Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Secara umum motif dapat dijelaskan sebagai daya upaya yang

mendorong individu untuk melakukan sesuatu. Menurut Karwono dan

Mularsih (2017: 49) dalam konteks pembelajaran, motivasi berarti seni atau

upaya untuk mendorong peserta didik untuk tergerak melakukan kegiatan

belajar dalam rangka mencapai tujuan belajar. Menurut Noehl Nasution (dalam

Djamarah, 2008: 166) motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

Motivasi merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang

timbul pada diri seseorang baik sadar maupun tidak sadar, untuk melakukan

suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi mempunyai peranan yang

sangat strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seseorang belajar

tanpa didasari motivasi (dalam Islamuddin, 2012: 263). Motivasi belajar adalah

sesuatu hal yang mendorong, menggerakkan dan mengarahkan siswa dalam

belajar.

Menurut Uno (2016: 23) hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan

14
15

perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur

yang mendukung. Perilaku belajar dilakukan oleh si pebelajar. Pada diri si

pebelajar terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental yang

berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita itu menurut Dimyati dan

Mudjiono (2013: 108) disebut motivasi belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah

suatu pendorong untuk bertindak secara nyata dalam proses mencari ilmu

sehingga terjadi perubahan menjadi lebih baik.

2. Ciri-ciri Individu yang Mempunyai Motivasi Belajar

Menurut Rohmah (2015: 249) motivasi yang ada pada diri seseorang itu

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang

dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan,

pemberantasan korupsi, penentangan setiap tindak criminal, amoral, dan

sebagainya).

d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).


16

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalua sudah yakin akan sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Ciri-ciri motivasi seperti itu akan sangat penting dalam kegiatan belajar

mengajar, karena belajar mengajar akan berhasil kalau siswa tekun

mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan

secara mandiri (dalam Rohmah, 2015: 249).

Ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman

(dalam Puspitasari, 2012: 62) sebagai berikut:

a. Tekun dalam menghadapi tugas.

Individu yang tekun akan mampu bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama dan tidak berhenti sebelum selesai.

b. Ulet menghadapi kesulitan

Individu yang ulet memiliki sifat tidak lekas putus asa, tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya.

c. Mempunyai minat terhadap macam-macam masalah

Seseorang yang memiliki minat berbagai macam masalah berarti mempu-

nyai keinginan yang besar untuk menyelesaikan masalah tersebut.

d. Perasaan senang saat bekerja.

Individu yang merasa senang saat bekerja akan memilki inisiatif dalam

melakukan sesuatu, mampu mengambil keputusan dan mengatasi masalah

sendiri tanpa bantuan orang lain.


17

e. Bosan pada tugas yang sifatnya rutin.

Individu yang mudah bosan pada tugas yang sifatnya rutin tidak menyukai

pekerjaan yang sifatnya berulang-ulang atau rutin tetapi lebih menyukai

pekerjaan yang sifatnya inovasi atau mengalami perubahan dengan mencari

kreativitas.

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

Jika individu sudah merasa yakin terhadap suatu hal dengan menggunakan

pikiran secara rasional dan dapat diterima serta masuk akal, maka individu

tersebut pasti akan berusaha untuk mempertahankan pendapatnya dalam

setiap situasi.

g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

Sesuatu yang menjadi keyakinan hidup dalam diri individu, apapun bentuk

keyakinan itu tidak dengan mudah dilepaskan, karena segala sesuatunya

telah menjadi pedoman hidup bagi individu tersebut.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah belajar

Individu suka mencari tantangan atau segala sesuatunya yang membuat

dirinya tertantang dan suka menyelesaikan masalah terhadap berbgai jenis

permasalahan dengan pikiran yang kritis.

