno (2008: 23) mengemukakan bahwa ciri-

ciri atau indikator motivasi antara lain:

“ (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) Adanya


dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya
harapan dan cita-cita masa depan; (4) Adanya
penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan yang
menarik dalam kegiatan belajar; (6) Adanya lingkungan
belajar yang kondusif”.
Atas dasar beberapa ciri-ciri motivasi menurut para ahli

diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki ciri-ciri

termotivasi adalah siswa yang ulet dalam menyelesaikan tugas,


18

siswa tekun, menunjukkan minat, selalu memperhatikan,

semangat dan adanya hasrat untuk berhasil

d. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar pada Siswa

Motivasi belajar pada siswa dapat dikembangkan

dengan berbagai cara dan upaya. Menurut Oemar Hamalik

(2012: 166-168) cara untuk menggerakkan atau membangkitkan

motivasi belajar siswa antara lain sebagai berikut:

“ (1) memberi angka; (2) pujian; (3) hadiah; (4) kerja


kelompok; (5) persaingan; (6) tujuan; (7) sarkasme; (8)
penilaian; (9) karyawisata dan ekskursi; (10) film
pendidikan; (11) belajar melalui radio.”

Menurut Sardiman (2008: 92-95) ada beberapa contoh dan cara

untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di

sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut

diantaranya:

“1) memberi angka 2) hadiah 3) saingan/ kompetisi 4)


ego-involment 5) memberi ulangan 6) mengetahui hasil
7) pujian 8) hukuman 9) hasrat untuk belajar 10) minat
11) tujuan yang diakui".

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa motivasi dapat ditumbuhkan melalui cara-

cara mengajar yang bervariasi sehingga mampu menumbuhkan

hasrat dan menarik perhatian siswa, memberikan ulangan dapat

memberi kesempatan kepada peserta didik menyalurkan dan

untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar, pemberian

pujian dan hadiah atas prestasi siswa juga bisa membangkitkan


19

semangat untuk lebih giat belajar sehingga tujuan pendidikan

dan keberhasilan pembelajaran dapat dicapai.

3. Tinjauan tentang Pembelajaran IPS

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru yang

dapat merubah tingkah laku, baik kognitif, afektif maupun

psikomotorik. Belajar juga dapat terjadi karena interaksi yang

dialami oleh individu. Sardiman (2003: 20) menjelaskan bahwa

belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Slameto (2010: 2) yang

menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar juga merupakan hasil interaksi individu dengan

lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari

Sugihartono, dkk (2007: 74) yang mendefinisikan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Menurut Oemar Hamalik (2007: 28)


20

belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan lingkungan. Hampir sama dengan

pendapat sebelumnya Muhibbin Syah (2011: 68)

mengungkapkan bahwa secara umum belajar merupakan

tahapan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas maka

dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses dimana

seorang individu mendapatkan hal atau informasi baru yang

terlihat dari interaksi tingkah laku dengan lingkungannya.

b. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran tidak lepas dari adanya proses belajar,

baik yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja dan

berlangsung secara terus menerus. Pembelajaran merupakan

proses interaksi antara guru dan siswa yang berlangsung di

sekolah. Dengan adanya interaksi tersebut, maka pembelajaran

dapat mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran merupakan kegiatan yang menekankan

pada unsur pendidikan untuk pembekalan siswa agar tercapai

tujuan pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2009: 57)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi


21

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran sangat simpel dapat diartikan

sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan

dan pengalaman hidup. Pembelajaran pada hakikatnya adalah

usaha sadar dari diri seorang guru untuk membelajarkan

siswanya (mengarah interaksi siswa dengan sumber belajar

lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Pendapat lain tentang pembelajaran diungkapkan oleh

