Anda di halaman 1dari 114

SKRIPSI

PENGARUH BUERGER ALLEN EXERCISE TERHADAP


T EK ANA N DARAH DAN S AT URAS I OK SIG E N
( S pO 2 ) PADA PAS IE N HI PE RTE NSI PRI ME R
DI WI LAYAH K E RJ A PUSK ESMAS
S UNG AI PUAR T AH UN 2019

Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:

ILHAMI PUTRI
NIM : 1514201045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

TAHUN 2019
SKRIPSI

PENGARUH BUERGER ALLEN EXERCISE TERHADAP


T EK ANA N DARAH DAN S AT URAS I OK SIG E N
( S pO 2 ) PADA PAS IE N HI PE RTE NSI PRI ME R
DI WI LAYAH K E RJ A PUSK ESMAS
S UNG AI PUAR T AH UN 2019

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Keperawatan


Progam Studi Sarjana Keperawatan STIKes Perintis Padang

Oleh:

ILHAMI PUTRI
NIM : 1514201045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES PERINTIS PADANG

TAHUN 2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Ilhami Putri

Umur : 23 Tahun

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi 21 Mai 1996

Agama : Islam

Negeri Asal : Sungai Puar

Alamat : Sungai Puar

Kewarganegaraan : Indonesia

Jumlah Saudara :4

Anak Ke :2

Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Ali Umar

Pekerjaan : Wirasuasta

Nama Ibu : Mirdawati

Alamat : Sungai Puar

Riwayat Pendidikan

2003-2009 : SDN11 Kapalo Koto

2009-2012 : SMPN2 Sungai Puar

2012-2015 : SMAN1 Sungai Puar

2015-2019 : PSSK Stikes Perintis Padang


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES PERINTIS
PADANG

Skripsi, Juli 2019

ILHAMI PUTRI

1514201045

PENGARUH BUERGER ALLENT EXERCISE TERHADAP TEKANAN


DARAH DAN SATURASI OKSIGEN (SPO2) PADA PASIEN HIPERTENSI
PRIMER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PUAR TAHUN
2019

Viii + VI Bab + 95 halaman + 2 Skema + 6 Tabel +3 gambar +15 Lampiran

ABSTRAK

Hipertensi sering disebut dengan silent killer. Meningkatnya jumlah hipertensi


salah satunya karena ada hubungan dengan kurangnya aktivitas fisik. Untuk itu
penatalaksanaan non farmakologi berupa gerakan aktif ringan seperti Buerger
Allent excercise dapat menurunkan angka penyakit hipertensi terutama hipertensi
ringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
Buerger Allent excercise terhadap penurunan tekanan darah dan saturasi oksigen
pada pasien hipertensi primer. Metode penelitian ini adalah quasi eksperiment
dengan rancangan one group pre test-post test. Intervensi berupa pelaksanaan
Buerger Allent exercise selama 1 minggu. Sampel penelitian ini sebanyak 15
orang di wilayah kerja Puskesmas Sungai Puar tahun 2019. Paired sampele T-test
didapatkan perbedaan rata-rata tekanan darah sistole sebelum dan sesudah
melakukan gerakan Buerger Allent exercise adalah 12,667 p value 0,000. Rata-
rata perbedaan diastole sebelum dan sesudah dilakukannya gerakan Buerger
Allent exercise adalah 10,000 dengan p value 0,000. Dan untuk hasil rata-rata
saturasi oksigen di dapatkan perbedaan rata-rata 0,8 dengan p value 0,005.
Penelitian ini menunjukan bahwa secara signifikan Buerger Allent exercise dapat
menurunkan tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2) pada pasien hipertensi
primer. Disarankan kepada puskesmas sungai puar agar penelitian ini dapat
dimasukan menjadi salah satu program latihan fisik ringan khususnya penanganan
penyakit tidak menular pada pasien hipertensi sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan dan derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Puar.
Kata Kunci : Buerger Allent Exercise, Tekanan Darah, Saturasi Oksigen
(SpO2), Hipertensi.

Sumber Literatur : 38 (2000-2018)


PROGRAM FOR STUDY OF NURSING OF STIKes PERINTIS PADANG

Undergaduete thesis, july 2019

ILHAMI PUTRI

1514201045

THE EFFECT OF ALLENT EXERCISE BUERGER ON OXYGEN


BLOOD PRESSURE (SPO2) IN PRIMARY HYPERTENSION PATIENTS
IN WORKING AREAS OF PUBLIC HEALTH SUNGAI PUAR IN 2019

Viii + VI Chapter + 95 pages + 2 Schemes + 6 Tables +3 images +15 Attachments

Abstract

Hypertension is often called the silent killer. The increasing number of


hypertension is one of them because there is a relationship with lack of physical
activity. For this reason, non-pharmacological management in the form of mild
active movements such as Buerger Allent excercise can reduce the rate of
hypertension, especially mild hypertension. The purpose of this study was to
determine the effect of Buerger Allent excercise on decreasing blood pressure and
oxygen saturation in primary hypertensive patients. This research method is quasi
experiment with the design of one group pretest-posttest. Intervention in the form
of implementing a Buerger Allent exercise for 1 week. The sample of this study
was 15 people in the working area of Sungai Puar Health Center in 2019. Paired
sample T-test found that the difference in mean systolic blood pressure before and
after the Buerger Allent exercise was 12,667 p value 0,000. The average
difference in diastole before and after the Buerger Allent exercise is 10,000 the
results of statistical tests show that there is p value 0,000. And for the results of
the average oxygen saturation, get an average difference of 0.8 p value 0.005.
This study shows that significantly allent buerger can reduce blood pressure and
oxygen saturation (SpO2) in primary hypertensive patients. It is recommended
that the Sungai Puar Puskesmas be included in one of the mild physical exercise
programs, especially in handling non-communicable diseases in hypertensive
patients so that they can improve the quality of care and health status in the
Sungai Puar Health Center work area.

Keywords: Buerger Allent Exercise, Blood Pressure, Oxygen Saturation


(Spo2), Hypertension.

Literature Source: 38 (2000-2018).


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu’

Dengan nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Segala puji

dan syukur kehadiran allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Buerger Allen Exercise

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen (SpO2) Pada

Pasien Hipertensi Primer Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar Tahun

2019.” Tidak lupa pula penulis mengucapkan salawad beriring salam kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kejahiliyahan kealam yang

penuh pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan

saran-saran yang telah diberikan berbagi pihak. Oleh karena itu, dengan penuh

rasa hormat, penulis dengan tulus menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendoakan

dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed, Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Perintis Padang.

2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang.


3. Kepada ibu Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk dalam

penyususnan skripsi ini.

4. Bapak Def Primal, S.Kep, M.Biomed. PA selaku pembimbing II yang

juga telah meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan

dan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Yang teristimewa kepada ayahanda Ali Umar dan ibunda Mirdawati yang

telah membesarkan, mendidik dan mendoakan serta memberi dukungan moral

maupun materil. Karena dengan ketulusan cinta dan kasih sayang serta

kepedulian dan perhatian saya mampu menyelesaikan pendidikan dan mampu

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

6. Kepada rekan-rekan seperjuanagan angkatan 2015 sarjana keprawatan yang

telah memberikan dorongan dan motivasi dalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.

Hal ini bukanlah suatu kesengajaan melainkan karena keterbatasan ilmu dan

kemampuan peneliti. Akir kata kepada-Nya jugalah kita berserah diri. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya dibidang Keperawtan

Medikal Bedah. Amin.

Bukittinggi, 17 Agustus 2019

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ..............................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................................iii
DAFTAR SKEMA ...................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................lx
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................7
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................7
1.3.2 Tujuan khusus .............................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................7
1.4.1 Bagi Peneliti ...............................................................................7
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan.............................................................8
1.4.1 Bagi Lahan .................................................................................8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Hipertensi .................................................................................................
2.1.1 Defenisi .......................................................................................10
2.1.2 Etiologi .......................................................................................11
2.1.3 Faktor Resiko ..............................................................................12
2.1.4 Klasifikas.....................................................................................16
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi ...............................................................17
2.1.6 Tanda dan Gejala Hipertensi .......................................................19
2.1.7 Komplikasi Hipertensi ...............................................................19
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi .............................................22
2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi .........................................................23
2.1 Buerger Allen Exercise .............................................................................
2.2.1 Defenisi .......................................................................................25
2.2.2 Manfaat .......................................................................................26
2.2.3 Prosedur Buerger Allen excercise ...............................................27
2.2.4 Pengaruh Buerger Allen excercise terhadap tekanan darah ........28
2.2.5 Penanganan yang dilakukan jika terjadi
dislokasi......................29
2.3 Tekanan Darah ........................................................................................
2.3.1 Defenisi .......................................................................................30
2.3.2 Fisiologis ....................................................................................30
2.3.3 Regulasi Tekanan Darah ............................................................32
2.3.4 Klasifikasi Tekanan Darah ...........................................................35
2.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah ..............................36
2.3.6 Alat ukur tekanan darah ..............................................................38
2.3.7 Lokasi pengkajian Tekanan Darah ..............................................39
2.4 Saturasi Oksigen
2.4.1 Defenisi ......................................................................................40
2.4.2 prinsip Dasar Pulse Oksimeter ...................................................41
2.4.3 pengukuran saturasi Oksigen .....................................................42
2.4.4 faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi ...............................43
2.5 Peran perawat ............................................................................................44
2.6 Kerangka teori ...........................................................................................46

BAB III KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Konsep .....................................................................................50
3.2 Defenisi Operasional ................................................................................51
3.3 Hipotesa ....................................................................................................52

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian ......................................................................................53
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................54
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................................55
4.4 Instrumen Penelitian .................................................................................58
4.5 Pengumpulan Data ...................................................................................59
4.6 Pengolahan dan Analisa Data ...................................................................60
4.7 Metode Analisa Data ...............................................................................62
4.8 Etika Penelitian ........................................................................................63

BAB V HASIL PENELITIAN


5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Analisa Univariat ........................................................................66
5.1.2 Analisa Bivariat ..........................................................................68
5.2 Pembahasan
5.2.1 Analisa Univariat .........................................................................70
5.2.2 Analisa Bivariat ...........................................................................75
BAB Vl PENUTUP
6.1 Kesimpulan...............................................................................................78
6.2 Saran ........................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA

Nomor Skema Halaman

Skema 2.1 Kerangka Teori ………...……………………………… 47

Skema 3.1 Kerangka Konsep ………...…………………………… 48


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi………………………………… 16

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ………………………………… 49

Tabel 5.1 Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Sebelum 65


melaksanakan Buerger Allen excercise ......................

Tabel 5.2 Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Setelah 65


melaksanakan Buerger Allen excercise ......................
Tabel 5.3 Rata-Rata Tekanan Darah Dan Saturasi 66
Oksigen Sebelum Dan Setelah Melakukan Gerakan
Buerger Allen Excercise ( Uji Paired T-Test) ………
DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Halaman

Gambar 2.2 Tensimeter Dan Stetoskop Aneroid ……………………. 37

Gambar 2.3 Sensor Oksimeter Pada Ujung Jari…………….............. 41


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 : Persetujuan Menjadi Respondent

Lampiran 3 : Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 4 : Lembar Observasi Pelaksanaan Buerger Allent

Lampiran 5 : Sop Pemeriksaan Tekanan Darah

Lampiran 6 : Lembar Pengawasan Responden

Lampiran 7 : Sop Pemeriksaan Saturasi Oksigen

Lampiran 8 : Lembar Pengawasan Responden

Lampiran 9 : Sop Buerger Allen

Lampiran 10: Lembar Observasi Buerger Allen

Lampiran 11 : Surat Izin Melakukan Penelitian Dari Kecamatan Sungai Puar

Lampiran 14 : Surat Balasan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 15 : Lembar Kosultasi Dengan Pembimbing


BAB l

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik tua

maupun muda, baik kaya atau pun miskin. Penyakit hipertensi dikenal

sebagai the sileent killer atau pembunuh yang diam-diam dan tidak diketahui

penyebabnya, karena telah banyaknya kasus yang ditemui dengan tidak

adanya gejala dan tanda yang khas hingga terjadi komplikasi yang serius

kemudian secara tiba-tiba dapat menimbulkan kematian bagi penderitanya.

Ketika seorang terdiagnosa hipertensi maka orang tersebut dituntut untuk

melakukan pengobatan seumur hidup secara rutin dan dituntut untuk selalu

memiliki pola hidup sehat agar hipertensi dapat terkontrol sehinga tidak

menimbulkan komplikasi penyakit lain (susilo, 2012).

Menurut WHO (World Health Organization) angka penderita hipertensi

akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang bertambah pada

tahun 2025 mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia terkena

hipertensi. WHO juga menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki

penderita hipertemsi sebesar 40% sedangkan negara maju hanya 35%,

kawasan afrika memegang posisi puncak penderita hipertensi, yaitu sebanyak

40%. Kawasan amerika sebesar 35% dan asia tenggara 36%. Kawasan asia

tengara penyakit ini telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Hal ini

menunjukan bahwa satu dari tiga orang menderita hipertensi.


Berdasarkan hasil RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018,

menunjukan prevelensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika

dibandingkan dengan riskesdas tahun 2013, antara lain seperti : kanker,

stroke, penyakit ginjal kronis, diabetes melitus dan hipertensi. Selain itu

hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun dengan presentase 6,3%,

pada umur 45-54 tahun sebanyak 11,9% dan umur 55-64 tahun yaitu

sebanyak 17,2%. Sedangkan menurut proporsinya hipertensi banyak terjadi

pada pada tingkat ekonomi menegah kebawah yaitu sebanyak 27,2% dan

menegah sebanyak 25,9%.

Sumatera Barat hipertensi sudah mencapai 31,2%. Sebagaian besar kasus

hipertensi pada masyarakat Sumatera Barat berlum terdeteksi. Pada tahun

2016 hipertensi mencapai 47.902 orang, kemudian pada tahun 2017 angka

kejaidian hipertensi di Sumatera Barat mengalami peningkatan yaitu menjadi

52.250 orang. Keadaan ini sangat berbahaya, yang mana dapat menyebabakan

kematian mendadak. Faktor-faktor yang dapat menyebabakan timbulnya

gangguan atau kerusakan pada pembuluh darah juga berperan pada terjadinya

hipertensi, faktor tersebut anatara lain stress, obesitas, kurangnya olahraga,

merokok,alkohol, dan makanan-makanan yang tinggi kadar lemaknya.

Perubahan gaya hidup seperti perubahan pola makan yang tinggi kadar

lemaknya menjerus kepada makanan siap saji yang mengandung banayak

lemak, protein, dan tinggi garam tetapi rendah serat panggan, merupakan

salah satu faktor berkembangnya penyakit degeneratif seperti hipertensi.


Hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu hipertensi primer atau

esensial (90% kasus hipertensi) yang penyebabnya tidak diketahui dan

hipertensi sekunder (10%) yang disebabkan oleh penyakit ginaj, penyakit

emdokrin,penyakit jantung dan gangguan ginjal. Menurut JNC VII Report

2003, diagnosis hipertensi ditegakan apabila didapatkan tekanan darah

sistolik (TDS) > 140 mmHg atau tekakan darah diastolik (TTD) > 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dalam waktu yang berbeda (indrayani,2009).

Hipertensi sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, yang

mengakibatkan makin tingginya tekaan darah. Maka dari itu pengobatan dini

pada hipertensi sangatlah penting, karenan dapat mencegah timbulnya

komplikasi pada beberapa organ tubuh, seperti : jantung, ginjal dan otak.

Penyelidikan epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanan darah

berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular

(Muttaqin 2009).

Intervensi yang dapat dilakukan pada pasien hipertensi yaitu dengan

pengontrolan farmakologis dan non farmakologis. Pengontolan farmakologis

yaitu dengan pemberian obat anti hipertensi dan juga memiliki efek samping.

Sedangkan pengontrolan non farmakologis yaitu bisa dilakukan dengan

menghentikan merokok, mengurangi konsumsi alkohol yang berlebihan,

menurunkan asupan garam dan lemak, meningkatakan konsumsi buah dan

sayur, menurunkan berat badan yang berlebihan, latihan fisik dan terapi

komplementer.
Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Chang, et al, (2015)

menemukan bahwa, untuk menilai efektifitas Buerger Allen excercise

terhadap gangguan perfusi perifer, maka evaluasi dapat dilakukan pada hari

ke enam. Sedangkan penelitian john dan Rathiga (2015), menunjukan

Buerger Allenexcercise dengan durasi latihan 10-17 menit 2 kali sehari

dilakukan selama 5 hari dapat meningkatakan sikulasi darah. Dengan latihan

ini serta dengan adanya perubahan-perubahan posisi dan kontraksi

otot,latihan postural dapat menjamin meningkatakan sirkulasi pembuluh

darah vena serta sirkulasi-sirkulasi perifer ke ekstermitas maka dapat

meningkatakan kebutuhan nutrisi ke jaringgan dan suplai kearea plantar kaki,

jika sirkulasi darah dapat teraliri dengan lancar maka, salah satunya dapat

mencegah terjadinya hipertensi.

Buerger Allen excercise merupakan salah satu variasi gerakan aktif pada area

plantar dengan menerapkan gaya grafitasi sehingga setiap tahapan gerakan

harus dilakukan dengan teratur. (Jannaim, Dharmajaya, & Asrizal, 2018)

Gerakan yang baik dan teratur membantu meningkatkan aliran darah arteri

vena dengan cara pembukaan kapiler (pembuluh darah kecil di otot), gerakan

ini meningkatkan vaskularisasi pembuluh darah sehingga meningkatkan

penyediaan darah dalam jaringgan.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Puar pada bulan februari 2019, peneliti mendapatkan data bahwa pada tahun

2016 jumlah penderita hipertensi sebanayak 2532 orang. Pada tahun 2017
sebanayak 2752 dan pada tahun 2018 terjadi peningkatan yang lebih yaitu

sebanyak 2932 orang (Register Puskesmas Sungai Puar,2019). Melihat data-

data tersebut menunjukan terjadinya peningkatan penderita hipertensi setiap

tahunnya. Peneliti melakukan wawancara kepada 10 orang penderita

hipertensi yang mana 4 orang laki-laki mengatakan jarang berolahraga setiap

minggu dikarenakan aktivitas yang padat, suka mengkonsumsi makanan yang

berlemak dan tidak suka makan sayaur, sedangkan dari 6 orang perempuan

yang terdiagnosis hipertensi 4 diantaranya mengatakan bahwa mereka sering

mengkonsumsi makanan berlemak seperti santan dan mengkonsumis garam

berlebihan dan juga malas melakukan olahraga dan 2 orang mengatakan

mereka malas melakukan pemeriksaan rutin kepuskesmas dan mereka hanya

mengkonsumsi obat tradisional. Dari 10 penderita hipertensi di puskesmas

sungai puar yang diwawancarai, sebanyak 6 orang tekanan darah mereka

diatas 140/100 mmHg. Dan setelah dilakukan wawancara didapatkan data

bahwa tidak ada pasien yang mengetahui tentang buerger allen excersise serta

manfaat dari buerger allen excersise biasanya pasien hanya mengkonsumsi

obat yang diberikan dari puskesmas serta degan obat tradisional seperti

rebusan daun seledri untuk mengobatai hipertensi.

Peneliti melakukan wawancara dengan petugas kesehatan Puskesmas Sungai

Puar petugas mengatakan bahwa telah memiliki program senam Gerakan

Masayarakat Sehat (GERMAS) yang dilakukan 2 kali dalam semingu yaitu

pada hari kamis dan minggu pagi, namun tidak semua mayarakat mengikuti

program ini, kabanyakan dari masyarakat mengatakan tidak sempat mengikuti


senam ini karena alasan pekerjaan. Menurut perawat yang bertugas di wilayah

kerja puskesmas Sungai Puar belum pernah dilakukan Buerger Allen

excercise kepada penderita hipertensi.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Burger Allen excercise Tehadap Penurunan Tekanan

Darah Dan Peningkatan Saturasi Oksigen (SpO2)pada pasien hipertensi Di

wilayah kerja puskesmas sungai puar tahun 2019”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimanakah Pengaruh Burger Allen excercise Tehadap Penurunan

Tekanan Darah Dan peningkatan Saturasi Oksigen (SpO2)pada pasien

hipertensi Di wilayah kerja puskesmas sungai puar tahun 2019.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini dilakukan secara umum adalah diketahuinya

“Pengaruh Burger Allen excercise Tehadap Penurunan Tekanan Darah

Dan Peningkatan Saturasi Oksigen (SpO2) pada pasien Hipertensi

Primer di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Teridentifikasi rata-rata Tekanan Darah dan Saturasi Oksigen

(SpO2) pada responden sebelum diberikan Buerger Allen Exercise

di wilayah kerja Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019.


b. Teridentifikasi rata-rata Tekanan Darah dan Saturasi Oksigen

(SpO2) pada responden setelah diberikan Buerger Allen Exercise di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019.

c. Teranalisinya perbedaan rata-rata Penurunan Tekanan Darah Dan

peningkatan Saturasi Oksigen (SpO2) pada pasien Hipertensi

Primer di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Mampu menggembanagkan ilmu riset, serta mamapu memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien hipertensi dan dapat menerapkan

terapi non farmakologis dan terapi komplementer dalam upaya

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dan saturasi oksigen.

1.4.2 Bagi Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan dan penerapan hasil pendidikan

informasi serta pengetahuan khususnya dalam mata ajar Keperawatan

Medikal Bedah.

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai bahan

pengetahuan memberikan masukan atau informasi sehingga dapat

meningkatkan derajat kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Burger Allen excercise Tehadap

Penurunan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen (SpO2) pada pasien

Hipertensi Primer Di wilayah kerja Puskesmas Sungai Puar tahun 2019.

Variabel independent yang diteliti adalah Buerger Allen excersice, sedangkan

variabel dependent yang diteliti adalah penurunan tekanan darah dan saturasi

oksigen (SpO2). Penelitian ini dilakukan dari tanggal 24 juni sampai 9 juli

2019. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Quasi

experiment yang bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh latihan

Buerger Allen terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

primer. Sedangkan jenis rancangan yang digunakan yaitu one group pretest-

postest design, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat,

karena dapat membandingkan keadaan dimana sebelum diberi perlakuan dan

setelah diberikan perlakuan. Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu

melakukan pre test dengan melakukan pengukuran tekanan darah dan saturasi

oksigen (SpO2), kemudian dilakukan latihan Buerger Allen selama satu

minggu, selanjutnya dilakukan kembali pengukuran tekanan darah dan

saturasi oksigen (SpO2). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 pasien

yang telah teridentifikasi hipertensi primer di Puskesmas Sungai Puar.

Instrumen yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah menggunakan

Sphygmomanometer dan Stetoskop yang diguakan pada pengukuran tekanan

darah, Oksymeter yang digunakan pada pengukuran saturasi oksigen disertai

dengan observasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah peningatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/telentang (kemenkes RI, 2013).

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa menyerang siapa saja baik tua

maupun muda, baik kaya atau pun miskin. Penyakit hipertensi dikenal

sebagai the sileent killer atau pembunuh yang diam-diam dan tidak

diketahui penyebabnya, karena telah banyaknya kasus yang ditemui

dengan tidak adanya gejala dan tanda yang khas hingga terjadi

komplikasi yang serius kemudian secara tiba-tiba dapat menimbulkan

kematian bagi penderitanya. Ketika seorang terdiagnosa hipertensi maka

orang tersebut dituntut untuk menjalani pengobatan seumur hidup secara

rutin dan dituntut untuk selalu memiliki pola hidup sehat agar hipertensi

dapat terkontrol sehinga tidak menimbulkan komplikasi penyakit lain

(susilo, 2012).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekaan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi

sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah, yang


mengakibatkan makin tingginya tekanan darah. Maka dari itu pengobatan

dini pada hipertensi sangatlah penting, karena dapat mencegah timbulnya

komplikasi pada beberapa organ tubuh, seperti : jantung, ginjal dan otak.

Penyelidikan epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanan

darah berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas penyakit

kardiovaskular (muttaqin 2009).

Jadi dapat disimpulakan hipertensi adalah terjadinya penigkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit diukur

dalam posisi duduk atau berbaring dimana pasien dalam keadaan tenang.

2.1.2 Etiologi Hipertensi

Menurut sustarni (2006), penyebab hipertensi dibagi kedalam dua

kelompok yaitu hipertensi esensisal dan hipertensi sekunder, dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Hipertensi Esensial (primer)

Hipertensi esensial yaitu hipertensi yang tidak diketahui dengan jelas

penyebabnya atau disebut juga idiopatik. Hipertensi esensial adalah

hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Lebih dari 90%

peneybab hipertensi merupakan hipertensi esensial. Ada beberapa

faktor yang berhubungan dengan hipertensi esensial : ppergerakan

(pelebaran dan penyempitan) pembuluh darah, kenaikan jumlah

cairan dalam pembuluh darah, kenaikan jumlah cairan dalam darah,


berfungsi aliran darah, produksi zat-zat kimia yang mempunyai

fungsi pembuluh darah, sekresi hormone, volume darah yang

dipompa jantung, kontrol darah terhadap kardio vaskular.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Suatu

peningkatan tekanan darah yang terjadi sebagai akibat penyakit lain

seperti : akibat gangguan estrogen, kelainan ginjal (hipertensi renal),

gangguan kelenjer tiroid, sumbtan pada arteri ginjal, kelebihan

kortisol. Garam dapur akan memperburuk kondisi hipertensi akan

tetapi bukan merupakan faktor penyebab.

2.1.3 Faktor Resiko

Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat

seseorang rentan terhadap serangan hipertensi . faktor resiko hipertensi

pada umumnya dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah

1. Riwayat Keluarga

Berbagai study menunjukan hubungan genetik hingga pada 40%

orang menderita hipertensi primer (huether & McCancer,2008).

Gen yang terlibat pada sistem reninangiostensin-aldosteron dan gen

lain ynag memepengaruhi teganagan vaskular, transportasi garam

dan air pada ginjal, kegemukan dan resistensi insulin cendrung


terlibat dalam perkembangan hipertensi,meskipun belum ada

hubungagn genetik yang dijumpai.

2. Usia

Angka kejadian hipertensi naik seiring peningkatan usia. Penuaan

mempengaruhi baraseptor yang terliabat dalam pengaturan tekanan

darah serta kelenturan arteri. Ketika arteri menjadi kurang lentur,

tekanan dalam pembuluh meningkat. Ini sering kali tampak jelas

sebagai peningkatan bertahap tekanan sistolik seiring penuaan

(huether & McCancer, 2008)..

3. Ras

Hipertensi primer lebih sering dan lebih berat pada orang berkulit

hitam dibandikan orang berlatar belakang etnik lain. Selain itu juga

cendrung berkembang pada usia dini dan dikaitkan dengan lebih

banayak kerusakan kardio vaskular dan ginajal. Lebih banayak

orang Afro Amaerika penderita hipertensi mempunyai kadar renin

rendah dan perubahan ekskresi natriu ginjal pada tekanan darah

normal. Kecendrungan genetik untuk menghemat garam ini

mengkin telah berkembanag sebagai adaptasi untuk bekerja

dilingkungan yang hanagat, saat konservasi air dan garam

menguntungkan (huether & McCancer, 2008).

4. Jenis Kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki dibandingkan

dengan kaum perempuan , hal ini disebabkan karena laki-laki


banayak memiliki faktor pendorong terjadinya hipertensi, seperti

stres, kelelahan dan makan yang tidak terkontrol. Adapun

hipertensi yang terjadi pada perempuan biasanya terjadi setelah

monopause (sekitar 45 tahun) (Darmawan 2008).

b. Faktor Yang Dapat Diubah

1. Asupan Mineral

Asupan natrium tinggi seringkali dikaitkan dengan retensi cairan.

Hipertensi yang terkait dengan asupan natrium melibatkan berbagai

mekanisme fisiologis yang berbeda, termasuk sistem renin-

angiosteninalodosteron, nitrit oksida, katekolamin, endotelin, dan

peptida natriuterik atrium. Asupan kalium, kalsium dan magnesium

yang rendah juga berperan pada hipertensi yang tidak diketahui

mekanismenya. Perbandingan asupan natrium dan kalium tampak

berperan penting,kemungkinan lewat peningkatan asupan kalium

terhadap ekstensi natrium. Kalium juga meningkatakan vasodilatasi

dengan menurunkan respon terhadap katekolanin dan angiostensin

ll. Kalsium juga mempunyai efek vasodilator. Walaupun

magnesium telah terbukti menurunkan tekanan darah, mekanisme

kerjanaya belum jelas (Huether & McMancer,2008)

2. Kegemukan

Kegemukan sentral (deposit sel lemak di abdomen), ditentukan

oleh peningkatan perbandingan pinggang ke panggul, mempunyai

korelasi lebih kuat dengan hipertensi dibanding indeks masa atau


ketebalan lipatan kulit. Walaupun terdapat hubungan yang jelas

antara kegemukan dan hipertensi, hubungan tersebut mungkin

merupakan salah satu penyebab umum faktor genetik tampak

berperan penting dalam trias umum kegemukan hipertensi dan

resistensi insulin (Burke, dkk,2015).

