4. Standar Evaluasi
Standar evaluasi yang digunakan adalah yang diatur dalam Standar Audit Intern
Pemerintah Indonesia.
5. Metode Evaluasi
Metodologi yang digunakan dalam evaluasi pengelolaan destinasi wisata adalah
Evaluasi Mendalam (in-depth evaluation atau disebut evaluasi saja), yaitu
evaluasi yang dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi, data analisis,
studi banding, uji oleh pakar independen, konfirmasi, pengujian, dan penelitian
terbatas pada program/kegiatan tertentu serta ditambah dengan pengujian dan
pembuktian di lapangan. Adapun fokus kegiatan evaluasi yaitu:
a. Pengumpulan data dan dokumen Belanja Modal (53) serta sarana dan
prasarana eksisting pada Satker.
b. Pengumpulan data dan dokumen pengadaan sarana dan prasarana yang
menggunakan sumber biaya SBSN pada Satker.
c. Pelaksanaan evaluasi (pengumpulan dan pengujian bukti evaluasi,
pengembangan temuan permasalahan dan pendokumentasian) terhadap hal-
hal sebagai berikut :
1) Nilai appraisal potensi PNBP versi negara dengan versi UPT.
2) Kesenjangan antara nilai PNBP dengan biaya pengelolaan.
3) Pengaruh ekowisata di kawasan konservasi terhadap peningkatan ekonomi
lokal.
4) Uji kepuasan publik terhadap pengelolaan destinasi wisata pada kawasan
konservasi.
5) Kontribusi investasi pihak swasta selaku pelaku usaha terhadap keadilan
ekonomi dan kepentingan masyarakat lokal.
d. Pengungkapan kelemahan dan rekomendasi atas pengelolaan Destinasi
Wisata.
e. Pengumpulan data tiket masuk dan pelaporan keuangan.
f. Analisa terhadap kondisi kelayakan lokasi dalam pengelolaan sampah,
keselamatan pengunjung, dan sosial budaya.
Evaluasi telah dilakukan pada beberapa unsur pengelolaan destinasi wisata, dan
terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut:
S.946/Menlhk/Setjen/
Saat PLA.2/10/2019
No. SDM Selisih
evaluasi +/-
B ABK
ABK
1 2 3 4 5 6 7 (3-5)
1 Sub Bag Tata Usaha 15 31 30 1 -15
2 SPTN Wil. I 21 23 28 -5 -7
3 SPTN Wil. II 16 16 28 -12 -12
S.946/Menlhk/Setjen/
Saat PLA.2/10/2019
No. SDM Selisih
evaluasi +/-
B ABK
ABK
1 2 3 4 5 6 7 (3-5)
Jabatan Pelaksana
/Fungsional di Bawah Kepala
4 Balai 11 1 3 -2 8
Jumlah 63 71 89 -18 -26
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) non struktural saat ini sebanyak 63 orang,
sesuai ABK sebanyak 89 (orang), sehingga terdapat kekurangan sebanyak 26
orang.
d. Izin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA)
IUPJSWA yang ada di TNGM sebanyak 2 (dua) buah telah berakhir masa
berlakunya, dan dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
e. Social Culture Risk
Dalam pengelolaan wisata alam, BTN Gunung Merapi belum pernah menyusun
kajian social culture risk terhadap destinasi wisata.
6. Mitigasi Bencana.
BTN Gunung Merapi sebagai taman nasional yang mempunyai risiko bencana
alam erupsi vulkanik, belum membuat dokumen perencanaan penanggulangan
bencana, tetapi telah Menyusun Feasibility Study (FS) dengan melakukan analisis
kebencanaan terhadap Obyek Wisata Alam (OWA).
7. Uji Persepsi Publik
a. BTN Gunung Merapi belum pernah melakukan survei kepuasan terhadap
pengunjung di obyek wisata alam yang ada di TN Gunung Merapi, sehingga
tidak diperoleh persepsi publik terhadap pengelolaan OWA yang ada di TNGM.
b. BTN Gunung Merapi mempunyai website dengan alamat
www.tngunungmerapi.org dan mengelola media sosial. Namun aktivitas
promosi wisata pada website tersebut kurang aktif.
