Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fitriandi Mata Kuliah : Hk Perlindungan Konsumen

NIM/Kelas : 20150610277/A Dosen : Dr.Mukti Fajar ND,S.H.,M.Hum

Pengertian Konsumen

Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali (Jawa:
kulakan), maka dia disebut pengecer atau distributor.

Hak dan Kewajiban Konsumen

a) Hak Konsumen
 Mendapatkan kenyamanan dan keamanan dalam konsumsi barang atau jasa yang
diproduksi.
 Mendapat pilihan barang atau jasa dan menukarkan sesuai kondisi dan jaminan yang
diterima.
 Mendapat informasi yang jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa
yang akan dibeli.
 Memberikan pendapat dan keluhan atas keadaan barang atau jasa yang diterima.
b) Kewajiban Konsumen
 Mengeluarkan sejumlah uang untuk menebus barang atau jasa yang telah dibeli.
 Menunjukkan sikap dan niat yang baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau
jasa.
 Membaca serta mengikuti petunjuk yang ada mengenai prosedur pemakaian dan manfaat
agar mendapatkan keamanan bagi diri sendiri.
 Menyelesaikan upaya hukum atau sengketa dalam perlindungan hak konsumen.

Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Hal ini telah diatur di dalam Pasal 6 dan Pasal 7 UU Perlindungan Konsumen. dapun hak dan
kewajiban Pelaku Usaha adalah sebagai berikut:

a) Hak pelaku usaha adalah:


 Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
 Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik;
 Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
b) Kewajiban pelaku usaha adalah:
 Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
 Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
 Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
 Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan
berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku

Perbuatan Yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Hal ini dijelaskan dalam beberapa pasal terkait yang berbunyi sbb.

 Pasal 8

(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang

a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan

b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto,dan jumlah dalam hitungan sebagaimana
yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut

c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran
yang sebenarnya

d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan
dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut
 Pasal 9

(1) Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau
jasa secara tidak benar, dan atau seolah-olah

a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar
mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu

b. barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru

c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor , persetujuan,
perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu

d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan
atau afiliasi

 Pasal 10

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan
dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak
benar atau menyesatkan mengenai:

a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;

b. penggunaan suatu barang dan/atau jasa;

c. kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang dan/atau jasa;

d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;

e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa

Contoh Kasus Perlindungan Konsumen

Penerapannya dapat diambil dari beberapa sumber berita yang dapat diilustrasikan sbb :

Batalkan Transaksi, Lazada Langgar UU Perlindungan Konsumen


Jakarta - Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan
Widodo mengatakan Achmad Supardi telah menjadi korban dari situs ecommerce Lazada.
mengatakan Achmad Supardi sebagai korban bisa melaporkan kasus ini kepada Kementerian
Perdagangan.Widodo menjelaskan situs Lazada telah melanggar Undang Undang Perlindungan
Konsumen Nomor 8 Tahun 1999.

Ada 3 pasal yang dilanggar Lazada yaitu Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 16.

Isi dari pasal 9 adalah pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan atau mengiklankan
suatu barang dan jasa secara tidak benar, atau seolah olah barang tersebut telah memenuhi
potongan harga, harga khusus, standar mutu, barang tersebut dalam keadaan baik, barang dan
jasa tersebut telah mendapatkan sponsor atau persetujuan, menggunakan kata kata berlebihan
seperti, aman, murah serta menawarkan sesuatu yang belum pasti.

Isi dari pasal 10 adalah pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, atau membuat pernyataan tidak benar
atau menyesatkan mengenai harga atau tarif, kegunaan suatu barang, tawaran potongan harga
dan hadiah yang menarik. Dan isi pasal 16 adalah pelaku usaha dalam menawarkan barang atau
jasa melalui pesanan dilarang untuk tidak menepati pesanan atau kesepakatan waktu
penyelesaian dan tidak menepati janji. " Konsumen mempunyai haknya dan dilindungi," ujar
Widodo kepada Investor Daily, di Jakarta, Minggu (3/1).

Widodo mengatakan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain. Sementara perlindungan
konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen. "Indonesia adalah negara hukum dan jika ada yang melanggar
ada sanksinya," ujar dia. Ia mengatakan berdasarkan UU perlindungan konsumen, Lazada sudah
melanggar pasal 9, pasal 10 dan pasal 16 dan dikenakan sanksi sesuai pasal 62 dan 63.

Sanksinya berupa pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud pasal 9
dan pasal 10, maka dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda
paling banyak Rp 2 miliar. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud
pasal 16, dipidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta.
Sementara Pasal 63 berbunyi, pelaku usaha bisa dicabut izin usahanya. Seperti diketahui,
Achmad Supardi merupakan korban yang dirugikan Lazada, Achmad Supardi membuat
pengakuan bahwa Lazada sudah membatalkan secara sepihak transaksi yang sudah dibayar lunas
konsumen dan mengembalikan dana konsumen tersebut dalam bentuk voucher belanja yang
hanya bisa dibelanjakan di Lazada.