3. Resistensi Insulin

Resistensi inulin dengan hiperinsulinemia akibatnya dikaitkan

dengan hipertensi lewat efeknya pada sistem saraf simpatis, otot

polos vaskular, pengaturan natrium serta air ginjal dan perubahan

transpor ion melewati membran sel. Resistensi insulin dapat

bersifat genetik ataupun dapatan. Walaupun resistensi insulin lebih

umum dijumpai pada individu yang kegemukan, akan tetapi

resistensi juga dijumpai pada orang yang berbobot normal (Burke,

dkk,2015).

4. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Konsumsi alkohol teratur tiga kali atau lebih dalam sehari dapat

meningkatkan risiko hipertensi. Penurunan atau penghentian

konsumsi alkohol menurunkan tekanan darah, khsusnya

pengukuran sistolik. Faktor gaya hidup yang terkait dengan asupan

alkohol berlebihan (kegemukan dan kurang latihan fisik) juga dapat

menjadi salah satu faktor hipertensi (Lemone Burke, dkk,2015).


5. Stres

Stres fisik dan emeosional menyebabkan kenaikan sementara

tekanan darah,akan tetapi peran hipertensi primer kurang jelas.

Tekanan darah normalanya berflukturasi selama siang hari,yang

naik pada aktivitas, ketidaknyamanan, atau respon emosional

seperti marah. Stres yang sering atau terus menerus menyebabakan

hipertrofi otot polos vaskular atau meme pengaruhi jalur integratif

sentral otak (Lemone Burke, dkk,2015)..

6. Hiperlipidemia/ hiperkolestrolemia

Kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai dengan

peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL atau

dimana terjadinya penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah.

Kolesterol merupakan salah satu faktor penting dalam terjadinya

aterosklerosis yang mengakibatkan peningkatan tahanan perifer

pembuluh darah sehinga terjadinya peningkatan tekanan darah.

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO (World Health Organization) mengelompokan hipertensi

berdasrkan umur dalam tiga kriteria yaitu :

a. kelompok umur 20-29 tahun, tekanan darah > 140/90 mmHg

b. kelompok umur 36-64 tahun, tekanan darah > 160/95 mmHg

c. kelompok umur > 65tahun, tekanan darah > 170/95 mmHg

Klasifikasi hipertensi menurut the seventh report of joint national commite on

prevention,detection evaluation and the treatment of hinghh blood preasure.


Tabel 2.1 klasifikasi hipertensi menurut JNC-7

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <115 <75

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi tahap l 140-159 90-99

Hipertensi tahap ll >160 >100

2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

Pengaturan tekanan arteri meliputi kontrol sistem saraf yang kompleks

dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam

mempengaruhi curah jantung dan dalam penahanan vaskular perifer.

Baroseseptor merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi tekanan

darah. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi

jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Jika diameter

mengalami penurunan (vasokonstriks), maka tahanan perifer mengalami

peningkatan. Akan tetapi jika diameter mengalami peningkatan

(vasodilatasi) maka tahanan perifer akan mengalami penurunan.

Pengaturan primer tekanan atreri disebabkan oleh baroreseptor pada

sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan impuls ke

pusat saraf simpatis pada medula oblongata. Jika tekanan arteri

mengalami peningkatan maka setiap ujung reseptor akan mengalami


pereganagan dan memberikan terhadap penghambat pusat simpatis, maka

akrelasi puast jantung dihambat sehinga jantung akan mengalami

penurunan curah jantung. Akan tetapi jika vasomotor yang dihambat

maka akan terjadi vsodilatasi. Akiabat dari vasodilatsi dan penurunan

curah jantung hal ini lah yang menyebabkan terjadinya penurunan

tekanan darah. Jiak tekanan darah mengamai penurunan menyebabkan

respon reaksi cepat untuk melakukan proses hemeostasis tekanan darah

agar tetap berada dalam ambang batas normal (Muttaqin 2009)..

Faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah adalah ginjal. Renin yang

dilepaskan ginjal diman ketika aliran darah keginjal mengalami

penurunan maka akan menyebabkan angiostensin I, kemudian akan

berubah menjadi angiostensin II. Angiostensin II meningkatkan tekanan

darah dapat terjadinya konstriksi langsung arteriol sehingga terjadi

peningkatan resistensi perifer (TPR) secara tidak langsug dapat

melepaskan aldosteron, sehingga terjadi retensi natrium dan air dalam

ginjal serta menstimulasi perasan haus. Pengaruh ginjal yang lain yaitu

pelepasan eritropoetin yang menyebabkan terjadinya peningkatan pada

sel darah merah. Manifestasi dari ginjal secara keseluruhan akan

terjadinya peningkatan volume darah dan peningkataan tekanan darah

secara simultan (Muttaqin 2009).


2.1.6 Tanda Dan Gejala Hipertensi

Hipertensi jarang menimbulkan gejala dan cara satu-satunya untuk

mengetahui apakah seseorang tersebut menderita hipertensi yaitu dengan

cara mengukur tekanan darah atau skrining kesehatan. Jika tekanan darah

tidak terkontrol dan menjadi sangat tinggi (keadaan ini disebut dengan

tekanan hipertensi berat atau maligna), sehingga dapat menimbulkan

gejala seperti : pusing, pandanggan kabur, sakit kepala, kebinggungan,

mengantuk, sulit bernafas, epistaksis, marah, telingga berdengging

(Palmer 2007). Akan tetapi, sebagian besar nyeri kepala pada pasien

hipertensi ternyata tidak berhubungan dengan tekanan darah. Fase

hipertensi yang berbahaya bisa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya

penglihatan (papiledema) (Gray, et al,2005 & Davy,2006).

2.1.7 Komplikasi Hipertensi

Hipertensi jangka panjang merusak didnding arteriol dan mempercepat

proses aterosklerosis. Kerusakan ini terutama dapat menyerang jantung,

otak, ginjal, mata dan pembuluh darah besar. Pada ginjal, lesi

atteriosklerosis berkembang diarteriol aferen (menuju) dan efferen

(keluar dari) serta kapiler glomerulus. Laju filtrasi glomerulus menurun

dari fungsi tubulus terganggu, menyebabkan proteinuria dan hematuria

mikroskopik. Sedangkan hipertensi menjadi faktor resiko utama untuk

penyakit serebrovaskular seperti stroke, transiet ischemic attack, penyait

arteri koroner yaitu infark miokard angina, penyakit gagal ginajl,

dementia, dan arteri fibrilasi. Jika penderita hipertensi memiliki faktor


resiko kardovaskular yang lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan

mordibitas akibat gangguan kardiovaskular tersebut. Menurut studi

framigham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko

yang bersmakna untuk penyakit koroner,stroke, penyakit arteri perifer,

dan gagal jantung (Lemone Burke,2015).

Penderita hipertensi beresiko terserang penyakit lain yang timbul

kemudian. Adapun penyakit yang timbul akaibat hipertensi yaitu :

a. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat

terjadinya pengapuaran pada didnding pembuluh darah jantung.

Penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan

berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung. Hal ini

menyebabkan timbulnya rasa nyeri di dada dan dapat berakibat

gangguan pada otot jantung. Bahkan dapat menyebabkan timbulnya

serangan jantung.

b. Gagal Jantung

Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat

untuk memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan

menebal dan meregang sehingga daya pompa otot menurun. Hal ini

lah yang menyebabkan terjadinya kegagalan kerja jantung secara

umum. Dapat ditandai dengan sesak nafas, napas pendek, dan terjadi

pembengkakan pada tungkai bawah serta kaki.


c. Kerusakan Pembuluh Darah Otak

Peneliti diluar negeri mengungkapakan bawha hipertensi menjadi

penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis

kerusakan yang dapat ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah

dan rusaknya dinding pembuluh darah. Pada akirnya dapat

menyebabkan stroke bahkan kematian.

d. Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan peristwa diman ginjal tidak dapat berfungsi

sebagai mana semestinya. Ada dua jenis kelainan pada ginjal yang

disebabkan oleh hipertensi yaitu nefrosklerosis. Nefrosklerosis ada

dua yaitu Nefrosklerosis Benigna dan NefrosklerosisMaligna.

Nefroskleris benigna terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama

sehingga terjadi pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh

darah akibat proses penuaan. Hal ini akan menyebabkan daya

permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun

nefrosklirosis maligna merupakan kelainan ginajal yang ditandai

dengan naiknya tekanan diastole diatas 130 mmHg yang disebabkan

terganggunya fungsi ginjal.

e. Stroke

hipertensi dapat menyebabkan stroke, yaitu stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Stroke hemoragik hampir sering terjadi yaitu sekitar 80%

(Williasms,2007). Stroke iskemik dapat disebabkan tersumbat

pembuluh arteri yang timbul karena tekanan darah tinggi atau


penumpukan lemak. Seorang pria yang menderita stroke diatas

170/100 mmHg, memiliki resiko stroke 3:1 dibndikan dengan wanit.

Jika tekanan darah diastole diatas 100mmHg maka dapat

meningkatkan resiko stroke 2,5 kali (Marliani dan Tantan,2007).

f. Kerusakan Pada Mata

Pembuluh darah pada mata termasuk pembuluh darah yang lunak dan

resisten, jika terjadi tekanan darah yang tinggi mengakibatkan

kerusakan pembuluh darah dan saraf-saraf yang ada pada mata

sehingga penglihatan menjadi terganggu (Jangkaru,2006).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah seseorang

terkena hipertensi yaitu dengan pemeriksaan labolatorium rutin yang

dilakukan sebelum memulai tropi dimana bertujuan untuk mementukan

kerusakan jaringan dan faktor resiko lain atau mencari penyebab dari

hipertensi, biasanya tindakan yang dilakukan yaitu pemeriksaan urinasi,

darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah

puasa, kolesterol total, kolesterol HDL, dan EKG (Mansjoer,dkk,2001).

2.1.9 Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Dalimartha (2008), penatalaksanaan hipertensi bisa dilakukan

dengan dua cara yaitu penatalaksanaan farmakologis dan non

farmakologis. Penatalaksanaan non farmakologis, pengobatan hipertensi

di landasi oleh beberapa prinsip. Pertama, pengobatan hipertensi


sekunder yaitu lebih mendahulukan pengobatan hipertensi sekunder

dimana lebih mendahulukan pengobatan penyebab dari hipertensi.

Kedua, pengobatan hipertensi esensial dimana ditujukan untuk

menurunkan tekanan darah dan mengurangi timbulnya komplikasi.

Sedangkan pada penatalaksanaan non farmakologis, terbukti dapat

mengontrol tekanan darah, sehingga penatalaksanaan non farmakologis

tidak lagi diperlukan atau pemberian dapat ditunda. Jika obat obat anti

hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat digunakan

sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.

Penurunan pengobatan tekanan darah dapat dibagi menjadi 2 macam

yaitu :

a. Penanganan Farmakologis

Menurut Mutaqqin Ariff 2010 Pada penatalaksanaan farmakologis

ini pengobatan hipetensi dapat digunakan sebagai obat tunggal atau

dicampur dengan obat lain :

1. Diuretik

Obat jenis diuretik yang biasa digunakan sebagai antihipertensi

terdiri atas hidrokortizoid dan penghambat beta. Obat dalam

golongan ini hidroklorotiazid yang mana paling seringdiresepkan

untuk mengobati hipertensi ringan.

2. Simpolitik

Penghambat adrenergik yang bekerja disentral simpatolitik.

Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung


dan aliran darah keginjal. Obat-obat dalam golongan ini meliputi

mrildopa, klinidin, guanabenz, dan guanfasin.

3. Vasodilator arteriol langsung

merupakan obat tahap 3 yang bekerja dengan merelaksasikan

otot-otot polos dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan

norepinefrin menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan baik curah

jantung maupun tekanan vaskular perifer menurun. Obat yang

tergolong kedalam jenis ini yaitu respirin dan guanetidin, yang

mana merupakan obat yang paling kuat, dan digunakan untuk

mengendalikan hipertensi berat.

4. Antagonis angiotensin

Obat dalam golongan ini menghambat enzim mengubah

angiostensin (ACE) yang nantinya akan menghambat

pembentukan angiostensin II (vasokonstriktor) dan menghambat

pelepasan aldosteron. Obat yang tergolong kedalam ini kaptopril,

Enalpril, Lisinopril, obat ini digunakan pada klien yang

mempunyai kadar renin serum yang tinggi. Efek samping dari

obat ini adalah, mual, diare, sakit kepala, hiperkalemia, dan

takikardi.

b. Penanganan Non Farmakologis

Penaganan non farmakologis dapat dilakukan dengan

1. penurunan berat badan

2. mengurangi asupan garam


3. ciptakaan keadaan yang cukup rileks seperi meditas yoga, atau

hipnosis, hidroterapy,

4. olahraga secara teratur seperti aerobik dan jalan cepat 30-45

menit sebanyak 3-4 kali dalam seminggu

5. berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol yang

berlebihan dapat menurunkan tekanan darah.

2.2 Burger Allen excersise

2.2.1 Pengertian Buerger Allen

Buerger Allen excersise adalah sebuah latihan yang dilakukan secara

aktif pada kaki dan tungkai yang berguna untuk mencegah penyakit

vaskular perifer serta mendorong dan mentimulasi sirkulasi kolateral

yang adekuat bagi ekstermitas bawah (Melisha & Sc,2016).

Buerger Allen merupakan aktifitas yang melibatkan berbagai sendi gerak

atau pergerakan ke segala arah yang mana jika dilakukan dapat

meningkatkan aliran darah ke daerah ektermitas bagian bawah

(Turan,2015 ).

Buerger merupakan latihan yang ditujukan untuk meningkatkan sirkulasi

darah pada ekstermitas bawah yang pertama kali diungkapakan oleh

buerger pada tahun 1926 dan kemudian dimodifikasi oleh allen pada

tahun 1930 dimana bertujuan untuk meringankan gejala pada penderita

dengan infusiensi arteri pada tungkai bawah. Latihan buerger

mengutamakan pada aktivitas dengan menggunakan perubahan postural


dan sirkulasi perifer yang dirangsang oleh modulasi grafitasi dan

menerapkan kontraksi otot (Chang,2016).

Dengan latihan Buerger Allen ini serta dengan adanya perubahan-

perubahan posisi dan kontraksi otot, latihan postural dapat menigkatkan

sirkulasi pembuluh darah vena serta sirkulasi perifer keekstermitas,

sehingga menigkatkan kebutuhan nutrisi kejaringan dan suplai ke area

planta kaki (Hassan & Mehani,2012).

2.2.2 Manfaat Buerger Allen

Buerger Allen merupakan salah satu jenis latihan yang dilakukan dengan

cara memberikan posisi yang lebih rendah pada ekstermitas, latihan

Buerger Allent juga mengutamakan aktivitas dengan mengunakan

perubahan postural dan sirkulasi perifer yang dirangsang oleh modulasi

grafitasi dan menerapkan konstraksi otot (Vijayabarathi, Chang 2015).

