sebuah rumah kecil namun ramai. Sejak kecil dia tinggal di sana. Kalau pagi. dengan terseok-seok dia
melangkahkan kakinya menuju ke persimpangan lampu merah. Raut mukanya haruslah dipenuhi
kesedihan. Mengapa? Agar kalian kasihan kepadanya. Dengan begitu, tiap dia lewat, kalian
memandangnya sendu. Melihat kaki kanannya menyeret kaki kirinya yang cacat
satu.
hidupnya.
orang
Tetapi lihat, laki-laki itu melihatnya seolah barang. Yang kilaunya adalah cacat. Kalau dia terlalu
berkilau, manusia mana yang mau berusaha cerahkan dia? Dipatahkannya
melihatnya.
Kalau dia melihat kesenangan dengan matanya, dia juga mendengar bunyi-bunyi yang bahagiakan
hatinya. Kalau dia melihat kesedihan, ngilu rasa telinganya, sesak
hatinya. Saat itu ada seorang anak di trotoar, Wajahnya datar, bunyi yang didengar si tuli
ribuan pisau, di matanya terdapat jutaan harapan, di kakinya yang cacat itu terdapat cahaya yang
kalau menurut Si Tali, itu dari surga. Kalian pasti tidak mempercayai dia. Penasaran, didatanginya
anak itu. Tanpa
suara yang sangat menyayat hati, sekejap dia tahu kalau anak itu sedang menangis, Padahal tak ada
air mata di sana. Anak itu menaikkan wajahnya, memandang balik. Pandangan si tuli langsung
terbawa jauh:
anak itu butuh uang.
berucap berterima kasih. Ya, Si tuli mendengar suara itu, jangan remehkan dia, dia dengar apa yang
tak kau dengar. Dengan cepat anak itu berlari pulang. Di sini, di pinggir trotoar ini. Si Tuli tiba-tiba
sama lagi. Seluruh dunia tampak kelam dan menyeramkan. Kala melihat langit, dia melihat kabut.
Kabut
Saat melihat manusia, jauh masuk ke dalam. dilihatnya kebodohan. Kebahagiaan semu karena
tipuan semesta, atau kesedihan abadi
hanyalah pesuruh Dan yang lebih miris, Si Tuli pun juga begitu, dia tidak begitu berani. Dia tidak
berdaya, dia kecewa dengan dirinya sendiri. Dia hanya
anak itu takkan terbebas dari beban yang dipikul sejak lahir. Lantas ini tanggung jawab siapa?
Sebuah pertanyaan menggantung di atas kepalanya.
terjawab
dilihatnya seorang ayah menasihati anak-anak peminta. Mengatakan mereka harus bersemangat
dalam hidup, mengatakan mereka harus bekerja keras. Diberinya anak itu uang berwarna merah.
pada dasarnya manusia tidak peduli kepada kepada sesama. Yang mereka pikirkan hanyalah diri
sendiri.
Sekalipun memberi, yang dicari bukanlah kebahagiaan orang, sejatinya mereka mengejar
kebahagiaan sendiri yang tercipta saat mereka merasa baik.
Memang, tidak semua orang seperti itu. Kalian jangan marah dulu.
Satu tanyaku.