Agus Suprijono (2011: 13) pembelajaran bermakna leksikal

berarti proses, cara perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran

guru yang mengajar dan dapat diartikan sebagai upaya

mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru

mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru

menyediakan fasilitas belajar bagi siswa untuk mempelajarinya

sehingga subjek pembelajaran adalah para siswa.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran adalah suatu proses mengorganisir

lingkungan terjadinya pembelajaran di sekolah dan guru

berperan secara aktif sebagai penyedia fasilitas belajar bagi

siswa.
22

c. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian dari

berbagai disiplin ilmu sosial seperti geografi, ekonomi, sejarah,

sosiologi yang disusun berdasarkan realitas dan fenomena sosial

yang ada dan telah disederhanakan. Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) menurut NCSS (National Council for Social Studies)

adalah sebagai berikut:

“Social studies is the integrated study of the social


sciences and humanities to promote civic competence.
Within the school program, social studies provides
coordinated, systematic study drawing upon such
disciplines as anthropology, archaeology, economics,
geography, history, law, political science, psychology,
religion, and socuology, as well as appropriate content
from the humanities, mathematics, and the nature
sciences (Savage and Armstrong, 1996: 9)”
Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa

pendidikan IPS merupakan kajian dari berbagai disiplin ilmu

bukan hanya dari ilmu sosial saja tetapi humaniora, bahkan

agama, matematika, serta ilmu alam yang telah diintegrasikan

untuk membentuk kemampuan yang bersifat kewarganegaraan.

Mohammad Numan Soemantri (2001: 44) merumuskan

Pendidikan IPS sebagai suatu penyederhanaan berbagai disiplin

ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama

yang diorganisasikan dan disajikan untuk tujuan pendidikan.

Sedangkan menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-


23

ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik,

hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial ini dirumuskan

atas dasar realitas dan fenomena sosial yang ada dalam

masyarakat dan diwujudkan dalam satu pendekatan

interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. IPS

atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang

diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial yaitu

sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi,

filsafat, dan psikologi sosial.

Dengan demikian, secara garis besar mata pelajaran IPS

merupakan kajian yang terkait dengan fenomena dan masalah-

masalah sosial, yang terkait dengan kehidupan manusia dan

lingkungannya. Hal itu berarti bahwa kehidupan manusia dan

lingkungannya mempunyai hubungan yang erat serta tidak dapat

dipisahkan karena saling berkaitan satu sama lain dan saling

mempengaruhi. Permasalahan sosial tersebut setiap saat selalu

mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

d. Tujuan IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan ilmu yang

multidisipliner dimana banyak cabang ilmu didalamnya seperti

ekonomi, sosiologi, geografi, sejarah, dll sehingga setelah

mempelajari ilmu tersebut diharapkan siswa dapat peka terhadap

lingkungan alam dan masyarakat yang ada disekitarnya.


24

Menurut Trianto (2010: 176) tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

peserta didik agar peka terhadap permasalahan sosial yang

terjadi di dalam masyarakat atau lingkungan sekitar, memiliki

sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, serta terampil dalam mengatasi dan

memecahkan setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan.

Sapriya (2011: 201) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS

bertujuan agar peserta didik:

“1) Mengenal konsep tentang lingkungan sekitarnya 2)


Berpikir kritis, logis, rasa ingin tahu yang besar dan
mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari 3) Berpegang pada nilai-nilai sosial dalam
masyarakat 4) Mampu menjalin komunikasi dan
bekerjasama dengan masyarakat dalam segala situasi
dan kondisi”.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tujuan IPS di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah untuk

menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik, yang

berkarakter, mampu mengamalkan dan mengembangkan

pengetahuan yang dimilikinya, serta mampu memahami dan

tanggap dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Untuk menjadikan peserta didik menjadi berkarakter maka

diperlukan peran penting dari pihak sekolah, guru dan keluarga.

Mereka harus mampu dijadikan sebagai teladan yang baik untuk

para peserta didik.


