Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN.

1.1. LATAR BELAKANG.

Dalam melaksanakan pengembangan suatu daerah diperlukan pengendalian


dalam berbagai sektor. Salah satu sektor yang dapat menjadi suatu unggulan
dalam pengembangan daerah ialah sektor pariwisata yang memang sedang
berkembang pada saat ini. Melalui sektor pariwisata pengembangan sektor
wisata dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dari berbagai lapisan
bahkan dalam meningkatkan pendapatan devisa negara (Fitriana, 2018:1).

Kebijakan pariwisata memiliki pengertian dasar dalam menentukan langkah


pembangunan dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan untuk masa
depan destinasi tersebut. Sebuah destinasi wisata dapat dilakukan suatu
pengembangan apabila pada suatu destinasi tersebut telah memiliki suatu
kegiatan ataupun aktifitas wisata dan suatu perencanaan yang baik merupakan
faktor utama dalam pengembangan suatu destinasi wisata tersebut (Marceilla,
2011:1).

Pariwisata juga terbukti pro terhadap perkembangan ekonomi kerakyatan,


melalui Community Based Tourism (CBT), pariwisata mampu menjadi
pendorong kemajuan perekonomian rakyat di pedesaan, di antaranya: (1)
Mampu meningkatkan penghasilan masyarakat; (2) Membuka peluang kerja; (3)
Meningkatkan kesempatan berusaha; (4) Meningkatkan kepemilikan dan kontrol
masyarakat lokal terhadap pengelolaan sumber daya desa; (5) Meningkatkan
pendapatan pemerintah melalui retribusi wisata dan lain sebagainya (Hermawan,
2016).

Laporan Pendahuluan 1-1


Daya tarik wisata yang unggul dan berkualitas merupakanfaktor kunci yang
menentukan motivasi wisatawan untuk berwisata, serta sebagai alasan
fundamental yang menjadi pertimbangan mengapa seseorang memilih satu
destinasi (Ritchie and Crouch, 2003). Daya tarik juga merupakan faktor utama
yang menentukan kepuasan serta loyalitas wisatawan. Indonesia sebagai
Negara yang memiliki kekayaan alam melimpah sangat potensial untuk
pengembangan destinasi wisata berbasis alam. Baik ekowisata, wisata alam
binaan, maupun wisata minat khusus (Darsoprajitno, 2002). Salah satu daerah
yang memiliki potensi strategik adalah Kota Padangsidimpuan, tepatnya di
daerah Batunadua dan sekitarnya.

Daya tarik wisata terdiri dari tata alam, masyarakat, dan hasil binaan. Dari
ketiganya, ada beberapa unsur yang dapat dikembangkan secara khusus,
sehingga disebut daya tarik wisata minat khusus (Darsoprajitno, 2002). Pada
prinsipnya, pariwisata minat khusus mempunyai kaitan dengan petualangan.
Wisatawan secara fisik dapat menguras tenaga, serta ada unsur tantangan yang
harus dilakukan, karena bentuk pariwisata ini banyak terdapat di daerah
terpencil, seperti : kegiatan tracking, hiking, pendakian gunung, rafting di sungai,
dan lainnya (Fandeli, 2000).

Ada beberapa kriteria menurut Fandeli dalam Sudana (2013), yang dapat
dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat
khusus yakni :
1) Learning, pariwisata yang mendasar pada unsur belajar;
2) Rewarding, pariwisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan;
3) Enriching, pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan
pengetahuan antara wisatawan dengan masyarakat;
4) Adventuring, pariwisata yang dirancang dan dikemas sehingga terbentuk
wisata petualangan.

