Anda di halaman 1dari 34

BAB I

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor
P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Taman Nasional Jo. Peraturan Menteri LHK Nomor
P.47/Menlhk/Setjen/OTL.0/5/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri LHK
Nomor P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Balai Taman Nasional (BTN) Gunung Merapi
memiliki fungsi: inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana
pengelolaan; perlindungan dan pengamanan kawasan; pengendalian dampak
kerusakan sumber daya alam hayati; pengendalian kebakaran hutan; pengembangan
dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk kepentingan non komersial;
pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumber daya
genetik dan pengetahuan tradisional di dalam kawasan; pengembangan dan
pemanfaatan jasa lingkungan; evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan
penutupan kawasan; penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran
konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya; pengembangan kerja sama dan
kemitraan bidang konservasi sumber daya alam dan ekosistemnya; pemberdayaan
masyarakat di dalam dan sekitar kawasan; dan pelaksanaan urusan tata usaha dan
rumah tangga serta kehumasan.
Hasil audit kinerja terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut, ditemukan
kelemahan-kelemahan sebagai berikut.
1. Rencana induk (masterplan) pengembangan pariwisata alam sebagai dasar
pembangunan sarana prasarana wisata alam belum seluruhnya dibuat, antara lain
terdapat beberapa Objek Wisata Alam (OWA) yang belum memiliki (masterplan),
namun telah dilakukan pembangunan Sarpras wisata alam yang pembangunannya
didasarkan pada studi kelayakan (feasibility study) dan desain fisik (Detailed
Engineering Design/DED).
Hal ini disebabkan Kepala Sub Bagian Tata Usaha kurang proaktif melakukan
usulan pembuatan rencana induk. Akibatnya pembangunan sarana prasarana
sebagai penunjang wisata alam berpotensi tidak efektif dan prinsip konservasi
pelestarian lanskip kawasan tidak tercapai.
2. Pelaksanaan kegiatan patroli bersama Masyarakat Mitra Polisi Hutan (MMP) belum
sesuai ketentuan, antara lain balai belum melakukan evaluasi kinerja anggota MMP
yang ditetapkan pada Surat Keputusan (SK) Kepala Balai Nomor
46/BTNGM/Lind/12/2018 tanggal 27 Desember 2018.
Hal ini disebabkan Kepala BTN Gunung Merapi kurang cermat dalam melaksanakan
pengawasan dan pengendalian kegiatan patroli bersama MMP serta belum
melakukan evaluasi kinerja anggota MMP. Akibatnya pelaksanaan kegiatan patroli
bersama MMP tidak sepenuhnya dapat memberikan jaminan perlindungan hutan
dan belum dapat diketahui kinerja MMP.
3. Peralatan patroli polisi kehutanan tidak sesuai standar, yaitu pelaksanaan patroli
tidak menggunakan standar peralatan yang lengkap, anggota polisi kehutanan tidak
menggunakan senjata api selama patroli.
Hal ini disebabkan Kepala BTN Gunung Merapi kurang cermat dalam pemenuhan
standar peralatan polisi kehutanan. Akibatnya keamanan kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi tidak tercapai.

1
4. Pemeliharaan demplot anggrek sebagai tanaman lokal Gunung Merapi belum
optimal, antara lain terjadi penurunan jumlah Anggrek Merapi, baik di lokasi halaman
kantor BTN Gunung Merapi maupun di lokasi pengembalian Anggrek Merapi tahun
2017, jadwal pengembalian Anggrek Merapi ke habitatnya di alam tidak jelas,
Kepala BTN Gunung Merapi belum membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan
Kelompok Tani Hutan (KTH) Ngudi Makmur dan KTH Sekar Arum dalam melakukan
upaya penguatan fungsi pengawetan jenis-jenis tumbuhan lokal Taman Nasional
Gunung Merapi. PKS baru dilaksanakan dengan Forum Peduli Lingkungan (FPL
Palem).
Hal ini disebabkan penanggung jawab pemeliharaan Anggrek Merapi kurang proaktif
melakukan pengawasan pemeliharaan. Akibatnya tujuan kegiatan pemeliharaan
dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangan Anggrek Merapi tidak tercapai.
5. Kegiatan pemulihan ekosistem di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi belum
optimal, antara lain data dan informasi atas pelaksanaan Pemulihan Ekosistem (PE)
tahun-tahun sebelumnya (2017, 2018 dan 2019), yang meliputi lokasi hasil
penanaman, hasil suksesi alam, dan peta lokasi PE tidak ada. Sehingga data secara
time series tidak tersedia dan monitoring serta evaluasi hasil PE belum pernah
dilaksanakan.
Hal ini disebabkan Kepala BTN Gunung Merapi lemah dalam melakukan
pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan PE. Akibatnya tujuan
dan target PE berpotensi tidak tercapai.
6. Wisata konservasi pendukung Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) belum
optimal, antara lain sumber PNBP pada BTN Gunung Merapi masih bergantung
pada pendakian puncak Gunung Merapi, kurangnya upaya promosi terhadap hal-hal
yang dapat dilakukan oleh pengunjung OWA, dalam hal meningkatkan minat
pengunjung untuk melakukan wisata konservasi seperti upaya menanam bibit
tanaman hutan dan melepas burung di kawasan taman nasional. Pada leaflet/brosur
OWA Jurang Jero dijelaskan masih terbatas pada wisata edukasi persemaian yang
bekerjasama dengan kelompok tani, belum dijelaskan sampai dengan tahap
penanaman oleh pengunjung.
Hal ini disebabkan Kepala Sub Bagian Tata Usaha kurang proaktif melakukan
promosi pada OWA, selain pendakian puncak Gunung Merapi. Akibatnya
pembangunan Sarpras pendukung OWA tidak efektif dan target PNBP setiap tahun
tidak tercapai.
7. Anggaran dan realisasi akun belanja barang dan modal tidak sesuai peruntukannya,
yaitu terdapat belanja yang tidak sesuai peruntukannya dan pengungkapan atas
penggunaan seluruh belanja penanganan pandemi Covid-19 belum disajikan secara
jelas dan rinci pada CaLK LRA Semester I Tahun 2020.
Hal ini disebabkan Kepala Sub Bagian Tata Usaha kurang cermat dalam
menggunakan akun Belanja Modal, Belanja Barang dan Belanja Penanganan
Pandemi Covid-19. Akibatnya Belanja Modal yang disajikan lebih tinggi dari nilai
aset tetap yang tercantum dalam Neraca Semester I Tahun 2020.

2
B. REKOMENDASI

Terhadap kelemahan-kelemahan tersebut, kami sampaikan rekomendasi kepada


Kepala BTN Gunung Merapi agar :
a) memerintahkan Kasubag Tata Usaha untuk membuat rencana induk (masterplan)
pengembangan pariwisata alam pada OWA Kali Kuning, Jurang Jero, Deles-
Sapuangin, jalur pendakian Selo, Songgobumi dan Gemer sebagai dasar
pembangunan sarana prasarana pendukung wisata alam;
b) melakukan evaluasi kinerja terhadap MMP;
c) melakukan revisi SK MMP berdasarkan hasil evaluasi kinerja;
d) meminta arahan kepada Dirjen KSDAE terkait permasalahan senjata api di BTN
Gunung Merapi;
e) memerintahkan penanggung jawab pemeliharaan Anggrek Merapi untuk:
1) membuat SOP dan jadwal pelaksanaan pengembalian Anggrek Merapi ke habitat
alam, baik untuk Anggrek Merapi hasil pemeliharaan di halaman kantor BTN
Gunung Merapi maupun Anggrek Merapi di KTH Ngudi Makmur, KTH Sekar
Arum dan FPL Palem;
2) melakukan pendataan kembali jenis dan jumlah Anggrek Merapi pada KTH Ngudi
Makmur;
3) mencari informasi Diklat pemeliharaan Anggrek Merapi dan ikut menjadi peserta
dalam rangka peningkatan kemampuan teknis;
f) memerintahkan Kepala Resort Pakem Turi untuk melakukan peningkatan
pengamanan di lokasi pengembalian habitat Anggrek Merapi;
g) memerintahkan penanggung jawab PE untuk segera menghitung dan memenuhi
kebutuhan bibit pada lokasi PE yang telah direncanakan tahun 2020;
h) melakukan update data luasan hasil PE yang telah dicapai mulai tahun 2018 sampai
dengan tahun 2020, yang meliputi lokasi PE, baik yang dilakukan dengan suksesi
alam maupun dengan penanaman, dan peta lokasi PE;
i) melakukan promosi melalui media leaflet/brosur dan media sosial terkait Sarpras
pendukung pada seluruh fasilitas OWA yang ada dengan menambahkan objek
wisata konservasi;
j) melaksanakan aktivitas wisata konservasi berupa menanam pohon dan melakukan
pelepasan burung di OWA wilayah kerja BTN Gunung Merapi dengan melibatkan
masyarakat setempat;
k) melakukan pelatihan kepada pemandu wisata pada lokasi OWA yang dikelola
sampai dengan mendapatkan sertifikat;
l) meningkatkan pengawasan dan pengendalian mulai dari perencanaan, pelaksanaan
hingga pertanggungjawaban maupun pelaporan keuangan;
m) memerintahkan kepada:
1) Kasubbag TU untuk:
a) lebih cermat dalam menggunakan akun belanja dalam penganggaran
belanja Satker;
b) merevisi akun belanja untuk Belanja Penanganan Pandemi Covid-19 pada
RKA-K/L tahun 2020;
c) melakukan ralat SPM terhadap belanja modal peralatan dan mesin dan
belanja bahan yang tidak tepat penggunaannya yang sudah terealisasi.
2) Petugas SAIBA untuk memperbaiki dengan menjelaskan dalam CaLK Semester
I Tahun 2020 atas penggunaan belanja modal peralatan dan mesin dan belanja
barang yang masih belum sesuai ketentuan.

3
BAB II
PENDAHULUAN

A. Dasar Audit

1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.83/MenLHK-II/2015
tentang Penyelenggaraan Pengawasan Intern Lingkup Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan;
3. Peraturan Inspektur Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.04/ITJEN/SETITJEN/OTL/12/2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Audit
Kinerja Satuan Kerja Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
4. Program Kerja Pengawasan Tahunan Inspektorat Jenderal Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020;
5. Surat Tugas Inspektur Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor ST.201/Itjen/Itwil.2/Was.3/10/2020 tanggal 7 Oktober 2020

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan
a. memberikan keyakinan yang memadai atas keekonomisan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan serta ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi,
pelaksanaan program dan kegiatan prioritas nasional serta aspek
pendukungnya;
b. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi, pelaksanaan program dan kegiatan
prioritas nasional serta aspek pendukungnya; dan
c. memberikan rekomendasi berupa langkah-langkah perbaikan kinerja untuk
meningkatkan keekonomisan, efisiensi, efektivitas, serta ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam penyelenggaraan tugas
dan fungsi, pelaksanaan program dan kegiatan prioritas nasional serta aspek
pendukungnya.
2. Sasaran
Sasaran audit kinerja adalah pelaksanaan tugas dan fungsi, pelaksanaan program
dan prioritas nasional serta aspek pendukungnya pada Balai Taman Nasional
(BTN) Gunung Merapi

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup audit kinerja adalah pengujian atas pelaksanaan tugas dan fungsi,
pelaksanaan program dan kegiatan prioritas nasional serta aspek pendukungnya
pada satuan kerja BTN Gunung Merapi meliputi aspek keekonomisan, efisiensi,
efektivitas dan ketaatan terhadap peraturan perundangan-undangan.

