Anda di halaman 1dari 19

Dokumen Usulan Teknis

Perkerjaan Konsultansi
Pengendalian Alih Fungsi Lahan Kawasan
Industri dan Permukiman

1
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................2
BAB I - PENDAHULUAN....................................................................................................................3
I.1. Latar Belakang.......................................................................................................................3
I.2. Tujuan Pekerjaan...................................................................................................................4
I.3. Ruang Lingkup Pekerjaan.......................................................................................................5
I.4. Jangka Waktu Pelaksanaan....................................................................................................7
I.5. Sistematika Penyusunan........................................................................................................7
BAB II - PENGALAMAN KERJA PERUSAHAAN...................................................................................9
BAB III TANGGARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA.........................................................10
III.1. Tanggapan Terhadap Pekerjaan........................................................................................10
III.2. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan..............................................................................11
BAB IV APRESIASI DAN INOVASI....................................................................................................13
IV.1. Apresiasi Terhadap Program Pemerintah dan Pekerjaan Jasa Konsultansi......................13
IV.1. Inovasi Yang Dapat Ditawarkan........................................................................................13
BAB V PENDEKATAN DAN METODOLOGI......................................................................................15
V.1. Pendekatan.........................................................................................................................15
V.2. Metodologi.........................................................................................................................15
BAB VI RENCANA KERJA.................................................................................................................18

2
BAB I - PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Momentum pemulihan ekonomi Indonesia ditandai dengan tren peningkatan
pertumbuhan ekonomi hingga tahun 2018, merupakan pertumbuhan tertinggi sejak tahun
2013. Meskipun pada tahun 2020 ini pertumbuhan ekonomi terganggu dengan adanya
pandemi virus covid-19. Sebagaimana tercantum dalam Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia banyak ditopang oleh permintaan domestik.
Pertumbuhan konsumsi dan investasi meningkat didukung pendapatan yang membaik,
keberlanjutan pembangunan proyek infrastruktur, serta daya beli yang terjaga. Secara spasial,
pertumbuhan ekonomi menguat hampir di seluruh wilayah Indonesia. Investasi terkait
infrastruktur pendukung di berbagai sektor ekonomi juga naik sejalan dengan perkembangan
teknologi dan ekonomi digital. Pemerintah Indonesia terus berupaya mewujudkan akselerasi
pembangunan infrastruktur strategis, ditandai dengan perwujudan infrastruktur dan
konektivitas sebagai program prioritas nasional.
Peningkatan laju pembangunan infrastruktur, perekonomian, dan pariwisata di
Indonesia, mendesak kebutuhan akan lahan meningkat dan berdampak pada tingginya alih
fungsi lahan. Alih fungsi lahan dianggap menjadi persoalan besar ketika berakibat pada
kerusakan lingkungan dan menyentuh persoalan keberlangsungan hidup manusia. Kegiatan alih
fungsi lahan di Indonesia banyak terjadi pada lahan pertanian, lahan perkebunan, dan kawasan
hutan. Terjadinya alih fungsi lahan dikhawatirkan dapat mengganggu produksi pangan dan
bahan baku di Indonesia. Jika alih fungsi lahan tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan
ini tidak terkendali dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan dan bahan baku, bahkan
dalam jangka panjang dapat menciptakan bencana sosial. Begitu pula dengan kegiatan alih
fungsi lahan pada Kawasan Hutan dapat mengancam fungsi lindung, produktivitas hasil hutan,
dan keberlangsungan kehidupan ekosistem di dalamnya.
Alih fungsi lahan yang disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan lahan
pembangunan di Indonesia ini berasal dari kegiatan yang diadakan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Pihak Swasta, dan perorangan. Pembangunan tersebut sebagian besar
diperuntukan sebagai kawasan industri, perdagangan, jasa, dan permukiman. Masalah yang
muncul dalam kegiatan alih fungsi lahan diantaranya:

1. Penentuan lokasi terhadap kawasan pembangunan berada tidak sesuai dengan Rencana
Tata Ruang yang berlaku;
2. Lokasi alih fungsi lahan yang tidak matang dalam kajian strategi menyebabkan lahan
yang telah dialihfungsikan tidak berkembang dengan baik;

3
3. Perlu kajian terhadap Nilai Lahan, Lingkungan Hidup dan Perubahan Ekonomi
Masyarakat Sekitar;
4. Terdapat beberapa Hak Atas Tanah yang terbit sebelum penetapan kawasan, tetapi
memiliki peruntukan yang tidak sesuai kawasan tersebut, sehingga perlu dilakukan
penataan ulang;
5. Tidak adanya tindak lanjut atas kewajiban yang harus dipenuhi terhadap kegiatan alih
fungsi lahan yang telah dilakukan, misalnya penggantian lahan pada lahan pertanian
tanaman pangan.