Achmad membeli 1 unit sepeda motor honda vario dan 3 unit sepeda motor Honda Revo pada 12
Desember 2015 di Lazada, 3 unit Honda Revo dibeli dengan harga masing masing Rp 500 ribu
dengan total Rp 1.500.000, sementara Honda Revo dibeli dengan harga Rp 2.700.000 untuk
pembelian cash on the road, harga pada situs Lazada adalah harga sepeda motor secara cash on
the road bukan kredit, dan angka tersebut bukan angka uang muka, dan Achmad mengira harga
murah bagian dari promosi gila gilaan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas), dan ia sudah
melakukan pembayaran transfer melalui ATM BCA, transaksi sah dan dikonfirmasi Lazada.

Pada 14 Desember 2015, Achmad kembali membuka situs Lazada dengan tampilan sama namun
sudah ada bagian tambahan bahwa harga motor sudah merupakan harga kredit, di tanggal yang
sama, ia ditelepon pihak Honda Angsana yang merupakan tenant sepeda motor Lazada, staf
Angsana menanyakan apakah sepeda motor dibeli secara kredit, Achmad menjelaskan sepeda
motor dibeli secara cash on the road, pihak Angsana menelepon hingga dua kali. Dua hari
kemudian, Achmad mengecek status transaksi di Lazada dan ia terkejut karena transaksi yang
dikonfirmasi dan tinggal menunggu pengiriman ternyata berubah menjadi ditolak dan ditutup
oleh Lazada. Secara sepihak Lazada memproses refund dengan memberikan voucher belanja
sesuai jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli 4 unit sepeda motor dan mengganti dana
dengan 2 voucher sebesar Rp 4,2 juta.

Achmad mengaku kecewa, karena voucher tidak bisa diuangkan, sebagai konsumen ia meminta
Lazada meminta maaf, dan sebagai perusahaan besar tidak selayaknya memperlakukan
konsumen dengan tidak terhormat.

Keterangan :

Seperti yang dikatakan berita diatas, Achmad Supardi adalah seorang pembeli (buyer) online di
situs Lazada. Ia berbelanja online tersebut karena ia melihat promosi dan diskon dan kemudian ia
terpengaruh. Karenanya, ia mulai melakukan transaksi dalam pembelian beberapa sepeda motor
dengan harga total masing-masing Rp 1.500.000,00 dan Rp 2.700.000 untuk pembelian cash on
the road, bukan kredit pada situs Lazada tersebut.dan angka tersebut bukan angka uang muka,
dan Achmad mengira harga murah bagian dari promosi gila-gilaan Hari Belanja Online Nasional
(Harbolnas), dan ia sudah melakukan pembayaran transfer melalui ATM BCA, transaksi sah dan
dikonfirmasi Lazada.

Dua hari kemudian, Achmad mengecek status transaksi di Lazada dan ia terkejut karena
transaksi yang dikonfirmasi dan tinggal menunggu pengiriman ternyata berubah menjadi ditolak
dan ditutup oleh Lazada. Secara sepihak Lazada memproses refund dengan memberikan voucher
belanja sesuai jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli 4 unit sepeda motor dan mengganti
dana dengan 2 voucher sebesar Rp 4,2 juta.

Berdasarkan kasus di atas, pelaku tersebut terjerat dalam pasal 9, 10, 16 dan 63, yang dijelaskan
sbb :

Isi dari pasal 9 adalah pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan atau mengiklankan
suatu barang dan jasa secara tidak benar, atau seolah olah barang tersebut telah memenuhi
potongan harga, harga khusus, standar mutu, barang tersebut dalam keadaan baik, barang dan
jasa tersebut telah mendapatkan sponsor atau persetujuan, menggunakan kata kata berlebihan
seperti, aman, murah serta menawarkan sesuatu yang belum pasti.

Isi dari pasal 10 adalah pelaku usaha dalam menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, atau membuat pernyataan tidak benar
atau menyesatkan mengenai harga atau tarif, kegunaan suatu barang, tawaran potongan harga
dan hadiah yang menarik. Dan isi pasal 16 adalah pelaku usaha dalam menawarkan barang atau
jasa melalui pesanan dilarang untuk tidak menepati pesanan atau kesepakatan waktu
penyelesaian dan tidak menepati janji

NB : Berdasarkan UU perlindungan konsumen, Lazada sudah melanggar pasal 9, pasal 10 dan


pasal 16 dan dikenakan sanksi sesuai pasal 62 dan 63. Sanksinya berupa pelaku usaha yang
melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud pasal 9 dan pasal 10, maka dipidana dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2 miliar. Pelaku
usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud pasal 16, dipidana penjara paling
lama dua tahun atau denda paling banyak Rp 500 juta. Sementara Pasal 63 berbunyi, pelaku
usaha bisa dicabut izin usahanya.

Anda mungkin juga menyukai