Daerah-daerah di Kota Padangsidimpuan banyak memiliki potensi wisata

Laporan Pendahuluan 1-2


sebagai daya tarik bagi wisatawan. Sayangnya, potensi yang menjadi kekayaan
lokal tersebut belum sepenuhnya digarap dan dikembangkan dengan baik oleh
pemda setempat, terutama kearifan lokal dan pemandangan alam yang memiliki
nilai estetik tersendiri. Nilai-nilai inilah yang dapat dijual kepada wisatawan
sebagai potensi asli daerahnya. Salah satu kawasan yang memiliki potensi
wisata alam yang dapat dikembangkan berada di Kawasan Batunadua dan
sekitarnya. Potensi kepariwisataan alam dan potensi pengembangan kegiatan
kepariwisataan alam di Kawasan Batunadua dan sekitarnya secara keseluruhan
akan bertumpu pada keunikan, kekhasan, dan daya tarik alam sehingga wisata
minat khusus yang berunsur petualangan dapat dikembangkan pada kawasan
ini.

Menindaklanjuti, berdasarkan latar belakang dimaksud, serta dalam rangka


mendukung pelaksanaan program pengembangan wisata minat khusus di Kota
Padangsidimpuan, maka diperlukan kegiatan jasa konsultan penyusunan
Rencana Induk dan Rencana Detail Pariwisata Minat Khusus Kawasan
Batunadua dan sekitarnya termasuk prasarana dan sarana penunjang di
kawasan wisata sesuai dengan syarat, spesifikasi teknis dan konsep yang
direncanakan.

1.2. MAKSUD dan TUJUAN.


Maksud dari pekerjaan Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detail
Pariwisata Minat Khusus Kawasan Batunadua dan sekitarnya ini adalah
menyusun satu design guideline bagi kawasan tersebut guna menciptakan ruang
dan lingkungan yang berkualitas, lebih tertata, aman, nyaman, serasi dan
berwawasan lingkungan.

Tujuan dari pekerjaan Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detail


Pariwisata Minat Khusus Kawasan Batunadua dan sekitarnya ini adalah :
• Menyusun rencana pengembangan kawasan wisata minat khusus
sebagai pedoman pembangunan dan arahan perwujudan fisik segmen –
segmen kawasan perencanaan guna menunjang kegiatan wisata tanpa

Laporan Pendahuluan 1-3


mengaburkan identitas kawasan;
• Membuat model perancangan kawasan wisata minat khusus yang
tanggap terhadap potensi dan permasalahan lingkungan sekitar baik di
sekitar kawasan perencanaan maupun kota Padangsidimpuan secara
keseluruhan.
• Menciptakan kawasan wisata minat khusus sebagai identitas kawasan
rekreasi publik baru di Kota Padangsidimpuan.

1.3. LANDASAN HUKUM

Landasan Hukum Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detail Pariwisata


Minat Khusus Kawasan Batunadua dan sekitarnya ini adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Menteri PU No 45/ PRT/ M/ 2007 Tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
2. Peraturan beton bertulang Indonesia ( PBI 1991 ), SKNI T-15.1919.03;
3. Tata cara pengedukan dan pengecoran beton SNI 03-3976-1995;
4. Peraturan muatan Indonesia NI.8 dan Indonesia loading code 1987 (SKB-
1.2.53.1987 );
5. Standar Nasional Indonesia No. 2837 Tahun 2008 tentang Tata
Cara,Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Plesteran untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan;
6. Ubin lantai keramik, mutu dan cara uji SNI 03-3976-1995;
7. Peraturan konstruksi kayu di Indonesia (PKKI) NI.5;
8. Mutu Kayu bangunan SNI 03-3527-1984;
9. Peraturan umum instalasi listrik (PUIL) SNI 04-0225-1987;
10. Peraturan Porland Cement Indonesia 1972/NI-8;
11. Peraturan bata merah sebagai bahan bangunan NI 10;
12. Peraturan plumbing Indonesia;
13. Standar Nasional Indonesia Nomor 6897 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Dinding untuk Konstruksi Bangunan
Gedung dan Perumahan;
14. Standar Nasional Indonesia Nomor 2835 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah untuk Konstruksi Bangunan