Senam kaki bermanfaat untuk merilekskan dan melancarkan peredaran

darah, akibat gerakan dari senam kaki tersebut akan melancarkan darah

dan membawa okigen dan nutrisi yang lebih banyak lagi kesel-sel tubuh,

maka dengan demikian akan mempengaruhi terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi.


2.2.3 Prosedur Buerger Allen
Buerger Allenexcercise merupakan salah satu variasi gerakan aktif pada

area plantar dengan menerapkan gaya grafitasi sehingga setiap tahapan

gerakan harus dilakukan dengan teratur (Index, Control, & Glm, n.d.).

Latihan Buerger Allen exercise dilakukan sebanyak 6 kali dalam 7 hari.

Setiap minggu dilakukan sebanyak tiga kali dan setiap kali latihan

dilakukan sebanyak 2 kali pada jam 08.00 WIB dan jam 16.00 WIB.

Durasi setiap latihan ± 18 menit.

Adapun prosedur dari buerger allent yaitu :

a. Ekstermitas bawah atau kaki diangkat pada posisi 45-90˚ dengan kaki

disangah oleh bantal, selanjutnya kaki melakukan gerakan fleksi dan

ekstensi selama 2-3 menit atau sampai kulit terlihat sampai pucat

b. Pasien duduk dalam posisi santai dengan posisi kaki tungkai kaki

digantungkan dibawah tempat tidur atau kursi, selanjutnya kaki pasien

melakukan gerakan fleksi dan ekstensi, dan selanjutnya melakukuan

gerakan pronasi dan supinasi atau gerakan kaki kedalam dan keluar

selama 5-10 menit samapai kulit terlihat seperti kemerahan kembali

c. Pasien berbaring ditempat tidur dengan tenag selama10 menit dengan

kedua kaki pasien beristirahat serta diselimuti dengan kain selama

beberapa menit.
2.2.4 Pengaruh Buerger Allen Excercise Terhadap Penurunan Tekanan

Darah

Secara fisiologis latihan kaki memiliki pengaruh dengan adanya

perubahan posisi dan kontraksi otot, dengan latihan postural dapat

meningkatkan sirkluasi pembuluh darah vena serta sirkulasi perifer

keekstermitas sehingga dapat meningkatkan kebutuhan nutrisi yang lebih

banyak lagi ke sel-sel tubuh, maka dengan demikian dapat

mempengaruhi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

2.2.5 Tindakan Yang Dilakukan Jika Terjadi Dis Lokasi Saat Latihan

Buerger Allent

a. Penaganan pada dislokasi

Jari-jari tarik pada setiap jari secara perlan dan jangan samapai

tersentak

Konsumsi obat penahan rasa sakit

Istirahatkan tubuh, khususnya bagian dislokasi sendi, jangan terlalu

banyak gerak

Kompres di area dislokasi sendi dengan air hangat dan es. Kompres

air dingin bertujuan untuk mengurangi inflamasi serta rasa sakit,

sedangkan kompres air hangat bertujuan untuk mengendorkan otot

yang teganag.

b. Tindakan pencegahan

Hindari aktivitas sendi yang berlebihan, waspadai gerakan tubuh

saat melakukan olahraga yang cukup keras.


Guanakan alat pelindung saat berolahraga

Waspada saat naik turun bed

2.3 Tekanan Darah

2.3.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan tekanan dari darah yang dipompa oleh jantung

terhadap dinding arteri. Sejumlah tekanan dalam sistem diperlukan untuk

mempertahankan pembuluh terbuka, perfusi kapiler, dan oksigenasi

kesemua jaringan yang ada pada tubuh. Akan tetapi, tekanan yang

berlebihan mempunyai efek yang berbahaya dapat meningkatkan beban

kerja jantung, bisa mengubah struktutr pembuluh, dan juga bisa

menpengaruhi struktur tubuh yang peka seperti ginjal, mata, dan sistem

saraf pusat (Price,2015). Tekanan darah adalah salah satu parameter

hemodinamik yang sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya.

Tekanan darah juga mendeskripsikan keadaan hemodinamik seseorang

pada saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan

aliran darah dapat mempertahankan aliran perfusi atau pertukaran zat di

jaringgan (Muttaqin 2012).

2.3.2 Fisiologis Tekanan Darah

Duapenentu tekanan arteri rerata adalah curah jantung dan resistensi

perifer total (Sherwood,2011). Curah jantung adalah jumlah darah yang

dipompa oleh jantung dalam satu satuan waktu. Dalam keadaan istirahat,

seorang laki-laki dengan posisi telentang mempunyai curah jantung


sebesara 5L/menit. Volume darah total rerata adalah sampai 5,5 liter, maka

masing-masing paruh jantung setiap menit memompa serta dengan volume

darah (Ganong,2013) Curah jantung bergantung pada stroke volume (isi

sekuncup) dan denyut jantung (Sherwood,2011). Denyut jantung dikontrol

oleh sistem saraf otonom, dimana sistem saraf simpatis meningkatkan

denyut jantung oleh parasimpatis menurunkannya. Denyut jantung normal

saat istirahat adalah 70 kalai/menit(Ganong,2013).

Stroke volume adalah jumlah darah yang dipompakan dalam satu detak

jantung.Jumlahnhya sekitar 70 mL dari setiap ventrikel pada lelaki dewasa

dalam keadaan istirahat dan posisi telentang. stroke volume sebagai respon

terhadap aktifitas simpatis, yang merupakan kontrol ekstrinsik stroke

volume. Sistem saraf simpatis merangsang serat-serat otot jantung untuk

berkontraksi lebih kuat, sedangkan parasimpatis memiliki efek yang

berlawanan. Stroke volume juga meningkat jika aliran balik vena

meningkat, yang merupakan kontrol intrinsik sekuncup sesuai hukum

frankstereling jantung. Semakin besara aliran balik vena maka semakin

besar pengisian diastole kemudian semakin besar volume diastolik akhir

dan ventrikel jantung akan semakain teregang, sesuai dengan Hukum

Frank-Starling hal ini akan mengakibatkan panjang awal serat otot

sebeleum berkontraskis akan semakain besara. Kemudian peningkatan

panjang menghasilkan peningkatan kekuatan pada kontraksi selanjutnya

sehingga stroke volume juga meningkat. Aliran balik vena juga meningkat

oleh vasokontriksi vena. Volume sirkulasi darah efektif juga


mempengaruhi seberapa banyak darah dikembalikan ke jantung. Volume

darah jangka pendek bergantung pada ukuran perpindahan cairan bulkflow

pasif antara plasma dan cairan interstitium menembus dinding kapiler.

Dalam jangka panjang, volume darah bergantung pada keseimbangan

garam dan air, yang secara hormonal dikontrol masing-masing oleh sistem

renin-angiostensin-aldosteron dan vasopresin (Sherwood, 2011)

Penentu utama lain tekanan arteri rerata, resistensi perifer total, bergantung

pada jari-jari semua arteriol serta kekentalan darah merah. Namun, jari-jari

arteriol adalah faktor yang lebih penting dalam menentukan resistensi

perifer total. Jari-jari arterial dipengaruhi oleh kontrol ekstrinsik yang

menyebabkan vasokonstriksi arteriol juga untuk meningkaykan resistensi

perifer total dan tekanan arteri rerata. Jari-jari arteriol juga dipengaruhi

secara ekstrinsik oleh hormone vasopresissin dan angiotensisn II, yaitu

vasokonstriktor poten serta penting dalam keseimbangan garam dan air

(Sherwood, 2011)

2.3.3 Regulasi Tekanan Darah

Aliran darah ke suatu organ bergantung pada gaya dorong tekanan arteri

rerata dan derajat vasokonstriksi arteriol organ tersebut. Karena tekanan

arteri rerata bergantung pada curah jantung dan derajat vasokonstriksi

arteriol, maka jika arteriol-arteriol di suatu organ melebar, maka arteriol-

arteriol di organ lain berkonstriksi untuk mempertahankan tekana darah

arteri yang adekuat. Tekanan yang memadai diperlukan untuk


menghasilkan gaya untuk mendorong darah tidak saja keorgan yang

mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang bergantung pada aliran

darah yang konstan meskipun kebutuhan akan darah dari masing-masing

organ berubah-ubah (Sherwood, 2011)

Tekanan arteri rerata secara terus menerus dipantau oleh baroreseptor

(reseptor tekanan) di dalam sistem sirkulasi. Ketika terdeteksi adanya

penyimpangan dari normal maka berbagai respon refleks teraktifkan untuk

mengembalikan tekanan arteri rerata ke nilai normalanya (Sherwood,

2011).

Penyesuaian tekana darah yang bekerja cepat (beberapa secara beberapa

detik sampai menit) adalah dengan cara pengaturan sistem saraf melalui

baroreseptor yang berperan sebagai pressure buffersystem terhadap

fluktuasi tekanan arteri. Kenaikan tekanan darah akan merangsang

baroreseptor dan selanjutnya akan menginhibasi serta vasokonstriksi dan

merangsang vagus sehingga mngakibatkan vasodilatasi sirkulasi perifer

dan penguranggan denyut jantung yang mengakibatkan penurunan tekana

darah. Baroreseptor mengurangi variasi perubahan tekanan darah sehari-

hari kira-kiara ¼-1/2 setengan dari tekanan yang terjadi dibandingkan jika

baroreseptor tidak ada. Baroresptor tidak berperan pada pengaturan jangka

panjang, karena terjadinya adaptasi (“ resetting baroreceptor ”) dalam1-2

hari setelah kenaikan tekanan darah sebesar apapun. Selain refleks

baroreseptor, pengetaruran yang segera atau agak cepat (moderately rapid)


bisa melalui hormone yaitu melalui mekanik vasokonstraktor norepinefrin,

epinefrin, renin angiostenin, vasopresin, dan chemoreceptor dan CNS

ischemic respon. Mekanisme ini bekerja terutama bila tekanan darah turun

(Majid, 2005)

Pengaturan jangka menengah berlangsung setelah beberapa menit terjadi

kenaikna tekanan darah dan berlangsung aktif 30 menit sampai beberapa

jam, sedangkan pada saat tersebut pengaturan melalui saraf tidak efektif

lagi. Sistem pengaturan melalui :

1. Pergeseran cairan kapiler (capillary fluid shift mechanism)

Jika terjadi kenaikan tekan darah terlalu tinggi, terjadi kehilanggan

cairan kapiler ke intesitium, yang menyebabkan berkurangnya

volume darah dan dengan demikian menurunkan tekanan darah ke

nilai normal. Besarnya penurunan yang dapat ditimbulkn adalah

kira-kira ¾ kenaikan yang terjadi.

2. Vascular stress relaxtion

Jika tekanan darah turun tekanan organ yang menyimpan darah

seperti vena, hepar limpa, paru-paru juga turun, sedangkan pada

kenaikan tekanan darah, tekanan diorgan-organ ini juga naik. Akibat

kenaikan tekanan ini, terjadi penyesuaian dalam pembuluh-

pembuluh darah akibat organ ini dapat lebih banyak menampung

jumlah darah yang ada.


Pengaturan jangka penjang terjadi melalui ginjal dengan pengatura

ekskresi air dan natrium oleh pressure natriuresis. Hormon yang

berperan adalah renin-angiostensisn-aldosteron, sistem yang

menyebabkan retensi air dan garam sebagai respon terhadap

hipovolemia dan hiponatremia, vasopresin (anti diuretic hormone =

ADH), yang menyebabkan retensi air sebagai respon terhadap

tekanan darah yang turun ataupun hiperosmolalitas, dan atrial

natriuretic peptide, yang menyebabkan ekskresi natrium dan diuresis

terhadap respin distensi atrial (Majid, 2005).

2.3.4 Klasifikasi Tekanan Darah

Tekanan darah dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok Menurut

Smeltzer & Bare( 2002)yaitu :

a. Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)

Hipotensi adalah penurunan tekana darah sistole lebih dari 20-30%

yang mana jika dibandingkan dengan pengukuran dasar atau tekanan

darah sistole <100 mmHg. Sehingga setiap organ dari badan tidak

mendapat aliran darah yang cukup dan menyebabkan tinmbulnya

gejala hipotensi.

b. Tekanan Darah Normal (Normotensi)

Tekanan darah normal orang dewasa berkisar anatara 120/80 mmHg.

Tekanan darah setiap individu berbeda seperti, pada bayi dan anak-

anak secara normal memilki tekanan darah yang jauh lebih rendah

dibandingkan dengan orang dewasa (Smeltzer & Bare 2002).


c. Tekanan Darah Tinggi ( Hipertensi )

Tekanan darah yang dikatakan dengan hipertensi adalah dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90

mmHg. Sedangkan menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan

peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau smaa dengan 160 mmHg

atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 95 mmHg.

2.3.5 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Priscilla, (2015) aliaran darah resistensi vaskular perifer, dan

TD, yang mempengaruhi sirkulasi arteri ada beberapa faktor yang dapat

mempenagaruhi tekanan darah.

a. Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik

Merupakan mekanisme utama yang mengatur tekanan darah.

Stimulasi sistem saraf simpatik memberikan efek yang besar pada

reistensi perifer dapat menyebabakan vasokonstriksi arteriol, yang

dapat meningkatkan tekanan darah. Stimulasi parasimpatik

menyebabakan vasodilatasi arteriol, yang mana dapat menurunkan

tekanan darah.

b. Baroreseptor dan kemoreseptor

Dalam arkus aorta, sinus karotis, dan pembuluh darah besar peka

terhadap perubahan tekanan dan kimia serta menyebabkan stimulasi

simpatik refleks, yang menyebabkan vasokonstriksi, peningkatan

frekuesi jantung dan tekanan darah.


c. Ginjal

Ginjal dapat membantu mempertahanakan tekanan darah dengan

mengeksresikan dan menyimpan natrium dan air. Ketika tekanan

darah turun, maka ginjal mulai mekanisme renin angiostensin.

Mekanisme dari renin-angiostesnsin yang akan menstimulasi

vasokonstriks, yang mana dapat menyebabkan pelepasan hormon

aldosteron dari korteks adrenal sehingga meningkatkan reabsorbsi ion

natrium dan resistensi air.Akan tetapi, pelepasan hormon antidiuretik

(ADH) hipofisis meningkatakan reabsorbsi air oleh ginjal. kemudian

didapatkan hisilnya adalah peningkatan volume darah dan

peningkatan CO dan TD.

d. Suhu

Suhu yang dingin dapat mempengaruhi resistensi perifer dan

menyebabakan vasokonstriksi, sementara sushu yang hangat akan

menghasikan vasokonstriksi.

e. Bahan kimia

Tekanan darah dapat dipengaruhi oleh hormon, dan obat-obatan

dengan mempengaruhi CO dan PVR.

f. Diet

Asupan garam, lemak jenuh dan kolesterol dapat meningkatkan

tekanan darah sehingga mempengaruhi volume darah dan diameter

pembuluh darah.
g. Ras, jenis kelamin, usia, berat badan, waktu dalam sehari-hari,

perubahan posisi, latihan, olahraga, dan keadaan emosional juga

merupaka salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Faktor

tersebut mempengaruhi tekanan arteri. Tekanan vena sistemik,

meskipun jauh lebih rendah, juga dipengaruhi oleh volume darah,

tonus otot vena, dan tekanan atrium kanan.