Makmun (dalam Kompri 2016: 3) mengemukakan bahwa untuk

memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, di

antaranya:

a. Durasi kegiatan

b. Frekuensi kegiatan
18

c. Persistensi pada kegiatan

d. Ketabahan, keuletan, kemampuan dalam menghadapi rintangan dan

kesulitan

e. Pengorbanan untuk mencapai tujuan

f. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan

g. Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (output) yang dicapai dari kegiatan

yang dilakukan

h. Arah sikap terhadap sasaran kegiatan

Menurut Irham dan Wiyani (2014: 57) motivasi yang tinggi pada seorang

siswa untuk belajar dapat terlihat dari ketekunannya serta tidak mudah putus

asa untuk mencapai kesuksesan yang diharapkan meskipun dihadang berbagai

kesulitan. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dalam ketekunan yang tidak

mudah patah semangat atau pantang menyerah sebelum mendapatkan apa yang

diinginkan.

Sedangkan menurut Kompri (2016: 247) sejumlah indikator untuk

mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran di

antaranya adalah:

a. Memilki gairah yang tinggi

b. Penuh semangat

c. Memiliki rasa penasaran atau rasa ingin tahu yang tinggi

d. Mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu

e. Memiliki rasa percaya diri

f. Memiliki daya konsentrasi lebih tinggi


19

g. Kesulitan dianggap sebagai tantangan yang harus diatasi

h. Memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa ciri-

ciri motivasi belajar yaitu adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, penuh

semangat, memiliki rasa percaya diri, memiliki ketabahan, keuletan,

kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar

Ali Imron (dalam Siregar & Nara, 2011: 53) mengemukakan enam unsur

atau faktor yang memengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam

faktor tersebut adalah sebagai berikut.

a. Cita-cita/aspirasi pembelajar.

b. Kemampuan pembelajar.

c. Kondisi pembelajar.

d. Kondisi lingkungan pembelajar.

e. Unsur-unsur dinamis belajar/pembelajaran.

f. Upaya guru dalam membelajarkan pembelajar.

Menurut Uno (2016: 23) motivasi belajar dapat timbul karena faktor

intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,

harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang

menarik. Selain itu Uno (2016: 23) juga mengemukakan indikator motivasi

belajar dapat diklasifikasikan

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil


20

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Menurut Karwono (2017: 49) manusia pada umumnya memiliki dua

macam dorongan atau motif yaitu intrinsic motive, dorongan yang datangnya

dalam diri manusia dan extrinsic motive yaitu dorongan yang datang dari luar

dirinya. Dengan demikian motivasi eksternal merupakan dorongan dari luar

individu yang dapat mengaktifkan dan menggerakkan peserta didik secara

sadar untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran yang dapat menarik dan

mendorong peserta didik untuk tertarik melakukan aktivitas belajar. Motif yang

terdapat pada diri seseorang mampu mendorong dirinya untuk berusaha lebih

giat sehingga memperoleh sukses lebih besar.

Menurut Soemanto (dalam Kompri 2016: 226) ada banyak faktor yang

mewarnai belajar, yaitu:

a. Faktor stimuli, dibagi dalam hal-hal yang berhubungan dengan panjangnya

bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat

ringannya tugas dan suasana lingkungan eksternal.

b. Faktor metode belajar dipengaruhi oleh kegiatan berlatih dan praktik, over

learning dan drill, resistansi selama belajar, pengenalan hasil belajar, belajar
21

dengan bagian-bagian keseluruhan, penggunaan modalitas indra,

penggunaan dalam belajar, bimbingan belajar dan kondisi insentif.

c. Faktor-faktor individual dipengaruhi oleh kematangan, usia kronologis,

perbedaan jenis kelamin, pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi

kesehatan jasmani dan motivasi.

Menurut Woldkowski dan Jeynes (dalam Prasetyo, 2016: 3) berbagai

faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar salah satunya

adalah dukungan sosial dari lingkungan sekitar terutama dari lingkungan

keluarga. Santrock (dalam Prasetyo, 2016: 3) mengemukakan lingkungan

keluarga adalah pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk

mandiri, dukungan yang paling besar di dalam lingkungan rumah adalah

bersumber dari orangtua di mana anak dapat mengembangkan kemampuan

yang dimiliki, belajar mengambil inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa

yang ingin dilakukan dan belajar mempertanggung jawabkan segala

perbuatannya.

