Anda di halaman 1dari 15

Kesalahan

Tim Marketing
Di Banyak
Bisnis Sisa 8 lagi
Gak bisa sekalian aja apa mas, gak usah
dibikin part-part'an!
Nih nih bro bawel banget
(salaman sambil ngasih duit)
Oke mas gpp, gw sabar kok, ini pasti gw like juga!
Dasar anak setan!
Oke Sebelumnya kita udah bahas nih genks

Terlalu fokus ke product Bingung bedain diri sendiri


bukan customer dan customer
Bingung bedain inovasi Bingung bedain customer
dan value dan user

Yang belum baca part sebelumnya parah sih,


isinya daging banget, langsung kunjungin aja
profil gue terus..
Udah ngapa mas, jangan jualan mulu!
Maaf bro maaf, namanya juga orang marketing
kalau ada sela, sayang kalau gak jualan.
Oke jadi apa inti sari dari part sebelumnya?

Dari 4 kesalahan sebelumnya, kita bisa tarik


jadi 4 Keyword seperti diatas, nah kalau kita tarik
benang merahnya intinya tuh adalah Value.
Karena Apa yang kita lakukan sebagai Marketers
adalah mendeliver value untuk customer!

Jadi, jangan bikin Webinar “Ngobrol Tentang NFT”


Eh ada biaya investasinya 500rb! Punten ini nonton
orang ngobrol terus bayar gitu?
Emang gak bisa, kalau gak julit ya lue mas!
Maapin Baim Ya Allah..
Value itu susah-susah gampang lho sebenernya.
Tapi sering kali gak disadari sama kita semua.

Kalau kata Peter Drucker, Bapak Manajemen Dunia

"Tujuan dari perusahaan adalah menciptakan


Customer dengan cara memberikan Value bagi
mereka. Customer membalas budi dengan
menciptakan Value kepada perusahaan:
Menghasilkan uang adalah hasil, bukan tujuan.

Salah satu quote keren yang


jadi mantra bagi banyak
perusahaan diseluruh dunia.

Tapi pertanyaannya,
gimana caranya mas?
Bisa kasih Value sekaligus
profitabel?
Ini juga salah satu masalah berbagai StartUp
di seluruh dunia, bahkan di Silicon Valey!
Berhasil menciptakan Value, bukan berarti
bisa menciptakan profit.
Ehem ada tuh social media yang biru gambar
burung, yang sampe sekarang struggle luar
biasa untuk bisa profit konsisten.
Jadi harus seimbang
juga antara Customer
dan Business.

Campaignnya bisa
deliver Value gak sih?
Dampak ke Profit gak sih?

Ohhh oke mas, berarti harus ambil tengahnya ya!


Pantengin terus dulu aja bro, lek ma polow jan upa!
Eth, jualan lagi
Bingung
membedakan
fitur &
benefit
Tenang mas ini mah gue udah tau ko!
Eits belum tentu, bahkan gue masih sulit
bedain ini lho. Dan ini terjadi bahkan hampir
disemua bisnis!
Di 2001, Steve Job gak bilang
Ipod, 5GB MP3 Player yang kami buat
khusus untuk Anda!
Dia bilang gini:

IPOD, 1000 lagu di kantong anda


Theodore Levitt (Professor Harvard) pernah bilang:
"Orang tidak ingin membeli mata bor
berukuran seperempat inci. Mereka menginginkan
lubang berukuran seperempat inci"

Mata bor hanya sebuah fitur, cara mencapai


sesuatu tapi yang sebenarnya diinginkan adalah
lubang yang dibuatnya.

Tapi mana ada orang yang pengen lubang.


Apa sih yang benar-benar diinginkan?
Sebuah rak yang Kepuasan ketika
terpasang didinding? mengerjakannya sendiri?
Perasaan ketika segala Atau, pujian dari orang
sesuatu tersusun rapi? yang mereka cintai?

