Seorang remaja yatim piatu, tidak ada keluarga ataupun kerabat, tidak ada teman ataupun kenalan, benar-benar hanya seorang diri. Tinggal di daerah kumuh dan wilayah preman, di mana banyak kekerasan dan perbuatan ilegal, sehingga tidak heran remaja ini tidak mempunyai pekerjaan. Pekerjaan tidak ada, maka kemiskinan tentu ada. Mau bekerja, tidak ada yang mau mempekerjakan, mau ngebegal, hati tidak tega, mau jual diri, sadar muka di bawah rata-rata. Meski begitu, remaja ini masih dapat hidup dengan mengemis, memulung, memakan makanan apapun yang dia temukan, serta rezeki dari Tuhan. Dia selalu setia berdoa dan beribadah kepada Tuhan, memohon agar diberikan kehidupan yang lebih baik dan beban dikurangi, mengucap syukur, serta hal-hal lain. Namun, meskipun selalu setia berdoa dan beribadah kepada Tuhan, pada akhirnya imannya tergoyahkan. Setiap hari hidup dalam penderitaan yang tidak terbayangkan bisa membuat kita kehilangan kewarasan kita, terutama ketika kita masih sangat muda. Akhirnya sang remaja pergi ke atap gedung yang tinggi, memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Walaupun dia mati, tidak ada seorangpun yang akan merasa sedih karena kematiannya. Dia tidak tahu kepada siapa dia harus meminta maaf sebab orang tua, saudara, kerabat, teman, kenalan, semuanya tidak ada, setidaknya untuk manusia biasa saja. Tuhanlah yang telah memberikan kehidupan kepadanya, sehingga dia pun meminta maaf hanya kepada Tuhan. Namun, ketika dia hendak melompat, tiba-tiba matahari bersinar dengan sangat terang, hingga dia refleks menutup mata dan ketika dia membuka matanya kembali, dilihatnyalah pemandangan yang begitu indah, yang membuat matanya mengeluarkan air mata, dan yang membuat dirinya membatalkan niatnya untuk melompat. Sepertinya, hati Tuhan tersentuh oleh remaja tersebut, yang hingga saat-saat akhir masih mengingat-Nya walaupun mempunyai kehidupan penuh penderitaan, sehingga Tuhan pun memberinya harapan. Dalam perjalanannya kembali ke tempat tinggalnya, remaja tersebut terus mengingat pemandangan luar biasa tersebut. Walaupun mempunyai kehidupan penuh penderitaan yang tidak adil, dia ingin membagi apa yang dilihatnya kepada orang lain. Kebetulan, pada hari itu sedang ada perayaan Hari Melukis Sedunia, sehingga ada diadakan lomba melukis. Meski perayaan tersebut sebenarnya merupakan perayaan yang besar, lombanya kurang meriah karena tidak banyak orang yang suka melukis. Remaja ini hendak berpartisipasi dalam lomba. Walaupun pendaftaran sebenarnya sudah lama selesai, remaja ini diizinkan untuk berpartisipasi. Entah karena rasa iba atau berkat Tuhan kepadanya, melihat dirinya yang tidak mempunyai apapun, pihak panitia menyediakan semua peralatan untuknya. Dengan berkat Tuhan, ingatannya yang jelas akan pemandangan tersebut, serta keinginannya untuk membagi apa yang dilihatnya, maka dia mulai melukis pemandangan yang sebelumnya dia lihat. Remaja ini melukis seperti seorang ahli sehingga banyak orang yang menjadi penasaran dan tertarik dengannya. Orang-orang mulai berkerumun dan mengeluarkan telepon seluler mereka untuk merekam. Panitia lomba tentunya senang dengan hal itu. Akhirnya, setelah nyaris sejam, lukisannya selesai. Hasil lukisannya tampak persis sama dengan pemandangan yang dia lihat atau bahkan lebih bagus, sangat realistis. Sama seperti dirinya sebelumnya, kerumunan orang juga mengeluarkan air mata ketika melihat lukisan tersebut, tidak ada seorang pun yang tidak menangis.. Orang-orang kemudian menyebarkan video dan berita tentang lukisan tersebut dan seketika menjadi viral karena tidak ada seorang pun yang tidak mengeluarkan air mata ketika melihatnya. Mereka semua yang melihatnya merasa bebannya diringankan dan merasakan harapan. Karena kejadian yang seperti keajaiban atau memang keajaiban ini, hampir semua orang di dunia ingin mempunyai lukisan ini. Tentunya hal ini membuat si remaja sangat bahagia. Meski begitu, dia tetap rendah hati dan beribadah kepada Tuhan untuk mengucapkan syukurnya. Dia tahu bahwa ini semua bukan hanya hasil kerja kerasnya, tetapi bantuan dari Tuhan. Lelang diselenggarakan bagi para pembeli yang hendak membeli lukisannya. Remaja hanya ingin uang yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan dan kekurangannya selama ini, sehingga dia membuka harga pada Rp 10 juta dengan kenaikan minimum Rp 100 ribu saja. Karena sudah begitu capek dengan semua hal yang terjadi, remaja ini akhirnya beristirahat dan untuk pertama kalinya, tidur dengan perasaan bahagia. Keesokan harinya, lelang sudah berakhir dan lukisan tersebut terjual dengan harga Rp 5 triliun yang membuatnya menjadi lukisan termahal kedua di dunia. Lukisan ini dibeli oleh pengoleksi seni terkaya di dunia yang mengoleksi karya Leonardo da Vinci, Vincent van Gogh, dan seniman-seniman legendaris lainnya. Nampaknya, dia menganggap lukisan remaja ini setara atau melebihi lukisan para seniman legendaris tersebut. Karena kejadian ini, orang-orang mulai menjuluki remaja tersebut da Vinci abad ke-21, bahkan ada yang menganggapnya sebagai reinkarnasi da Vinci. Namun, meskipun uang Rp 5 triliun adalah uang yang sangat sangat banyak, itu tidak ada artinya karena uang tidak bisa membeli nyawa. Remaja tersebut telah memenuhi panggilannya dan wafat dalam tidurnya, meninggalkan lukisan yang merupakan karya pertama dan terakhirnya sebagai warisan untuk dunia. Setidaknya, dia telah merasakan kebahagiaan sebelum meninggalkan dunia.