2.3.6 Alat Ukur Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah bisa dilakukan dengan mengunakan standar

BSH (british societynof hypertension) secara manual dan mengunakan alat

ukur yang disebut tensimeter(sphgmomanometer) air raksa. Selain itu

pengukuran tekanan darah juga bisa dilakukan dengan tensimeter digital

yang telah dilakukan kalibrasi. Kedua alat tersebut memiliki satuan

mmHg. Tekanan darah dapat diukur jika pasien dalam keadan rileks dan

tenang selama 5 menit. Pada saat pemeriksan tangan disanga dan

tensimeter diletakan sejajar dengan jantung. Manset yang digunakan harus

sesuai sedikitnya 80% melingkari lengan atas (Dharmizer,2012).


Gambar 2.2 Tensimeter dan stetoskop aneroid
Tipe: spectrum aneroid tensimeter
Merk: ABN
Measuring Range: 0-300 mmHg

2.3.7 Lokasi Pengkajian Tekanan Darah

Menurut Kozier (2009) tekanan darah biasanya dilakukan pengkajian

pada lengan klien dengan menggunakan arteri brakhialis dan stetoskop

standar. Pengkajian tekanan darah pada paha dengan menggunakan

arteri popliteal biasanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti :

a. Tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan klien (misalnya,

karena luka bakar, trauma, atau mastektomi bilateral)

b. Tekanan darah disatu sisi paha harus dibandingkan dengan paha

disis lainnya

c. Manset tekanan darah terlalu lebar untuk ekstermitas atas.

Tekanan darah tidak dapat diukur pada lengan atau paha pasien pada

kondisi tertentu seperti :

a. Klien baru mengalami pembedahan pada dada atau aksila (atau

pinggul) disisi tersebut


b. Klien mendapatkan invus intravena arau tranvusi darah di

ekstermitas tersebut

c. Klien mempunyai fistula arteriovenous (mis, untuk dialisis renal) di

ekstermitas tersebut.

2.4 Saturasi Oksigen

2.4.1 Pengertian

Oksimeter nadi adalah alat non-invansif yang digunakan untuk mengukur

saturasi oksigen (SaO2) darah arteri klien dengan alat sensor yang dipasang

pada ujung jari pasien (Kozier,2010).

Saturasi oksigen adalah jumlah hemoglobin yang berikatan dengan

oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normalnaya adalah anatara 95-100%

dalam kedokteran, oksigen saturasi (S02), sering disebut juga dengan

“SATS”, untuk mengukur presentase oksigen yang diikat oleh hemoglobin

dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian

besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksutnya yaitu proses pendistribusian

darah beroksigen dari arteri kejaringan tubuh (Hidayat,2007).

2.4.2 Prinsip Dasar Pulse Oksimeter

Sensor pulse oksimetry menggunakan cahaya dalam menganalisis spektral

untuk pengukuran sarturasi oksigen, yaitu deteksi dan kuantifikasi

komponen (hemoglobin) dalam larutan. Saturasi oksigen merupakan

jumlah oksigen total hemoglobin yang membawa atau mengandung

oksigen. Oksimeter pulse menggabungkan dua teknologi spektrofotometri


dan plethysmography optik (mengukur denyut perubahan volume darah

dalam arteri). Sensor oksimetri nadi mempunyai dua bagian menurut

(Kozier 2010)

a. Dua dioda pemancar cahaya (LED) satu merah dan yang lainnya infra

merah, yang menstramisiskan cahaya melalaui kuku, jaringan, darah

vena, dan darah arteri.

b. Fotodektor yang diletakan secara langsung didepan LED (misalnya

disisilain jari, ibu jari, atau hidung). Foto dektor berfungi untuk

mengukur jumlah cahaya merah dan inframerah yang diabsorbsi oleh

hemoglobin teroksigenasi dan hemoglobin deoksigenasi dalam darah

arteri dan disebut sebagai SaO2. SaO normal yaitu 95-100%, dan SaO2

dibawah 70% dapat mengancam kehidupan.

2.4.3 Pengukuran Saturasi Oksigen

Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakauakan dengan berbagai cara.

Pemantauan saturasi O2 yang sering dilakukan adalah dengan

menggunakan oksimeter nadi yang dinilai secara luas adalah salah satu

kemajuan terbesar dalam pemantauan klinis (Giuliano & Higgins,2005).

Adapun cara untuk pengukuran saturasi oksigen antara lain :

a. Saturasi oksigen arteri (SaO2) nilai dibawah 90% menunjukan

keadaan hipoksemia (yang juga dapat disebabakan oleh anemia).

Hipoksemia karena SaO2 rendah ditandai dengan sianosis.

Oksimetri nadi adalah metode pemantauan noninvasif secara

kontinuyu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2).


Meski oksimetri oksigen tidak bisa mengantikan gas-gas darah

arteri, oksimetri oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk

memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil

dan mendadak. Oksimetri nadi digunakan dalam banayak

lingkungan, termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan

umum, dan pada area diagnostik dan pengobatan ketika diperukan

pemantauan saturasi oksigen selama prosedur.

b. Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak

mengkomsumsi oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2

dibawah 60%, menunjukan bahwa tubuh adalah dalam kekurangan

oksigen, dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran ini sering

digunakan pengobatan dengan mesin jantung paru (Extracorporeal

sirkulasi), dan dapat memberikan gamabaran tentang berapa

banayak aliran darah pasien yang dibutuhkan agar tetap sehat.

c. Tissue oksigen saturasi (StO2) dapat diukur dengan spektroskopi

inframerah. Tissue oksigen saturasi memberikan gamabaran

tentang oksigenasi jaringan dalam berbagai kondisi.

d. Saturasi oksigen perifer (Sp O2) merupakan estimasi dari tingkat

kejenuhan oksigen yang biasanya diukur dengan oksimeter pulse.


Gambar 2.3 sensor oksimeter pada ujung jari
Merk: SONOSAT-F04T

2.4.4 Faktor Yang Mempengaruhi Bacaan Saturasi Oksigen

Koezier (2010) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi bacaan

saturasi oksigen yaitu :

a. Hemoglobin (Hb)

Jika hemoglobin (Hb) tersaturasi penuh dengan oksigen (O2), SaO2

maka akan menunjukan nilai normal walaupun kadara Hb total rendah.

Misalnya pada klien yang menderita anemia berat dan memiliki oksigen

yang tidak adekuat untuk persedian jaringan sementara oksimeter nadi

(SpO2) akan tetap pada nilai normal.

b. Sirkulasi

Oksimeter tidaka akan memberikan bacaan yang akurat jika area

dibawah sensor mengalami gangguan sirkulasi.

c. Aktivitas

Menggigil atau gerakan yang berlebihan pada sisi sensor dapat

mengganggu pembacaan hasil yang akurat.


2.5 Peran Pearawat

Menurut Asmadi, 2008 Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku

yang diharapkan oleh individu sesuai sesuai dengan status sosialnya. Jika

seorang perawat, mak peran yang dijalankannya harus sesuai dengan

lingkup kewenagan perawat. Peran menggambarkan otoritas seseorang yang

diatur dalam sebuah aturan yang jelas.

Sebagai tenaga kesehatan, perawat memiliki sejumlah peran didalam

menjalankan tugasnya sesuai dengan hak dan kewenagan yang ada.

Beberapa elemen peran perawat profesional sebagai berikut :

a. Sebagai Pemeberi Asuhan Keperawatan (Care Giver)

Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan dapat memberikan

pelayanan keperawatan secara langsung dan tidaka langsung kepada

klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi :

melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan informasi

yang benar, menegakan diagnosis keperawatan berdasarkan hasil analisa

data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya mengatasi

masalah yang muncul dan membuat langkah atau cara pemecahan

masalah, melaksanakaan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

yang ada dan melakukan evaluasi berdasarkan responden klien terhadap

tindakan keperawtan yang telah dilakukan


b. Sebagai Pembela Untuk Melindungi Klien (Client Advocate)

Sebagai pembela klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara

klien dengan tim kesehatan lain, membela kepentingan klien dan hak

klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan

oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional.

Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat bertindak sebagai

narasumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan keputusan terhadap

upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan

peran sebagai advokat (pembela klien) perawat hars melindungi dan

memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

c. Sebagai Pemberi Bimbingan Atau Konseling Klien (Counselor)

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi

klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini

merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan

kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling atau bimbingan kepada

klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai

prioritas. Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu,

pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah

perilaku hidup kearah perilaku hidup sehat.

d. Sebagai Pendidik Klien (Educator)


Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan

kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan

keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien atau

keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang

diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan

pendidikan kesehatan kepeda kelompok keluarga yang beresiko tinggi,

kader kesehatan, dan laini-lain sebagainya.

e. Sebagai Anggota Tim Kesehatan (Collaborator)

Perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam

menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna

memenuhi kebutuhan kesehatan klien.

f. Sebagai Coordinator

Perawat memanfaatkan sumber-sumber dan potensi yang ada, baik

materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehimgga tidak

ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpeng tindih. Dalam

menjalankan peran sebagai coordinator, perawat dapat melakukan hal-

hal sebagai berikut ;

Mengkoordiasi seluruh pelayanan keperawatan

Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas

Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan

Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan

pelayanan keperawatan pada sarana kesehatan.


g. Sebagai Pembaharu (Change Agent)

Sebagai pembaharu, perawat mengadakan invasi dalam cara berfikir,

bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien dan

keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini mencangkup perencanaan,

kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien

dan cara memberikan perawataan kepada klien.

h. Sebagai Sumber Informasi (Consultan)

Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien

terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan

peran ini dapat dikatak perawat adalah sumber informasi yang berkaitan

dengan kondisi spesifik klien (Ali Z.H,2002)

Menurut Lokakarya Nasinal (1998) peran perawat adalah ;

1. Pelaksanan pelayanan keperawatan

2. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan

3. Pendidik dalam keperawatan

4. Peneliti dan pengembang keperawatan

Menurut para sosiolog peran perawat adalah :

1. Peran terapeutik yaitu kegitan yang ditujukan langsung pada

pencegahan dan pengobatan penyakit.

2. Expressive atau mother substitute role yaitu kegiatan yang

bersifat langsung dalam menciptakan lingkungan dimana klien

merasa aman, diterima, dilindungi, dirawat dan didukung oleh

perawat itu. Menurut Johnson dan Mortin (1989).


2.6 Kerangka Teori

Hipertensi

Upaya pencegahan
Faktor yang
mempengaruhi - Prefentif
- promotif
- Stres
- Obesitas
- Merokok Peran perawat
- Kurang olahraga
Sebagai pemberi Penatalaksanaan
asuhan keperawatan
- Farmakologis
- Non farmakologis

Buerger Allen
excercise

Out put

Penurunan tekanan darah


dan saturasi oksigen (SpO2)

Skema 2.1

(Mutaqqin Ariff 2010 Dan Lemone Burke, dkk,2015).


BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiyah terhadap penelitian yang

dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai

dengan identifikasi masalahnya (Hidayat,2007).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Buerger Allen excercise

terhadap tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2) pada pasien hipertensi

diwilayah kerja Puskesmas Sungai Puar tahun 2019. Adapun yang menjadi

variabel independent adalah Buerger Allen dan yang menjadi variabel

dependent adalah tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2).

Variabel Independent Variabel Dependent

Buerger Allen excercise Tekanan Darah dan Saturasi


Oksigen (SpO2)

Skema 3.1 kerangka konsep


3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.1

Pengaruh buerger allen excercise terhadap tekanan darah dan saturasi


oksigen (SpO2) pada pasien hipertensi primer diwilayah kerja
Puskesmas Sungai Puar tahun 2019

N Variabel Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur


o Operasional Ukur
1 Independent

Buerger Aktifitas yang Buerger Standar Dilakukan


Allent melibatkan Allent Operasional
excercise berbagai sendi excercise Prosedur
gerak atau dilakukan
pergerakan selama 18
kesegala arah menit
yang mana jika latihan
dilakukan dapat dilakukan
meningkatkan dua kali
aliran darah sehari
kedaerah dengan
ektermitas bagian rentang
bawah jarak
(Turan,2015) perenam
jam.
2 Dependent

Tekanan Gaya atau Pengukuran Sphingmom Rasio Terjadi


darah dorongan darah tekanan anometer penuruna
ke dinding arteri darah dan n tekanan
saat darah stetoskop darah
dipompa keluar
dari jantung Tidak
menuju keseluruh terjadi
tubuh penuruna
(price,2015) n tekanan
darah
3 Saturasi Jumlah Pengukuran Oksimeter Rasio < 95 %
oksigen hemoglobin yang saturasi dikatakan
(SpO2) berikatan dengan oksigen rendah
oksigen dalam >95%
arteri dikatakan
normal
3.3 Hipotesa

Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian sudah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaaan. Dilakukan sementara karena jawaban yang

diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belumdidasarkan pada

fakta-fakta empiris dimana diperoleh dengan pengumpulan data. Jadi hipotesa

juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum jawaban yang empirk (Sugiyono, 2013) berdasarkan

tinjauan pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

Ha : Ada pengaruh Buerger allen excercise terhadap penurunan tekanan

darah dan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) pada pasien hipertensi primer

diwilayah kerja Puskesmas Sungai Puar.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rencana tentang bagaimana cara

pengumpulan, pengolahan, dan menganalisis data secara sistematis dan

terarah agar penelitian dapat dilaksanankan secara efesien dan efektif agar

tercapainya tujuan tersebut (Nursalam, 2013). Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan metode Quasi experiment yang bertujuan untuk

mengetahui adanya pengaruh latihan Buerger Allent excercise terhadap

penurunan tekanan darah dan peningkatan saturasi oksigen pada pasien

hipertensi primer. Sedangkan jenis rancangan yang digunakan yaitu one

group pretest-postest design, dengan demikian hasil perlakuan dapat

diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan keadaan dimana

sebelum diberi perlakuan dan setelah diberikan perlakuan. Pada penelitian ini,

peneliti terlebih dahulu melakukan pre test dengan melakukan latihan

buerger allent selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah dan

saturasi oksigen (SpO2).