Sehubungan dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta


Kerja, serta rancangan aturan turunannya yang akan segera disahkan. Peran Undang-Undang
Cipta Kerja yang baru terbit ini nantinya akan mendorong kegiatan investasi di Indonesia, yang
secara tidak langsung menyebabkan laju kebutuhan lahan di Indonesia semakin meningkat.
Sehingga, peraturan dan regulasi terkait Pengendalian Alih Fungsi Lahan perlu dikaji kembali.
Dengan maraknya kegiatan alih fungsi lahan tersebut maka Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melalui Direktorat Jenderal Pengendalian dan
Penertiban Tanah dan Ruang, melakukan Pengendalian Alih Fungsi Lahan Kawasan Strategis
Nasional, Kawasan Industri, Kawasan Perkantoran, Kawasan Pariwisata, Perdagangan, Jasa, dan
Kawasan Permukiman. Pengendalian tersebut berdasarkan aspek Pengawasan, Pengaturan,
Pembinaan, dan Penertiban.
Kajian Pengendalian Alih Fungsi Lahan difokuskan pada lokasi yang diproyeksikan akan
mengalami pembangunan yang pesat. Lokasi yang dimaksud dapat berupa Kawasan Strategis
Nasional, seperti Kawasan Industri, Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Presiden, dan/atau kawasan budidaya yang
peruntukannya sebagai industri, perdagangan, jasa, dan permukiman dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota.

I.2. Tujuan Pekerjaan


Tujuan pekerjaan ini secara umum adalah menghasilkan rumusah kebijakan atau
standar operasional prosedur (SOP) terkait dengan pengendalian dan penertiban tanah dan
ruang terkait denga alih fungsi kawasan industri dan permukiman dalam rangka terwujudnya
ketersediaan lahan untuk mengurangi tanah terlantar sehingga produktivitas pemilikan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah (IP4T) meningkat. Sementara itu tujuan pekerjaan ini
secara spesifik adalah sebagai berikut ini:
1. Memperoleh materi teknis terkait dengan aspek politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan keamanan, dan penerapan pengendalian alih fungsi lahan;
2. Memperoleh sebuah rumusan rekomendasi dan standar yang dapat memenuhi empat
fungsi pengendalian, berupa pencegahan, pemantauan, pembinaan, dan penertiban;

4
3. Memperoleh sistem pengendalian alih fungsi lahan yang dapat digunakan agar empat
fungsi pengendalian, berupa pencegahan, pemantauan, pembinaan, dan penertiban
dapat berjalan sinergi.

I.3. Ruang Lingkup Pekerjaan


Ruang lingkup pekerjaan dalam jasa konsultansi ini meliputi:
1. Lokasi;
2. Lingkup Kegiatan.

Sehubungan dengan lokasi, pekerjaan Pengendalian Lahan Pertanian (Food Estate) ini
dilaksanakan dengan rincian lokasi sebagai berikut ini.

Tabel I.1 Kegiatan dan Lokasinya


No. Kegiatan Keterangan
1. Survei lapangan Kawasan Industri, Perdagangan, Jasa, dan
Permukiman:
- Pantai Utara Pulau Jawa (Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur); dan
- Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) Danau Toba, Provinsi Sumatera
Utara.
2. Focus Group Discussion Dilaksanakan di DKI Jakarta sebanyak 2 (dua) kali
3. Rapat Fullboard, penyusunan Dilaksanakan di DKI Jakarta sebanyak 2 (dua) kali
standar, sistem, dan
rekomendasi Pengendalian
Lahan Pertanian.