D. Standar Audit

Standar audit yang digunakan adalah Standar Audit Asosiasi Auditor Intern Pemerintah
Indonesia (AAIPI).

4
E. Metode Audit

Audit Kinerja dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.


1. Survei pendahuluan.
2. Evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern.
3. Pengumpulan dan pengujian bukti.
4. Pengungkapan capaian kinerja dan kelemahan atas aspek keekonomisan, efisiensi,
efektivitas dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

F. Tanggung Jawab

Auditor bertanggung jawab terhadap simpulan hasil audit yang disajikan dalam
Laporan Hasil Audit yang didasarkan pada analisis data, catatan dan laporan dari
tugas dan fungsi, pelaksanaan program dan kegiatan prioritas nasional serta aspek
pendukungnya.

G. Waktu Pelaksanaan Audit

Audit dilaksanakan selama 20 (dua puluh) hari, sejak tanggal 6 Oktober s.d. 27
Oktober 2020.
1. Persiapan 2 (dua) hari kerja;
2. Pelaksanaan 13 (tiga belas) hari audit, mulai tanggal 8 s.d. 20 Oktober 2020;
3. Pelaporan 5 (lima) hari kerja.

H. Susunan Tim

1. Penanggung jawab : Ir. Sumarto, MM


NIP 19610708 198703 1 002
2. Pengendali Teknis : Ir. Juli Hayono, M.Si.
NIP19610722 198803 1 001
3. Ketua Tim : Amirin Imanto SE., M.Si
NIP 19761125 199603 1 001
4. Anggota Tim : a. M. Taufik Daryono, S.Hut., M.Sc.
NIP 19851213 200912 1 005
b. Yani Sugianto, S.E.
NIP 19840924 200912 2 005

5
I. Uraian Singkat Auditi

1. Dasar Pembentukan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor
P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional Jo. Peraturan Menteri LHK Nomor
P.47/Menlhk/Setjen/OTL.0/5/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri LHK
Nomor P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016.
a. Nama Satker : Balai Taman Nasional (BTN) Gunung Merapi
b. Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya
Alam dan Ekosistem
c. Alamat Satker : Jl. Kaliurang Km 22,6, Hargobinangun, Pakem,
Sleman, Yogyakarta Telp/Fax (0274) 4478664
d. Kepala Satker : Ir. Pujiati
NIP 19630203 199003 2 003
e. Kepala Sub Bagian Tata : Akhmadi S.Hut., M.Si
Usaha NIP 19810219 200604 1 001
f. Kepala Seksi : Wiryawan, S.Hut,
Pengelolaan Taman NIP 19810525 200604 1 004
Nasional Wilayah I
g. Kepala Seksi : Bidhin Lintang Anggraheni,S.Hut,MP
Pengelolaan Taman NIP 19781012 200501 2 007
Nasional Wilayah II

2. Tugas dan Fungsi


Sesuai Peraturan Menteri LHK Nomor P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/1/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional jo. Peraturan
Menteri LHK Nomor P.47/Menlhk/Setjen/OTL.0/5/2016, BTN Gunung Merapi
mempunyai tugas penyelenggaraan konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fungsi BTN Gunung Merapi adalah sebagai berikut.
a. Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan,
untuk melaksanakan fungsi tersebut didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Penyiapan prakondisi dan 181.840.000 174.049.600 95,72 50 Ha 166,99 Ha 150
pengelolaan kolaboratif
hutan konservasi bersama
masyarakat melalui
kemitraan konservasi
Jumlah 181.840.000 174.049.600 95,72 150

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Jumlah desa yang 815.100.000 113.350.000 13,91 400 Ha 176 Ha 0.44
mendapatkan akses
pengelolaan kawasan
konservasi dan
peningkatan usaha
ekonomi produktif

6
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
Jumlah 815.100.00 113.350.000 13.91 400 Ha 176 Ha 0.44

b. Perlindungan dan pengamanan kawasan, untuk melaksanakan fungsi tersebut


didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Perlindungan dan pengamanan 600.000.000 579.540.200 96,59 2 provinsi 2 provinsi 100
berbasis resort bersama
masyarakat untuk perlindungan
kawasan dan sumber air
Jumlah 600.000.000 579.540.200 96,59 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Patroli pengamanan tingkat resort 276.050.000 176.974.700 64,10 7 resort 7 resort 65
(Resort Dukun, Srumbung,
Pakem Turi, Cangkringan,
Kemalang, Musuk Cepogo, Selo)
2 Patroli pencegahan kebakaran 44.800.000 990.000 2.21 7 resort 7 resort 10
hutan (Resort Dukun, Srumbung,
Pakem Turi, Cangkringan,
Kemalang, Musuk Cepogo, Selo)
3 Patroli gabungan dengan 72.000.000 24.500.000 34,03 1 kegiatan 0,5 kegiatan 50
Muspika dalam rangka
pengamanan kawasan
4 Penanganan gangguan kawasan 62.700.000 17.300.000 27,59 1 kegiatan 0.5 kegiatan 50
TNGM
5 Perjalanan pembinaan, 43.400.000 10.850.000 25,00 1 kegiatan 1 kegiatan 30
koordinasi dan konsultasi
Jumlah 498.950.000 230.614.700 46,22 41,00

c. pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati, untuk


melaksanakan fungsi tersebut didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Pemeliharaan tanaman 46.000.000 46.000.000 100 1 kegiatan 1 kegiatan 100
pengkayaan T+1 dan T+2 20 ha
(Resort Cangkringan dan
Srumbung)
2. Pemantauan pohon induk dan 115.600.000 115.050.000 99,52 75 Ha 75 Ha 100
eksplorasi materi untuk
pembuatan bibit tanaman
pemulihan ekosistem dan analisis
DNA (75 ha)
3 Monitoring suksesi alami kawasan 61.000.000 53.151.200 87,13 1 keg 1 keg 100
TNGM 120 ha
4. Penyusunan rencana kerja 8.900.000 8.500.000 95,50 1 dokumen 1 dokumen 100
tahunan pemulihan ekosistem
Jumlah 231.500.000 222.701.200 96,20 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Pemulihan ekosistem dengan 45.000.000 44.750.000 99,44 1 keg 1 keg 100
metode pengkayaan di OWA
Jurangjero dalam rangka Kunker
RI 1
2. Pemulihan ekosistem dengan 307.850.000 68.600.000 22,28 70 ha 70 ha 100
pengkayaan tanaman (70 ha)
Jumlah 352.850.000 113.350.000 32,27 1 keg 1 keg 100

d. Pengendalian kebakaran hutan, untuk melaksanakan fungsi tersebut didukung


dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
7
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Patroli pencegahan kebakaran hutan 65.550.000 62.550.000 95,42 7 resort 7 resort 100
Jumlah 65.550.000 62.550.000 95,42 7 resort 7 resort 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Patroli pencegahan kebakaran hutan 44.800.000 990.000 2,21 7 resort 7 resort 10
Jumlah 44.800.000 990.000 2,21 7 resort 7 resort 10

e. Pengembangan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk


kepentingan non komersial, untuk melaksanakan fungsi tersebut didukung
dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
Tidak tersedia

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
Tidak tersedia

f. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumber
daya genetik dan pengetahuan tradisional di dalam kawasan, untuk
melaksanakan fungsi tersebut didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Persentase peningkatan populasi 150.000.000 148.473.606 98,98 2 kegiatan 2 kegiatan 100
spesies terancam punah secara
kolaboratif dengan masyarakat
Jumlah 150.000.000 148.473.606 98,98 2 kegiatan 2 kegiatan 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Database Kehati 368.150.000 91.949.400 24,98 1 kegiatan 1 kegiatan 40,00
2 Pengendalian dan perlindungan TSL 161.350.000 64.550.000 40,00 1 kegiatan 1 kegiatan 50,00
Jumlah 529.500.000 156.499.400 29,56 2 kegiatan 2 kegiatan 45,00

g. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan, untuk melaksanakan fungsi


tersebut didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Penanganan pengunjung hari libur 65.900.000 65.375.000 99,20 1 keg 1 keg 100
nasional bersama masyarakat di resort
2 Pengembangan sarana prasarana 68.375.000 68.300.000 99,89 1 unit 1 unit 100
OWA Deles Sapuangin
Jumlah 134.275.000 133.675.000 99,00 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik Ket.
No Nama Kegiatan
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Penataan tapak pemanfaatan jasa 205.550.000 181.260.130 88,18 1 1 kegiatan 100
lingkungan hutan konservasi kegiatan
2 Peningkatan pengelolaan jasa wisata 500.230.000 184.912.200 36,96 1 keg 1 keg 40
alam berbasis masyarakat
3 Pengembangan sarana prasarana 1.307.000.000 760.136.894 58,16 1 unit 1 unit 50
wisata alam
Jumlah 2.012.780.000 1.126.309.224 55,96 45

8
h. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan kawasan,
untuk melaksanakan fungsi tersebut didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Pemulihan kawasan konservasi yang 231.500.000 222.701.200 96,20 140 Ha 480 Ha 150
terdegradasi untuk perlindungan
sumber air
Jumlah 231.500.000 222.701.200 96,20 140 Ha 480 Ha 150

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik Ket.
No Nama Kegiatan
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Pemulihan kawasan konservasi yang 815.100.000 113.350.000 13,90 458 Ha 80 Ha 17,46
terdegradasi untuk perlindungan sumber
air
Jumlah 815.100.000 113.350.000 13,90 458 Ha 80 Ha 17,46

i. Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi sumber


daya alam dan ekosistemnya, untuk melaksanakan fungsi tersebut didukung
dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Pameran Festival TN TWA Tahun 2019 79.925.000 79.775.318 99,81 1 kegiatan 1 kegiatan 100
2 Jambore Hari Konservasi Alam Nasional 29.550.000 29.550.000 100,00 1 kegiatan 1 kegiatan 100
Jumlah 109.475.000 109.325.318 99,86 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Jambore HKAN 2020 di Kalimantan 45.120.000 0 0 0 0 0
Timur Dilaks
akan
bln
Sept

j. Pengembangan kerja sama dan kemitraan bidang konservasi sumber daya


alam dan ekosistemnya, untuk melaksanakan fungsi tersebut didukung dengan
kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Inventarisasi, pembahasan karakteristik 166.740.000 163.299.600 97,94 502,86 Ha 804 Ha 150
lokasi kemitraan konservasi
2 Penandatanganan PKS Kemitraan 15.750.000 10.750.000 68,25 1 kegiatan 1 kegiatan 100
Konservasi
Jumlah 181.840.000 174.049.600 95,72 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Inventarisasi, pembahasan 151.150.000 38.480.000 25,46 400 Ha 176 Ha 44
karakteristik lokasi kemitraan
konservasi
2 Rapat koordinasi kemitraan konservasi 39.100.000 2.500.000 6.39 1 kegiatan 1 kegiatan 10
(SPTN I dan II)
3 Penyusunan dan penandatanganan 24.450.000 1.050.000 4,29 1 kegiatan 1 kegiatn 10
PKS
4 Monitoring dan fasilitasi kegiatan kerja 25.800.000 6.750.000 26,16 1 kegiatan 1 kegiatan 35
sama
Jumlah 240.500.000 48.780.000 20,28 24,75