Orang tidak ingin membeli mata bor berukuran


seperempat inci. Mereka ingin merasa aman,
puas dan dicintai. Binggo!!
Anjay! Keren juga lue mas!
Mas terus caranya biar bisa bedain fitur dan benefit?
Caranya gampang banget, selalu tanya kenapa!

Misalkan kita jualan produk Pasta Gigi dengan fitur:


Memutihkan gigi dan membuat nafas segar.

Tanya ke diri sendiri!


Emang kenapa kalau gigi gue putih
Emang kenapa kalau nafas gue wangi?
Ya, biar gue bisa lebih percaya diri lah!
Sip! Dapet deh kita benefitnya!

Campaignnya bakalan kurang lebih gini:


Tersenyumlah, seperti kamu tidak pernah
tersenyum sebelumnya!
Anjay! Keren juga lue mas, terus kasih gambar
produk sama photo orang lagi nyengir yak!
Yoi! Benefitnya dapet, fiturnya juga terjelaskan.
Oke! Kita lanjut!

Bingung membedakan
Membangun Campaign
dengan Tepat, versus
Membangun Campaign
yang Tepat

Wih! Kita bakalan belajar cara bikin Campaign


yang bener nih mas?
Enggak! Itu mah cari aja di Youtube ma Google!
Kalau bikin Campaign biasanya yang dipikirin tuh
Dateline Campaignnya Ekspektasi atasan
gimana ya? gimana ya?
Budgetnya sesuai Kualitasnya sesuai
gak ya? gak ya?

Harusnya yang kita khawatirkan, apakah Campaign


yang dibuat bener-bener punya Value ke Customer.

Kita terlalu terpaku pada metrics kaya Engagement Rate

Kalau kata pak Hermawan Kartajaya


Bapaknya Marketing Indonesia.
Engage itu berarti masuk ke jiwa!
Engage itu beda sama Satisfy,
mungkin Customer Satisfy
sama campaign kita
tapi pada kenyataannya
mereka belum tentu Engage!
Waktu itu Burgerking bikin campaign saat pandemi
yang benar-benar menyentuh dan masuk ke jiwa!

Yang pada akhirnya diikuti oleh seluruh akun


Burgerking di seluruh dunia, dan bahkan diikuti
kompetitor mereka. Campaign yang bukan hanya
me-engage Customer tapi bahkan Kompetitor.
Wih keren lho Burgerking konsepnya, ada contoh
lain gak mas gimana Campaign yang tepat?

L'oreal hingga tahun 1971, tagline mereka adalah

Lah iya, situ “Worth It”, dari brojol udah cakep


Lah terus kita-kita yang keling gini gimane.

Lalu L'oreal mengubahnya menjadi

Karena Anda Begitu Berharga


Kalau kata Viguier-Hovasse,
Global Brand President L’oreal
Tagline itu untuk mengingatkan
Kami pada komitmen untuk
menyingkirkan setiap penghalang
bagi wanita dalam mencapai
mimpi-mimpi mereka. Because
They’re worth it, and we worth it.
Saat ini, L'Oréal adalah perusahaan kosmetik terbesar
di dunia (menjual sekitar 50 produk setiap detik)

Dalam Tagline mereka terlihat bahwa


mereka berusaha memberikan penghargaan
pada setiap wanita di dunia lewat produk
dan layanan mereka.

Saya berharap misi mereka tercapai.


Ketika L’oreal tidak lagi harus mengingatkan
setiap Wanita di dunia mengenai
betapa bernilainya mereka.

Anda dan Saya.


Kita semua
Berharga.
Widih, penutupnya keren mas! Tapi tumben,
biasanya nyuruh like komen follow?
Hiks Hiks. Pengennya gitu bro, tapi klimaksnya tuh
udah pas banget, jadi gue akhiri kontennya dengan
teduh aja deh.
Udah gak usah sedih, gue like dan share juga ko.
Makasih ye bro! Lue emang peka dah.

Anda mungkin juga menyukai