Menurut Slameto (2013: 54), faktor–faktor yang memengaruhi belajar

banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu

faktor intern dan ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada

di luar individu.
22

a. Faktor Intern

1) Faktor jasmaniah

a) Faktor Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian bebas

penyakit, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan

seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah.

b) Cacat Tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.

2) Faktor Psikologis

a) Inteligensi

Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar, siswa

mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari

pada yang mempunyai tingkat inteligensi rendah.

b) Perhatian

Keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata–mata tertuju

kepada suatu objek atau sekumpulan objek.

c) Minat

Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

beberapa kegiatan.
23

d) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar, kemampuan itu baru akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih.

e) Motif

Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat

mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya

mempunyai motif untuk berfikir dan memusatkan perhatian,

merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan

belajar.

f) Kematangan

Suatu tingkat fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat–alat

tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi,

kesedian timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan

dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk

melaksanakan kecakapan.

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan

timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh, terjadi karena

substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau

kurang lancar pada bagian tertentu. Kelelahan rohani dilihat dengan


24

adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk

menghasilkan sesuatu hilang, terjadi karena terus menerus memikirkan

masalah yang dianggap berat tanpa istirahat.

b. Faktor Ekstern

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara

orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah

tangga, dan keadaan ekonomi keluarga

a) Cara orang tua mendidik

Mendidik anak dengan cara memanjakannya adalah cara mendidik

yang tidak baik, bahkan membiarkan saja jika anaknya tidak belajar

dengan alasan segan adalah tidak benar, karena jika hal itu dibiarkan

berlarut-larut anak menjadi nakal berbuat seenaknya saja.

b) Suasana Rumah

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting dan faktor yang

disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan sembrawut tidak

akan memberi ketenangan pada anak saat belajar.

c) Keadaan Ekonomi keluarga

Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang

terpenuhi, akibatnya anak kesehatannya terganggu sehingga belajar

anak juga terganggu, akibat yang lainnya selalu dirundung kesedihan

sehingga anak merasa minder dengan teman lainnya, sebaliknya

keluarga yang kaya raya orang tua sering mempunyai kecenderungan


25

untuk memanjakan anak, akibatnya anak kurang dapat memusatkan

perhatian kepada belajar.

d) Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orangtua bila anak sedang

belajar jangan diganggu dengan tugas–tugas rumah. Orangtua sudah

seharusnya memberikan dukungan sosial kepada anak agar menunjang

proses belajarnya.

2) Faktor Sekolah

a) Metode Mengajar

Proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih–lebih

mengembangkan bahan pelajaran, maka cara–cara mengajar serta cara

belajar haruslah setepat–tepatnya dan efisien serta efektif.

b) Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat–sifat atau tingkah laku yang kurang

menyenangkan orang lain mempunyai rasa rendah diri atau sedang

mengalami tekanan batin dan akan diasingkan dengan kelompoknya.

c) Metode belajar

Dalam cara belajar yang tepat akan afektif pula hasil belajar siswa.

Kadang siswa belajar tidak teratur atau belajar terus menerus karna

besok ada tes, dengan begitu siswa akan kurang istirahat dan

menyebabkan hasil belajar menurun.


26

d) Tugas Rumah

Waktu belajar yang paling utama adalah di sekolahan, di samping itu

belajar di rumah digunakan untuk kegiatan–kegiatan lain

3) Faktor Masyarakat

a) Kegiatan siswa dalam masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap

perkembangan pribadinya, perlu kiranya membatasi kegiatan siswa

dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya.

b) Teman Bergaul

Pengaruh–pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk

dalam jiwanya daripada yang kita duga, teman bergaul yang baik akan

berpengaruh baik terhadap diri siswa begitupun sebaliknya teman

bergaul yang buruk pasti memengaruhi yang sifat buruk juga.

c) Bentuk Kehidupan Masyarakat

Kehidupan bermasyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap

belajar siswa, masyarakat yang terdiri dari orang–orang yang tidak

terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang

tidak baikakan berpengaruh jelek kepada siswa yang berada pada

lingkungan tersebut.

