Terbaru Tanpa Karakteristik SKRIPSI BAB IV - V New
Terbaru Tanpa Karakteristik SKRIPSI BAB IV - V New
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Tabel 3
Distribusi frekuensi Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Rumah Sakit Umum Argamakmur Kabupaten Bengkulu Utara.
Efikasi Diri Frekuensi Persentase
Kurang Baik 17 34,0
Baik 33 66,0
Jumlah 50 100
63
hampir sebagian 34,0%) responden memiliki efikasi diri yang kurang baik
dan terdapat 33 orang atau sebagian besar (66%) responden memiliki efikasi
Tabel 4
Distribusi frekuensi Kepatuhan Melakukan Latihan Fisik Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara.
fisik dan sebagian besar (66%) responden yang patuh dalam melakukan
latihan fisik.
2. Analisis Bivariat
hubungan efikasi diri dengan kepatuhan melakukan latihan fisik pada pasien
Tabel 5
Hubungan Efikasi Diri Dengan Kepatuhan Melakukan Latihan Fisik Pada
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Argamakmur
Kabupaten Bengkulu Utara.
Kepatuhan
Total
Efikasi Diri Tidak Patuh Patuh P value
F % F % N %
Kurang Baik 10 58,8 7 41,2 17 100
0,019
Baik 7 21,2 26 78,8 33 100
Jumlah 17 34 33 66 50 100
responden dengan efikasi diri kurang baik dimana 10 orang atau hampir
responden yang efikasi baik terdapat 26 orang atau hampir seluruh responden
(78,8%) patuh dalam melakukan latihan fisik dan terdapat 7 orang yang tidak
nilai p sebesar 0,019 yang artinya ada hubungan efikasi diri dengan kepatuhan
melakukan latihan fisik pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah Sakit
B. Pembahasan
1. Efikasi Diri
hampir sebagian (34%) responden memiliki efikasi diri yang kurang baik dan
terdapat 33 orang atau sebagian besar (66%) responden memiliki efikasi diri
pada penilaian efikasi diri terdiri dari 6 item pernyataan. Pada penelitian
didapatkan bahwa efikasi diri yang kurang baik pada responden pendertia
bahwa responden masih kurang dalam hal aktivitas fisik, responden tidak
pola makannya. Hal ini lah yang membuat responden memiliki efikasi yang
kurang baik.
diabetes melitus. Peneliti menganalisis bahwa efikasi yang kurang baik pada
ini terlihat dari data bahwa terdapat 14 responden atau 28% penderita
pendidikan dasar terdapat 9 orang dengan efikasi diri yang kurang baik
keluhan atau sakit sehingga hal ini dapat berpengaruh pada status kesehatan
bahwa pengetahuan yang rendah juga dapat menyebabkan efikasi diri yang
rendah dalam perawatan diabetes melitus pendidikan juga secara umum akan
yang lebih tinggi memiliki efikasi diri dan prilaku perawatan diri yang baik
efikasi diri yang tinggi akan cenderung untuk memilih terlibat langsung
dalam menjalankan suatu tugas, walaupun tugas tersebut adalah tugas yang
sulit. Sebaliknya, seseorang yang memiliki efikasi diri yang rendah akan
suatu beban. Tinggi rendahnya efikasi diri pada penderita diabetes melitus
pelayanan kesehatan karena tidak merasa ada keluhan atau sakit sehingga hal
rendah juga dapat menyebabkan efikasi diri yang rendah dalam perawatan
Hal ini terlihat dari hasil penelitian bahwa pada responden tingkat
untuk melakukan perilaku hidup sehat. Hal ini sependapat dengan Sacerdote
dan komplikasinya.
berusia lebih dari 60 tahun tahun. Pada usia ini terjadi proses penuaan yang
menyebabkan fungsi organ tubuh menurun sehingga organ tubuh tidak dapat
bekerja secara efektif. Usia yang semakin bertambah maka akan terjadi
pada penurunan efikasi diri pada penyandang diabetes melitus. Efikasi diri
ditemukan pada individu yang berumur di atas 60 tahun daripada orang yang
lebih muda.
penelitian diketahui rata – rata usia responden 52 tahun. Pada usia ini terjadi
organ tubuh tidak dapat bekerja secara efektif. Usia yang semakin bertambah
69
maka akan terjadi penurunan fungsi serta kemampuan tubuh, sehingga dapat
melitus lebih banyak ditemukan pada individu yang berumur di atas 60 tahun
Hal ini di dukung oleh penelitian yang telah di teliti oleh (Susanti et al.,
bahwa rata rata usia 56 -61 tahun rentang untuk memiliki efikasi diri yang
kurang baik.
lebih banyak menderita diabetes melitus dan penelitian yang dilakukan oleh
diabetes melitus berkaitan dengan Indeks massa tubuh yang lebih besar, hal
ini di pengaruhi oleh siklus bulanan yang berakibat pada distribusi lemak
memberikan sinyal lapar dan pada puncaknya tubuh tidak bisa menerima
diri yang lebih baik dari laki-laki, perempuan dianggap lebih yakin dalam
efikasi diri menjadi lebih baik daripada yang tidak memiliki pasangan.