25

e. Karakteristik IPS

Mata pelajaran IPS merupakan kajian yang terkait

dengan fenomena dan masalah-masalah sosial, yang terkait

dengan kehidupan manusia dan lingkungannya. Sedangkan

tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk menjadikan peserta

didik menjadi warga negara yang baik, yang berkarakter,

mampu mengamalkan dan mengembangkan pengetahuan yang

dimilikinya, serta mampu memahami dan tanggap dengan apa

yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Trianto (2010:

174), karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin

ilmu lain yang bersifat monopolistik. Karakteristik mata

pelajaran IPS di SMP/ MTs antara lain sebagai berikut:

“ (1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan


dari unsur-unsur geografi, sejarah, ekonomi, hukum
dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga
bidang humaniora, pendidikan, dan agama; (2) Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari
struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi,
yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok
bahasan atau topik (tema tertentu); (3) Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga
menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan
dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner;
(4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat
menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan
masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan,
adaptasi, dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses,
dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup
26

agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,


keadilan dan jaminan keamanan.”

4. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

a. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Menurut Suyatno (2009: 64) pengajaran terbalik atau

reciprocal teaching merupakan metode pengajaran berdasarkan

prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan, yang mana keterampilan-

keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung

dan permodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca

siswa yang pemahaman membacanya rendah. Dalam

pembelajaran harus memperhatikan tiga hal, yaitu bagaimana

siswa belajar, mengingat, berpikir dan memotivasi diri.

Pendapat tersebut hampir sama dengan pendapat Nur dan

Wikandari (dalam Trianto, 2007: 96) yang menyatakan bahwa

pengajaran terbalik merupakan pendekatan konstruktivis yang

berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan dan pengajuan

pertanyaan. Pengajaran terbalik terutama dikembangkan untuk

membantu guru menggunakan dialog-dialog belajar yang bersifat

kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan-bacaan secara

mandiri di kelas. Melalui pengajaran terbalik siswa diajarkan

empat strategi pemahaman pengaturan diri spesifik yaitu

perangkuman, pengajuan pertanyaan, pengklarifikasian, dan

prediksi.
27

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

model reciprocal teaching merupakan salah satu model

pembelajaran yang dilaksanakan agar tujuan pembelajaran

tercapai dengan cepat melalui proses belajar mandiri dan siswa

mampu menyajikannya di depan kelas. Yang diharapkan, tujuan

pembelajaran tersebut tercapai dan kemampuan siswa dalam

belajar mandiri dan memahami konsep dapat ditingkatkan.

Merangkum dari hasil penelitian Palinscar dan Brown tahun

1984, model pembelajaran reciprocal teaching memiliki beberapa

kriteria, yaitu:

1) Dialog antara siswa dengan guru, dimana masing-masing

mendapat giliran untuk memimpin diskusi

2) Reciprocal artinya suatu interaksi dimana seseorang

bertindak untuk merespon yang lain

3) Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi

yaitu: merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi

(menjelaskan) dan memprediksi.

Masing-masing strategi tersebut dapat membantu siswa

membangun pemahaman terhadap apa yang sedang dipelajarinya

dan juga mendorong siswa untuk memiliki kemandirian belajar.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui kekuatan-kekuatan model

pembelajaran reciprocal teaching adalah sebagai berikut:


28

1) Melatih kemampuan siswa belajar mandiri sehingga

kemampuan dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan.

2) Melatih siswa untuk menjelaskan kembali materi yang

dipelajari kepada pihak lain. Penerapan pembelajaran ini

memfasilitasi siswa dalam mempresentasikan idenya.

3) Orientasi pembelajaran adalah investasi dan penemuan.

Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang

sedang dibahas, siswa akan lebih mudah dalam mengingat

suatu konsep. Pengertian siswa tentang suatu konsep pun

merupakan pengertian yang benar-benar dipahami oleh siswa

sehingga penguasaan konsep siswa pun meningkat.

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Reciprocal Teaching

Model pembelajaran reciprocal teaching pada dasarnya

merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk

berdialog sekaligus belajar secara mandiri. Menurut Suyatno

(2009: 64) prosedur atau langkah-langkah model pembelajaran

reciprocal teaching adalah sebagai berikut:

1) Membagikan bacaan pada hari ini.

2) Menjelaskan bahwa Anda akan bertindak sebagai guru pada

bagian pertama bacaan.

3) Meminta siswa membaca bagian yang telah ditetapkan.

4) Setelah membaca, siswa disuruh melakukan permodelan.