Sementara itu, lingkup kerja dan tahapan kegiatan ini adalah sebagai berikut ini:

Tabel I.2 Tahapan Pekerjaan


No. Tahapan Kegiatan Keterangan
Pekerjaan
1. Persiapan a. Pembentukan tim, kajian -
terhadap kerangka kerja,
pengembangan
metodologi, serta rencana
kerja rinci;
b. Identifikasi kebutuhan

5
No. Tahapan Kegiatan Keterangan
Pekerjaan
data dan informasi awal
lokasi studi sebagai sampel
awal.
2. Pelaksanaan dan a. Studi literatur;  Studi literatur: pencarian
Pengumpulan b. Wawancara mendalam data terhadap berbagai
Data (in-depth interview); sumber tertulis, baik
c. Survei lapangan dan berupa buku-buku,arsip,
pengolahan data spasial; majalah, artikel, dan jurnal
d. Diskusi kelompok atau dokumen-dokumen
terpumpun (Focus Group yang relevan dengan
Discussion); permasalahan yang dikaji.
e. Full board meeting  In-depth interview, proses
memperoleh keterangan
dengan cara wawancara
dengan responden, yaitu
masyarakat, para pakar,
pemeritah daerah, dan
pemangku kepentingan
terkait dalam bidang yang
relevan.
 Survei lapangan dilakukan
dengan peralatan sebagai
berikut:
 komputer/laptop;
 alat ukut GPS;
 Unmaned Aerial
Vehicle
(UAC)/Drone;
 Plottter/Printer
warna A3;
 Kamera resolusi
tinggi.
 FGD, dilakukan dalam
bentuk rapat dengan
pemangku kepentingan
dalam mengkaji dan

6
No. Tahapan Kegiatan Keterangan
Pekerjaan
mengkonfirmasi data yang
diperoleh dari hasil
pelaksanaan kajian.
 Full board meeting
dilakukan untuk finalisasi
kajian.
3. Penyusunan a. Rencana Mutu Kontrak Jenis laporan yang akan
Laporan b. Laporan Awal disampaikan kepada pemberi
c. Laporan Antara jasa yaitu Kementerian
d. Laporan Akhir ATR/BPN
e. Ringkasan Eksekutif
f. External Hard Disk

I.4. Jangka Waktu Pelaksanaan


Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah selama 8 (delapan) bulan kalender pada
tahun 2021 sejak diterbitkannya SPMK oleh Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja
Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang, Kementerian Agararia dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.

I.5. Sistematika Penyusunan


Dokumen Usulan Teknis ini disusun dengan sistematika sebagai berikut ini.
1. Bab I berisi mengenai Pendahuluan yang bermuatan menegnai latar belakang, tujuan
pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pekerjaan, dan sistematika
penyusunan.
2. Bab II berisi mengenai Pengalaman Kerja Perusahaan yang bermuatan ………………….;
3. Bab III berisi mengenai Tanggapan terhadap Kerangka Acuan Kerja dengan rincian
materi berupa tanggapan terhadap pekerjaan dan tanggapan terhadap kerangka acuan.
4. Bab IV berisi mengenai Apresiasi dan Inovasi, yang memuat apresiasi terhadap program
pekerjaan yang diinisiasi pemerintah terkait dengan tujuan dan sasaran yang hendak
dicapai dan inovasi kegiatan yang diperlukan agar tujuan dan sasaran tercapai.
5. Bab V berisi mengenai pendekatan dan metodologi dimana pendekatan kuantitatif dan
kualitatif digunakan melaksanakan pekerjaan ini dan metodologi yang digunakan berupa
metodologi kajian yang berbasis studi literatur dan lapangan.
6. Bab VI berisi mengenai Rencana Kerja tim dalam mengimplementasikan dan
merealisasikan pekerjaan ini.

7
8
BAB II - PENGALAMAN KERJA PERUSAHAAN

9
BAB III TANGGARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA

Kerangka Acuan Kerja (KAK) telah disusun oleh Direktorat Pengendalian Hak Tanah, Alih
Fungsi Lahan, Kepulauan dan Wilayah Tertentu. KAK ini berisikan lengkap mengenai latar
belakang, maksud dan tujuan, sasaran kegiatan, penerima manfaat, keluaran, strategi
pencapaian keluaran, dan tenaga pelaksana. Sehubungan dengan KAK ini, terdapat tanggapan
terhadap KAK yang sudah dibuat.
Secara umum, KAK yang sudah dibuat sudah sangat lengkap dan komprehensif serta
mampu menggambarkan deskripsi dan kejelasan kegiatan secara rinci dan bertahap. Hal ini
tentu saja memberikan penjelasan dan panduan yang baik bagi para penyedia jasa konsultansi
dalam menjalankan aktivitas atau pekerjaan ini dalam mencapai tujuan dan sasaran yang
diharapkan. Namun, tentu saja ada beberapa catatan yang akan dikemukakan dalam rincian
tanggap di bawah ini.