8. Protokol Kesehatan COVID-19
Dalam pengelolaan wisata alam terkait pelaksanaan protokol kesehatan COVID-
19, BTN Gunung Merapi telah melakukan upaya-upaya antara lain:
a. Penyemprotan menggunakan cairan disinfektan secara berkala terhadap
fasilitas yang sering digunakan secara bersama-sama.
b. Melakukan pengukuran suhu tubuh pada saat masuk tempat wisata.
c. Dengan menggunakan pengeras suara petugas secara berkala menyampaikan
informasi berupa himbauan wajib memakai masker, menjaga jarak minimal 1
meter, dan cuci tangan di seluruh lokasi.
d. Membatasi jumlah pengunjung yang masuk maksimal 50%.
e. Laporan kesehatan harian pegawai di areal OWA telah dilaporkan secara
online.
Namun pembayaran tiket masuk dan lainnya masih menggunakan uang secara
tunai, belum menerapkan metode pembayaran non tunai /secara elektronik (e-
tiketing)
Terhadap permasalahan yang telah dikemukakan di atas, kami merekomendasikan
kepada Saudara agar melakukan perbaikan sebagai berikut:
1. dalam membangun sarana dan prasarana pengembangan pariwisata alam
mengacu pada rencana kebutuhan dalam rencana induk (master plan)
pengembangan pariwisata alam;
2. mengupayakan penyediaan tempat penampungan sampah sementara sebelum
sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir;
3. melakukan sosialisasi melalui pemasangan papan informasi, poster/leaflet
terkait pengurangan dan penanganan sampah;
4. membuat SOP yang mengatur dan merinci barang bawaan dan pembatasan
jumlah barang yang diperbolehkan dibawa oleh pengunjung khususnya untuk
pendaki;
5. mengupayakan kerja sama pengelolaan sampah yang ada di kawasan wisata
alam dengan Pemda;
6. melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan sampah yang ada di kawasan
wisata alam secara periodik;
7. memperbaiki kajian DDDT dengan mempertimbangkan faktor koreksi lokasi
OWA (Real Carrying Capacity), dan faktor SDM pengelolanya (Effective
Carrying Capacity);
8. menyusun rencana induk (master plan) pengembangan pariwisata alam dengan
mempertimbangkan DDDT;
9. memerintahkan petugas penatausahaan tiket masuk untuk menatausahakan
dengan menggunakan komputer dan melakukan update penatausahaan karcis
masuk setiap bulannya;
10. menertibkan penatausahaan penggunaan SIMAKSI, dan memonitor kewajiban
pelaporan oleh pemegang SIMAKSI;
11. menyusun target pengunjung sebagai salah satu sumber penghitungan estimasi
PNBP;
12. menyampaikan laporan bulanan penerimaan PNBP kepada Ditjen KSDAE;
13. berkonsultasi dan berkoordinasi dengen Dirjen KSDAE terkait NSPK e-Ticketing
dan online booking dan segera mengupayakan penggunakaan e-Ticketing dan
online booking untuk kegiatan wisata alam, terutama untuk wisata pendakian;
14. merencanakan kegiatan inventarisasi dan identifikasi obyek dan daya tarik
wisata dan rekreasi dalam Kawasan;
15. merencanakan dan mengembangkan pariwisata yang melibatkan masyarakat
sekitar Kawasan serta pihak terkait (komunitas sepeda downhill, ATV, dll);
16. meningkatkan nilai METT terutama yang berkaitan dengan pengelolaan wisata
alam pada aspek proses dan output sesuai dengan kriteria penilaian;
17. menyampaikan usulan penambahan kekurangan pegawai sesuai ABK untuk
Balai Taman Nasional Gunung Merapi kepada Sekretaris Ditjen KSDAE;
18. menyusun kajian social culture risk terhadap destinasi wisata;
19. menyusun dokumen perencanaan penanggulangan bencana terhadap OWA
yang berisiko tinggi terhadap bencana erupsi Gunung Merapi;
20. melakukan survei terhadap kepuasan pengunjung apabila aktivitas wisata telah
berjalan normal, sehingga diperoleh persepsi publik terhadap pengelolaan OWA
yang ada di TNGM;
21. meningkatkan aktivitas promosi pariwisata TNGM melalui media sosial yang ada
(website dan Instagram), dan mengembangkan dengan platform media sosial
lainnya (misalnya facebook, twitter, Tik Tok,dll);
22. berupaya melaksanakan transaksi pembayaran tiket masuk dengan
menggunakan sistim e-ticketing/online booking.