Tingkat efikasi diri yang semakin tinggi akan menyebabkan keyakinan yang
(Ratnawati, 2016).
efikasi diri yang tinggi memperkirakan akan sukses dalam pencapaian tujuan,
dan individu dengan tingkat efikasi diri yang rendah akan meragukan
Seseorang dengan rasa efikasi diri yang cukup akan merasa percaya diri
dalam kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu, baik dalam hal minum
yang lemah terhadap tujuan yang mereka pilih. Ketika dihadapkan dengan
Wakelin, 2017). Individu dengan persepsi efikasi diri yang rendah akan
hampir sebagian (34,0%) responden tidak patuh melakukan latihan fisik dan
fisik terjadi karena responden merasa lelah setiap melakukan latihan fisik
melitus rerata < 5 tahun. Dimana menurut asumsi peneliti lama menderita
dalam melakukan latihan fisik pada responden terjadi pada responden yang
memiliki efikasi diri yang kurang baik. Kurang baiknya efikasi diri seseorang
latihan fisik, responden hanya sendirian tanpa ditemani oleh pihak keluarga
baik maka pasien akan dapat termotivasi untuk melakukan latihan fisik
kepatuhan pasien terhadap latihan fisik yang di jalani tidak akan baik,
fisik ada pasien diabetes yang baik pula, sehingga resiko untuk terjadinya
profesionel kesehatan.
latihan fisik pada pasien DM dapat dilakukan secara rutin. Jenis latihan fisik
pada pasien DM tipe 2 adalah berjalan dengan durasi 15-30 menit per latihan.
Latihan fisik yang dianjurkan menurut ADA (2015) adalah 3-5 kali dalam
seminggu.
didapatkan nilai p sebesar 0,019 yang artinya ada hubungan efikasi diri
dengan kepatuhan melakukan latihan fisik pada pasien diabetes mellitus tipe
Efikasi diri yaitu merupakan suatu keyakinan dalam diri individu akan
dengan tujuan mendapatkan hasil yang diharapkan sehingga hal ini dapat
diri yang baik akan mempunyai motivasi dan mendorong dirinya untuk terus
diabetes melitus termasuk latihan fisik. Latihan fisik dapat berupa senam
75
kaki, responden melakukan jalan kaki maupun senam diabetes. Latihan fisik
semakin tinggi efikasi diri penderita maka semakin baik perawatan kaki yang
di lakukan penderita diabetes melitus, dan sebaliknya jika nilai efikasi diri
Efikasi diri yang baik cenderung memiliki perilaku yang patuh dalam
semakin patuh pula orang tersebut dalam melaksanakan latihan fisik yang
efikasi diri kurang baik terdapat 7 orang patuh dalam menjalani latihan fisik
hal inii terjadi pada responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik,
dimana ini terlihat dari adanya keluarga yang menemani setiap responden
melakukan latihan fisik, selain itu responden juga menyatakan bahwa semua
olah raga.
efikasi baik terdapat 26 orang patuh dalam melakukan latihan fisik. Hal ini
membuktikan bahwa efikasi diri yang baik cenderung memiliki perilaku yang
76
patuh dalam melaksanakan latihan fisik, semakin baik efikasi diri seseorang
maka semakin patuh pula orang tersebut dalam melakukan latihan fisik yang
kekuatan untuk usaha yang lebih besar mampu didapat. Semakin kuat
perasaaan efikasi diri dan semakin besar ketekunan maka semakin tinggi pula
kali dalam seminggu atau setara 150 menit per minggu. Hasil percobaan
diri secara signifikan lebih besar yang memprediksi perilaku manajemen diri
pada pasien diabetes tipe 2. Semakin tinggi tingkat efikasi diri pasien
efikasi diri yang baik cenderung memiliki perilaku yang patuh dalam
semakin patuh pula orang tersebut dalam melaksanakan latihan fisik yang
lebih besar mampu didapat. Semakin kuat perasaaan efikasi diri dan semakin
Sari, Agis Taufik. (2020) terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi
kepatuhan latihan fisik antara lain usia, jenis kelamin, pekerjaan , persepsi
tinggi akan yakin dapat menyelesaikan masalah dan akan memilih untuk
BAB V
A. Simpulan
1. Responden hampir sebagian (34,0%) memiliki efikasi diri yang kurang baik di
B. Saran
1. Teoritis
faktor terapi, faktor sistem kesehatan, dan faktor lingkungan) serta dapat
2. Praktis
a. Bagi Penderita
yang sudah dimiliki dengan cara selalu berfikir positif terhadap penyakit
b. Keluarga