III.1. Tanggapan Terhadap Pekerjaan


Pekerjaan jasa konsultansi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Kawasan Industri dan
Permukiman merupakan pekerjaan yang sangat dibutuhkan dalam rangka memberikan
masukan bagi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam
mewujudkan visi pemerintahan Joko Widodo pada periode 2019-2024. Sebagaimana diketahui
bahwa banyak lahan produktif yang berguna bagi pertanian dan kehutanan yang sebelumnya
mempunyai fungsi lingkungan dan sosial yang baik dialihkan kepada kawasan industri namun
mempunyai dampak lingkungan dan tidak sesuai dengan tata ruang. Terkadang ada juga lahan-
lahan tadi yang akhirnya mangkrak dan tidak dimanfaatkan oleh pelaku usaha apalagi untuk
masyarakat. Pengendalian alih fungsi ini sangat dibutuhkan dalam rangka mencapai dan
mewujudkan penertiban lahan secara teratur untuk mengantisipasi potensi kebutuhan di masa
mendatang bagi kecukupan lahan bagi produktivitas negara dan masyarakat.
Jasa konsultansi ini amat penting untuk memberikan masukan dan solusi yang konkrit
bagi pemerintah dalam rangka mengambil kebijakan yang tepat guna bagi kepentingan
masyarakat itu sendiri. Model pekerjaan yang interdisipliner ini tentu amat baik karena tidak
hanya melihat kepada aspek regulasi dan kebijakan itu sendiri namun dari aspek teknis yang
lain misalnya dari aspek perencanan wilayah dan kota, pertanian, ekonomi pembangunan,
lingkungan dan kehutanan, dan sistem informasi geografis. Dengan melihat kepada perspektif
yang luas, maka regulasi, kebijakan dan SOP akan bernuansa akademik sekaligus juga aplikatif
sehingga bisa diterapkan di lapangan dalam implementasinya.
Namun demikian, ada catatan-catatan yang hendak disampaikan atas KAK ini, yaitu
sebagai berikut:

10
1. Dalam konteks keluaran, KAK belum mencantumkan kejelasan apakah yang dimaksud
dengan perangkat standar, sistem, dan rekomendasi kebijakan pengendalian alih fungsi
kawasan industri dan permukiman ini. Terkait aspek kebijakan produk utama dari
kebijakan pada umumnya adalah berupa peraturan. Peraturan apa yang dimaksud
belum terlihat dalam KAK. Apakah akan diserahkan dulu kepada penyedia jasa
konsultansi untuk mengkajinya terlebih dahulu, namun juga belum kelihatan. Usulan
kami ke depan adalah bahwa perlu disebutkan keluaran akhir ini akan jadi laporan
kegiatan yang akan jadi benchmark peraturan baru yang mau dibuat.
2. Dalam konteks arah pekerjaan ini, KAK belum mencantumkan secara jelas bagaimana
sesungguhnya arah dan program pemerintah yang diharapkan terwujud apakah
memperkuat legitimasi kawasan industri, mengkaji kembali keberadaan kawasan
industri yang tidak sesuai tata ruang dan merusak lingkungan, ataukah mengkaji kembali
pengendalian untuk menghasilkan solusi yang win-win bagi kawasan industri dan
produktivitas lahan dan masyarakat.
3. Dalam konteks tenaga pelaksana, catatan dialamatkan kepada persyaratan ahli hukum
sebagai team leader pekerjaan ini dimana sangat jarang ahli hukum mempunyai
sertifikat keahlian. Ahli hukum sebagian besar berasal dari advokat atau akademisi.
Bukti persyaratan yang mungkin ke depannya bisa diterapkan adalah berupa bukti
bahwa dia adalah berprofesi tertentu misalnya kartu advokat atau SK Pengangkatan
Advokat dan nomor dosen terdaftar.