9
k. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya alam
dan ekosistemnya, untuk melaksanakan fungsi tersebut didukung dengan
kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
Tidak tersedia

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
Tidak tersedia

l. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan, untuk melaksanakan


fungsi tersebut didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Penyiapan prakondisi dan pengelolaan 181.840.000 174.049.600 95,72 50 ha 50 ha 100
kolaboratif hutan konservasi bersama
masyarakat melalui kemitraan
konservasi
2 Pengelolaan kolaboratif hutan 105.000.000 105.000.000 100 5 5 100
konservasi bersama masyarakat di kelompok kelompok
sekitar kawasan konservasi (bina
daerah penyangga)
Jumlah 286.840.000 279.049.600 97,28 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Pengelolaan usaha ekonomi produktif 91.600.000 46.541.660 50,81 1 desa 1 desa 100
masyarakat desa
Jumlah 91.600.000 46.541.660 50,81 1 desa 1 desa 100

m. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan, untuk
melaksanakan fungsi tersebut didukung dengan kegiatan;
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Layanan perkantoran 11.040.910.000 10.893.992.688 98,67 1 layanan 1 layanan 100
2 Layanan dukungan manajemen 600.000.000 522.888.323 87,15 1 layanan 1 layanan 100
Satker
Jumlah 92,91 100

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Layanan dukungan manajemen 381.550.000 216.378.850 68,50 1 layanan 1 layanan 70
Eselon I
2 Layanan sarana dan prasarana 229.000.000 172.370.762 75,27 1 layanan 1 layanan 70
internal
3 Layanan perkantoran 11.261.000.000 7.251.467.554 64,39 1 layanan 1 layanan 70
Jumlah 11.871.550.000 7.640.217.166 64,36 70

3. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Prioritas Nasional/Tugas Lainnya yang


Dimandatkan
Dari rincian kegiatan sebagaimana tertuang dalam angka 2, terdapat kegiatan yang
mendukung fungsi BTN Gunung Merapi dan juga merupakan program dan kegiatan
prioritas nasional yaitu:

10
1) Tahun 2019
Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Penyiapan prakondisi dan pengelolaan 181.840.000 174.049.600 95,72 50 Ha 50 Ha 100
kolaboratif hutan konservasi bersama
masyarakat melalui kemitraan konservasi
2 Pengelolaan kolaboratif hutan konservasi 105.000.000 105.000.000 100 5 5 Kelompok 100
bersama masyarakat di sekitar kawasan Kelompok
konservasi (bina daerah penyangga)
3 Perlindungan dan pengamanan berbasis 600.000.000 579.540.200 96,59 7 Resort 7 Resort 100
Resort bersama masyarakat untuk
perlindungan kawasan dan sumber air
4 Pemulihan kawasan konservasi yang 231.500.000 222.701.200 96,20 140 Ha 140 Ha 100
terdegradasi untuk perlindungan sumber
air
5 Persentase peningkatan populasi spesies 150.000.000 148.473.606 98.98 2% 2% 100
terancam punah
6 Pengembangan ekowisata dan wisata 300.000.000 299.235.568 99.75 1 Kawasan 1 Kawasan 100
bahari pada kawasan konservasi
Jumlah 1.568.340.000 1.529.000.174

2) Sampai dengan bulan September 2020


Keuangan Fisik
No Nama Kegiatan Ket.
Anggaran Realisasi % Rencana Realisasi %
1 Luas kawasan sebagai penyediaan data, 54.850.000 600.000 1,09 1.310 Ha 0 0
informasi, dan rencana konservasi nasional
di dalam kawasan konservasi
2 Dokumen pemolaan kawasan konservasi 97.000.000 11.200.000 11,56 1 0 0
Dokume
n
3 Luas area kawasan konservasi yang 815.100.000 135.707.300 16,65 458 200 Ha 30,20
ditangani permasalahannya Hektar
4 Jumlah desa yang mendapatkan akses 368.100.000 93.288.660 25,34 1 Desa 1 Desa 40,30
pengelolaan kawasan konservasi dan
peningkatan usaha ekonomi produktif
5 Jumlah kawasan konservasi yang 579.700.000 189.724.700 32,73 1 Unit 1 Unit KK 45,00
ditingkatkan efektivitas pengelolaannya KK
6 Luas kawasan yang diverifikasi sebagai 529.500.000 151.499.400 28,61 500 Ha 200 Ha 46,80
perlindungan keanekaragaman spesies dan
genetik TSL
7 Jumlah destinasi wisata alam yang 2.057.900.000 1.400.802.513 68,07 1 1 Destinasi 80,00
disiapkan sebagai lokasi kunjungan Destinasi
8 Jumlah ijin pemanfaatan jasa lingkungan 81.550.000 26.650.000 32,68 1 Unit 1 Unit 45,50
non wisata alam
Jumlah 4.583.700.000 2.009.472.573

4. Realisasi Kegiatan dan Keuangan


a. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2019, realisasi keuangan atas
pelaksanaan kinerja pada BTN Gunung Merapi sebesar Rp13.095.162.095,00
atau 98,02% dari total nilai anggaran setelah revisi sebesar
Rp13.359.250.000,00 sedangkan realisasi kegiatan/fisik mencapai 99,02%.
dengan rincian sebagai berikut:
xRp1.000
Tahun Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Anggaran Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %
2019 8.656.910.000 8.588.476.290 99,21 4.483.965.000 4.289.100.405 95,65 218.375.000 217.585.400 99,64

Pencapaian keuangan dan fisik tidak mencapai 100% disebabkan adanya revisi
DIPA (lima kali) sehingga mengakibatkan terbatasnya tata waktu pelaksanaan
kegiatan, realisasi anggaran tidak sesuai dengan rencana penarikan data per
bulan sehingga terjadi penumpukan penyerapan anggaran di akhir tahun
(Triwulan III dan IV), keterlambatan dalam memproses pengadaan barang/jasa,
khususnya yang melalui mekanisme lelang.
b. Sampai dengan tanggal 30 September 2020, realisasi keuangan atas
pelaksanaan kinerja pada BTN Gunung Merapi sebesar Rp9.554.260.054,00
atau 58,06% dari total nilai anggaran setelah revisi sebesar Rp16.455.250,00,

11
sedangkan realisasi kegiatan/fisik mencapai 62 %, dengan rincian sebagai
berikut:
xRp1.000
Tahun Belanja Pegawai (51) Belanja Barang (52) Belanja Modal (53)
Anggaran Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi % Anggaran Realisasi %
2020 8.877.000.000 6.092.250.000 65,52 6.092.250.000 2.705.967.836 44,42 1.486.000.000 1.032.439.075 69,48

12
BAB III
HASIL AUDIT

A. Capaian Kinerja

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi/program dan kegiatan prioritas nasional,
pada tahun 2019 dan tahun 2020 Balai Taman Nasional (BTN) Gunung Merapi telah
melaksanakan beberapa kegiatan. Hasil audit secara sampling diketahui bahwa,
kegiatan yang telah memenuhi kaidah keekonomisan, efisiensi, efektivitas dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, yaitu :
1. Dari Penambang Pasir Menjadi Penggiat Wisata
Salah satu kinerja pengelolaan Taman Nasional Gunung Merapi adalah terkait
pendampingan masyarakat penambang pasir manual yang sudah berubah menjadi
penggiat wisata di Objek Wisata Alam (OWA) Jurang Jero, Taman Nasional
Gunung Merapi.

Pendampingan kelompok wisata secara intensif yang anggotanya notabene adalah


para pengambil pasir sudah dilakukan sejak tahun 2017. Proses pendampingan
yang paling sulit adalah mengubah pola pikir (mindset) untuk bisa memiliki
kesadaran bahwa sektor wisata juga bisa dijadikan tumpuan ekonomi keluarga,
bahkan memiliki potensi penghasilan yang lebih besar dari hasil menambang.
Suatu saat, pasir akan habis jika setiap hari di ambil. Namun sektor wisata berbeda.
Semakin lama, jika kita konsisten melakukan berbagai upaya pengembangan,
potensi penghasilan akan semakin besar karena wisata alam tidak menjual produk,
tapi menjual konsep. Artinya, pemanfaatan alam untuk kepentingan pariwisata tidak
menyebabkan sumber daya alam habis.

Pendampingan yang dilakukan oleh para petugas memang tidak mudah dan tidak
bisa instant. Namun saat ini, semua kerja keras itu akhirnya terbayar. Puncaknya
adalah saat Presiden RI berkunjung ke Jurang Jero pada tgl 14 Februari 2020.
Ternyata usaha terus menerus dari petugas dan kelompok wisata Jurang Jero tidak
sia-sia. Setelah berbulan-bulan berbenah, Jurang Jero dipandang layak untuk
dikunjungi orang nomor satu di Indonesia tersebut.

Indikator sukses dalam pengembangan wisata di OWA Jurang Jero tidak hanya itu.
Ada beberapa hal sebagai indikator antara lain :
1. Kenaikan kunjungan wisatawan dari 2.626 orang pada tahun 2018, menjadi
5.713 orang pada tahun 2019, dan tahun 2020 ini kunjungan sudah mencapai
6.086 orang pada bulan ke 10, padahal OWA Jurang Jero sempat ditutup
karena pandemi selama 5 bulan (16 Maret s.d 16 Agustus 2020).
2. Semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat dalam pelayanan jasa wisata
di Jurang Jero. Pada awal pendampingan, anggota kelompok yang aktif ada
sekitar 30 orang, itupun tidak semuanya aktif. Saat ini anggota kelompok
mencapai sekitar 70 orang dan terus berkembang dari waktu ke waktu
3. OWA Jurang Jero menjadi lokasi kunjungan studi banding dari UPT KSDAE di
seluruh Indonesia.
4. Semakin banyak masyarakat sekitar yang mendapatkan manfaat dari adanya
aktivitas wisata di Jurang Jero

13
B. Temuan Kelemahan
1.Temuan Kelemahan Tugas dan Fungsi
Temuan kelemahan aspek tugas dan fungsi merupakan kelemahan dari fungsi teknis
BTN Gunung Merapi. Hasil audit secara sampling terhadap pelaksanaan fungsi
tersebut, masih ditemukan kelemahan sebagai berikut.
a. Inventarisasi Potensi, Penataan Kawasan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan;
1) Rencana Induk (Masterplan) Pengembangan Pariwisata Alam Sebagai
Dasar Pembangunan Sarana Prasarana Wisata Alam Belum Seluruhnya
Dibuat (3.03.02)