Bentuk rancanagan one group pretest-postest menurut Notoadmojo (2010)

dapat dijelaskan pada gambar

Pretest perlakuan postest

O1 X 02

Gambar 4.1 one group pretest-postest

Keterangan gambar :

01 = Pengukuran Tekanan Darah dan Saturasi Oksigen (SpO2) sebelum

dilakukan latihan Buerger Allent

X = perlakuan Buerger Allent excersice

02 = Pengukuran Tekanan Darah dan Saturasi oksigen (SpO2) setelah

dilakukan latihan Buerger Allent

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Sungai Puar dari tanggal 24 Juni

sampai 9 Juli 2019. Alasan peneliti melakukan penelitian di Puskesmas

Sungai Puar ini karena angka kejadian hipertensi mengalami peningkatan di

Puskesmas Sungai Puar dan tersedianya sampel yang diperlukan peneliti

dalam penelitian ini.


4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas ; objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien hipertensi primer yang ada di Puskesmas Sungai Puar.

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 65 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat mengnakan

sampel itu, maka kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus merupakan

representatif (mewakili). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 15 orang pasien hipertensi dengan mengunakan teknik

sampling purposive. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan

menggunakan rumus cross sectional yaitu sebagai berikut :


Rumus ;

( )
n= ( ) ( )

keterangan :

n = jumlah sampel

n = jumlah populasi

z = nilai satandar normal untuk α = 0,05 (1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui maka diangap 50 %

q = 1-p (100% - p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05)

jadi sampelnya yang digunakan dari 65 populasi, tingkat signifikan

95%

( )
Rumus: n = ( ) ( )

( )
= ( ) ( )

= ( )

= 15 respondent
4.3.3 Sampling

Teknik sampling atau pengambilan sampel merupakan berbagai cara

yang ditempuh untuk pengambilan sampel agar mendapatkan sampel

yang benar-benar sesuai denga seluruh objek penelitian tersebut

(Nursalam,2013).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling

proporsive. Sampling proporsive adalah teknik pengambilan sampel

berdasarkan kriteria tertentu (sugiyono,2013). Sampel diambil

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang

terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan kriteria skesklusi merupakan

kreiteria subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karana tidak

memenuhi syarat penelitian, menolak menjadi responden atau keadaan

yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Nursalam,2008).

Adapun yang memenuhi atau menjadi kriteria insklusi dalam sampel

penelitian ini adalah :

a. Kriteria Inklusi :

1) Pasien hipertensi primer yang berada dipuskesmas sungai puar

2) Pasien hipertensi primer yang baru terkena hipertensi dan

hipertensi berulang

3) Pasien hipertensi primer yang bersedia menjadi respondent

4) Pasien hipertensi primer yang koperatif.


5) Pasien hipertensi primer yang tidak sedang mengkonsumsi obat

b. Kriteria Eksklusi :

1) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi respondent

3) Pasien yang tidak koperatif.

4) Pasien yang sedang mengkonsumsi obat

5) Pasien yang tidak mengikuti latihan Buerger Allen Excercise

sampai selesai

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan suatu data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian (Notoatmojo, 201). Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu Sphygmomanometer dan Stetoskop yang digunakan

pada pengukuran tekanan darah, Oksymeter yang digunakan pada pengukuran

saturasi oksigen dan melakukan observasi terhadap buerger allent excercise

pada gerakan ekstrmitas bawah. Pengukuran pada penelitian ini mengunakan

pengukuran nyata dilapangan dan mengunakan alat yang telah sudah

terkalibrasi dan teruji kepatenannya.


4.5 Pengumpulan data

Peneliti meminta surat izin pengambilan data dan penelitian ke Institusi.

Setelah itu peneliti mengajukan surat penelitian ke Kantor Camat Sungai

Puar. Setelah mendapatkan surat balasan peneliti langsung memberikan surat

izin penelitian ke puskesmas sungai puar dan meminta data kunjungan poli

umum dengan hipertensi primer di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar.

Setelah mendapatkan data, peneliti merencanakan akan mengunjungi rumah

responden satu persatu yang ditemani oleh kader di wilayah kerja Puskesmas

Sungai Puar dan memberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan

prosedur penelitian yang dilaksanakan kepada responden. Setelah responden

memahami penjelasan yang diberikan, responden diminta persetujuannya

yang dibuktikan dengan menandatangani lembar persetujuan. Setelah

responden menandatangani lembar persetujuan peneliti kemudian membuat

kesepakatan dengan semua responden tempat dan waktu untuk melakukan

intervensi atau Buerger Allen exercise. Latihan akan dilakukan 2 kali per hari

selama 3 kali dalam seminggu dengan waktu 15-18 menit. Sebelum dilakukan

Buerger Allen exercise pada hari pertama peneliti akan memeriksa tekanan

darah dan saturasi oksigen (SpO2) responden terlebih dahulu, setelah

dilakukan Buerger Allen exercise selama 3 kali dalam seminggu peneliti akan

memeriksa kembali tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2) responden

sesudah melakukan Buerger Allen exercise. Pemeriksaan tekanan darah dan

saturasi oksigen (SpO2) akan dilakukan dengan menggunakan alat stetoskop,

spygnomanometer yang digunakan untuk mengukur tekanan darah dan


oksimeter untuk mengukur saturasi oksigen dan setelah itu hasil pengukuran

di catat ke lembar observasi penurunan tekanan darah dan saturasi oksigen

(SpO2). Setelah intervensi selesai selama 1 minggu, peneliti dapat mengakhiri

pertemuaan saat itu. Bagi responden yang tidak mengikuti Buerger Allen

exercise selama 3 kali dalam seminggu berturut-turut tidak dijadikan sampel.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

Menurut Notoadmojo (2012) lembaran format yang sudah dikumpulakn pada

penelitian kemuadian akan dianalisis, selanjutnya dilakukan pengolahan data

dengan sisitem komputerisasi dengan tahapan sebagai berikut :

a. Edit/editing

Editing merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk melakukan

pengecekan isian koesioner atau formulir. Setelah koesioner dan formulir

selesai diisi kemudian dikumpulkan langsung oleh peneliti dan

selanjutnya diperiksa kelengkapan data. Semua responden mengisi data

dengan lengkap dan tidak ada yang kosong.

b. Pengkodeaan/coding

Lembaran format yang telah terkumpul kemudian diberi kode, simbol

atau tanda, dan untuk nama sesorang hanya ditulis ini sial saja. Setelah

semua data yang didapat kemudian diedit dan disunting, contoh pengaruh

Buerger Allen excercise terhadap penurunan tekanan darah 1 = terjadi

penurunan 2 = tidak terjadi penrunan dan pada saturasi oksigen 1 =

terjadi perubahan 2 = tidak terjadi perubahan.


c. Penilaian/skoring

Dalam pemberian skoring digunakan skala yang merupakan salah satu

cara untuk menuntukan skor.

d. Memasukan Data/Entry

Setelah dilakukan coding data yakni jawaban-jawaban dari masing-

masing respondent yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) maka

dimasukan kedalam program SPSS sesuai dengan kebutuhan.

e. Pembersihan Data/Cleaning

Apabilasemua data dari setiap sumber data atau respondent selesai

dimasukan, maka perlu dilakukan pengecekan kembali yang berguna

untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalah dalam

pemberian kode, ketidak lengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan

pembetulan atau korelasi proses ini disebut dengan pembersihan data

(data cleaning).

f. Proses/processing

Kemudian tahap selanjutnya data diproses dengan mengelompokan data

kedalam variabel yang sesuai dengan mengunakan computerisasi.

4.7 Metode Analisa Data


Tahapan terakir pada penelitian ini adalah melakukan analisa data. Analisa

data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses computerisasi

(Notoadmojo, 2010).

a. Analisa Univariat

Analisa data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilakan distribusi presentasi

dari tiap variabel (Notoadmojo, 2002). Analisis univariat dalam

penelitian ini adalah variabel independent yaitu buerger allent excercise

dan variabel dependent yaitu penurunan tekanan darah dan saturasi

oksigen (SpO2). Analisis data numerik disajikan dalam bentuk mean,

standar deviasi, minimum, maksimum, maksimum terhadap data

kelompok intervensi. Sedangkan untuk data kategorik disajikan dalam

bentuk frekuensi dan presentase.

b. Analisa Bivariat

Analisisa bivariat bertujuan untuk melihat perbedaan antara sebelum dan

sesudah dilakukan Buerger Allen excercise, dimana dapat dilakukan

dengan mengukur tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan

sesudah perlakuan. Data yang dikumpulkan diolah dengan mengunakan

uji T dependent (paired t-test) yaitu apabila derajat kepercayaan 95%

atau < 0.05 berarti ada pengaruh Buerger Allent excercise terhadap

penurunan tekana darah dan sebaliknya apabila nilai derajat kepercayaan

>0,05 berarti tidak ada pengaruh buerger allent terhadap penurunan

tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2).


4.8 Etika Penelitian

a. Lembaran Persetujuan/Informed Concent

Informed concet merupakan bentuk persetujuan anatara peneliti dengan

responden penelitian terlebih dahulu dengan memberikan lembaran

persetujuan. Informed concent diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembaran persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan dari informent concent iyalah agar respondent mengerti maksut

dan tujuan dari penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka peneliti harus menghormati hak pasien.

b. Tanpa Nama/ Anonimity

Anonimityiyalah masalah yang diberikan jaminan dalam penggunaan

subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau atau

mencantumkan nama dari responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

c. Kerahasiaan/confidentialy

Masalah ini adalah masalah etika dan memberikan jaminan kerahasiaan,

baik informasi ataupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah terkumpul dijamin akan kerahasiaannya oleh peneliti.

Pertimbagan etika dalam penelitian ini juga sesuai dengan prinsip dasar

komite etik penelitian kesehatan indonesia (KNEP, 2007).


1. Martabat Manusia / Human Right

Peneliti menghormati harkat dan martabat manusia kepada

responden dengan memberikan kebebasan untuk memutuskan

sendiri keterlibatannya dalam penelitian.

2. Berbuat Baik/ Beneficience

Peneliti menerapkan prinsip etika berbuat baik dengan

meminimalkan resiko peneliti agar sebanding dengan manfaat yang

diterima dan peneliti merancang penelitian desain penelitian dengan

memenuhi persyaratan ilmiyah dan berdasar pada referensi terkait,

jika terjadi ketidak nyamanan pada responden, maka peneliti akan

menghentikan wawancara dan membebaskan kepada responden

untuk melanjutkan atau tidak.

3. Keadilan / justice

Justice merupakan peneliti berkewajiban untuk memberlakukan

partisipan secara adil dalam setiap tahapan penelitian, hal ini

diterapkan untuk memenuhi hak partisipasi untuk mendapatkan

penanganan yang adil. Peneliti tidak membeda-bedakan respondent

dalam penelitian.
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap

penurunan Tekanan Darah dan Saturasi Oksigen (SpO2) pada pasien hipertensi

primer di wilayah kerja Puskesmas Sungai Puar tahun 2019. Penelitian ini

telah dilakukan di Puskesmas Sungai Puar dari tanggal 24 Juni sampai 9 Juli

2019, dengan jumlah responden sebanyak 15 orang, dan telah disesuaikan

dengan kriteria sampel. Sampel pada penelitian ini melibatkan 8 orang pasien

laki-laki dan 7 orang pasien perempuan. Dengan rentang usia respondent

mulai 35 sampai 67 tahun.Uji statistik yang digunakan adalah paired sample t

test. Data ini berisikan data pengaruh Buerger Allen Exercise terhadap

penurunan tekanan darah dan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) pada pasien

hipertensi primer, setelah data dikumpulkan data diolah secara komputerisasi

dengan menggunakan SPSS dan disajikan dalam bentuk tabel.

5.2 Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk menganalisa variabel independent yaitu

pengaruh Buerger Allent excercise dan variabel dependent yaitu penurunan

tekanan darah dan peningkatan saturasi oksigen (SpO2) yang dinilai adalah

hasil dari pre dan post penurunan tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2)

setelah dilakukannya gerakan Buerger Allen Exercise .


5.2.1 Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Sebelum Melakukan Gerakan
Buerger Allen Exercise

Tabel 5.1
Rata-Rata Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Sebelum Melakukan
Gerakan Buerger Allen Exercise Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar
Tahun 2019

Variabel sebelum Mean Standar Deviasi N

Sistole 152.67 7.988


Diastole 92.67 7.988 15
Saturasi Oksigen 96.60 1.352

Berdasarkan tabel 5.1 rata-rata tekanan sistole sebelum melakukan Buerger

Allent excercise adalah 152.67 mmHg dengan standar deviasi 7.988, dan rata-

rata tekanan diastole adalah 92.67 mmHg dengan standar deviasi 7.988. Rata-

rata saturasi oksigen sebelum gerakan Buerger Allent excercise adalah 96.60,

dengan standar deviasi 1.352.

5.2.2 Tekanan darah Dan Saturasi Oksigen setelah Melakukan Gerakan


Buerger Allen Exercise
Tabel 5.2
Rata-Rata Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Sesudah Melakukan
Gerakan Buerger Allen Exercise Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar
Tahun 2019

Variabel sesudah Mean Standar N


Deviasi
Sistole 140.00 10.000
Diastole 82.67 8.837 15
SpO2 97.40 0.828
Berdasarkan tabel 5.2 rata-rata tekanan sistole sesudah melakukan gerakan

Buerger Allent excercise adalah 140.00 mmHg dengan standar deviasi

10.000, dan rata-rata tekanan diastole adalah 82.67 mmHg dengan standar

deviasi 8.837. Rata-rata saturasi oksigen sebelum gerakan Buerger Allent

excercise adalah 97.40, dengan standar deviasi 0.828.

5.3 Analisa Bivariat

Berdasarkan analisa bivariat yang peneliti lakukan dengan judul pengaruh

Buerger Allent excercise terhadap penurunan tekanan darah dan Peningkatan

saturasi oksigen (SpO2) pada pasien hipertensi primer di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Puar tahun 2019, dengan hubungan tekanan darah sebelum

perlakuan Buerger Allent excercise dengan tekanan darah sesudah perlakuan

menggunakan analisis paired test dengan alpha = 0,05.