III.2. Tanggapan Terhadap Kerangka Acuan


Terkait dengan KAK itu sendiri, sebagaimana disebutka sebelumnya KAK sudah disusun
secara lengkap dan komprehensif. Sistematika yang disusun pun cukup menjelaskan
bagaimana desripsi pekerjaan ini akan dilaksanakan serta output yang diharapkan. Namun
demikian, tanggapan atau catatan atas KAK ini secara spesifik adalah sebagai berikut:
1. Pagu anggaran atau alokasi dana. Dengan rencana kerja selama 8 bulan dan
kompleksitas pekerjaan yang akan dijalankan, pagu anggaran sebesar Rp1 miliar
mungkin perlu diperjelas, apalagi dalam implementasi akan dikaitkan dengan sejumlah
aktivitas yang akan dijalankan, misalnya FGD, Survei lapangan, dan Rapat Fullboard atau
konsinyering. Selain itu, terdapat Standar Biaya Umum (SBU) dan Standar Biaya Khusus
(SBK) yang harus penyedian jasa patuhi. Hal ini akan berpengaruh terhadap beban biaya
yang harus dikeluarkan penyedia jasa;
2. Dalam hal ruang lingkup pekerjaan, pelaksanaan FGD dan rapat fullboard mungkin akan
lebih dari yang ada di dalam KAK dalam realisasinya. Perlu diberikan ruang dinamis dan
fleksibel bagi penyelenggaraan acara lebih dari yang ditentukan dalam rangka
memantapkan hasil keluaran dari pekerjaan ini.

11
3. Dalam hal pelaporan, KAK masih menyebutkan secara umum saja jangka wakt
penyampaian laporan dan tidak menyesuaikan dengan prinsip delivery-based report,
dimana laporan biasanya disampaikan berdasarkan timeline delivery pekerjaan yang
disepakati. Tentu saja hal ini akan menambah pekerjaan penyedia jasa yang tidak hanya
harus menyampaikan laporan substantif saja namun juga laporan teknis secara berkala.

12
BAB IV APRESIASI DAN INOVASI

IV.1. Apresiasi Terhadap Program Pemerintah dan Pekerjaan Jasa Konsultansi


Adanya program pemerintah dalam mengevaluasi lahan-lahan terlantar yang
sebelumnya dialihkan untuk kawasan industri dan permukiman perlu diapresiasi karena untuk
mengakomodasi masukan masyarakat selama ini akan pemenuhan hak masyarakat akan
pertanahan dan produktivitas lahan bagi pembangunan nasional yang berdimensi ekonomi, hak
asasi manusia, dan perlindungan masyarakat marjinal. Sehubungan dengan itu, adanya
program pekerjaan konsultansi dalam Pengendalian Alih Fungsi Kawasan Industri dan
Permukiman amatlah diapresiasi karena pekerjaan ini menjadi titik awal dalam memulai
menertibkan lahan-lahan tidur yang bisa digunakan untuk kepentingan produktif di Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa tidak sedikit lahan-lahan produktif di sektor pertanian,
perkebunan, kehutanan, dan lahan produktif lainnya yang teralihkan menjadi kawasan industri,
kawasan komersial, dan kawasan permukiman. Namun, tidak sedikit juga bahwa kawasan ini
menjadi terlantar atau bahkan pembangunaannya berdampak kepada kerusakan lingkungan
serta tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang dibuat sebelumnya. Dalam realisasinya,
perwujudan untuk ketertiban alih fungsi ini merupakan tantangan yang besar. Aktivitas dalam
memetakan lahan, jenis lahan, kepemilikan, tata ruang, geospasial, peraturan terkait, dan
sebagainya merupakan aktivitas yang memang harus dilakukan pada tahap awal. Dari sinilah
informasi awal akan diketahui dan menjadi batu loncatan pemerintah bagi tahapan berikutnya.
Regulasi dan kebijakan menjadi instrumen pemerintah dalam melaksanakan program-
program dan mengalokasikan anggarannya. Ketiadaan regulasi dan kebijakan tadi tentu saja
dapat berdampak kepada kegiatan maladministratif yang berujung kepada pelanggaran hukum.
Hadirnya situasi kompleks dalam alih fungsi lahan dan sejumlah rambu-rambu aturan terkait
tentu saja membutuhkan masukan dan kajian komprehensif yang dapat mendukung program
pemerintah tadi dan menjadi basis legalisasi pemerintah. Hal demikian hanya dapat diterapkan
apabila semua pemangku kepentinga dilibatkan secara terbuka dan diajak dalam berkolaborasi.
Dengan program yang akomodatif dan kolaboratif, apa yang menjadi niat pemerintah tentu
akan bisa terwujud meskipun pro kontra selama proses kajian dan pengambilan kebijakan
muncul.