Menurut Santrock (dalam Rahim, 2017: 429) ada sejumlah faktor

memengaruhi motivasi belajar, di antaranya adalah:


27

a. Faktor Internal

1) Faktor Jasmaniah

Meliputi kesehatan dan kecacatan tubuh.

2) Faktor Psikologis

Meliputi di antaranya intelegensi, minat dan motivasi, perhatian dan

bakat, kesiapan dan tingkat kematangan.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Keluarga

Meliputi orangtua, dalam hal mendidik anak, relasi antar anggota

keluarga, dan suasana rumah.

2) Faktor Sekolah

Meliputi metode pengajaran dan kurikulumnya, jumlah rekan guru dan

siswanya, kedisiplinan sekolah, peralatan mengajar, serta pembagian

waktunya. Kondisi gedung sekolah, cara pembelajaran, standar materi

pembelajaran, dan penugasan di rumah.

3) Masyarakat

Meliputi kegiatan anak dalam bermasyarakat, media massa, teman

pergaulan, dan bentuk kehidupan dalam bermasyarakat.

Banyak faktor yang memengaruhi motivasi belajar, sehingga peneliti

dapat menarik kesimpulan bahwa faktor yang memengaruhi motivasi belajar

yaitu faktor intern atau faktor dalam diri seseorang (adanya motivasi dan cita-

cita), sedangkan faktor ekstern yaitu faktor adanya dukungan dari keluarga,

teman sebaya dan kondisi lingkungan di sekitar individu.


28

B. Dukungan Sosial Orangtua

1. Pengertian Dukungan Sosial Orangtua

Thomas dan Rollins (dalam Lestari, 2016: 59) mendefinisikan dukungan

orangtua sebagai interaksi yang dikembangkan oleh orangtua yang dicirikan

oleh perawatan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai perasan positif orangtua

terhadap anak.

Menurut Setiadi (2008: 21) dukungan sosial keluarga adalah sebagai

suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosial. Dalam semua

tahap, dukungan sosial keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal, sehingga akan meningkatkan kesehatan dan

adaptasi mereka dalam kehidupan.

Menurut Allen (dalam Taylor, 2012: 180) dukungan sosial didefinisikan

sebagai informasi dari orang yang dicintai dan dipedulikan, dihormati dan

dihargai, serta bagian dari hubungan dan kewajiban bersama. Dukungan sosial

dapat datang dari orangtua, pasangan atau kekasih, kerabat lain, teman, kontak

sosial dan komunitas, atau bahkan hewan peliharaan yang setia.

Menurut Tarmidi dukungan sosial orangtua adalah dukungan yang dibe-

rikan oleh orangtua kepada anaknya baik secara emosional, penghargaan, ins-

trumental, informasi ataupun kelompok. Dukungan orangtua merupakan sistem

dukungan sosial yang terpenting di masa remaja. Dibandingkan dengan sistem

dukungan sosial yang lainnya, dukungan orangtua berhubungan dengan kesuk-


29

sesan akademis remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri,

motivasi dan kesehatan mental (2010: 217).

Jadi, dapat diambil kesimpulan dukungan sosial orangtua adalah

kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan orangtua kepada

anaknya yang akan berhubungan dengan kesuksesan akademis remaja,

gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, dan motivasi.

2. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial Orangtua

French, dkk (2010: 284) membagi dukungan sosial menjadi empat ben-

tuk atau tipe, seperti dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan

emosional dan memberikan saran.

Menurut Van Beest dan Baerveldt dukungan orangtua kepada anak dapat

berupa dukungan emosi dan dukungan instrumental. Dukungan emosi menga-

rah pada aspek emosi dalam relasi orangtua-anak, yang mencakup perilaku-

perilaku yang secara fisik atau verbal menunjukkan afeksi atau dorongan dan

komunikasi yang positif atau terbuka (dalam Lestari, 2016: 60).