Laporan Pendahuluan 1-4


Gedung dan Perumahan;
15. Standar Nasional Indonesia Nomor 2836 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan;
16. Standar Nasional Indonesia Nomor 2839 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Langit-langit untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan;
17. Standar Nasional Indonesia Nomor 7393 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Besi dan Alumunium untuk
Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan;
18. Standar Nasional Indonesia Nomor 7394 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan
Gedung dan Perumahan;
19. Standar Nasional Indonesia Nomor 7395 Tahun 2008 Tentang Tata Cara
Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Penutup Lantai untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan;
20. Permen PU No. 24/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Ijin Mendirikan
Bangunan Gedung;
21. Permendagri No. 1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan;
22. Permen PU No. 24/PRT/M/2008 Tentang Pedoman Pemeliharaan dan
Perawatan Bangunan/Gedung ;
23. Teknis Ijin Mendirikan Bangunan Gedung;
24. Permen PU No. 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan
Eksebilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
25. Peraturan yang lain yang berlaku di Indonesia yang berkaitan dengan
pekerjaan bangunan yang direncanakan.

1.4. LINGKUP PEKERJAAN.

Ruang lingkup kegiatan Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Detail


Pariwisata Minat Khusus Kawasan Batunadua dan sekitarnya ini terdiri atas,
sebagai berikut :

Laporan Pendahuluan 1-5


a. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk mendapatkan arahan
dan kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan pariwisata minat
khusus kawasan Batunadua dan sekitarnya;
b. Melakukan peliputan data dan informasi terkait dengan pemanfaatan
lahan dan penggunaan bangunan serta kapasitasnya;
c. Mengidentifikasi permasalahan yang ada terutama masukan-masukan
dari pihak Owner dan User;
d. Melakukan kajian tentang kondisi lokasi kegiatan (Analisa Kontekstual);
e. Melakukan pengukuran lahan serta informasi terkait dengan kondisi tanah
pada tapak yang telah ditentukan;
f. Melakukan analisis dan kajian pada aspek makro tapak (kebutuhan ruang,
massa dan komposisinya pada tapak serta tata ruang luar (landscape)
kawasan. Metode analisis yang digunakan selama pelaksanaan
pekerjaan, terdiri dari :
- Analisa Daya Tampung (Carrying Capacity);
- Analisa Kebutuhan Pengembangan Wisata;
- Analisa Kebutuhan Pengembangan Infrastruktur Wisata;
- Analisa Kelayakan Pembiayaan dan Kelayakan Sosial dalam pemilihan
konsep dan strategi pengembangan perumahan dan permukiman; dan
- Analisa lainnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
g. Menetapkan konsep perancangan makro dan mikro;
h. Menetapkan konsep detail struktur yang bersifat satu kesatuan (Penataan
Pola Ruang/Block Plan);
i. Menyusun Rencana Detail Rancang Bangunan.

Pada bagian ini mencakup tahapan pekerjaan yang mencakup perancangan


detail desain yang dibangun meliputi beberapa tahap pelaksanaan pekerjaan
yang antara lain :
• Rancangan Kawasan (Lay Out);
• Rancangan fasilitas utama dan fasilitas penunjang kawasan wisata;
• Rancangan penggunaan struktur dan analisa perhitungan strukturnya;
• Rancangan detail lainnya;

Laporan Pendahuluan 1-6


1.5. LOKASI PEKERJAAN.
Lokasi Pekerjaan pelaksanaan layanan jasa konsultasi ini adalah di Desa
Baruas, Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua Kota Padangsidimpuan.

Laporan Pendahuluan 1-7


1.6. KELUARAN.
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini ialah tersedianya
design guideline perencanaan pariwisata minat khusus di kawasan Batunadua
dan sekitarnya.

__________

Laporan Pendahuluan 1-8

Anda mungkin juga menyukai