5.3.1 Perbedaan Rata-Rata Penurunan Tekan Darah Dan Saturasi Oksigen


Sebelum Dan Setelah Melakukan Gerakan Buerger Allen Exercise

Tabel 5.3
Perbedaan Rata-Rata Penurunan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen
Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Gerakan Buerger Allen Exercise Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019

Variabel Mean SD SE P Value

Perbedaan Tekanan 12,667 7,037 1.817 0.000


Darah Sistole Sebelum mmHg
dan sesudah Melakukan
Gerakan Buerger Allen
Perbedaan Tekanan 10,000 5,345 1,380 0.000
Darah Diastole Sebelum mmHg
Dan Sesudah Melakukan
Gerakan Buerger Allen
Perbedaan Nilai Saturasi 0,8 0.941 0.243 0.005
Oksigen SpO2 Sebelum
Dan Sesudah Melakukan
Gerakan Buerger Allen
Exercise

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat rata-rata tekanan darah systole sebelum

dan sesudah melakukan Buerger Allent excercise adalah 12,667 mmHg

dengan standar deviasi 7,037. Hasil uji statistik tekanan darah sistole di

dapatkan p value 0.000. Sedangkan nilai perbedaan tekanan darah diastole

sebelum dan setelah melakukan gerakan buerger allen adalah 10,000 mmHg

dengan Standar Deviasi 5,345. Hasil uji statistik di dapatkan p value 0.000

maka dapat disimpulkan ada pengaruh gerakan Buerger Allent excercise

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi primer di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Puar tahun 2019. Data rata-rata perbedaan nilai

saturasi oksigen (SpO2) sebelum dan sesudah melakukan gerakan Buerger

Allen adalah 0,8 dengan Standar Deviasi 0.941. Hasil uji statistik nilai

saturasi oksigen SpO2 di dapatkan p value 0.005 maka dapat disimpulkan ada

pengaruh gerakan Buerger Allen Exercise terhadap nilai saturasi oksigen

SpO2 pada pasien hipertensi primer di wilayah kerja puskesmas sungai puar

tahun 2019.
5.4 Pembahasan

5.4.1 Analisa Univariat

5.4.1.1 Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Sebelum Melakukan Buerger


Allen Exercise Pada Pasien Hipertensi Primer Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat rata-rata tekanan sistole sebelum

152.67 mmHg dengan standar deviasi 7.988, dan rata-rata tekanan diastole

sebelum 92.67 mmHg dengan standar deviasi 7.988. Data rata-rata saturasi

oksigen sebelum 96.60, dengan standar deviasi 1.352.

Defenisi hipertensi menurut The Seventh Report of the joint National

Commite on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood

pressure (JNC VII) menyatakab bahwa penyakit hipertensi atau yang lebih

dikenal dengan penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan

dimana tekanan darah seseorang adalah ˃140 mmHg (tekanan sistolik) dan

atau >90 mmHg (tekanan diastolik). Nilai yang lebih tinggi (sistolik)

menunjukan fase darah yang dipompa oleh jantung, nilai yang lebih

rendah (diastolik) menunjukan fase darah kembali kedalam jantung (US

Depertement of health, 2012)

Hipertensi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang

mempengaruhi terhadap kejadian hipertensi yaitu aktivitas fisik. Menurut

Leonard Marvyn (dalam utami,2007) orang yang kurang melakukan

aktivitas fisik, pengontrolan nafsu makannya sangat labil sehingga

mengakibatkan konsumsi energy yang berlebihan mengakibatkan nafsu


makan bertambah yang akirnya berat badan naik dan dapat menyebabkan

kegemukan. Jika berat badan seseorang bertambah, maka volume darah

akan bertambah pula, sehingga beban jantung dalam memompa darah juga

bertambah. Beban semakin besar maka semakin berat kerja jantung dalam

memompa darah keseluruh tubuh sehingga tekanan perifer dan curah

jantung dapat menigkat kemudian menimbulkan hipertensi. Hal ini sejalan

dengan Penelitian Ralph Paffenharger, Ph.D., Orang yang tidak pernah

olahraga memiliki resiko mendapat tekanan darah tinggi 35% lebih besar.

Hasil penelitian lain menyimpulkan orang yang tidak pernah berlatih

olahraga resikonya bahkan mencapai 1,5 kalinya. Penelitian dr.Duncan

membuktikan, latihan atau olahraga selama 16 minggu akan menguranggi

kadar hormone norepinefrin dalam tubuh, yakni zat yang dikeluarkan

sistem saraf yang dapat menaikan tekanan darah. Berat badan yang

berlebih juga merupakan biang keladi tekanan darah tinggi karena orang

yang kegemukan akan mengalami kekurangan oksigen dalam darah,

hormone, enzim, serta kurang melakukan aktivitas fisik dan makan

berlebihan. Terlalu banyak lemak didalam tubuh dapat menyebabkan

badan memerlukan lebih banyak oksigen, karena jantung harus bekerja

lebih keras.

Penyebab terjadinya penurunan saturasi oksigen pada penderita obesitas

dan orang yang kurang melakukan latihan fisik diantaranya adalah

gangguan mekanika pernapasan akibat penimbunan jaringan adiposa yang

berlebihan disekitar dinding dada dan abdomen yang kemudian


mengakibatkan gangguan pertukaran O2 dan CO2 sehinga terjadi

penurunan PO2. Penurunan PO2 akan menyebabkan penurunan jumalah

oksigen yang terikat pada setiap gugus hame pada molekul hemoglobin

(%saturasi).

Menurut asumsi peneliti hipertensi dapat terjadi karena baerbagai faktor

resiko seperi gaya hidup klien yang biasa memakan makanan yang

berlemak, mengkonsumsi garam berlebihan dan aktifitas fisik/olahraga

yang kurag teratur. Salah satu penatalaksanaan yang dapat diberikan bagi

penderita hipertensi adalah penatalaksanaan non farmakologis seperti

melakukan aktifitas fisik dan olahraga secara teratur. Oleh karena itu

peneliti menggunakan Buerger Allent excercise sebagai pengobatan non

farmakologis bagi pasien hipertensi ringan.

5.4.1.2 Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Sesudah Melakukan Buerger


Allen Exercise Pada Pasien Hipertensi Primer Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.2 dilihat rata-rata tekanan sistole sesudah 140.00

mmHg dengan standar deviasi 10.000, dan rata-rata tekanan diastole

sesudah 82.67 mmHg dengan standar deviasi 8.837. sedangkan rata-rata

saturasi oksigen sesudah 97.40, dengan standar deviasi 0.828.

Melakukan aktifitas fisik mampu mendorong jantung secara optimal,

dimana olahraga untuk jantung mampu meningkatkan kebutuhan energi

oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana akibat peningkatan tersebut
akan meningkatkan aktivitas pernafasan dan otot rangka, dari peningkatan

aktivitas pernafasan akan meningkatkan aliran balik vena sehingga

menyebabakan peningkatan volume sekuncup yang akan langsung

meningkatkan curah jantung sehingga menyebabakan tekanan darah arteri

meningkat, sedangkan setelah tekanan arteri akan terjadi fase istirahat

terlebih dahulu, akibat dara vase ini akan mampu menurunkan aktivitas

pernafasan dan otot rangka dapat menyebabkan aktifitas saraf simpatis

meningkat, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung

menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi vena, karena penurunan

ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi

perifer total, sehingga terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwood

2015).

Buerger Allent excercise ini mengkombinasikan antara teknik muscule

pump dan daya gravitasi dimana perubahan grafitasi mempengaruhi

pendistribusian cairan dalam tubuh dengan cara membantu secara

bergantian pembuluh darah untuk mengosongkan dan mengisi kolom

darah, yang akirnya dapat meningkatkan transportasi darah melalui

pembuluh darah (Jackson, 1972; dalam Freire G & Karina S, 2015). Pada

posisi berdiri akan mengarahkan volume darah bergeser kearah

splanchnic, panggul dan pembuluh darah kaki. Hal ini dikarenakan adanya

gravitasi terhadap perubahan postural mengakibatkan pergeseran cairan

(Gisolf, 2005).
Gerakan fisik juga berpengaruh pada arus puncak ekspirasi (APE), sesuai

hasil penelitian yang dilakukan Tirtayasa 2015 menyatakan ada pengaruh

signifikan pelatihan senam asma terhadap arus puncak ekspirasi dan

saturasi oksigen. Senam asama juga dapat meningkatkan fungsi-fungsi

otot inspirasi maupun otot ekspirasi dan otot-otot pendukung pernapasan

lainnya seperti otot dinding perut, otot-otot tersebut akan lebih terlatih dan

bersinergi dalam meningkatkan fungsi pernapasan terutama dalam

pernapasan yang sukar dan dalam. Sehingga dengan peningkatan kinerja

otot-otot maka pentilasi perfusi dan difusi akan berjalan dengan lancar hal

ini sekaligus akan memelihara dan meningkatkan saturasi oksigen.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mellisha dan selmer (2016)

menemukan bahwa, untuk menilai efektifitas Buerger Allent excercise

terhadap gangguan perfusi perifer dan nyeri ekstermitas bawah pasien

DM, maka evaluasi dapat dilakukan pada hari ke enam. Hasil pre test pada

tingkat nyeri dari 4,33 (SD 1,88) dengan (p value = 0,001). Dan Menurt

penelitian yang dilakukan oleh John dan Rathiga (2015), menunjukan

latihan Buerger Allent excercise dengan durasi latihan 10-15 menit 2 kali

sehari dilakukan selama 5 hari dapat meningkatkan sirkulasi. Selanjutnya

posttest dilakukan pada pada hari ke-5 mengunakan alat ankle brachial

indeks (ABI). Di dapatkan hasilbahwa (p value = < 0,05).


Menurut asumsi penelitian tekanan darah responden mengalami penurunan

disebab kan oleh latihan Buerger Allent excercise yang mana secara

fisiologis latihan kaki memiliki pengaruh dengan adanya perubahan posisi

dan kontraksi otot, dengan latihan postural dapat meningkatkan sirkulasi

pembuluh darah vena serta sirkulasi perifer keekstermitas sehingga dapat

meningkatkan kebutuhan nutrisi yang lebih banyak lagi ke sel-sel tubuh,

maka dengan demikian dapat mempengaruhi terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi dan peningkatan oksigen didalam tubuh.

5.4.2 Analisa Bivariat

5.4.2.1 Perbedaan Rata- Rata Penurunan Tekanan Darah Dan Saturasi


Oksigen Sebelum Dan Sesudah Melakukan Buerger Allen Exercise
Pada Pasien Hipertensi Primer Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Puar Tahun 2019.

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat rata-rata perbedaan tekanan darah

sistole dan diastole sebelum melakukan gerakan Buerger Allent exercise

adalah 60,000 dengan standar deviasi 5,345 dan hasil uji statistik di

dapatkan p value 0,000. Sedangkan setelah dilakukannya gerakan Buerger

Allent excercise perbedaan sistole dan diastole adalah 67,333 dengan

standar devisiasi 4,577 hasil uji statistic didapat kan p value 0,000. Dan

untuk hasil rata-rata saturasi oksigen di dapatkan perbedaan rata-rata -800

dengan standar devisiasi 0,941 dengan hasil uji statistik p value 0,005.

maka dapat disimpulkan ada pengaruh gerakan Buerger Allen Exercise

terhadap nilai saturasi oksigen SpO2 pada pasien hipertensi primer di

wilayah kerja puskesmas sungai puar tahun 2019.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh John dan Rathiga (2015),

menunjukan latihan Buerger Allent excercise dengan durasi latihan 10-15

menit 2 kali sehari dilakukan selama 5 hari dapat meningkatkan sirkulasi.

Selanjutnya posttest dilakukan pada pada hari ke-5 mengunakan alat ankle

brachial indeks (ABI). Di dapatkan hasilbahwa (p value = < 0,05).

Sedangkan kelompok kontrol didapatkan nilai yang tidak signifikan (p

value = > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh gerakan

Buerger Allent excercise antara kelompok kontrol dengan kelompok

intervensi. Hai ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Chang-

cheng Chang et al, (2016) menunjukan bahwa sebelum intervensi buerger

allen exercise pada pasien ynag mengalami iskemia sedang didapatkan

nilai rata-rata sebelum dilakukannya intervensi adalah (p value = 0,001).

Sedangkan pada pasien yang mengalami iskemia berat nilai rata-rata

setelah intervensi (p value = 0,043). maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh gerakan Buerger Allent excercise terhadap penurunan tekanan

darah dan saturasi oksigen (SpO2).

Menurut asumsi peneliti penurunan tekanan darah dapat terjadi dalam

penelitian ini mengajarkan latihan Buerger Allent excercise yang

dilakukan 2 kali sehari sebanyak 3 kali dalam seminggu dengan waktu 15-

18 menit. Latihan Buerger Allent excercise dapat meningkatkan oksigen

dan metabolism muscule dikaki, mesntimulasi vasodilatasi dependent

endotel melalui paparan berulang, yang diinduksi oleh latihan. Latihan

Buerger Allent excercise dapat dikaitkan dengan latihan postural,


pengosongan dan pengisian pembuluh darah secara bolak-balik dapat

meningkatkan efesiensi sirkulasi kolateral lokal melalui sitimulasi system

pembuluh darah perifer,


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Hasil Penelitian didapatkan rerata tekanan sistole sebelum 152,67 mmHg

dengan standar deviasi 7,988 sedangkan rerata tekanan diastole sebelum

92,67 dengan standar deviasi 7,988. Dan rerata nilai saturasi oksigen

sebelum 96,60 dengan standar deviasi 1,352

6.1.2 Hasil penelitian didapatkan rerata tekanan sistole sesudah 140,00 mmHg

dengan standar deviasi 10,000 sedangkan rerata tekanan diastole sesudah

82,67 dengan standar deviasi 8,837, dan rerata nilai saturasi oksigen

sesudah 97,40 dengan standar deviasi 0,828.

6.1.3 Hasil penelitian didapatkan perbedaan rerata tekanan darah sistole sebelum

dan sesudah melakukan gerakan buerger allent exercise adalah 12,667

dengan standar deviasi 7,037 dan hasil uji statistik di dapatkan p value

0,000. Rerata perbedaan diastole sebelum dan sesudah dilakukannya

gerakan Buerger allent exercise adalah 10,000 dengan standar devisiasi

5,345 hasil uji statistic didapat kan p value 0,000. Dan untuk hasil rerata

saturasi oksigen di dapatkan perbedaan rerata 0,8 dengan standar devisiasi

0,941 dengan hasil uji statistik p value 0,005.


6.2 Saran

6.2.1 Bagi Peneliti

Diharapkan kepada peneliti untuk selalu meningkatkan pemahaman serta

pengetahuan tentang keperawatan medikal bedah, kususnya tentang

pentingnya latihan gerakan buerger allen excercise dalam perawatan non

farmakologis pada pasien hipertensi ringan. Selain itu juga diharapkan

kepada peneliti berikutnya untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi buerger allent excercise yang

dipadukan dalam atau dibandingkan dengan terapi komplementer

keperawatan lainnya pada klien dengan hipertensi ringan.

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi terbaru bagi mahasiswa

keperawatan mengenai penatalaksanaan terbaru bagi pasien hipertensi

serta dapat dijadikan sebagai bahan ajar tentang terapi nonfarmakologis

pada pasien hipertensi.