5) Meminta siswa membuat komentar tentang pengajaran guru.


29

6) Siswa yang lain membaca dalam hati bagian yang lain.

7) Memilih salah satu siswa yang berperan sebagai guru.

8) Membimbing siswa yang berperan sebagai guru.

9) Mengurangi bimbingan siswa yang berperan sebagai guru.

Sedangkan menurut Nur dan Wikandari (dalam Trianto, 2007: 98)

prosedur atau langkah-langkah model pembelajaran reciprocal

teaching adalah sebagai berikut:

1) Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak

diselesaikan.

2) Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak

sebagai guru atau model.

3) Siswa diminta membaca dalam hati bagian teks yang

ditetapkan. Untuk memudahkan mula-mula bekerja paragraf

demi paragraf.

4) Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama, dilakukan

permodelan berikut ini:

a) Pertanyaan yang saya perkirakan akan saya tanyakan

guru adalah

b) Guru memberikan kesempatan siswa menjawab

pertanyaan tersebut. Bila perlu mereka boleh mengacu

pada teks dengan kalimatnya sendiri.


30

c) Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraf

atau sub bab. Bila perlu dapat menunjuk salah seorang

siswa untuk membacakan rangkumannya.

d) Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksi hal

yang akan dibahas pada paragraf selanjutnya.

e) Memberikan kesempatan siswa mengajukan komentar

atau menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan.

5) Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang

pengajaran yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.

6) Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan atau

paragraf berikutnya dan dipilih satu siswa yang akan

berperan sebagai “guru-siswa”.

7) Siswa dilatih/ diarahkan berperan sebagai “guru-siswa”

sepanjang kegiatan itu. Mendorong siswa lain untuk berperan

serta dalam dialog, namun selalu memberi “guru-siswa” itu

untuk kesempatan memimpin dialog. Memberikan banyak

umpan balik dan pujian kepada “guru-siswa” untuk peran

sertanya.

8) Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi

peran dalam dialog, sehingga “guru-siswa” dan siswa lain

berinisiatif sendiri menangani kegiatan itu. Peran guru

selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap

berada dalam jalur dan membantu mengatasi kesulitan.


31

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam penelitian ini

menggunakan langkah-langkah atau prosedur model

pembelajaran reciprocal teaching yang telah dikemukakan oleh

Suyatno.

c. Pembelajaran IPS dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Reciprocal Teaching

Materi yang akan diajarkan dengan model pembelajaran

Reciprocal Teaching ini adalah materi kelas VII semester 2.

Materi tersebut adalah materi Standar Kompetensi (SK) 6.

Memahami kegiatan ekonomi masyarakat dan Kompetendi Dasar

(KD) 6.2 Mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang

meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/ jasa.

Materi-materi tersebut diantaranya sebagai berikut:

1) Konsumsi

a) Pengertian konsumsi

b) Skala prioritas kebutuhan

c) Aspek positif dan negatif perilaku konsumtif

d) Faktor-fakyor yang mempengaruhi konsumsi

2) Produksi

1) Pengertian produksi

2) Sumber daya ekonomi

3) Etika ekonomi dalam memanfaatkan faktor produksi

4) Peningkatan jumlah dan mutu hasil produksi


32

3) Distribusi

1) Pengertian distribusi

2) Tujuan distribusi

3) Sistem distribusi

4) Lembaga-lembaga distribsi

5) Etika dalam distribusi

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Inung Pratiwi (2012) dalam penelitian yang berjudul Pembelajaran

Akuntansi Melalui Reciprocal Teaching Model Untuk Meningkatkan

Penguasaan Konsep dan Kemandirian Belajar Dalam Materi

Mengelola Administrasi Surat Berharga Jangka Pendek Siswa Kelas

X Akuntansi 1 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/ 2012

(skripsi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan

penguasaan konsep dan kemandirian belajar siswa dengan

menggunakan 2 siklus tindakan. Kemandirian belajar siswa meningkat

dari 76,74% menjadi 88,89% dengan kategori sangat baik.