IV.1. Inovasi Yang Dapat Ditawarkan


Sejalan dengan apresiasi yang disampaikan pada bagian sebelumnya, tentu saja ke
depannya diperlukan inovasi-inovasi dalam perwujudan program pemerintah agar pekerjaan ini
bisa berjalan dan keluaran pemerintah juga bisa terwujud. Dalam konteks pekerjaan, inovasi
yang dapat ditawarkan terkait tahapan pekerjaan ini adalah berupa penyelenggaraan FGD yang
melibatkan seluruh komponen stakeholders termasuk yang mungkin kritis terhadap

13
pemerintah, pengumpulan informasi awal melalui berbagai peralatan yang mendukung
kegiatan, penentuan kriteria pemetaan wilayah yang dianggap layak dan mudah untuk dijadikan
lahan sebagai food estate.
Inovasi yang kami tawarkan selanjutnya adalah dengan memberikan analisis kesesuaian
lahan menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan Sistem Informasi
Geografis berdasarkan hasil survei lapangan serta hasil kuisioner dari para ahli tata ruang yang
dekat dengan lokasi pekerjaan. Hal ini kami tawarkan agar hasil keluaran pekerjaan ini terkait
rumusan rekomendasi dan standar yang dapat memenuhi empat fungsi pengendalian, berupa
pencegahan, pemantauan, pembinaan, dan penertiban dapat dipertanggungjawabkan karena
sudah menyangkut hal teknis dan akademis.
Kesesuaian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk
penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu area dapat berbeda tergantung daripada tipe
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Klasifikasi kesesuaian lahan dapat dipakai
untuk klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang
tersedia baik data hasil survei, data sekunder maupun hadil wawancara atau kuisioner. Evaluasi
kesesuaian lahan dilakukan dengan cara membandingkan persyaratan penggunaan lahan
dengan kualitas (karakteristik) lahan yang ada, sehingga lahan tersebut dapat dinilai apakah
masuk kelas yang sesuai untuk penggunaan lahan yang dimaksud. Evaluasi kesesuaian lahan
merupakan suatu proses analisis untuk mengetahui potensi lahan dalam penggunaan tertentu
yang berguna untuk membantu perencanaan, penggunaan, dan pengelolaan lahan.
Dalam konteks keluaran kegiatan, inovasi yang ditawarkan adalah berupa kampanye
program alih fungsi Kawasan industri dan permukiman melalui platform media infografik yang
bisa tersebar luas sebagai informasi bagi masyarakat. Dengan penyebaran program ini
diharapkan akan terus dinamis dan berkelanjutan isu atas hal ini dan akan berpengaruh
terhadap program dan aktivitas Kementerian ATR/BPN berikutnya dalam mewujudkan sasaran
dari program ini secara umum.

14
BAB V PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pekerjaan jasa konsultansi ini dilaksanakan tentu saja dengan pendekatan dan
metodologinya sendiri agar bisa memenuhi maksud dan tujuan kegiatan Pengendalian Alih
Fungsi Lahan Kawasan Industri dan Permukiman. Adapun pendekatan dan metodologi yang
digunakan penyedia jasa untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah berikut di bawah ini.

V.1. Pendekatan
Pendekatan pekerjaan ini akan dilakukan secara multidisipliner. Meskipun hasil akhir
kegiatan ini berupa kebijakan atau SOP pengendalian lahan pertanian, pendekatan keilmuan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini tidak hanya berpusat kepada aspek legal saja, namun juga
setidaknya kepada aspek perencanaan wilayah dan kota, pertanian, ekonomi pembangunan,
lingkungan dan kehutanan, dan informasi geografis. Melalui pendekatan multidisipliner, usulan
dan rekomendasi kebijakan diharapkan dapat lebih komprehensif, tidak hanya dari sisi materi
muatan, namun juga dari kedalaman isu yang diharapkan.

V.2. Metodologi
Dari aspek metodologi, pekerjaan ini akan dilaksanakan dengan metode kajian teoritis
dan aplikatif secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk merealisasikan metode ini tahapan
pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut ini.

