Anda di halaman 1dari 14

PERENCANAAN AMDAL UNNTUK PEMBANGUNAN HOTEL

OMAH GEDANG YOGYAKARTA

Karyn Melanie Ayu Koyongian

19071022

PROGRAM STUDI PARIWISATA & HOSPITALITY

FAKULTAS PARIWISATA

UNIVERSITAS KATOLIK DELA SALLE MANADO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latal belakang

Industri perjalanan adalah industri yang signifikan dari sudut pandang publik dan dunia dan
merupakan salah satu sumber aset kemajuan keuangan di tingkat publik dan provinsi karena
menciptakan biaya dan perdagangan asing, dengan ekonomi yang lebih stabil dan mulai
menunjukkan perkembangan. , seperti halnya memperluas instruksi yang didanai pemerintah,
semakin banyak orang Indonesia yang hidup. Mengingat pentingnya industri perjalanan sehingga
membutuhkan pelayanan yang memuaskan dari berbagai daerah.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan lokasi wisata di tanah air. Hal ini dikarenakan wilayah
Do-It-Yourself memiliki banyak sumber daya sosial dan lingkungan yang luar biasa sehingga
menikmati manfaat, maka pemerintah umum Do-It-Yourself dan lokal kota benar-benar
memangkas dan menciptakan industri perjalanan di Do-It-Yourself. Wilayah -It-Yourself dengan
berbagai upaya untuk lebih mengembangkan kantor dan yayasan sebagai kerangka kerja.
Peningkatan kawasan industri perjalanan perlu dukungan atau kerjasama dengan pihak swasta
atau visioner bisnis yang bergerak di bidang administrasi, misalnya dengan membangun
penginapan.

Mengingat hal ini, seperti banyaknya permintaan dari daerah, terutama wisatawan, di mana
mereka sangat membutuhkan tempat tinggal dan ini juga merupakan sumber pembangunan dan
peningkatan keuangan bagi daerah, khususnya di daerah Do-It-Yourself. .

Rencana peningkatan penginapan dengan ide losmen para eksekutif ini ingin melekat pada
kawasan Tungtungan, kota Yogyakarta dengan luas tanah 15.000 m2, luas bangunan 7.000 m2.
Rencana penginapan dan ide yang akan dirangkai sudah cukup dan mendelegasikan wilayah
penginapan dengan sekitar 100 kamar. Mengingat area penginapan yang dekat dengan
lingkungan, rencana aksi harus digabungkan dengan Investigasi Efek Ekologis (AMDAL). Hal
ini diidentikkan dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2012 tentang Iklim Bagian 3 Pasal 13
dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Ketahanan Ekologi dan
Penyelenggaraannya Pasal 22 dan 23, serta Pedoman Pendeta Iklim Nomor 11 Tahun 2006
tentang Macam-macam strategi atau latihan yang dapat dipasarkan yang harus diikuti dengan
Pemeriksaan Efek Alami (AMDAL).

B. Tujuan

Sasaran dari rencana perbaikan penginapan Omah Gedang digambarkan sebagai berikut:
A. Berikan tempat tinggal bagi para wisatawan atau penjelajah yang memiliki ketertarikan
terhadap kota Yogyakarta.

B. Mengembangkan lebih lanjut administrasi industri perjalanan wisata di Daerah Luar Biasa
Daerah Yogyakarta.

C. Memberikan posisi terbuka kepada individu Daerah Istimewa Yogyakarta dan unsur
lingkungannya.

C. Manfaat

Pengembangan penginapan memiliki manfaat bagi Daerah Istimewa Yogyakarta dan unsur
lingkungannya, keunggulan tersebut antara lain:

A. Menjadi daya tarik dan dapat menambah jumlah wisatawan lokal maupun asing untuk
berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta.

B. Kehadiran kawasan Penginapan Omah Gedang akan menjadi salah satu kawasan bisnis
berbadan hukum yang secara tegas akan mempengaruhi wilayah bea masuk dan pembayaran
retaliasi lainnya.

D. Penetapan

Penetapan yang diidentifikasikan dengan kesiapan arsip AMDAL untuk rencana pengembangan
penginapan Omah Gedang adalah sebagai berikut:

1. UU no. 26 Tahun 2007, tentang penataan ruang (diidentifikasikan dengan kawasan rencana
aksi dengan penataan ruang sebagai kebutuhan dalam penataan arsip AMDAL secara Do-It-
Yourself).