Kondisi
Balai Taman Nasional (BTN) Gunung Merapi telah melaksanakan
pembangunan sarana dan prasarana wisata alam untuk mendukung
pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam. Sarana prasarana yang dibuat
antara lain, gerbang, pos tiket, mushola, jalur tracking dll.
Sebagai dasar pembangunan sarana prasarana yang telah dilaksanakan
tersebut terlebih dahulu dilakukan penyusunan masterplan. Masterplan disusun
sebagai acuan dalam pengembangan zona pemanfaatan yang akan
dikembangkan sebagai kawasan wisata alam dengan mempertimbangkan
edukasi, keunikan, kearifan masyarakat lokal (local wisdom) serta konservasi.
Penanggung jawab penyusunan masterplan adalah Kepala Sub Bagian Tata
Usaha BTN Gunung Merapi Sdr. Akhmadi S.Hut., M.Si/NIP 19791124 200501 1
003.
Berdasarkan hasil audit, ditemukan kelemahan yaitu.
a. BTN Gunung Merapi baru melakukan penyusunan masterplan
pengembangan pariwisata alam untuk zona pemanfaatan di lokasi
Plawangan Turgo yang meliputi Objek Wisata Alam (OWA) Tlogo Muncar,
OWA Nirmolo dan OWA Tritis.
b. Terdapat beberapa OWA yang belum memiliki masterplan, namun telah
dilakukan pembangunan Sarpras wisata alam yang pembangunannya
didasarkan pada studi kelayakan (feasibility study) dan desain fisik (Detailed
Engineering Design/DED), sebagaimana tabel berikut.
No. Nama OWA/Lokasi Sarpras Masterplan FS/DED (thn)
(thn)
1. Tlogo Muncar/Desa Gerbang dan pos tiket, Ada (2012) Ada, (2018)
Hargobinangun Kec. pondok kerja pengelola,
Pakem Kab. Sleman musholla, landmark,
shelter, jalur track, pos
pusat informasi, kamar
mandi, sarana bermain
anak
2. Nirmolo/Desa Gerbang dan pos tiket, Ada, (2012) Ada, (2018)
Hargobinangun Kec. musholla, landmark,
Pakem Kab. Sleman shelter, jalur track, rumah
pohon, sarana bermain
anak
3. Tritis/Desa Girikerto, Belum dibangun Sarpras Ada, (2012) Ada, (2018)
kec. Turi Kab. Sleman
4. Kalikuning/Desa Gerbang dan pos tiket Belum ada Ada (2016
Umbulharjo, Kec. Plunyon, musholla, disusun oleh
Cangkringan, Kab. landmark, shelter, jalur Dinas PUPR
Sleman track, spot selfie, aula, Kab. Sleman)
canopy trail
14
No. Nama OWA/Lokasi Sarpras Masterplan FS/DED (thn)
(thn)

5. Jurangjero/Desa Gerbang dan pos tiket, Belum ada Ada (2017)


Ngargosoka, Kec. landmark, shelter/gazebo,
Srumbung Kab. jalur track, spot selfie, aula,
Magelang canopy trail, pondok kerja,
kamar mandi, wall
climbing, sarana bermain
anak, joglo
6. Deles–Sapuangin/Desa Gerbang dan pos tiket, Belum ada Ada (2017)
Sidorejo Kec. shelter/gazebo, pondok
Kemalang, Kab. Klaten, pendaki, kamar mandi,
Jawa Tengah jalur pendakian
7. Jalur Pendakian Shelter Belum ada Ada (2018)
Selo/Desa Samiran
kec. Selo Kab. Boyolali
(Zona Pemanfaatan)
8. Songgobumi Desa Belum ada sarana Belum ada Ada (2018)
Mriyan Kec. Musuk prasarana
Kab. Boyolali (Zona
Pemanfaatan)
9. Gemer Desa Belum ada sarana Belum ada Ada (2018)
Ngargomulyo Kec. prasarana
Dukun Kab. Magelang
(zona pemanfaatan)

Dari uraian dan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rencana induk
(masterplan) pengembangan pariwisata alam sebagai dasar pembangunan
sarana prasarana wisata alam belum seluruhnya dibuat.

Kriteria
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.13/MENLHK/SETJEN/KUM.1/5/2020 tanggal 19 Mei 2020 tentang
Pembangunan Sarana dan Prasarana Wisata Alam di Kawasan Hutan, lampiran
I. Persyaratan dasar dan persyaratan operasional pembangunan sarana dan
prasarana wisata alam.
Persyaratan pembangunan sarana dan prasarana wisata alam di kawasan
hutan mencakup persyaratan dasar dan persyaratan teknis operasional.
1. Persyaratan dasar.
Persyaratan dasar merupakan merupakan syarat yang harus dipenuhi, untuk
dapat dibangun sarana dan prasarana wisata alam. Persyaratan dasar
berupa :
a. dokumen perencanaan yang terdiri dari :
1) pembagian blok/zonasi (adanya blok/zona pemanfaatan);
2) pencana Pengelolaan.
3) studi kelayakan (feasibility study).
4) Rencana Induk (masterplan) Pengembangan Pariwisata Alam
Kawasan Hutan (RIPPAKH).
5) Desain Tapak (DT) pengelolaan pariwisata alam;
6) Rencana Tapak (RT) pengelolaan pariwisata alam;
7) Detailed Engineering Design (DED) atau desain fisik.

15
Sebab
Kepala Sub Bagian Tata Usaha kurang proaktif melakukan usulan pembuatan
rencana induk.

Akibat
Pembangunan sarana prasarana sebagai penunjang wisata alam berpotensi
tidak efektif dan prinsip konservasi pelestarian lanskip kawasan tidak tercapai.

Tanggapan Auditan
Kami sependapat dengan hasil audit ini dan kami akan perintahkan Kepala Sub
Bagian Tata Usaha untuk mengusulkan kegiatan penyusunan rencana induk
(masterplan) pengembangan pariwisata alam pada Obyek Wisata Alam (OWA)
di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi pada Tahun Anggaran 2021
sebagai dasar pembangunan sarana dan prasarana pendukung wisata alam.

Rekomendasi
Kepala BTN Gunung Merapi agar memerintahkan Kasubag TU untuk membuat
rencana induk (masterplan) pengembangan pariwisata alam pada OWA Kali
Kuning, Jurang Jero, Deles-Sapuangin, jalur pendakian Selo, Songgobumi dan
Gemer sebagai dasar pembangunan sarana prasarana pendukung wisata alam.
(09)

b. Perlindungan dan Pengamanan Kawasan;


1) Pelaksanaan Kegiatan Patroli Bersama Masyarakat Mitra Polisi Hutan
(MMP) Belum Sesuai Ketentuan (2.03.02)

Kondisi
Salah satu fungsi Balai Taman Nasional (BTN) Gunung Merapi adalah
melakukan perlindungan dan pengamanan kawasan. Dalam melakukan fungsi
tersebut, pada tahun 2019 dan 2020 telah dilakukan kegiatan patroli bersama
MMP dengan didukung anggaran senilai Rp74.100.000,00 dan direalisasikan
senilai Rp53.150.000,00 (71,72% dari anggaran) pada tahun 2019 dan
anggaran senilai Rp276.050.000,00 dan direalisasikan sampai bulan September
senilai Rp143.084.700,00 (51,83 % dari anggaran) pada tahun 2020.
Penanggung jawab kegiatan patroli bersama MMP tahun 2019 adalah Sdr
Akhmadi S.Hut., M.Sc selaku PPK tahun 2019
Berdasarkan hasil audit terhadap kegiatan patroli bersama MMP, terdapat
kelemahan sebagai berikut.
a. Surat Keputusan (SK) Kepala Balai Nomor 46/BTNGM/Lind/12/2018 tanggal
27 Desember 2018 tentang Penetapan MMP dan MPA menyebutkan
1) pada 5 resort (Musuk Cepogo, Kemalang, Srumbung, Cangkringan, Dan
Selo) anggota MMP dan MPA adalah orang yang sama (rangkap tugas)
sehingga menimbulkan ketidakjelasan tugas. sedangkan pada 2 resort
lainnya (pakem turi dan dukun) sudah dipisah;
2) uraian tugas anggota MMP dan MPA menjadi satu kesatuan dan tidak
dibedakan antar keduanya.
b. Belum dilakukan evaluasi kinerja anggota MMP yang ditetapkan pada SK
Kepala Balai Nomor 46/BTNGM/Lind/12/2018 tanggal 27 Desember 2018.

16
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan patroli bersama
MMP belum sesuai ketentuan.

Kriteria
1. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.56/Menhut/-II/2014 tanggal 27 Agustus 2014 tentang Masyarakat Mitra
Polisi Kehutanan
a. Pasal 16
Keikutsertaan MMP dalam perlindungan hutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15, dilakukan dalam bentuk:
1) membantu polisi kehutanan dalam mengamankan sarana prasarana
perlindungan hutan;
2) melakukan patroli bersama-sama polisi kehutanan di kawasan
hutan;
3) membantu melakukan sosialisasi dan penyebaran informasi
kehutanan;
4) melaporkan kepada polisi kehutanan setiap indikasi ancaman dan
gangguan keamanan terhadap hutan, kawasan hutan dan hasil hutan
serta tumbuhan dan satwa liar di wilayahnya; dan
5) menangkap tersangka dalam hal tertangkap tangan dan
mengamankan barang bukti untuk segera diserahkan kepada polisi
kehutanan atau kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kehutanan
terdekat.
2. Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Nomor
P.3/Ppt/Set/Kum.1/1/2018 tanggal 31 Januari 2018
b. Bab IV Pasal 15 menyebutkan tugas dari MPA adalah :
1) mencegah terjadinya Karhutla;
2) melakukan pemadaman awal dan mendukung pemadaman yang
dilakukan oleh manggala agni dan/atau para pihak;
3) meningkatkan kepedulian masyarakat di desanya terkait Dalkarhutla
dan/atau upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim;
4) melakukan identifikasi upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim;
5) mengusulkan calon lokasi ProKlim;
6) memberikan informasi terkait kejadian Karhutla;
7) menyebarluaskan informasi peringkat bahaya kebakaran hutan dan
lahan;
8) melakukan penyuluhan secara mandiri atau bersama-sama dengan
para pihak lainnya;
9) melakukan pertemuan secara berkala dalam rangka penguatan
kelembagaan.

Sebab
a. Penanggung jawab kegiatan patroli bersama MPP kurang cermat dalam
melaksanakan tugasnya.
b. Kepala balai kurang cermat dalam melaksanakan pengawasan dan
pengendalian kegiatan patroli bersama MMP serta belum melakukan
evaluasi kinerja anggota MMP

17
Akibat
a. Pelaksanaan kegiatan patroli bersama MMP tidak sepenuhnya dapat
memberikan jaminan perlindungan hutan.
b. Belum dapat diketahui kinerja MMP.

Tanggapan Auditan
Kami sependapat dengan hasil audit, kami akan segera melakukan evaluasi
kinerja terhadap MMP, melakukan revisi SK.