Menurut House (Setiadi, 2008: 22) setiap bentuk dukungan sosial

keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain:

a. Informatif, yaitu bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan

oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,

meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya

yang dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain

yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama.


30

b. Perhatian emosional, setiap orang pasti membutuhkan bantuan afeksi dari

orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta,

kepercayaan, dan penghargaan.

c. Bantuan Instrumental, bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah

seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-

persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang

dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai

bagi penderita, menyediakan obat-obat yang dibutuhkan dan lain-lain.

d. Bantuan penilaian, yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan

seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita.

Jadi dukungan sosial orangtua dapat dibagi menjadi empat bentuk atau

tipe, seperti dukungan yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya baik

secara emosional, penghargaan, instrumental, maupun dukungan informasi.

C. Hubungan antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Motivasi Belajar


pada Remaja Putus Sekolah

Permasalahan yang ada di Indonesia pada dasarnya adalah masih banyak

remaja yang tidak melanjutkan sekolah setelah lulus Sekolah Dasar ataupun

Sekolah Menengah Pertama. Tidak melanjutkan sekolah di sini dapat dikatakan

tidak melanjutkan dari SD ke SMP atau yang keluar dari SD dan keluar dari SMP.

Estimasi remaja usia sekolah yang memutuskan tidak melanjutkan pendidikan itu

mencapai 18 ribu atau 20 persen dari setiap jenjang mulai SD hingga SMA (dalam

Sutiasnah, 2015: 3).


31

Pola pikir masyarakat masih banyak dipengaruhi oleh kebudayaan-

kebudayaan daerah serta rendahnya tingkat pengetahuan mereka akan pentingnya

pendidikan mengakibatkan pendidikan bukanlah merupakan prioritas utama bagi

mereka, dan mengakibatkan mereka banyak untuk berhenti bersekolah lebih

memilih untuk bekerja (dalam Sutiasnah, 2015: 4).

Faktor penyebab putus sekolah yaitu motivasi belajar yang bersangkutan

sebagai faktor intern. Dengan motivasi belajar yang tinggi akan memberikan

semangat bagi remaja yang bersangkutan untuk tetap bersekolah walaupun

dengan ekonomi yang tidak memadai. Berbeda dengan remaja yang motivasi

belajarnya rendah, maka semangat untuk bersekolah juga rendah, yang pada

akhirnya berpeluang besar untuk putus sekolah.

Menurut Woldkowski dan Jaynes berbagai faktor yang memengaruhi tinggi

rendahnya motivasi belajar salah satunya adalah dukungan sosial dari lingkungan

sekitar terutama dari lingkungan keluarga (dalam Prasetyo, 2017: 3). Santrock

(dalam Prasetyo, 2017: 3) menyatakan lingkungan keluarga adalah pilar utama

dan pertama dalam membentuk remaja untuk mandiri, dukungan yang paling

besar di dalam lingkungan rumah adalah bersumber dari orangtua di mana remaja

dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki, belajar mengambil inisiatif,

mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar memper-

tanggungjawabkan segala perbuatannya.

Remaja putus sekolah tidak hanya disebabkan karena faktor ekonomi yang

rendah, namun juga dapat disebabkan karena tidak adanya dukungan sosial dari

orangtua (Sutiasnah, 2015: 4). Dukungan sosial orangtua menjadi salah satu faktor
32

yang memicu adanya motivasi belajar pada remaja. Adanya motivasi menjadi

daya penggerak di dalam diri remaja untuk memenuhi kegiatan belajar sehingga

tidak terjadi putus sekolah. Sebaliknya jika dukungan sosial orangtua tidak

diberikan, daya penggerak di dalam diri remaja lemah dalam memenuhi kegiatan

belajar sehingga remaja cenderung tidak pendidikan (putus sekolah).

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif

antara dukungan sosial orangtua dengan motivasi belajar pada remaja putus

sekolah di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Artinya semakin

tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin tinggi pula motivasi belajar pada

remaja putus sekolah di Kelurahan Bandarharjo, demikian pula sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai