Anda di halaman 1dari 10

BUSINESS BEGINNER

 HAL YANG MEMBUAT BISNIS BERTAHAN

“ MULAI BISNIS ITU MUDAH, MEMPERTAHANKANNYA ITU


YANG SULIT”

Mungkin dari kita pernah mendengar quote di atas. Untuk itu agar kita bisa mengantisipasi supaya
bisnis yang sedang dijalankan dapat bertahan, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Adapun
hal-hal tersebut adalah:
- Branding
- Tim yang solid
- Manajemen uang bisnis
- Bangun atau bergabung dengan komunitas

BRANDING
Membangun branding adalah pekerjaan jangka panjang yang harus segera dilakukan oleh siapa
saja yang sedang membangun bisnis. Sebuah bisnis dengan branding yang kuat akan memudahkan orang
lain mengingat bisnis kita. Berbicara masalah branding, ada dua macam branding yang harus dibangun
sebagai pelaku bisnis, yang pertama adalah branding merek dan bangn branding diri.
 Branding Merek
Sebelumnya coba perhatikan tagline berikut:
Apapun makanannya, minumnya….
……Conecting People.
Mengatasi masalah tanpa masalah.
……..seleraku.
I’m Lovin It.
Think Different.
Dari keenam tagline tersebut, kita dapat mengetahui perusahaan yang menggunakan
tagline tersebut. Itulah sebuah branding. Ia mampu masuk kea lam bawah sadar. Lalu bagaimana
agar branding merek kita terbangun dengan bai?. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus
kita lakukan dalam membangun bisnis kita.
 Mudah dituliskan dan mudah disebutkan
Sekarang ini antara merek dagang dengan marketing tidak bias dipisahkan. Kenapa?,
kerena kalau diperas dan disarikan marketing, maka yang muncul adalah branding itu
sendiri. Oleh karena itu siapapun yang sedang membangun bisnis harus mengingat dua hal

1
tersebut yaitu branding dan marketing. Membangun branding adalah aktivitas dari
marketing itu sendiri.
Sekarang, coba perhatikan beberapa contoh merek berikut ini. Beng-Beng, Frisian
Flag, Twistko. Kira-kira mana yang lebih mudah diingat?, sebagian besar pasti akan
menjawab Beng-Beng. Kenapa?, karena Beng-Beng memenuhi dua syarat membangun
branding yaitu mudah ditulis dan mudah disebutkan, atau articulatable dan writable.
Merek Frisian Flag harus rela mengubah namanya menjadi Susu Bendera ketika
masuk ke Indonesia hanya untuk memenuhi dua unsur di atas. Begitu pula dengan Twistko,
merek tersebut belum memenuhi syarat unsur branding karena secara tulisan dan penulisan
terkesan susah, apalagi untuk orang awam.
Hal penting dalam sebuah merek adalah factor eksternal. Apa?, yaitu Konsumen.
Seribet apapun merek itu, karyawan harus mengingat merek tersebut, seorang pemilik
bisnis juga harus mengingat merek tersebut, tapi pertanyaannya adalah bagaimana dengan
konsumen, apakah mereka mudah menginagtnya?.
Oleh karena itu syarat utama dalam membuat merek adalah mudah dituliskan dan
mudah disebutkan, Writable dan articulatable. Kalau syarat ini terpenuhi, maka akan
dengan mudah dalam membangun branding. Setidaknya satu langkah sudah tercapai.

 Mudah dimaknai
Prinsip berikutnya yang harus kita perhatikan dalam membangun branding adalah
mudah dimaknai. Sebagai contoh, So Klin, Vegeta, Chocolatos, merek-merek tersebut
mempunyai persamaan yaitu sama-sama mudah diingat. Kenapa?, karena di dalam
namanya terkandung artinya juga. Namanya juga mendiskripsikan produknya.
So Klin asal dari So Clean (sangat bersih), Vegeta asal dari Vegetable (sayuran kaya
serat), Chocolatos asal dari Chocolate (colkat yang manis dan lumer). Orang lain merasa
sangat mudah untuk menterjemahkannya. Semakin nama merek mempunyai arti, maka
semakin mudah konsumen mengingat produk kita.

 Masukkan Ruh Ke dalam Merek


Bagi sebagian orang, kuliah di Universitas yang terkenal merupakan suatu kebanggan
tersendiri. Oxford University, Hardvard University, dua kampun ini adalah kampus yang
paling bergengsi di dunia. Namun apa yang terjadi?, ada seorang anak muda lebih memilih
keluar dari kuliahnya dan mengembangkan apa yang menjadi minatnya. Dan setiap hati
yang Dia lakukan hanya otak atik program computer. Setelah beberapa tahun akhirnya ia
bersama temannya mampu membuat sebuah program yang diberi nama Altair Basic.
Setelah program ini sukses dipasaran, kembali Dia bersama temannya mendirikan
sebuah perusahaan yang diberi nama ASCII Microsoft. Yang pada akhirnya Microsoft bias
mengembangkan Microsoft Windows bersama IBM pada tahun 1984 yang masih dipakai

2
dan dikembangkan sampai sekarang. Dan cerita ini adalah tentang Bill Gates dan temannya
Paul Allen yang mendirikan perusahaan yang bernama Microsoft.
Sekarang jika disebutkan merek Apple dengan logo apel digigit satu bagiannya, yang
mendirikan adalah Steve Jobs. Sedangkan jika disebutkan Facebook, yang mendirikan adalah
Mark Zukenberg.
Dari cerita di atas, seorang founder atau pendiri perusahaanlah yang menghidupkan
bisnisnya. Ia lah yang meniupkan ruh pada bisnisnya. Jadi ketika sang founder berleha-leha,
tidak mau membangun brand bisnisnya, maka siap-siap bisnis yang ia dirikan akan seperti
mayat kering, tidak punya ruh sama sekali. Padahal ruh dalam bisnis inilah yang akan
memancarkan sinarnya, yang membuat bisnis akan dikenal masyarakat luas.
Nah, bagaimana caranya?, all out bangun bisnis. Belajar habis-habisan, action habis-
habisan. Ini adalah cara untuk meniupkan ruh ke dalam bisnis yang sedang dibangun.
Dengan cara seperti itu, maka ketika merek bisnis terpancar, maka terpancar pula
pemiliknya.

 Diarahkan selagi masih kecil


Pada suatu hari ketika seorang Ibu melihatvsebuah sinetron yang pemeran utamanya
adalah seorang laki-laki yang baik hati dan berprofesi sebagai dokter, ibadahnya rajin, lalu si
Ibu bergumam kepada anaknya, “Nak, besok kalo kamu sudah besar, Ibu ingin kamu jadi
dokter yang baik dan sholeh ya Nak”.
Setelah itu si Ibu melihat berita di televise mengenai sebuah bencana alam dan
terharu melihat perjuangan para relawan. Lalu si Ibu berkata kepada anaknya, “NAk, jadilah
seperti relawan-relawan bencana alam itu ya, mau menolong sesame tanpa dibayar, ibu
akan bangga jika kamu menjadi seperti mereka”.
Lain lagi ketika si Ibu melihat artis yang sukses, si Ibu pun bergumam, “Nak, artisnya
ganteng ya, Kamu harus jadi actor yang hebat supaya bias menghasilkan uang yang banyak”.
Yang kita bahas di sini tentang betapa si Ibu dengan mudahnya mengganti keinginan-
keinginan kelak anaknya mau menjadi seperti apa. Sama halnya dengan brand bisnis kita,
selagi masih kecil, maka akan dengan mudah diarahkan. Selagi masih kecil bisnisnya,
baiknya mengeksplore, apa saja yang ingin digarap. Jikapun gagal, maka kegagalan tersebut
dihitung masih kecil. Sembari berjalan mencari identitas bisnis kita sesungguhnya.

 Cerita untuk Kemenangan


Apakah kalian pernah mendengar jika suatu hari ada seorang motivator Indonesia
yang menyawer penumpang pesawat?. Ia adalah Pak Tung Desem Waringin, tidak tanggung-
tanggung jumlah uang disawerkan adalah 100 juta.
Kemudian ada lagi cerita tentang seorang laki-laki tua renta berasall dari India
bernama Dashrath yang membelah gunung demi istri tercintanya, hanya karena ingin
mempermudah perjalanan istrinya ke pasar, pasalnya istrinya terjatuh dan terluka parah

3
pada saat perjalanan ke pasar. Selain karena istrinya, hal tersebut ia lakukan karena
memang tempat tinggalnya adalah lokasi yang sangat terpencil dan tidak ada fasilotas
umum yang tersedia.
Dua cerita yang sama-sama luar biasa. Kira-kira dengan cerita seperti itu siapa yang
akan tertarik?, banyak. Bahkan bias mejadi berita yang viral di dunia internet dan social
media.
Lalu apa hubungan cerita tersebut dengan branding suatu produk?, berhubungan
sekali. Pertama, karena media yang digunakan untuk membangun branding adalah media
social, maka cerita yang luar biasa akan mengakibatkan viral yang luar biasa. Viral yang luar
biasa akan menyebabkan penjualan yang luar biasa pula.
Dalam dua tulis menulis ada yang namanya ilmu copy writing. Ini salah satu teknik
dalam menggiring konsumen untuk merasa penasan dan pada akhirnya bias melakukan
pembelian. Story for Glory kalo bahasanya Ippho Santoso. Teknik ini sangat luar bias
dampaknya. Menggiring seseorang untuk penasaran dimana itu identic dengan pemasaran.

 Rasional Emosional
Kalau kita mendengar ada diskon gede-gedean, pasti langsung antusias sekali.
Jangankan diskon gede-gedean, diskon kecil yang mana membeli produk tertentu
mendapatkan gelas cantik kita semangat sekali membeli produk tersebut.
Emosional yang dibangun oleh kita sebagai pemilik bisnis akan menjadikan produk
kita laris manis. Namun hati-hati dengan banting-banting harga. Jika terlalu sering banting
harga, bukan kepuasan yang didapat oleh pelanggan, tapi justru sebaliknya, rasa sebal dan
tidak akan mebeli lagi, kenapa?, karena ada rasa ragu.
Jangan-jangan memang harga barangnya segitu?
Jangan-jangan barangnya jelek?
Jangan-jangan barang nggak laku?
Dan jangan-jangan yang lain.
Branding produk kita dengan elegan. Bangun emosi pelanggan kita tapi secara
rasional tanpa mengada-ada. Kalo memang harganya 100 ribu tidak kemudian dinaikkan
menjadi harga 500 ribu kemudian diberikan diskon sampai 400 rb dan akhirnya stagnan di
harga 100 rb.

 Branding Diri
Dalam berbisnis, menjual diri kita itu sangat penting. Menjual diri di sini dimaksudkan
mengenalkan diri kita ke orang lain. Kenapa dengan produk yang sama tapi menghasilkan
penjualan yang berbeda?. Karena kebanyakan pembeli membeli produk bukan membeli
produknya, melainkan mereka lebih kepada siapa yang memiliki produk tersebut.

4
Lalu bagaimana cara membranding diri kita?
1. Tunjukkan prestasi-prestasi kita kepada banyak orang, misalnya memenangkan lomba
Wirausaha Mandiri.
2. Tingkatkan kemampuan kita dalam bdang yang digeluti.
3. Cover dan layout sosmed yang bagus.
4. Unggulkan keunikan yang ada dalam diri
5. Status di sosmed
Kelima hal tersebut di atas jika kita konsisten menjalankannya akan menjadikan brand kita
lebih baik dari sebelumnya. Perlu diingat bahwa branding adalah kepercayaan. Semakin bagus
branding, semakin kuat kepercayaan orang lain terhadap diri kita. Semakin kuat kepercayaan
orang lain terhadap kita, semakin mudah kita dalam menjual produk.

TIM YANG SOLID


Suatu bisnis besar tidak lepas dari otak dan cara berfikir pemiliknya. Tapi otak dan cara berfikir
yang hebat tidak akan menjadi optimal ketika tidak ada tim yang bisa membantunya. Jika bisnis kita
setiap hari berkembang, maka kita tidak akan bisa mengatasinya sendiri. Oleh karena itu dalam fase ini,
tim adalah sebuah keharusan yang harus segera dibangun.
Baik bisnis offline maupun online kita harus punya peran pengganti. Jangan semuanya dikerjakan
sendiri, walaupun proses di awal seperti itu. Tapi perlahan seiring dengan berjalannya waktu sejalan
dengan pertumbuhan bisnis, kita harus membangun tim yang bisa membantu kita. Dan tim tersebut
harus jelas pembagian perannya.
Tim internal menjadi kekuatan yang harus segera dipersiapkan. Jika tidak maka akan menjadi
masalah, terlebih jika pesanan sudah banyak, jika tim belum siap maka pada akhirnya akan banyak
komplain dari komsumen.

MANAJEMEN UANG BISNIS


“Perasaan bisnis Saya profit ters, tapi koq tidak ada yang teresisa dari hasil bisnisnya ya”. Mungkin
beberapa perilaku usaha pernah merasakan seperti itu, kemungkinan disebabkan karena pengelolaan
keuangannya.
Dalam dunia bisnis, semuanya harus serba dihitung. Misalnya ketika memunculkan sebuah harga,
sering kali dari kita memunculkan harga berdasarkan feeling. Padahal tidak seperti itu, ada
perhitungannya. Jika harga tidak dihitung secara rinci bisa jadi kita akan mengalami kerugian. Maka dari
itu sangat penting sekali kita mengetahui manajemen keuangan dalam bisnis.

BANGUN ATAU BERGABUNG DENGAN KOMUNITAS


“Kambing yang sendirian akan lebih mudah diterkam oleh serigala dibandingkan dengan yang
berkoloni”. Bisnis juga seperti itu, komunitas itu penting untuk menjaga semangat kita. Ada saatnya kita
membangun komunitas, ada saatnya kita juga bergabung dalam komunitas, apa pentingnya?

5
Pentingnya membangun komunitas:
- Membangun komunitas adalah bentuk berbagi kita kepada orang lain.
Contoh: komunitas sharing bisnis, umkm, importir
- Membangun komunitas penting juga dalam rangka memperkenalkan diri kita kepada khalayak.
- Membangun komunitas agar kita terus bertambah. Karena secara tidak langsung sharing ilmu
kepada orang lain kita harus upgrade ilmu juga.
Lalu apa pentingnya tergabung dalam komunitas?
- Menjaga semangat untu terus bergerak maju.
- Upgrade ilmu dari orang yang sudah sukses, dari senior yang sudah banyak ilmunya.
- Memecahkan masalah bisnis kita. Dalam komunitas biasanya kita bertemu dengan orang yang
mempunyai masalah yang sama, oleh karena itu bisa saling sharing dan berkonsultasi kepada para
senior, bagaimana cara enyelesaian dari masalah tersebut.

Tanpa guru, tanpa pengawasan mata dari luar bisnis, bisa jadi bisnis yang dijalankan menjadi kurang
terarah dan kurang cepat melangkah.
Contoh membangun Komunitas:
- Jaya Setiabudi dengan Juragan Forum bersama Jaya Setiabudi, komunitas bisnis
- Dewa Eka Prayoga dengan Jago Jualan, seputar jualan
- Zid Club dengan Belajar Bisnis bersama Kang Rendy, komunitas bisnis
- Tendi Murti dengan Komunitas Menulis Online
- Muri Handayani dengan SBO (Sekolah Bisnis Online), komunitas bisnis
- Kupat (Komunitas UMKM Pati)

Pertanyaannya sekarang adalah kita ingin dikenal sebagai apa?. Maka yang harus dipersiapkan
adalah menjawab beberapa pertanyaan terlebih dahulu sebelum kita membangun komunitas. Beberapa
pertanyaan tersebut adalah:
- Kita ingin dikenal sebagai apa?
- Apa yang akan kita lakukan dengan komunitas yang akan kita dirikan?
- Nama apa yang cocok untuk komunitas dan cocok untuk branding yang kita inginkan.
Selain membangun grup sendiri kita juga bisa bergabung dengan komunitas yang lebih besar dan
banyak ilmu di dalamnya, jadi kita bisa belajar dari komunitas tersebut.

 KESALAHAN PEBISNIS PEMULA


 Harga yang terlalu mahal
Yang namanya bisnis ya bisnis, bukan kerja social, apalagi kerja rodi. Bisnis harus
menguntungkan. Kalau mau social boleh, tapi bukan bisnis namanya. Seringkali terjadi
bahwa kita sebagai pebisnis merasa bahwa harga yang kita tetapkan terlalu mahal. Ini
kurang tepat. Pertanyaannya adalah mahal untuk siapa barang atau produk tersebut?.

6
Ketika ada pihak yang menilai produk atau barang tersebut mahal, belum terntu
semua akan berkata hal yang sama, bisa jadi produk tersebut tidak dikatakan mahal oleh
kalangan lain. Jadi mahal atau tidaknya tergantung dari segmen pasar yang kita tentukan.
Sebagai pemilik bisnis kita harus teliti terkait produk tersebut layak atau tidak dengan
harga yang sudah kita tetapkan. Kalau kita hanya berpaku pada harga murah, maka
konsumenakan selalu melakukan hal tersebut. Maksudnya adalah akan selalu mencari
harga yang murah.

 Seringkali menyamakan harga karena binggung menetapkan harga produk


Setiap produk mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing. Setiap item
mendapatkan keuntungan yang sama. Padahal dari segi produk jelas-jelas berbeda
nilainya.
Sebagai contoh: bisnis kuliner, steak untung 20 ribu, jus buah untung 13 ribu, olahan
kentang untung 10 ribu.
Jadi kita tidak bisa mematok keuntungan yang sama, sementara komponen produk
mempunyai perbandingan yang berbeda.
Contoh lain: seprei harga 200 ribu dengan keuntungan 50 ribu, sarung bantal keuntungan
10 ribu.
Oleh karena itu, jika kita sebagai reseller maka ikuti saja kebijakan yang sudah
ditentukan dari distributornya. Atau jika memang belum sesuai dengan keadaan pasar
kita, dilakukan komunikasikan dengan baik. Missal suatu produk di Papua di jual dengan
harga 70 ribu, sementara di USA dijual USD 20. Ini sangatlah wajar mengingat beberapa
factor yaitu ongkir, daya beli, demografi dll, jadi tidak bisa disamaratakan.
Lalu bagaimana cara mengambil margin. Setiap pebisnis mempunyai acuan sendiri-
sendiri, bisa 20 %, 25 %. Atau 30 % dari harga.
Missal sebuah produk seharga 100 ribu, maka 100 ribu x 25% = 25 ribu
Untuk produk murah misal dengan harga 15000= 15000 x 25% = 3750
Margin adalah selisih harga untuk mengambil keuntungan.
Contoh: harga dari produsen adalah 75.000 ribu, lalu dijual dengan harga 100.000
ribu, maka ada selisih 25.000 ribu. Pertanyaannya adalah apakah 25.000 ribu ini adalah
keuntungan?, bukan. Itu adalah margin selisih harga. Karena dari 25.000 ribu itu kita
belum menghitung ongkos kirim, biaya packing dll. Lalu bagaimana rumusnya? Rumusnya
adalah:
Untung bersih/ Netto = harga jual – (harga produksi barang + pengeluaran)

7
 Tidak mengikutsertakan semua komponen biaya
Ini adalah hal yang sangat fatal. Kita berfikiran akan untung, tapi yang terjadi adalah
sebaliknya. Perlu dingat bahwa biaya sedikit apapun harus dimasukkan sebagai biaya.
Contoh:
Penentuan HPP (Harga Pokok Penjualan):
- Bahan baku @ 1.300.000 x 200 pcs – resiko reject 20 pcs ( 10%) = 7.200
- Transportasi beli bahan baku @ 50.000 : 180 pcs = 277
- QC (Quality Control) 500
- Hangtag, label, kemasan dasar, kemasan luar, kemasan paket 2.000
- Biaya internet 250.000 : 180 pcs = 1.388
- Listrik 400.000 : 180 pcs = 2.222
- Pulsa 300000 : 180 pcs =1.666
- Karyawan, biaya promo (iklan, bonus agen, kuis) 2.000
- Foto produk 200.000 : 10 pcs = 1.111
- Lain-lain 3.856
Total HPP = 20.000

Menentukan Harga Jual produk


Untuk menentukan keuntungan produk kita harus mengetahui HPP terlebih
dahulu. Sebagai contoh kita pakai HPP di atas. Missal kita ingin mendapat
keuntungan 10.000 per pcs, maka rumusnya adalah:
Harga jual = HPP + keuntungan
maka,
Harga jual = 20.000 + 10.000
= 30.000
Selanjutnya berapa harga jual yang ingin diberikan distributor jika ia buka keagenan?
Misal dengan keuntungan yang ingin didapat 10.000, maka,
Harga jual = 30.000 + 10.000
= 40.000
Berikutnya, berapa harga jual yang ingin diberikan agen kepada end user?
Missal keuntungan yang ingin didapat adalah 10.000, maka
Harga jual = 40.000 + 10.000
= 50.000
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa harga yang diberikan kepada
konsumen langsung adalah 50.000

8
Jika keuntungan tersebut dipresentasikan, maka;
- Distributor :
Keuntungan distributor = Harga konsumen – Harga jual Produksi
= 50.000 – 30.000
= 20.000
Persentasi keuntungan = 20.000 : 50.000
= 0.4
= 40 %
- Agen :
Keuntungan Agen = Harga Konsumen – Harga Distributor
= 50.000 – 40.000
= 10.000
Persentasi keuntungan = 10.000 : 50.000
= 0.2
= 20 %

Prinsip dari pemberian diskon adalah membuat agen dan distributor senang, dan hal
tersebut akan membuat bisnis kita cepat berkembang.

Lalu bagaimana jika yang dijual adalah jasa?. Untuk jasa tidak ada patokan, artinya
sejauh mana kredibilitas seorang bisnis owner menghargai profesionalitas
kinerjanya. Ini bisa diukur dari jam terbangnya, pendidikkan, pretasi dll.
Contoh: seorang fotografer ketika akan melakukan pekerjaan pemotretan suatu
produk, jika model produk tersebut adalah orang dewasa, maka harganya 2.000.000,
tapi jika modelnya anak-anak yang butuh ekstra tenaga dalam mengarahkan maka
harga jasanya adalah 3.000.000.

Begitulah kira-kira untuk penentuan HPP untuk suatu produk barang dan jasa.

 Meniru Kompetitor
Kompetitor kita itu bukan yang terbaik. Oleh karena itu jangan meniru yang tidak
jelas. Apalagi masalah harga. Ingat bahwa harga bukan dari kompetitor yang menentukan,
tapi dari hitung-hitungan yang telah kita buat sebelumnya.
Kompetitor juga manusia, artinya mereka bisa salah dalam menentukansesuatu. Bisa
lupa memasukkan biaya-biaya sehingga salah menentukan harga dll. Jadi, jangan meniru

9
sepenuhnya, cukup lihat saja apa kelebihannya dan apa yang bisa kita pakai dari kelebihan
mereka.
 Memberikan diskon bukan berari menambah nilai
Sering kali kita memberikan diskon yang terlalu besar dan sering. Diskon tidak
selamanya efektif. Jika penentuan agar konsumen mau membeli ke kita adalah dengan
diskon, maka siap-siap dengan persaingan diskon.
Dari pada memperbanyak diskon, lebih baik memberikan nilai lebih lainnya. Misal
dengan harga normal tapi kita memberikan nilai lebih berupa bonus, ini kan lebih
bermanfaat untuk kita dan juga konsumen. Kalau kita memberikan diskon terlalu sering,
maka besar kemungkinan konsumen akan menunggu diskonan saja waktu berbelanja. Dan
akhirnya kita sendiri yang rugi.

10

Anda mungkin juga menyukai