Rekomendasi
Kepala BTN Gunung Merapi agar :
a. Melakukan evaluasi kinerja terhadap MMP; (09)
b. Melakukan revisi SK MMP berdasarkan hasil evaluasi kinerja. (09)

2) Pelaksanaan Patroli Polisi Kehutanan Tidak Sesuai Standar (2.02.01)

Kondisi
Salah satu fungsi Balai Taman Nasional (BTN) Gunung Merapi adalah
melakukan perlindungan dan pengamanan kawasan. Dalam melakukan fungsi
tersebut, pada 2020 telah dilakukan kegiatan patroli pengamanan kawasan
hutan dengan didukung anggaran senilai Rp276.050.000,00 dan direalisasikan
sampai bulan September senilai Rp143.084.700,00 (51,83% dari anggaran)
pada tahun 2020.
Penanggung jawab kegiatan patroli adalah Sdr Wiryawan S.Hut., M.Ec.Dev
selaku PPK tahun 2020.
Berdasarkan konfirmasi dengan Koordinator Polisi Kehutanan dan
menindaklanjuti surat Sekretaris Ditjen KSDAE nomor S.1438/ KU/Kap.3/5/2017
tanggal 26 Mei 2017, didapatkan informasi bahwa :
1. Sampai saat audit pencatatan Simak BMN senjata api dan amunisi masih
tercatat pada Simak BMN Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY;
2. Berdasarkan BAST nomor 333/1907 tanggal 23 Maret 2013 BTN Gunung
Merapi mendapatkan pelimpahan buku pas senjata api, senjata api jenis
PM1-A1 sebanyak 5 unit dan amunisi sebanyak 500 butir dari Dinas
Kehutanan dan Perkebunan DIY;
3. Senjata api dan amunisi posisi pada saat audit masih dititipkan di Polda DIY
sesuai Berita Acara Penitipan Senjata Api Nomor BA/01/1/2015/DI tanggal
27 Januari 2015;
4. biaya untuk pemeliharaan dan administrasi senjata api mulai tahun 2017
tidak dianggarkan.
Berdasarkan hasil audit dan konfirmasi terhadap pelaksana kegiatan patroli
pengamanan kawasan hutan, terdapat kelemahan yaitu pelaksanaan patroli
tidak menggunakan standar peralatan yang lengkap, yaitu tidak menggunakan
senjata api selama patroli

Kriteria
Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor P.5/menhut-II/2010 tentang Standar
peralatan polisi kehutanan

18
Bab II Jenis Peralatan Polisi Kehutanan Pasal 4 menyebutkan, jenis alat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas
a. senjata api dan amunisi;
b. alat komunikasi;
c. alat navigasi;
d. alat dokumentasi dan intelijen;
e. alat pemadam kebakaran; dan
f. alat pendakian, selam dan penyelamatan

Sebab
Kepala balai kurang cermat dalam pemenuhan standar peralatan polisi
kehutanan

Akibat
Keamanan kawasan Taman Nasional Gunung Merapi belum sepenuhnya
tercapai

Tanggapan Auditan
Kami sependapat dengan hasil audit ini bahwa pelaksanaan patroli tidak
menggunakan standar peralatan yang lengkap, yaitu tidak menggunakan
senjata api selama patroli. Kami akan konsultasikan hal tersebut kepada Dirjen
KSDAE terkait permasalahan senjata api di BTN Gunung Merapi

Rekomendasi
Kepala BTN Gunung Merapi agar meminta arahan kepada Direktur Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem terkait permasalahan senjata api
di BTN Gunung Merapi. (11)

c. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar Beserta Habitatnya serta


Sumber Daya Genetik dan Pengetahuan Tradisional di Dalam Kawasan;
1) Pemeliharaan Demplot Anggrek Sebagai Tanaman Lokal Gunung Merapi
Belum Optimal (2.03.01)

Kondisi
Berdasarkan peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.7/Menlhk/Setjen/OTL.00/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional Jo. Peraturan Menteri LHK Nomor
47/Menlhk/Setjen/OTL.0/5/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.00/2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional
bahwa salah satu fungsinya menyelenggarakan yaitu pengembangan dan
pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk kepentingan non komersil.
Pada tahun 2019, Balai Taman Nasional (BTN) Gunung Merapi telah melakukan
upaya pengembangan tanaman anggrek yang meliputi pemeliharaan demplot
Anggrek Merapi di 4 (empat) lokasi, yakni masing-masing;
a. greenhouse anggrek Taman Nasional Gunung Merapi di halaman kantor
balai;
b. lokasi pengembalian Anggrek Merapi ke alam tahun 2017;

19
c. demplot Anggrek Merapi di Kelompok Tani Hutan (KTH) Ngudi Makmur di
desa Purwobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
d. demplot Anggrek Merapi di KTH Sekar Arum di Desa Wonokerto Kecamatan
Turi Kabupaten Sleman.
e. demplot Anggrek Merapi di Forum Peduli Lingkungan (FPL) Palem di desa
Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.
Penanggung jawab adalah Ketua Tim Pelaksana Kegiatan Sdri. Rr. Widya
Kridaningsih, S.P/NIP 19801206 200912 2 003
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dilaksanakan sejak bulan Februari s.d.
Desember 2019, dengan rencana anggaran sebesar Rp46.300.000,00 dan
terealisasi Rp46.300.000,00.
Maksud kegiatan pemeliharaan demplot Anggrek Merapi merupakan salah satu
upaya konservasi sumber jenis dan populasi Anggrek Merapi yang masih
terdapat di habitat aslinya maupun yang belum ditemukan kembali/hilang dari
habitatnya dalam bentuk koleksi tumbuhan dalam greenhouse agar terjamin
pertumbuhan dan perkembangbiakannya dengan baik dan menjamin
pertumbuhan dan perkembangan anggrek yang dikembalikan ke habitat aslinya
serta demplot anggrek pada pelestari Anggrek Merapi.
Sesuai hasil laporan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan demplot Anggrek
Merapi BTN Gunung Merapi tahun 2019 diketahui informasi berupa.
a. Jumlah awal pembuatan demplot tahun 2015, greenhouse berisi koleksi
sebanyak 160 rumpun, terdiri dari 61 jenis spesies terdiri dari 17 anggrek
tanah (terestrik), 43 anggrek epifit dan 1 jenis anggrek amoebofit.
Selanjutnya tahun 2016 bertambah menjadi 19 rumpun terdiri dari 146
indukan dan 48 anakan dari hasil perbanyakan, dimana terdapat 2 induk
mati. Pada akhir tahun 2018, jumlah koleksi anggrek tinggal 85 rumpun
terdiri dari 67 induk dan 18 anakan.
b. Pada tahun 2017 dilakukan pengembalian ke alam di lokasi Hutan Turgo,
Tritis dan Turi sebanyak 80 bibit yang pada saat dilakukan monitoring, terjadi
kehilangan dan kematian sebanyak 7 bibit dari jenis Vanda tricolor,
Dendrobium tetraedre, Dendrobium crumenatum, dan Macroppodanthus
teysmanni.
c. Hasil pendataan anggrek di demplot milik KTH dan FPL Palem sebagai
berikut.
2) KTH Ngudi Makmur 56 jenis : 52 individu (belum semua terdata).
3) KTH Sekar Arum 38 jenis : 235 individu.
4) FPL Palem 22 jenis : 26 individu.

Berdasarkan hasil audit atas kegiatan pemeliharaan Anggrek Merapi yang


dilakukan oleh BTN Gunung Merapi ditemukan kelemahan yaitu :
a. terjadi penurunan jumlah Anggrek Merapi, baik dilokasi halaman kantor BTN
Gunung Merapi maupun di lokasi pengembalian Anggrek Merapi tahun 2017.
Di halaman kantor jumlah kematian mencapai 61 induk atau 36 % (tahun
2018) dan dilokasi pengembalian Anggrek Merapi tahun 2017 di lokasi hutan
Tritis penurunan jumlah terjadi karena 5 bibit hilang dan 2 bibit mati dari total
keseluruhan 80 bibit.
b. Pemeliharaan Anggrek Merapi oleh KTH Ngudi Makmur, KTH Sekar Arum
dan FPL Palem tidak sesuai ketentuan yaitu BTN Gunung Merapi
memberikan dukungan pemeliharaan berupa bahan dan perlengkapan yang
dibutuhkan dalam bentuk bahan dan peralatan, pupuk dan obat-obatan.
(pada RPK tidak dijelaskan bentuk pemeliharaannya berupa bantuan bahan
dan peralatan). Bantuan dengan nominal Rp920.000,00 Kepada KTH Ngudi

20
Makmur, bantuan Rp1.080.000,00 kepada KTH Sekar Arum dan
Rp1.777.000,00 kepada FPL Palem.
c. Jenis dan jumlah keberadaan Anggrek Merapi di KTH Ngudi Makmur belum
seluruhnya dilakukan pendataan.
d. Pengamanan dan monitoring bibit Anggrek Merapi di lokasi pengembalian
tahun 2017 lemah, mengingat adanya sejumlah bibit yang hilang dan mati.
e. Jadwal pengembalian Anggrek Merapi ke habitatnya di alam tidak jelas,
mengingat pelaksanaan pengembalian terakhir kali pada tahun 2017.
f. Kepala BTN Gunung Merapi belum membuat PKS dengan KTH Ngudi
Makmur dan KTH Sekar Arum dalam melakukan upaya penguatan fungsi
pengawetan jenis-jenis tumbuhan lokal Taman Nasional Gunung Merapi.
PKS baru dilaksanakan dengan Forum Peduli Lingkungan (FPL) Palem pada
tanggal 24 Mei 2018 dan diperbaharui kembali pada tanggal 3 Juli 2020.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan bahwa pemeliharaan demplot anggrek


sebagai tanaman lokal Gunung Merapi belum optimal.

Kriteria
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.44/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P. 85/MENHUT-II/2014 tentang Tata Cara Kerja
Sama Penyelenggaraan KSA dan KPA pada :
- Pasal 6 ayat (1), kerja sama dalam rangka penguatan fungsi KSA dan KPA
serta konservasi keanekaragaman hayati sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf b meliputi huruf f. Pemberdayaan Masyarakat.
b. Rencana Pelaksana Kegiatan (RPK) Pemeliharaan Demplot Anggrek BTN
Gunung Merapi Tahun 2019 Bab. I Pendahuluan B. Maksud dan Tujuan.
- Maksud kegiatan pemeliharaan demplot Anggrek Merapi adalah salah satu
upaya konservasi sumber jenis dan populasi Anggrek Merapi yang masih
terdapat di habitat aslinya maupun yang belum ditemukan kembali/hilang
dari habitatnya dalam bentuk koleksi tumbuhan dalam greenhouse, serta
menjamin pertumbuhan dan perkembangan anggrek yang dikembalikan ke
habitat aslinya tahun 2017.
- Tujuan kegiatan pemeliharaan demplot Anggrek Merapi adalah sebagai
berikut.
1) Melakukan pemeliharaan bangunan greenhouse guna mendukung
pertumbuhan dan perkembangnya yang optimal.
2) Melakukan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan, pemangkasan/pruning dan pengendalian hama dan
penyakit perkembangan Anggrek Merapi yang optimal di greenhouse
atau demplot anggrek yang dikembalikan ke habitatnya tahun 2017
(Tritis, Turgo dan Turi).
3) Meningkatkan jumlah dan jenis populasi Anggrek Merapi pada demplot
Anggrek Merapi.
4) Memperoleh data dan informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anggrek yang dikoleksi dan dikembangbiakkan dalam
greenhouse dan yang dikembalikan ke habitatnya tahun 2017 (Tritis,
Turgo dan Turi).

Sebab

21
Penanggung jawab pemeliharaan Anggrek Merapi kurang proaktif melakukan
pengawasan pemeliharaan.

Akibat
Tujuan kegiatan pemeliharaan dalam menjamin pertumbuhan dan
perkembangan Anggrek Merapi tidak tercapai.

Tanggapan Auditan
Kami sependapat dengan hasil audit ini bahwa pemeliharaan demplot anggrek
sebagai tanaman lokal Gunung Merapi belum optimal.