Tabel V.1 Tahapan Pekerjaan Jasa Konsultansi


No. Tahapan Kegiatan Keterangan
Pekerjaan
1. Persiapan a) Pembentukan tim, kajian Mobilisasi tim, pemantapan
terhadap kerangka kerja, metodologi dan rencana kerja,
pengembangan koordinasi awal dan
metodologi, serta rencana penyamaan persepsi bersama
kerja rinci; tim teknis Kem. ATR/BPN,
b) Identifikasi kebutuhan inventarisasi kebutuhan data
data dan informasi awal awal, desain survey, dan
lokasi studi sebagaipelengkapan lapangan,
sampel awal. penyiapan surat survey
pemantauan lapangan
2. Pengumpulan a. Studi literatur;  Studi literatur atau desk
Data b. Wawancara mendalam study: pencarian data
(in-depth interview); terhadap berbagai sumber

15
No. Tahapan Kegiatan Keterangan
Pekerjaan
c. Survei lapangan dan tertulis, baik berupa buku-
pengolahan data spasial; buku,arsip, majalah, artikel,
d. Diskusi kelompok dan jurnal atau dokumen-
terpumpun (Focus Group dokumen yang relevan
Discussion); dengan permasalahan yang
e. Full board meeting dikaji.
 In-depth interview, proses
memperoleh keterangan
dengan cara wawancara
dengan responden, yaitu
masyarakat, para pakar,
pemeritah daerah, dan
pemangku kepentingan
terkait dalam bidang yang
relevan.
 Survei lapangan dilakukan
dengan peralatan sebagai
berikut:
 komputer/laptop;
 alat ukut GPS;
 Unmaned Aerial
Vehicle
(UAC)/Drone;
 Plottter/Printer
warna A3;
 Kamera resolusi
tinggi.
 Survei lapangan dilakukan
dengan koordinasi dan
komunikasi dengan tim
teknis/supervise,
koordinasi komunkasi di
daerah, dan pelaksanaan
pemantauan.
 FGD, dilakukan dalam
bentuk rapat dengan

16
No. Tahapan Kegiatan Keterangan
Pekerjaan
pemangku kepentingan
dalam mengkaji dan
mengkonfirmasi data yang
diperoleh dari hasil
pelaksanaan kajian.
 Full board meeting
dilakukan untuk finalisasi
kajian.
3. Pelaksanaan a) Perumusan permasalahan Pengolahan data, penyusunan
pengendalian lahan laporan, dan pembahasan
pertanian berdasarkan laporan.
hasil survei lapangan;
b) Perancangan
desain/konsep kebijakan
pengendalian lahan
pertanian (food estate);
c) Penciptaan SOP
pengendalian lahan
pertanian (food estate).
4. Penyusunan a) Rencana Mutu Kontrak Jenis laporan yang akan
Laporan b) Laporan Awal disampaikan kepada pemberi
c) Laporan Antara jasa yaitu Kementerian
d) Laporan Akhir ATR/BPN
e) Ringkasan Eksekutif
f) External Hard Disk

17
BAB VI RENCANA KERJA

Bab ini berisi mengenai rencana kerja dan tenaga pelaksana dari pekerjaan jasa konsultansi
yang dilakukan. Secara umum, jangka waktu pekerjaan ini adalah selama 8 (delapan) bulan.
Rincian rencana kerja dari jangka waktu tersebut adalah sebagai berikut ini.

Tabel VI.1 Rencana Waktu Pekerjaan


No Aktivitas Bulan Ke-
I II III IV V VI VII VIII
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A Persiapan
1 Mobilisasi
tim
2 Pemantapan
metodologi
dan rencana
kerja
3 Koordinasi
awal
4 Inventarisasi
kebutuhan
awal
5 Penyiapan
peta kerja
6 Penyiapan
surat survey
pemantauan
lapangan
B Pelaksanaan
Pengumpula
n Data
1 Studi
literatur
2 Indepth
inteview
3 Survei
lapangan
4 FGD
5 Full board
meeting
C Konsep dan
Desain

18
No Aktivitas Bulan Ke-
I II III IV V VI VII VIII
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Luaran
1 Perumusan
masalah
2 Perancangan
konsep/desai
n
3 Penciptaan
SOP
D Penyusunan
Laporan
1 Rencana
Mutu
Kontrak
2 Laporan
Pendahuluan
3 Laporan
Antara
4 Laporan
Akhir
5 Ringkasan
Eksekutif
6 Extenal
Harddisk

19

Anda mungkin juga menyukai