Persamaaan penelitian ini dengan penelitian Inung Pratiwi adalah

sama-sama meneliti reciprocal teaching model untuk meningkatkan

kemandirian belajar siswa. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

Inung Pratiwi adalah terletak pada hasil yang ingin dilihat, dalam

penelitian Inung Pratiwi melihat peningkatan penguasaan konsep dan


33

kemandirian belajar siswa sedangkan dalam penelitian ini melihat

peningkatan kemandirian dan motivasi belajar siswa.

2. Titik Haryati dan Fauziyah (2009) dalam penelitian yang berjudul

Implementasi Metode Pembelajaran Berbalik (Reciprocal Teaching)

Pada Mata Pelajaran Akuntansi (jurnal). Dari penelitian tersebut

disimpulkan bahwa implementasi metode pembelajaran berbalik

(Reciprocal Teaching) dapat meningkatkan hasil belajar akuntansi

pokok bahasan pencatatan transaksi akuntansi koperasi pada siswa

kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Tegal. Maka, metode pembelajaran

berbalik dapat diterapkan untuk pembelajaran mata pelajaran

akuntansi. Hal ini dibuktikan dari peningkatan aktivitas siswa dari

siklus I sampai dengan siklus II. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian Titik Haryati & Fauziyah adalah sama-sama meneliti model

pembelajaran Reciprocal Teaching. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Titik Haryati & Fauziyah adalah terletak pada variabel yang

akan diteliti, pada penelitian ini variabel yang diteliti adalah

kemandirian dan motivasi belajar sedangkan pada penelitian Titik

Haryati & Fauziyah variabel yang diteliti adalah aktivitas dan hasil

belajar.

3. Vivi Ria Lancarwati (2012) dalam penelitian yang berjudul

Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII Dengan

Menggunakan Metode Snowball Throwing di SMP N 4 Satu Atap

Bawang Banjarnegara (skripsi). Hasil penelitian ini menunjukkan


34

bahwa ada peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan 2

siklus tindakan. Motivasi belajar siswa meningkat dari 74,76%

menjadi 80,36%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Vivi Ria

Lancarwati adalah sama-sama meneliti suatu metode untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Vivi Ria Lancarwati adalah terletak pada penggunaan

metode, pada penelitian ini menggunakan Metode Reciprocal

Teaching sedangkan pada penelitian Vivi Ria Lancarwati

menggunakan metode Snowball Throwing.

C. Kerangka Pikir

Saat proses pembelajaran di kelas, masih banyak guru yang

cenderung menggunakan model ceramah untuk menyampaikan materi

sehingga siswa menjadi tidak semangat untuk mengikuti pembelajaran

karena tidak adanya variasi model pembelajaran saat mengajar. Metode

ceramah yang digunakan guru juga belum mampu membangkitkan

motivasi dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran sehingga

menyebabkan motivasi dan kemandirian belajar siswa rendah.

Melihat kondisi seperti itu, peneliti mencari pemecahan masalah

melalui penerapan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.

Salah satu metode pembelajaran yang dijadikan alternatif adalah dengan

penerapan model pembelajaran reciprocal teaching. Kerangka pikir

penelitian ini dapat digambarkan dengan gambar sebagai berikut:


35

Kondisi Awal
Pembelajaran IPS di Kelas VII F
SMP Negeri 2 Ngemplak
Sleman

Metode mengajar
kurang bervariasi

Motivasi Belajar Kemandirian Belajar


Siswa Rendah Siswa Rendah

Penerapan model pembelajaran


reciprocal teaching

- Perencanaan
- Pelaksanaan & pengamatan
- Refleksi

Kondisi Akhir
Peningkatan Motivasi dan
Kemandirian Belajar Siswa

Gambar 1. Kerangka Pikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat peningkatan kemandirian belajar IPS melalui model

pembelajaran reciprocal teaching pada siswa kelas VII F SMP Negeri

2 Ngemplak Sleman.
36

2. Terdapat peningkatan motivasi belajar IPS melalui model

pembelajaran reciprocal teaching pada siswa kelas VII F SMP Negeri

2 Ngemplak Sleman.

Anda mungkin juga menyukai