Kami akan perintahkan penanggung jawab kegiatan untuk melakukan kegiatan-


kegiatan perbaikan dalam pencapaian tujuan pemeliharaan demplot Anggrek
Merapi yaitu menjamin pemeliharaan dan perkembangan Anggrek Merapi
diantaranya :
1. membuat SOP (Standar Operasional Prosedur) dan jadwal pelaksanaan
pengembalian Anggrek Merapi ke habitat alam untuk anggrek-anggrek hasil
pemeliharaan di halaman kantor BTN Gunung Merapi, KTH Ngudi Makmur,
KTH Sekar Arum dan FPL Palem.
2. Melakukan pendataan kembali jenis dan jumlah Anggrek Merapi pada KTH
Ngudi Makmur.
3. Mencari informasi Diklat pemeliharaan anggrek dan mengikuti sebagai
peserta dalam rangka peningkatan kapasitas SDM dan kemampuan teknis.
Kami akan perintahkan Kepala Resort Pakem Turi dan anggotanya untuk
meningkatkan pengamanan dan monitoring di lokasi habitat pengembalian bibit-
bibit Anggrek Merapi.

Rekomendasi
Kepala BTN Gunung Merapi agar.
a. memerintahkan penanggung jawab pemeliharaan Anggrek Merapi untuk.
1) Membuat SOP dan jadwal pelaksanaan pengembalian Anggrek Merapi
ke habitat alam, baik untuk Anggrek Merapi hasil pemeliharaan di
halaman kantor BTN Gunung Merapi maupun Anggrek Merapi di KTH
Ngudi Makmur, KTH Sekar Arum dan FPL Palem. (07)
2) Melakukan pendataan kembali jenis dan jumlah Anggrek Merapi pada
KTH Ngudi Makmur. (07)
3) Mencari informasi Diklat pemeliharaan Anggrek Merapi dan ikut menjadi
peserta dalam rangka peningkatan kemampuan teknis. (11)
b. Memerintahkan kepala Resort Pakem Turi untuk melakukan peningkatan
pengamanan di lokasi pengembalian habitat Anggrek Merapi. (11)

d. Evaluasi Kesesuaian Fungsi, Pemulihan Ekosistem dan Penutupan Kawasan;


1) Kegiatan Pemulihan Ekosistem di Kawasan Taman Nasional Gunung
Merapi Belum Optimal (2.03.02)

Kondisi

22
Salah satu tugas BTN Gunung Merapi adalah melakukan fungsi perlindungan
terhadap ekosistem. Untuk itu, salah satu upaya yang dilakukan adalah
membuat kajian Rencana Pemulihan Ekosistem (RPE) tahun 2018 – 2022. RPE
bertujuan untuk memberikan arah dan pedoman bagi perencanaan untuk
mengembalikan ekosistem pada kondisi aslinya atau kondisi masa depan yang
diinginkan sesuai tujuan pengelolaan kawasan. Untuk maksud tersebut, salah
satu kegiatan pemulihan ekosistem yang dilakukan adalah melalui rehabilitasi
areal yang terdampak erupsi Gunung Merapi. Penanggung jawab kegiatan
adalah Sdr. Bangun Baramantya, S.Hut., M.Sc/NIP 19810309 200604 1 005.
Sesuai RPE tahun 2018-2022, telah ditetapkan lokasi Pemulihan Ekosistem
(PE) khusus pemulihan seluas 482,43 ha yang tersebar pada SPTN Wilayah I
seluas 345,01 ha dan pada SPTN Wilayah II seluas 137,42 ha.
Pada tahun 2019, telah disusun dokumen Rencana Kerja Tahunan PE BTN
Gunung Merapi untuk tahun 2020 meliputi :
a. Rekapitulasi seluruh kegiatan PE yang direncanakan tahun 2020 yaitu lokasi
dan jenis yang akan ditanam.
b. Rincian jenis kegiatan PE yang berisi (a) lokasi; (b) jenis yang akan ditanam;
(c) kebutuhan bibit; (d) kebutuhan biaya; (e) tata waktu; (f) kelembagaan; (g)
pembinaan, pelatihan, pendampingan dan penyuluhan; serta (h)
pemantauan dan penilaian.
c. Penyusunan peta RKT-PE tahun 2020 (skala 1 : 25.000)
Berdasarkan audit atas dokumen hasil kegiatan PE yang telah dilakukan,
ditemukan kelemahan sebagai berikut.
a) Sampai dengan saat audit, realisasi atas perencanaan PE tahun 2020 baru
dilaksanakan 1 kegiatan yaitu pengkayaan tanaman di Resort Srumbung
pada bulan Maret dan April 2020, sedangkan di lokasi lainnya masih terbatas
pada pembuatan persemaian.
b) Untuk merealisasikan rencana PE tahun 2020, belum dibuat detail
kebutuhan bibit yang akan ditanam.
c) Data dan informasi atas pelaksanaan PE tahun-tahun sebelumnya (2017,
2018 dan 2019), baik yang dilakukan oleh kantor BTN Gunung Merapi, JICA
maupun Sumitomo, yang meliputi lokasi hasil penanaman, hasil suksesi
alam, dan peta lokasi PE tidak ada. Sehingga data secara time series tidak
tersedia.
d) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi hasil PE belum pernah dilaksanakan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pemulihan


ekosistem di Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi belum optimal.

Kriteria
a) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut.II/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam.
1) Pasal 7, pemulihan ekosistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1), dilakukan dengan cara ; a. mekanisme alam. b. rehabilitasi. c.
restorasi.
2) Pasal 15 ayat (3), pelaksanaan pemulihan ekosistem ditujukan untuk
terwujudnya kondisi ekosistem asli atau kondisi masa depan yang
diinginkan sesuai dengan tujuan pengelolaan.
b) Rencana Kerja Tahunan Pemulihan Ekosistem di Kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi Tahun 2020. Bab I Pendahuluan. 1.2 Maksud dan Tujuan.
23
1) Maksud dan Tujuan.
Maksud penyusunan dokumen Rencana Kerja Tahun 2020 kegiatan PE
adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan kegiatan PE Tahun 2020
sesuai dengan kondisi faktual ekosistem di kawasan TNGM. Sedangkan
tujuannya adalah tercapainya kegiatan PE yang terarah dan memiliki
capaian yang terukur karena adanya dokumen perencanaan yang
digunakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan.
Sebab
a. Penanggung jawab kegiatan kurang cermat dalam melakukan kegiatan PE.
b. Kepala BTN Gunung Merapi lemah dalam melakukan pengawasan dan
pengendalian atas pelaksanaan kegiatan PE.

Akibat
Tujuan dan target PE berpotensi tidak tercapai.

Tanggapan Auditan
Kami sependapat dengan hasil audit ini yaitu kegiatan PE di Kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi belum optimal.
Memang ada perbedaan/ketidaksinkronan data terhadap RKT PE tahun 2020
dengan RPE Tahun 2018-2022, kami akan melakukan perbaikan RKT PE yang
meliputi data kebutuhan bibit, peta dan data luasan PE serta melakukan
monitoring evaluasi.

Rekomendasi
Kepala BTN Gunung Merapi agar memerintahkan penanggung jawab PE untuk:
a. menghitung dan memenuhi kebutuhan bibit pada lokasi PE yang telah
direncanakan tahun 2020. (07)
b. melakukan update data luasan hasil PE yang telah dicapai mulai tahun 2018
sampai dengan tahun 2020, yang meliputi lokasi PE, baik yang dilakukan
dengan suksesi alam maupun dengan penanaman, dan peta lokasi PE. (07)
c. melakukan monitoring dan evaluasi serta penilaian atas kegiatan PE yang
dilaksanakan. (07)

e. Penyediaan Data dan Informasi, Promosi dan Pemasaran Konservasi Sumber


Daya Alam dan Ekosistemnya;
1) Wisata Konservasi Pendukung PNBP Belum Optimal (3.03.08)

Kondisi
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi telah ditetapkan melalui SK Menteri
Kehutanan Nomor 3627/Menhut-VII/KUH/2014, seluas 6.607,52 ha.
Menindaklanjuti SK tersebut, telah ditetapkan sistem zonasi oleh Dirjen
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) yang meliputi zona inti,
zona rimba, zona tradisonal, zona rehabilitasi, zona pemanfaatan dan zona
khusus.
Untuk mendukung tercapainya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di
kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, telah dilakukan kegiatan pendakian
ke puncak Gunung Merapi oleh wisatawan, baik dalam negeri maupun luar
negeri. Namun karena adanya penutupan pendakian dari seluruh jalur
pendakian sejak bulan Mei 2018, pendapatan PNBP menurun dari target yang

24
ditetapkan. Tahun 2019, target PNBP sebesar Rp1.504.497.000,00 namun
realisasi pendapatan hanya Rp942.687.500,00 (62,66%), sedangkan tahun
2020 target direncanakan sebesar Rp1.908.825.000,00, namun hingga bulan
September 2020 baru mencapai Rp278.979.000,00 (14,62%).
Selain pendakian ke puncak Gunung Merapi, PNBP juga diperoleh dari berbagai
Objek Wisata Alam (OWA) yang tersebar di lokasi sebagaimana tabel berikut.

Tabel 1. Lokasi OWA Sumber PNBP pada BTN Gunung Merapi


No Nama OWA Lokasi Aktivitas Wisata Petugas PNBP Sarpras Loket
1 OWA Tlogo Desa menikmati alam dan Devita Gerbang dan Pos ada
Muncar Hargobinangun suasana pegunungan, Maharani Tiket, Pondok kerja
Kec. Pakem air terjun, menara di (Polhut pengelola,
Kab. Sleman bukit Pronojiwo, Pelaksana mushola, landmark,
DIY tracking, melihat satwa Lanjutan) shelter, jalur track,
liar (Monyet Ekor pos pusat
Panjang) informasi, kamar
mandi, sarana
bermain anak
2 OWA Desa menikmati alam dan Bettyningsih Gerbang dan Pos ada
Nirmolo Hargobinangun suasana pegunungan, Linggartanti Tiket, mushola,
Kec. Pakem Gua Jepang, View (Penyuluh landmark, shelter,
Kab. Sleman Puncak Merapi, Kehutanan jalur track, rumah
DIY tracking, melihat satwa Pertama) pohon, sarana
liar (Monyet Ekor bermain anak
Panjang)
3 OWA Desa menikmati alam dan Teguh Gerbang dan Pos ada
Kalikuning Umbulharjo suasana pegunungan, Wardaya Tiket Plunyon,
Kec. Telusur Sungai (Polhut mushola, landmark,
Cangkringan Kalikuning, Umbul Pelaksana shelter, jalur track,
Kab. Sleman (mata air) Temanten, Lanjutan) spot selfie, aula,
DIY View Puncak Merapi, canopy trail
tracking, berkemah,
Sabo Dam Plunyon
4 OWA Desa menikmati alam dan Ali Machfudi Gerbang dan Pos ada
Jurangjero Ngargosoka suasana pegunungan, (PEH Muda) Tiket, landmark,
Kec. View Puncak Merapi, shelter/gazebo,
Srumbung tracking, berkemah, jalur track, pondok
Kab. Sabo Dam, Jalur kerja, joglo, kamar
Magelang, Sepeda Gunung / mandi, wall
Jawa Tengah downhill, kolam keceh climbing, sarana
(bermain alam), bermain anak,
bersepeda, jeep canopy trail, sarana
adventure bermain anak
5 OWA Desa Sidorejo menikmati alam dan Ponco Waluya Gerbang dan Pos ada
Deles- Kec. Kemalang suasana pegunungan, (Pengolah Tiket,
Sapuangin kab. Klaten, View Puncak Merapi, Data) shelter/gazebo,
Jawa Tengah tracking pondok pendaki,
kamar mandi, jalur
pendakian

Penanggung jawab kegiatan wisata konservasi pendukung PNBP adalah


Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sdr. Akhmadi, S.Hut., M.Si. /NIP 19791124
200501 1 003.