6.2.3 Bagi Lahan Penelitian

Penelitian ini dapat dimasukan menjadi salah satu program latihan fisik

ringan khususnya penanganan penyakit tidak menular pada pasien

hipertensi ringan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dan

derajat kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sungai Puar.


Daftar Pustaka

American College of Sport Medicine. ACSM’S guderlines for exercise testing and
prescription (Seventh Edition). Williams and Wilkims Lipincott, 2004.

Ali H.Z.,2002, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika, Jakarta.

Alimul, Aziz H., 2003, Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiyah, Edisi
1, Salmeba Medika, Jakarta.

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan. Edisi 1. EGC. Jakartarta

Asmadi, 2008, Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi, Salemba


Medika, Jakarta.

Brennan. E (2011). Brisk Walking pace. Diperoleh dari www.ballaonline.com/


articles/art.

Chang, C.C., Chen, M.Y., Shen, J.H., Lin, Y. Bin, Hsu, W.W., & Lin, B.S.
(2016). Aquantitative real-time assessment of buerger exercise on dorsal
foot peripheral skin circulation in patients with diabetes
foot. Nursing, 95 (46),e5334. doi.10.1097/MD. 0000000000005334.

Chang, C.F., Chang C.C., Hwang, S.L., & Chen, M.Y. (2015). Effects of buerger
exercisecombined health-promoting program on peripheral
neurovasculopathy among community residentsAt high risk for
diabeticfoot ulceration. Worldviews on EvidenceBased Nursing,12
(3),145–53.

Chang, C.,Chang C., & Chen, M. (2015) Effect of buerger’s exercise on


improving peripheral circulation : A Systemic Review , (February), 120-
128.

Dalimartha,et al (2008), care your self hipertension. Penebar plus : jakarta

Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitia Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI diabetes
mellitus. Journal of Psychology. Gangguan Sistem Persarafan.
Salemba Medika. Jakarta.
Depkes RI, 2006. Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi,
http://www.google.co.id/search?as_q= terapi+unuk+hipertensi ilmu
farmasi.

Dharmeizer, 2012. Hipertensi, Medicinus

Ganong, W. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Ganong, W.F. (2008). Fisiologi kedokteran. Ed ke- 22. (Petrus A., Penerj). Buku
asli diterbitkan tahun 2005. New York: McGraw Hill Medical.

Ganong WF. Jaringan Peka Rangsang: Otot. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
(Edisi Kedua puluh dua), Jakarta: EGC, 2008.

Gunawan-Lany,Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius 2005.

Gunawan L. Hipertensi : tekanan darah tinggi, yogyakarta : kanisius, 2001.

Hidayat, alimul, A. 2007. Riset keperawtan dan teknik penulisan ilmiyah.


Salemba medika. Jakarta

https://www.kajianpustaka.com/2012/10/peran-perawat-asuhan-
keperawatan.html?m=1

Indriyani, N. W. 2009. Deteksi Dini Kolesterol, Hipertensi dan Stroke.Jakarta:


Milestone.

James, P.A (2014). 2014 Evidance-Based Guidline For The Management Of High
Blood Pressure In Adult. Repoert From The Panel Members Appointed To
The Eighth Joint National Committee (JNC 8) JAMA, 507-520.

JNC. 2005. The Seventh Report of the Joint National Commitee on Prevention
Derection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure. Bethesa,
MD: U.S Departement of Health anf Human Servic

Kawasaki,.T.,Matsuo, K.,Matsumoto,K.,Harada,Y.,Chuman,T.,Uemura,T.,&
Murata,t.(2013). The effect of diferent on lower limbs skin perfusion
pressure. India journal of plastic Surgery, 46(3), 508.doi.10.4103/0970-
0358.121995.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Frandsen. G. (2008). Fundamental of Nursing
:Concepts, process, amd practice. Eighth Edition. Pear Education,
inc.,Upper saddle river, New Jersey

Lamkang,T.S(2017). Open acces effectiveness of buerger allen exercise on level


of lower extremity perfusion among patient with type2 diabetes mellitus.
International journal of development research saveetha medical, 7,14723-
14726

Lemone, P., & Burke, K. (2008). Medical surgical nursing : critical thinking in
patient care. 4thEd. New Jersey : Pearson education.

Mansjoer Arif.,Triyanti Kuspuji., Rakhmi savitri.,Wardani ika wahyu.,et al.


2011.Kapita selekta kedokteran. Edisi Ketiga jilid pertama. Medina
Aesculapius. Fakultas kedokteran univeritas indonesia

Mahardani,N.M.A.F.,2010, Pengaruh Senam Jantung Sehat Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Diclub Jantung Sehat Klinik
Kardivaskuler Rumah Sakit Hospital Cinere Tahun 2010

Mellisha, M,S,E,S.,& Sc,M,N,(2016). Effectiveness of buerger allen exercise on


lower extremity perfusion and pain among patients with type 2 diabetes
mellitus in selected hospital in chennai.5(7),1822-1826.

Muttaqin, Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan

Nursalam.2003, konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan.


Pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawtan. Salemba
medika. Surabaya. nursing concepts, process, and practice, 10th ed. New
Jersey: Pearson Prantice Hall.

Palar, Chrisly M. 2015 Manfaat Latihan Aerobic Terhadap Kebugaran Fisik


Manusia. Volume 3 Nomor 1: 2015

Potter & Perry, 2005, Keperawatan Fundamental, Vol. 1, Edisi Terjemahan, EGC,
Jakarta.

Potter & perry (2005). Buku ajar fundamental keperawatan ; konsep, proses dan
praktik. Edisi 4 jakarta . EGC
Price, S.A.,& Wilson, L.M.,2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.Vol. 1.Edisi keenam, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Sherwood. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. EGC, Jakarta

Smeltser, S., & Bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal medah. Jakarta
:Buku Kedokteran EGC.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sustarni L. 2006. Hipertensi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka

Turan, B., Osar, Z., Damci, T., & Ilkova, H. (2002). The role of coping with
disease in adherence to treatment and disease control in type 1 and 2

Yasushi S, yasushi O, Etsuko K & Koji n. Effect of Truck Driving on Health of


japanese Middle Aged Male Workers of a Transport Company- Multiple
Regressio Analyses for Blood Pressure and HbA. Department of Hygiene,
School of Medicine, Chiba university : 2006. Diunduh dari
http://sciencelinks.ip?i-east/200105/000020010500A1004083.php

WHO (World Health Organization). (2012) report of hypertension, geneva.

Widianto, budi dan L.S.Yamin,2014. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Wibiso


Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri Pada Pasien Infark
Miokard Akut (MIA), Jawa Tengah : Nursing Lecture Of Semarang Helth
Politecnic 2014

Wijono D.,2000, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Air Langga University-


Press, Surabaya.
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak/ibu/Sdr/l Calon responden

Di

Tempat

Dengan Hormat

Saya yang bertanda tanagan dibawah ini, mahasiswa program studi sarjana
keperawatan STIKes Perintis Padang Kampus II bukittinggi.

Nama : Ilhami Putri

Nim : 1514201045

Bermaksut akan melakukan penelitian dengan judul “pengaruh Buerger Allen


excercise terhadap penurunan tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2)
pada pasien hipertensi di wilayah keja puskesmas sungai puar tahun 2019”.

Adapun tujuan penelitian ini untuk kepentingan pendidikan peneliti, dan segala
informasi yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya dan peneliti bertanggung
jawab apabila informasi yang diberikan akan merugikan bagi respondent, maka
peneliti mohon kesediaan Bapak/ibu/Sdr/l untuk menandatangani lembar
peretujuan.

Bukittinggi, Juni 2019

Penulis

ILHAMI PUTRI
Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tanggan dibawah ini

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi respondent peneliti yang

dilakukan oleh mahasiswa program studi S1 keperawatan STIKes Perintis Padang

Kampus II bukittinggi yang berjudul “Pengaruh Buerger Allen Excercise

Terhadap Penurunan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen (Spo2) Pada

Pasien Hipetensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar Tahun 2019”.

Demikianlah pernyatan pesetujuan ini saya tanda tangani agar dapat

dipergunakan sebagai mana mestinya.

Bukittinggi, Juni 2019

Responden

( )
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

Pengaruh Buerger Allent Excercise Terhadap penurunan Tekanan


Darah dan Peningkatan Saturasi Oksigen (SpO2) Pada Pasien
Hipertensi primern Diwilayah Kerja Puskesmas Sungai Puar
Tahun 2019

Identitas respondent

No Respondent ;

Tanggal ;

Nama ; (boleh tidak diisi)

Jenis kelamin ; laki-laki perempuan

Umur ;

Pendidikan ; SD SMA

SMP PT

Pekerjaan ; Petani PNS

Wirasuasta lainnya
Lampiran 4

Lembar Observasi Pelaksanaan Buerger Allent Excercise serta hasil


pengukuran tekanan darah dan saturasi oksigen (SpO2)

Pelaksanaan Buerger Allent Excercise


Hari
Tekanan darah Saturasi oksigen

Pre test Post test Pre test Post test

1
2
3

4
5

10

11

12

13

14

15
Lampiran 5

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

1. Pengertian :
Cara pemeriksaan Tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi

2. Tujuan :
Untuk megetahui nilai tekanan darah

3. Alat dan Bahan


a. Sphignomanometer (tensi meter) yang terdiri dari
a) Manometer air raksa dan klop penutup dan pembuka
b) Manset udara
c) Slang karet
d) Pompa udara dari karet dan sekrup pembuka penutup
b. Stetoskop
c. Pena dan buku catatan tekanan darah dan nadi

4. Prosedur
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tanggan
3. Atur posisi pasien
4. Letakan tangan yang hendak diukur dengan posisi telentang
5. Lengan baju dibuka
6. Pasang lanset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat atau longgar)
7. Tentukan denyut arteri radialis
8. Letakkan diagframa stetoskop diatas nadi brachialis
9. Pompa balaon udara manset sampai denyut nad ateri tidak teraba
10. Pompa terus samapai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari denyut
nadi radialis tidak teraba
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan
dengan memutar sekrup pompa udara berlawanan dengan arah jarum jam
12. Catat hasil pengukuran tekanan darah ynag didapatkan
13. Cuci tanggan setelah prosedur dilakukan
Lampiran 6

LEMBAR PENGAWASAN RESPONDENT

Inisial : Jenis Kelamin :

Usia : Alamat :

Sebelum latihan Latihan 1 minggu Sesudah latihan


Hasil Tekanan senin kamis Minggu Hasil Tekanan
Darah Pukul Pukul Pukul Pukul Pukul Pukul Darah
08.00 16.00 08.00 16.00 08.00 16.00

Petunjuk :
1. Tuliskan tanggal saat respondent melakukan latihan.
2. Berilah tanda (√) pada kolom hari/tanggal dan sesuaikan dengan waktu latihan
3. Peneliti akan memriksa dan menuliskan hasil Tekanan Darah

Peneliti Pengawas Latihan

( ILHAMI PUTRI ) ( )
Lampiran 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN SATURASI OKSIGEN (SpO2)

1. Pengertian
Monitor satu rasi oksigen merupakan teknik monitoring non invansive
untuk mengukur saturasi oksigen arteri dan fungsi hemoglobin, nilai
normal 97-99%

2. Tujuan
a. Menilai data dasar saturasi oksigen yang merupakan bagian pengkajian
oksimeter
b. Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang sering berubah terutama
pada keadaan kritis.
c. Mengevaluasi respon pasien terhadap aktivitas oksigen pasien seperti
suction, reposisi, merubah konsentrasin O2.

3. Kebijakan
Memenuhi kebutuhan oksigen

4. Prosedur
a. Persiapan alat
Pulse oksimetri beserta sensornya

b. Cara kerja
Cuci tanggan
Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah dan kotoran lain
Pilih lokasi yang tepat sasuai lokasi tempat sensor
Sambungkan oksimeter dengan menekan tombol power on/off
Sambungkan sensor lempeng/ klip pada tanggan, kaki atau
telingga

c. Hal-hal yang harus diperhatikan


Lokasi tempat penempatan sensor
Sensor klip ditempatkan pada jari telunjuk tanggan atau
telingga
Sensor lempeng ditempatkan pada jari-jari, ibu jari kaki atau
hidung.
Lampiran 8

LEMBAR PENGAWASAN RESPONDENT

Inisial : Jenis Kelamin :

Usia : Alamat :

Sebelum latihan Latihan 1 minggu Sesudah latihan


Hasil Saturasi senin kamis Minggu Hasil Saturasi
Okigen Pukul Pukul Pukul Pukul Pukul Pukul Okigen
(SpO2) 08.00 16.00 08.00 16.00 08.00 16.00 (SpO2)

Petunjuk :
1. Tuliskan tanggal saat respondent melakukan latihan.
2. Berilah tanda (√) pada kolom hari/tanggal dan sesuaikan dengan waktu latihan
3. Peneliti akan memriksa dan menuliskan Hasil Saturasi Okigen(SpO2)

Peneliti Pengawas Latihan

( ILHAMI PUTRI ) ( )
Lampiran 9

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)

BUERGER ALLEN EXERCISE

1. Pengertian

Buerger Allen exercise merupakan suatu latihan aktivitas yang memanfaatkan


gaya gravitasi dan gerakan-gerakan sederhana dari kaki yang bertujuan untuk
meningkatkan dan melancarkan peredaran darah pada daerah kaki,

2. Prosedur
Latihan Buerger Allen exercise dilakukan sebanyak 6 kali dalam 7 hari.
Setiap minggu dilakukan sebanyak tiga kali dan setiap kali latihan dilakukan
sebanyak 2 kali pada jam 08.00 WIB dan jam 16.00 WIB. Durasi setiap
latihan ± 18 menit.

Adapun tahapan yang harus dilakukan dalam latihan diantaranya sebagai


berikut :
1. Saat melakukan latihan Buerger Allen, penderita harus berbaring dalam
posisi terlentang selama ± 3 menit.
2. Kemudian angkat kaki ke tempat yang lebih tinggi dengan sudut ± 45˚
selama ± 3 menit.

3. Selanjutnya silahkan bangun dan duduk dipinggir tempat tidur


dengan posisi kaki menggantung. Kemudian tekuk kaki anda ke atas
semaksimal mungkin dan regangkan kaki anda ke arah bawah, lakukan
gerakan tersebut selama kurang lebih 3 menit.

4. Gerakan selanjutnya yaitu, gerakkan kaki anda selama 3 menit kearah


samping luar dan kearah samping dalam.
5. Kemudian tekuk jari-jari kaki anda ke bawah dan tarik jari-jari kaki
anda ke atas, lakukan gerakan tersebut selama kurang lebih 3 menit.

6. Setelah anda melakukan gerakan-gerakan tersebut, silahkan berbaring di


tempat tidur dengan menyelimuti seluruh kaki menggunakan selimut
selama kurang lebih 3menit.

Anda mungkin juga menyukai