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perasuransian dan Badan Pengelola Iklim
(diidentifikasikan dengan memulai latihan perlindungan iklim dan menyelenggarakan upaya
administrasi).

3. Undang-Undang Nomor Jangka Panjang 2009, tentang kesejahteraan (diidentifikasikan


dengan dewan tenaga kerja dan daerah sekitar daerah pergerakan).

4. Undang-undang tidak resmi Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah (diidentifikasikan dengan pemilikan tanah oleh advokat dan penanganan hibah gerakan
maju (IMB).
5. Undang-undang tidak resmi No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
(diidentifikasi dengan pedoman dan pengendalian pencemaran udara yang mungkin ditimbulkan
oleh latihan yang diatur).

6. Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2000 tentang


Penatausahaan Bahan Berbahaya dan Berbahaya (diidentikkan dengan Penatausahaan
Pemborosan B3 pada Tahap Fungsional Penginapan Kasongan).

7. Undang-undang tidak resmi No. 27 Tahun 2000 tentang Hibah Ekologis (sebagai pembantu
dalam penyusunan AMDAL).

8. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara (sebagai pedoman bagi pemrakarsa pengendalian pencemaran udara).

9. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010, tentang
Penataan Ruang Wilayah Luar Biasa Yogyakarta (dipergunakan sebagai perencanaan kajian
AMDAL)

10. Pedoman Pendeta Negara untuk Iklim Nomor 08 Tahun 2006, tentang Aturan Kesiapan
Penyelidikan Pengaruh Alam (sebagai bahan acuan dalam perencanaan AMDAL).

E. Latihan Membuat Efek

Pengaruh utama dan signifikan terhadap perkembangan bentang layang adalah sebagai berikut:

1. Pra pengembangan

A. Penataan dan sosialisasi, sehubungan dengan penilaian umum terkait pengembangan


Penginapan Omah Gedang.

B. Tanah, tentang pandangan daerah setempat tentang pergerakan remunerasi untuk rumah
penduduk.

2. Pengembangan

Keserbagunaan pekerjaan, peralatan dan bahan, sehubungan dengan pekerjaan dan penurunan
kepuasan pribadi dari iklim umum, seperti kontaminasi udara dan air.

3. Aktivitas

Memboroskan para eksekutif, sehubungan dengan penanganan pencemaran air dan udara.
BAB II

RENCANA KEGIATAN

1. Pemprakarsa kegiatan

1. Kepribadian penggagasnya

Penggagas studi Natural Effect Investigation (AMDAL) untuk pengembangan Penginapan Omah
Gedang yang terletak di Jambi dan Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Nama : Ir. Bambang

Jabatan : Pengawas PT. Melanjutkan

Alamat : Jl. Umbulharjo No.13, Yogyakarta

2. Kompilator ANDAL

Nama : H. Dr. Sudirman

Alamat : Jl. Kusumanegara No.15, Yogyakarta

Telp/Faks. : 0274-86869

email : sudirman175@gmail.com

3. EIA berkonsentrasi pada kelompok eksekusi

Kelompok pelaksana kajian AMDAL untuk pembangunan Penginapan Omah Gedang yang
terletak di Jambi dan Yogyakarta adalah sebagai berikut:

Perintis grup: Kristen

Sekretaris : Willy M

Petugas keuangan : Rudy

Kasubbag Administrasi Ekologi : Andy Nur

B. Penggambaran Rencana Gerakan

1. Luas dan batas tanah aksi yang diatur

Kawasan yang diatur untuk pengembangan Penginapan Omah Gedang terletak di Jambi dan
Yogyakarta, berjarak +16 kilometer dari pusat kota Yogyakarta.

2. Batas Tanah
Penataan pembangunan Penginapan Omah Gedang yang terletak di Kelurahan Banguntapan
yang berbatasan dengan Kota Kotagede. Daerah topografi berdekatan dengan gedung SMPN 1
Banguntapan.

3. Format rencana aksi

Pelaksanaan pembangunan Penginapan Omah Gedang yang terletak di Jambi dan Yogyakarta ini
tidak mengabaikan penataan dalam penataan ruang kota Yogyakarta. Hal ini sesuai dengan
pedoman kota Do It Yourself No. 2 Tahun 2010 tentang penataan ruang. Strategi dan latihan
yang dapat dipasarkan digambarkan sebagai berikut:

Bangunan penginapan Omah Gedang dimaksudkan untuk menempati ruang seluas 15.000 m2
dengan pengaturan bahwa koefisien struktur dasar adalah setengah dari luas keseluruhan. Area
aksi yang diatur bersebelahan.

Ke arah utara: Pemukiman swasta dan fokus pelatihan SMPN 1 Banguntapan.

Sisi barat: Sawah.

Ke arah selatan: Pemukiman pribadi.

Ke arah timur: Pemukiman pribadi.

4. Tahapan pelaksanaan rencana gerakan

A. Tahap Pra-Pengembangan

Pada tahap pra-pengembangan, akan selesai latihan sosialisasi, yang rencananya akan
diberikan/diungkapkan kepada daerah sekitar tapak. Sosialisasi yang akan dilakukan adalah
sosialisasi usaha atau sosialisasi rencana-rencana gerakan kemajuan, seperti halnya diskusi
terbuka seperti pelaksanaan undang-undang dan pedoman yang mengawasi kontribusi daerah dan
pengungkapan data dalam interaksi AMDAL. Gerakan sosialisasi ini dilakukan oleh pemrakarsa
kepada daerah sekitar yang merupakan daerah terdampak. Juga, media data didistribusikan di
koran lingkungan, membuat lembar pernyataan tentang pelaksanaan latihan kemajuan yang
diperkenalkan di situs usaha. Data yang berbeda diberikan dalam kegiatan sosialisasi mengingat
data batas kepemilikan tanah, struktur dan jenis bangunan, jumlah kavling yang dijual,
kebutuhan kepemilikan, jadwal rencana pelaksanaan perbaikan dan data lain yang terbuka.

B. Tahap Pengembangan

1. Pembangunan penginapan Omah Gedang membutuhkan tenaga pembangunan dengan


kemampuan yang berbeda-beda. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan berdasarkan jenis
keahlian tersebut dinilai sebanyak 200 tenaga ahli.

2. Latihan markas
Markas/markas kerja militer dimanfaatkan untuk keserbagunaan latihan pelaksanaan tugas dan
sebagai tempat tinggal sementara bagi buruh yang datang dari luar angkasa. Tempat kerja militer
adalah bangunan, tetapi ada juga kemungkinan pekerja dari luar ruang yang tersisa di markas.
Pondok kerja garisson untuk motivasi pembangunan di belakang penginapan Omah Gedang
terletak di lokasi usaha. Pondok kerja garisson juga dilengkapi dengan studio untuk memperbaiki
perangkat keras yang rusak dan sebagai tempat untuk menyimpan peralatan dan bahan
pembangunan.

3. Persiapan peralatan dan bahan yang berat

Latihan pembangunan penginapan menggabungkan pembukaan lahan, penggalian dan


pengumpulan, pembangunan dan pembangunan gedung, yang membutuhkan peralatan berat.

C. Tahap kegiatan

1. Tugas penginapan

Tugas penginapan menggabungkan latihan yang menyertainya:

A. Memproduksi lalu lintas untuk tamu dan penghuni penginapan, khususnya klien sepeda dan
kendaraan.

B. Latihan penghuni penginapan yang dianggap pada dasarnya adalah latihan MCK dan
komunikasi antar individu penghuni.

C. Pengelolaan sampah rumahan

D. Penggunaan aset pembangkit listrik (genset)

Penggunaan penginapan dan aktivitasnya membutuhkan energi listrik ekstra meskipun energi
listrik disediakan dari PLN dengan batas daya 300 KVA. Penahan daya sebagai penguat apabila
persediaan dari PLN kurang pada penggunaan puncak atau pada saat catu daya berhenti, dapat
diterima dengan bekerja genset dengan batas daya 4.600 KVA.

e. Penggunaan aset air tanah

Kegiatan penginapan, hidran kebakaran, penunjang lahan, membutuhkan sumber air mentah
yang diambil dari PDAM dan simpanan air mentah yang diambil dari sumur
BAB III

RONA LINGKUNNGAN AWAL

Untuk memiliki pilihan dalam menentukan kualitas udara di wilayah tinjauan, penting untuk
mengeksplorasi zat CO di wilayah tinjauan untuk memutuskan peluang efek pada tindakan yang
diatur, kemudian, pada titik itu, sifat fisik dan sintetis. udara dinilai masih di bawah batas yang
diperlukan sebagaimana yang ditunjukkan oleh Keputusan Ketua DPRD DIY Nomor 153 Tahun
2002 tentang Prinsip-prinsip Kualitas Udara Sekitar Wilayah Di Wilayah Kerja Sendiri.

A. Bagian senyawa geo-fisik

1. Lingkungan di Yogyakarta bersuhu 32 hingga 35OC dengan curah hujan sedang dan
kelembapan sedang.

2. Kualitas dan kebisingan udara, yang meliputi batas-batas kualitas udara, residu dan keributan
yang tercipta. Pencemaran udara yang diharapkan berasal dari beton, peralatan bangunan,
perangkat keras bangunan, dan transportasi alat dan bahan bangunan.

3. Fisiologi yang meliputi kondisi awal daerah, bentuklahan, sifat-sifat tanah, dan bagian-bagian
yang ada di dalam tanah.

4. Hidrologi, yang mencakup kondisi dan sifat aliran air tanah, tingkat penggunaan dan sifat air
tanah dan air permukaan

B. Bagian sosiologis dan kesejahteraan publik dan ekologis

Hal ini diidentikkan dengan bagian wilayah yang berdomisili di Kota Kotagede RT 06 RW 02
sebagai wilayah yang paling dekat dengan kawasan pergerakan pembangunan penginapan Omah
Gedang. Desinfeksi alami dan penyakit yang disebabkan oleh latihan proyek harus diperhatikan
dan dirawat, sementara kantor, misalnya, pusat kesehatan umum dibangun.
BAB IV

RUANG LINGKUP STUDI

Sebuah pelajaran

Cara paling umum untuk menyelesaikan pemeriksaan pengaruh ekologis dalam tinjauan ini
mengacu pada pedoman Pendeta Iklim Nomor 8 Tahun 2006 tentang Aturan Perencanaan
Penyelidikan Pengaruh Alam, dimulai dengan sistem pemeriksaan, kesiapan teknik studi,
jaminan tingkat dan sifat efek kritis, penilaian efek besar dan proposal untuk ide-ide kegiatan.
arahan lebih lanjut, penataan dan administrasi alam sebagai rencana aksi elektif, rencana
administrasi ekologis sebagai rencana aksi elektif, rencana administrasi ekologis (RKL) dan
rencana pengamatan alam (RPL).

Strategi untuk mengumpulkan dan membedah bagian-bagian alami yang dinilai terkena dampak
latihan dalam fase pra-pengembangan, pengembangan, dan aktivitas pembangunan penginapan
bergantung pada konsekuensi dari mempelajari efek kritis teoretis, batas wilayah tinjauan, dan
waktu terjauh dari tinjauan.

1. Strategi penilaian bergoyang

Sesuai dengan strategi pendugaan pengaruh besar dan besar yang digunakan, untuk premis
mengetahui sejauh mana pengaruh kritis spekulatif, teknik formal dan non-formal untuk
mengantisipasi pengaruh latihan terhadap kualitas alam digunakan untuk bagian-bagian yang
mengandung kualitas matematis ( angka) seperti fisik-senyawa, memanfaatkan persamaan
eksperimental/numerik dan diarahkan oleh norma-norma kualitas ekologis. Teknik untuk menilai
ukuran efek untuk bagian alami yang berbeda dapat digambarkan sebagai berikut, Bagian fisik-
substansi sebagai kualitas udara:

Tingkat dampak penurunan kualitas udara yang dinilai dibagi menjadi dua sumber efek,
khususnya usia lalu lintas kendaraan material dan pekerjaan tanah termasuk perangkat keras
yang substansial, partikel debu karena pekerjaan tanah, kualitas udara dapat mengalami
perubahan dalam latihan pengembangan terutama karena emanasi asap mulai dari peralatan berat
seperti truk, ezcavator, ekskavator, dan lain-lain, serta material sisa dan pengembangan. Usia
racun karena aliran keluar gas asap dan perangkat keras yang berat ditentukan tergantung pada
resep yang menyertainya:

C = Qs/uz

Data

C : fokus sekitar (ug/m3)

Q : tingkat emanasi per satuan wilayah (ug/s/m3)


S : panjang daerah survei (m)

U : kecepatan angin

Z : tinggi campuran (m)

Tingkat emanasi per satuan wilayah (Q) yang ditentukan tergantung pada jumlah perangkat keras
besar yang digunakan dan penggunaan bahan bakar adalah sebagai berikut

TSP = 0,3330 g/s/m3

NOx = 1,512 g/s/m3

CO = 5.981 g/s/m3
BAB V

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Konsekuensi dari penilaian efek teoritis kemudian dilakukan untuk memutuskan efek ekologi
yang sebenarnya yang mungkin akan terjadi. Dampak alam yang dikenang sebagai isu utama
diperkirakan akan menjadi dampak yang sangat besar dan signifikan yang akan diawasi dan
diamati, khususnya bagian substansi geofisika yang meliputi penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan. Berdasarkan kerangka acuan yang disepakati, beberapa Efek Besar
Spekulatif (DPH) telah diketahui yang akan mempengaruhi iklim karena pembangunan
penginapan Omah Gedang di Jambi dan Yogyakarta.

A. Pengukur efek besar

Seperti perubahan cara pandang dan pemahaman individu, penurunan kualitas udara dan
meluasnya kegaduhan.

B. Menilai kehebatan efek

Besarnya pengaruh tersebut adalah kontras antara kondisi ekologis ketika ada usaha dan kondisi
alam tanpa usaha, atau didefinisikan dengan persamaan:

= KLp - KLo

Catatan.

= ukuran efek

KLp = Batas alam masa depan menghargai dengan usaha

KLo = Nilai batas ekologis masa depan tanpa proyek

Satuan besarnya pengaruh adalah sesuai dengan satuan batas ekologis yang diperiksa. Nilai batas
ekologis masa depan tanpa usaha dianggap setua kondisi patokan awal alam. Asumsi yang
digunakan dalam effect gauge ini adalah bahwa sifat batas ekologis masa depan sama tuanya
dengan kondisi saat ini (mulai standar alami).

C. Pengukur pentingnya efek

Perkiraan efek kritis diselesaikan dengan menghubungkan setiap ukuran dengan 7 ukuran efek
besar. Penjaminan besarnya dampak kritis dilakukan dengan memanfaatkan langkah-langkah
yang diberikan dalam Pedoman Pendeta Iklim No. 05 Tahun 2012, meliputi:

1. Jumlah individu yang akan terkena dampak

2. Ukuran wilayah yang terkena dampak


3. Rentang efek dan kekuatan efek

4. Jumlah bagian ekologis lainnya yang terkena dampak

5. Sifat efek agregat

6. Efek inversi/non-inversi

7. Aturan yang berbeda sesuai dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan inovasi

Penurunan kualitas udara pada tahap pengembangan pembangunan fly over span, salah satunya
berasal dari aktivitas kendaraan yang memindahkan alat berat dan material. Teknik untuk
mengukur efek kritis untuk penurunan kualitas udara (PM10, Nox, CO) menggunakan resep
Gaussian (sumber baris) sebagai berikut:

Catatan.

C(x,z) : Pemusatan toksin udara pada fasilitas x dan z (ugr/m3)

QL : Laju emanasi per satuan jarak (gr/dtk.m)

Z : Perawakan reseptor di atas tanah

u : Kecepatan angin normal pada poros-x (m/s)


BAB VI

EVALUASI DAMPAK PENTING

Pengkajian efek besar diharapkan sebagai karya untuk menilai arah dan pola semua
perkembangan kualitas alami yang akan terjadi dalam ruang yang mencakup semua dan
penyebab dari waktu tertentu karena latihan dari gerakan yang diatur. Dampak lanjutan dari
penilaian dampak besar yang akan terjadi pada bagian/sub bagian batas alam karena tindakan
usaha ini akan dinilai berdasarkan pedoman Pendeta Negara Perubahan Iklim Nomor 08 Tahun
2006 tentang Aturan Kesiapsiagaan AMDAL. Penilaian efek kritis karena pembangunan
penginapan adalah penyelidikan agregat (komprehensif) dari berbagai efek ekologi besar. Efek
besar yang berbeda ini diperiksa secara umum yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama
lain, mengingat efek yang diantisipasi yang mungkin muncul dalam tingkat kehidupan yang telah
ditentukan sebelumnya.

DAFTAR PUSAKA

Chafid Fandeli, 1992, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Prinsip Dasar dan
Pemapanannya Dalam Pembangunan, Liberty Yogyakarta.

Gunawan Soeratmo, F. 1998. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah


Mada University Press.

Otto Soemarmoto, 1990. Analisis Dampak Lingkungan, Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.

Srikandi Fardiaz, 1995, Polusi Air & Udara, Yogyakarta : Kanisius.

Wisnu Arya Wardhana, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Andi Ofset.
z : Koefisien hamburan vertikal Gauss (m).

Anda mungkin juga menyukai