Berdasarkan hasil audit atas pelaksanaan penerimaan PNBP tersebut,


ditemukan kelemahan yaitu :
a. sumber PNBP pada BTN Gunung Merapi masih bergantung pada pendakian
puncak Gunung Merapi, apabila dilakukan penutupan jalur pendakian seperti

25
saat sekarang, dampaknya akan signifikan terhadap penurunan penerimaan
PNBP.
b. kurangnya upaya promosi terhadap hal-hal yang dapat dilakukan oleh
pengunjung OWA, dalam hal meningkatkan minat pengunjung untuk
melakukan wisata konservasi seperti upaya menanam bibit tanaman hutan
dan melepas burung di kawasan taman nasional. Leaflet/brosur yang telah
dicetak adalah untuk promosi OWA Jurang Jero dan OWA Kalikuning. Pada
leaflet/brosur OWA Jurang Jero dijelaskan masih terbatas pada wisata
edukasi persemaian yang bekerja sama dengan kelompok tani, belum
dijelaskan sampai dengan tahap penanaman oleh pengunjung.
c. Pelatihan pemandu wisata sampai dengan pemberian sertifikat pendukung
belum dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, disimpulkan wisata konservasi pendukung PNBP


belum optimal.

Kriteria
a. Tugas Satker BTN Gunung Merapi sesuai Peraturan Menteri LIngkungan
Hidup dan Kehutanan Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29
Januari 2016 Jo, Peraturan Menteri LIngkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.47/Menlhk/Setjen/OTL.0/5/2016 tentang perubahan atas Peraturan
Menteri LHK Nomor P.7/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 tanggal 29 Januari
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT Taman Nasional. Balai Taman
Nasional Gunung Merapi melaksanakan fungsi huruf :
- I, penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran KSDAE.
- k, pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan KSDAE.
- L, pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan.
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.44/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor P. 85/MENHUT-II/2014 tentang Tata Cara Kerja
Sama Penyelenggaraan KSA dan KPA pada :
- Pasal 6 ayat (1), kerja sama dalam rangka penguatan fungsi KSA dan
KPA serta konservasi keanekaragaman hayati sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b meliputi huruf f. Pemberdayaan Masyarakat.

Sebab
Kepala Sub Bagian Tata Usaha kurang proaktif melakukan promosi pada OWA,
selain pendakian puncak Gunung Merapi.

Akibat
a. Target PNBP setiap tahun tidak tercapai.
b. Pembangunan Sarpras pendukung OWA tidak efektif.

Tanggapan Auditan
Kami sependapat dengan hasil audit ini yaitu wisata konservasi pendukung
PNBP belum optimal.
Kami akan melakukan upaya peningkatan PNBP dengan melakukan
peningkatan promosi, menambah aktivitas inovasi kegiatan wisata konservasi
dan pelatihan pemandu wisata.

Rekomendasi
26
Kepala BTN Gunung Merapi agar memerintahkan Kasubag TU untuk :
a. Melakukan promosi melalui media leaflet/brosur dan media sosial terkait
Sarpras pendukung pada seluruh fasilitas OWA yang ada dengan
menambahkan objek wisata konservasi. (13)
b. Melaksanakan aktivitas wisata konservasi berupa menanam pohon dan
melakukan pelepasan burung di OWA wilayah kerja BTN Gunung Merapi
dengan melibatkan masyarakat setempat. (09)
c. Melakukan pelatihan kepada pemandu wisata pada lokasi OWA yang
dikelola sampai dengan mendapatkan sertifikat. (13)

2.Temuan Kelemahan Aspek Pendukung


Temuan kelemahan aspek pendukung merupakan kelemahan dari fungsi tata usaha
dan rumah tangga. Hasil audit secara sampling terhadap pelaksanaan fungsi tersebut,
masih ditemukan kelemahan sebagai berikut.
a. Kelemahan Perencanaan
1) Anggaran dan Realisasi Akun Belanja Barang dan Modal Tidak Sesuai
Peruntukannya (2.01.01)

Kondisi
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, BTN Gunung Merapi tahun 2020
mendapatkan anggaran melalui DIPA No BA-029.05.2.574316/2020 senilai
Rp16.455.250,00 dengan realisasi belanja s.d. 9 Oktober 2020 senilai
Rp10.124.510.231,00.
Anggaran yang terdapat pada DIPA BTN Gunung Merapi sebagian digunakan
untuk belanja modal, belanja bahan dan belanja Covid-19 yang merupakan
kebijakan pemerintah agar kementerian/lembaga ikut serta dalam menangani
dampak pandemi Covid-19. Pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam
menangani dampak pandemi Covid-19 akan berdampak juga terhadap laporan
keuangan, sehingga diperlukan laporan keuangan yang berkualitas untuk dapat
menyediakan informasi bagi pengambilan kebijakan, meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas penggunaan anggaran serta meningkatkan kualitas
pengelolaan keuangan negara.
Penanggung jawab penyusunan Laporan Keuangan BTN Gunung Merapi
adalah Kepala Sub Bagian Tata Usaha Sdr. Akhmadi, S.Hut., M.Si./NIP
19791124 200501 1 003.
BTN Gunung Merapi menggunakan akun belanja non Covid-19 senilai
Rp207.050.000,00 untuk pembelian/belanja keperluan - penanggulangan
pandemi Covid-19, antara lain pembelian masker, sabun cuci tangan, hand
sanitizer, vitamin, penambah daya tahan tubuh pegawai, biaya rapid test/swab,
dll.
Berdasarkan hasil audit ditemukan kelemahan sebagai berikut.
a. Terdapat belanja yang tidak sesuai peruntukannya yaitu:
1) Anggaran Belanja Barang Non Operasioanal – Penanganan Pandemi
Covid-19 (521241) digunakan untuk pembelian daya tahan tubuh
pegawai BTN Gunung Merapi senilai Rp18.000.000,00 seharusnya
dianggarkan pada Belanja Barang Operasional – Penanganan Pandemi
Covid-19 (521113).
2) Anggaran Belanja Bahan (521211) digunakan untuk pembuatan kandang
habituasi Elang Jawa dalam rangka kunjungan kerja Presiden RI
sebanyak 2 (dua) unit senilai Rp10.500.000,00. Atas pembuatan
kandang tersebut seharusnya dianggarkan pada Belanja Operasional
27
Lainnya (521119) karena tidak dapat ditampung dalam kelompok akun
Belanja Barang Operasional dan nilai aset dibawah kapitalisasi.
3) Anggaran Belanja Modal Peralatan dan Mesin (532111) digunakan untuk
pembelian gedung bangunan berupa 7 (tujuh) unit shelter/gazebo senilai
Rp65.500.000,00. Atas pembelian gedung bangunan tersebut
seharusnya dianggarkan pada Belanja Operasional Lainnya (521119)
karena tidak dapat ditampung dalam kelompok akun Belanja Barang
Operasional dan nilai aset dibawah kapitalisasi.
4) Anggaran Belanja Modal Peralatan dan Mesin (532111) digunakan untuk
pengadaan/pembangunan jalur tracking senilai Rp95.450.000,00. Atas
pengadaan tersebut seharusnya dianggarkan pada Belanja Modal Jalan
dan Jembatan (534111) karena masuk kategori aset tetap berupa jalan.
b. Pengungkapan atas penggunaan seluruh belanja penanganan pandemi
Covid-19 senilai Rp207.050.000,00 belum disajikan secara jelas dan rinci
pada CaLK LRA Semester I Tahun 2020.

Kriteria
a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.05/2020 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Belanja atas Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Dalam Penanganan Pandemi Covid-19 pada:
1) Pasal 2 ayat (3), dalam memudahkan perencanaan kegiatan, koordinasi
pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi kinerja penanganan pandemi
Covid-19, alokasi dana penanganan pandemi Covid-19 dikelompokkan
dalam klasifikasi akun khusus Covid-19.
2) Pasal 14 ayat (1), akuntansi dan pelaporan keuangan transaksi belanja
atas beban APBN dalam penanganan pandemi Covid-19 menjadi bagian
dari laporan keuangan yang disusun oleh entitas akuntansi dan/atau
entitas pelaporan.
3) Pasal 15 ayat (1), entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan
melakukan pengungkapan transaksi belanja atas beban APBN dalam
penanganan pandemi Covid-19 secara memadai dalam catatan atas
laporan keuangan sebagai bagian dari peristiwa luar biasa.
b. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-211/PB/2018
tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar pada Lampiran
II Penjelasan Uraian Segmen Akun Neraca-Kas:
1) Akun 521211 (Belanja Bahan)
Digunakan untuk mencatat pengeluaran yang digunakan untuk
pembayaran biaya bahan pendukung kegiatan (yang habis dipakai)
seperti:
- konsumsi/bahan makanan;
- dokumentasi;
- spanduk;
- biaya fotokopi;
yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan non operasional seperti
pameran, seminar, sosialisasi, rapat, diseminasi dan lain lain yang terkait
langsung dengan output suatu kegiatan dan tidak menghasilkan barang
persediaan.
2) Akun 521119 (Belanja Barang Operasional Lainnya)
Digunakan untuk mencatat membiayai pengadaan barang yang tidak
dapat ditampung dalam mata anggaran 521111, 521112, 521113,
521114, 521115 dalam rangka kegiatan operasional Satker dan tidak
menghasilkan barang persediaan.
28
3) Akun 532111 (Belanja Modal Peralatan dan Mesin)
Digunakan untuk mencatat pengadaan peralatan dan mesin yang
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian,
biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk
memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap digunakan.
4) Akun 534111 (Belanja Modal Jalan dan Jembatan)
Digunakan untuk mencatat memperoleh jalan dan jembatan sampai siap
pakai meliputi biaya perolehan atau biaya kontruksi dan biaya-biaya lain
yang dikeluarkan sampai jalan dan jembatan tersebut siap pakai.
c. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-135/PB/2020
tentang Pemutakhiran Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar
pada Lampiran II Penjelasan:
Akun 521113 (Belanja Barang Operasional - Penanganan Pandemi Covid-
19)
Digunakan untuk mencatat Belanja Barang Operasional sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai Pelaksanaan Kebijakan
Keuangan Negara Untuk Penanganan Covid-19 dan/atau Menghadapi
Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan.
d. Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-369/PB/2020 tanggal 27
April 2020 tentang Pemutakhiran Akun Dalam Rangka Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) yang menjelaskan akun-
akun spesifik yang dapat digunakan dalam rangka belanja penanganan
pandemi Covid-19.
e. Panduan Teknis Pelaksanaan Anggaran dan Akuntansi Pemerintah Pusat
Edisi 28 Dalam Rangka Penyusunan LK K/L Tahun 2020 pada Romawi III:
pengungkapan atas transaksi yang berkaitan dengan penanganan pandemi
Covid-19 dapat mengikuti ilustrasi CaLK sebagaimana dituangkan dalam
lampiran PMK Nomor 222/PMK.05/2016. Selain itu, Surat Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor S-363/PB/2020 tanggal 24 April 2020 hal
Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LK K/L)
dan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN) TA 2019
Audited juga dapat menjadi salah satu sumber referensi dalam
pengungkapan dampak pandemi Covid-19. Surat tersebut mengatur agar
dalam CaLK LK K/L/BUN Tahun 2019 ditambahkan penjelasan dampak
penanganan pandemi Covid-19 terhadap LK KL/BUN.

Sebab
a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha kurang cermat dalam menggunakan akun
Belanja Modal, Belanja Barang dan Belanja Penanganan Pandemi Covid-19.
b. Petugas SAIBA kurang cermat dalam menyajikan Laporan Keuangan
Semester I Tahun 2020 yang akuntabel.

Akibat
a. Belanja Modal yang disajikan lebih tinggi dari nilai aset tetap yang tercantum
dalam Neraca Semester I Tahun 2020.
b. Laporan Keuangan Semester I Tahun 2020 belum akuntabel dan sesuai
dengan keadaan sebenarnya.

Tanggapan Auditan

29
Kami sependapat dengan hasil audit dan akan melakukan perbaikan

Rekomendasi
Kepala BTN Gunung Merapi selaku KPA agar:
a. meningkatkan pengawasan dan pengendalian mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga pertanggungjawaban maupun pelaporan keuangan;
(11)
b. memerintahkan kepada:
1) Kasubbag TU untuk:
a) lebih cermat dalam menggunakan akun belanja dalam penganggaran
belanja Satker; (09)
b) merevisi akun belanja untuk Belanja Penanganan Pandemi Covid-19
pada RKA-K/L tahun 2020; (06)
c) melakukan ralat SPM terhadap belanja modal peralatan dan mesin
dan belanja bahan yang tidak tepat penggunaannya yang sudah
terealisasi. (06)
2) Petugas SAIBA untuk memperbaiki dengan menjelaskan dalam CaLK
Semester I Tahun 2020 atas penggunaan belanja modal peralatan dan
mesin dan belanja barang yang masih belum sesuai ketentuan. (06)

B. Perkembangan Tindak Lanjut Hasil Audit


Progres Tindak Lanjut
Nomor dan tanggal Jumlah Sisa
No Rekomendasi
LHA
T R KN (Rp) T DP BTL KN (Rp) T DP BTL KN (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 LHA77/ITJEN/ 8 33 0 32 1 0 0 1 1 0 0
ITWIL.2/RHS/
WAS.3/11/2019
Jumlah 8 33 0 32 1 0 0 1 1 0 0
Sumber : Database Tindak Lanjut Hasil Audit s.d. Oktober 2020

C. Hal hal lainnya yang perlu diperhatikan

1) Pembayaran Jasa Konsultan Perencanaan Tidak Sesuai Ketentuan

BTN Gunung Merapi telah melaksanakan perbaikan kamar mandi dan ruang BMN
BTN Gunung Merapi serta pembangunan mess wisata dan pagar.

Perencanaan pembangunan mess wisata dan pagar dilakukan oleh konsultan yaitu
CV Inti Solusi Konsultan melalui SPK Nomor SPK.12/BTNGM/TU/PBJ-Renc-
Mess/01/2020 tanggal 20 Januari 2020 dengan nilai Rp26.664.000,00

Perencanaan perbaikan kamar mandi dan ruang BMN dilakukan oleh konsultan
yaitu CV Inti Solusi Konsultan melalui SPK Nomor SPK.13/BTNGM/TU/PBJ-Renc-
Mess/01/2020 tanggal 20 Januari 2020 dengan nilai Rp17.743.000,00

Berdasarkan hasil audit atas dokumen SPK perencanaan ditemukan kelemahan


sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2. Kelemahan Dokumen SPK Perencanaan

30
No. SPK Kelemahan Nilai Kelemahan Keterangan
yang dibayarkan
1. 12/BTNGM/TU/PBJ- Melakukan 600.000 Seharusnya tidak
Renc-Mess/01/2020 sewa dibayarkan karena CV Inti
tanggal 20 Januari komputer dan Solusi Konsultan memiliki
2020 printer peralatan tersebut.
Melakukan 750.000 Seharusnya tidak
sewa dibayarkan karena CV Inti
kendaraan Solusi Konsultan memiliki
roda dua (2) peralatan tersebut.
Jumlah 1 1.350.000
2. 12/BTNGM/TU/PBJ- Melakukan 750.000 Seharusnya tidak
Renc-KM/01/2020 sewa dibayarkan karena CV Inti
tanggal 20 Januari komputer dan Solusi Konsultan memiliki
2020 printer peralatan tersebut.
Melakukan 500.000 Seharusnya tidak
sewa dibayarkan karena CV Inti
kendaraan Solusi Konsultan memiliki
roda dua (2) peralatan tersebut.
Jumlah 2 1.250.000
Jumlah 1+2 2.600.000

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pembayaran jasa konsultan


perencanaan tidak sesuai ketentuan.

Terhadap pengembalian tersebut sudah disetorkan ke kas negara sesuai NTPN


nomor 210AB7QTKA9O4VG untuk SPK 12/BTNGM/TU/PBJ-Renc-Mess/01/2020
tanggal 20 Januari 2020 dan NTPN nomor 4BAA97QLTKA9O57K untuk SPK
12/BTNGM/TU/PBJ-Renc-KM/01/2020 tanggal 20 Januari 2020

2) Ketua Tim Kegiatan Patroli Kawasan Bukan Pegawai Dengan Jabatan Polhut

Pada tahun 2019 telah dilaksanakan kegiatan patroli dengan melibatkan staf BTN
Gunung Merapi.
Berdasarkan hasil audit ditemukan kelemahan bahwa pelaksanaan patroli tersebut
dipimpin (ketua Tim) oleh staf yang bukan memiliki jabatan Polisi Kehutanan
(Polhut). Terdapat 5 tim yang melakukan patroli tanpa diketuai oleh Polhut, namun
dipimpin oleh 5 (lima) orang Pejabat Ekosistem Hutan (PEH) Muda.
Terhadap kelemahan tersebut mengakibatkan pelaksanaan patroli tidak sesuai
ketentuan dan terjadi kerugian negara sebesar Rp1.500.000,00 yang telah
dibayarkan kepada 5 (lima) orang ketua tim yang tidak sesuai kompetensinya.

Tabel 3. Kelemahan pada Pelaksanaan Kegiatan Patroli


No ST Uraian Kegiatan Lokasi Waktu Pelaksana Keterangan Pengembali
Pelaksanaan an (Rp)
1 ST.238/ Perjalanan dinas Resort 30 Oktober - 1 Ali Machfudi PEH Muda 300.000
BTNGM/ dalam rangka Srumbung November
TU/Peg/ pelaksanaan 2019 (3 Hari)
08/2019 kegiatan patroli
Masyarakat
Mitra Polhut
(MMP) di Seksi
Pengelolaan
Taman Nasional
Wilayah I dan II
2 ST.393/ Perjalanan dinas Resort 28 - 30 Wahid Adi PEH 300.000
BTNGM/ dalam rangka Selo November Wibowo Pertama
TU/Peg/ pelaksanaan 2019 (3 Hari)

31
No ST Uraian Kegiatan Lokasi Waktu Pelaksana Keterangan Pengembali
Pelaksanaan an (Rp)
11/2019 kegiatan patroli Resort 28 - 30 Artha PEH 300.000
Masyarakat Cepogo November Wiranhaka Pertama
Mitra Polhut 2019 (3 Hari)
(MMP) di Seksi Resort 28 - 30 Irwan PEH 300.000
Pengelolaan Dukun November Yuniatmoko Pelaksana
Taman Nasional 2019 (3 Hari) Lanjutan
Wilayah I dan II
3 ST.405/ Perjalanan dinas Resort 4-6 Nurul PEH 300.000
BTNGM/ dalam rangka Cangkring Desember Hikamiyah Penyelia
TU/Peg/ pelaksanaan an 2019 (3 Hari)
12/2019 kegiatan patroli
Masyarakat
Mitra Polhut
(MMP) di Seksi
Pengelolaan
Taman Nasional
Wilayah I dan II
Total 1.500.000

Terhadap kerugian tersebut, telah dilakukan pengembalian ke kas negara dengan


bukti NTPN B1E7548IJA0O4622 tanggal 19 Oktober 2020.

3) Biaya Pengelolaan Pembangunan Sarana Prasarana pada BTN Gunung


Merapi Tidak Sesuai Ketentuan

BTN Gunung Merapi telah melakukan pembangunan beberapa sarana prasarana


pendukung Objek Wisata Alam (OWA).
Berdasarkan hasil audit ditemukan kelemahan terdapat pembayaran honorarium
pengelola kegiatan yang dibebankan pada biaya pengelolaan kegiatan sarana
prasarana wisata alam tidak sesuai ketentuan karena komponen biaya pengelolaan
tidak bisa digunakan untuk :
1) pembayaran honorarium tim pengelola kegiatan;
2) personil dalam SK tim pengelola kegiatan terdiri dari unsur lingkup internal BTN
Gunung Merapi saja.
Jabatan Honorarium Yang
Uraian SK Tim Pengelola Pajak Jumlah
No No SK Nama dalam SK per bulan Dibayarkan
Kegiatan (PPh 21) Bulan
Tim (Rp) (Rp)
SK.28/BTNGM/ Pembangunan Sarpas wisata
Penanggung
1 TU/KEU/05/ alam OWA Deles-Sapuangin Pujiati 450.000 67.500 1
jawab 382.500
2020 SPTN II
Bidhin Lintang
2 sda sda Ketua 400.000 22.500 1
Anggraheni 377.500
3 sda sda Luluk Catur Sekretaris 300.000 20.000 1
280.000
4 sda sda Siswanto Anggota 300.000 15.000 1
285.000

5 sda sda Eko Susilo Anggota 300.000 15.000 1


285.000
SK.28/BTNGM/
Perbaikan MCK dan ruang Penanggung
6 TU/KEU/05/ Pujiati 450.000 67.500 1
BMN kantor jawab 382.500
2020
7 sda sda Akhmadi Ketua 400.000 22.500 1
377.500
8 sda sda Luluk Catur Sekretaris 300.000 20.000 1
280.000

9 sda sda Sugiman Anggota 300.000 15.000 1


285.000
10 sda sda Hariyanta Anggota 300.000 15.000 1
285.000
11 sda sda Eko Susilo Anggota 300.000 15.000 1

32
Jabatan Honorarium Yang
Uraian SK Tim Pengelola Pajak Jumlah
No No SK Nama dalam SK per bulan Dibayarkan
Kegiatan (PPh 21) Bulan
Tim (Rp) (Rp)
285.000
          Total 3.550.000

33
Atas realisasi pembayaran honorarium tersebut, anggaran yang tidak bisa
dibayarkan sebesar Rp3.550.000,00.
Untuk keterlanjuran pembayaran Rp3.550.000,00 tersebut telah dilakukan
pengembalian ke kas negara dengan rincian dan bukti NTPN masing-masing :
- Nomor 173BC8N3DESM53GB tanggal 19 Oktober 2020, honor pengelola
perbaikan kamar mandi dan ruang BMN kantor BTN Gunung Merapi sebesar
Rp1.917.500,00
- Nomor E289D8N3DESM544V tanggal 19 Oktober 2020, honor pengelola
pembangunan Sarpras OWA Deles Sapuangin sebesar Rp1.632.500,00

Jakarta, Oktober 2020


Penanggung Jawab
Inspektur Wilayah II,

Ir. Sumarto, MM
NIP19610708 198703 1 002

34

Anda mungkin juga menyukai