Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

Kementerian Agraria & Tata Ruang Direktorat Jenderal Tata Ruang


/Badan Pertanahan Nasioinal Direktorat Perencanaan Tata Ruang

1.1. Latar Belakang

Untuk mempercepat pelaksanaan berusaha di Indonesia, Pemerintah pada


tanggal 21 Juni 2018 telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik melalui penyederhanaan regulasi dan mempermudah birokrasi
perizinan dengan menyatukan pengajuan, proses, dan pengeluaran
perizinan berusaha melalui sistem pengelolaan perizinan terpadu secara
elektronik atau Online Single Submission (OSS). Setelah investor/pelaku
usaha mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) dan perizinan dasar,
perizinan berusaha/investasi kemudian harus memenuhi perizinan
lingkungan dan standar bangunan, yaitu izin yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan usaha yang sesuai dengan ketentuan tata ruang dan
lingkungan hidup; dan kesesuaian dengan standar bangunan yang
ditentukan serta kelayakan fungsi bangunan.

Bagi daerah yang belum memiliki Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),
investor atau pelaku usaha diwajibkan mengajukan Izin Lokasi melalui
Sistem OSS. Sedangkan bagi wilayah yang telah memiliki RDTR atau
berada dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Industri (KI),
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), dan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), tidak memerlukan
Izin Lokasi dalam melakukan kegiatan berusaha.

Oleh karena itu, penyelesaian RDTR menjadi sangat signifikan dalam


PENDAHULUAN

membantu realisasi investasi karena bisa mempersingkat waktu izin


pemanfaatan lahan. Namun demikian, baru sebagian kecil kabupaten/kota
yang saat ini memiliki Peraturan Daerah tentang RRTR dari 508

Buku
Fakta & Analisa I-1
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

kabupaten/kota seluruh Indonesia. Program percepatan pembangunan


terancam stagnan karena investor butuh tambahan waktu untuk
mendapatkan Izin Lokasi sebelum dapat memanfaatkan lahannya.

Untuk itu, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN akan mempercepat


penyusunan RDTR sebagai dasar perizinan pemanfaatan ruang dengan
mengutamakan kabupaten dan kota tujuan investasi dalam mendukung
kemudahan berusaha melaluipelaksanaan perizinan investasi terpadu
secara daring atau OSS. Salah satu kabupaten/kota yang akan disusun
rencana rinci tata ruangnya adalah Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa
Timur.

1.2. Isu Strategis

Berikut adalah isu strategis wilayah yang terdapat di Kabupaten Lamongan


terkait Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang di BWP Paciran:
1. Pengembangan Jalan Tol Manyar – Paciran – Tuban (lewat Pantura)
2. Pembangunan Lamongan Integerated Shorebase (LIS) dan Kawasan
Kemaritiman
3. Pengembangan Kawasan industri Gelang Utara (Gresik – Lamongan);
4. Pengembangan Kawasan Kerjasama Regional Segitiga Emas
Pertumbuhan Tuban –Lamongan – Bojonegoro
5. Pengembangan kawasan pelabuhan ASDP
6. Pengembangan pariwisata: WBL, Zoo Maharani, Makam Sunan
Drajad, Makam Sendang Duwur, Pemandian Air Panas
7. Pengembangan Agropolitan (LP2B) di wilayah selatan Paciran
8. Adanya kawasan hutan, yaitu Hutan Produksi Tetap di wilayah selatan
Paciran
9. Adanya potensi pengembangan di sektor perikanan
PENDAHULUAN

Buku
Fakta & Analisa I-2
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

1.3. Maksud, Tujuan, dan Sasaran

1.3.1. Maksud
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk menyiapkan bahan yang menjadi
landasan spasial pembangunan melalui penyusunan RDTR dan PZ sebagai
dasar pemberian izin dan instrumen pengendalian pemanfaatan ruang.
1.3.2. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu pemerintah Kabupaten Lamongan,
dalam penyusunan Materi Teknis RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan
Perkotaan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur.
1.3.3. Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini antara lain:
1. Tersedianya materi teknis (fakta analisa dan buku rencana) RDTR dan
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan.
2. Tersedianya Ranperda RDTR dan Peraturan Zonasi Kawasan
Perkotaan.
3. Tersedianya album peta dengan skala atau tingkat kedetailan informasi
minimal 1:5.000; dan
4. Tersedianya Buku Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
5. Tersedianya visualisasi 3D

1.4. Dasar Hukum

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar pertimbangan dalam


melaksanakan kegiatan ini, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi JawaTimur (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas
Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan
mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Jogyakarta (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2730);
PENDAHULUAN

2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4444);

Buku
Fakta & Analisa I-3
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 86);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4849);
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966);
7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5168);
9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6398);
10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah
diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
11. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5492);
12. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lembaran
PENDAHULUAN

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5512);

Buku
Fakta & Analisa I-4
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4489);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4833) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6042);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5731);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata
Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5160);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
Rencana Tata Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 593);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5468);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6041);
PENDAHULUAN

22. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan


Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6215);

Buku
Fakta & Analisa I-5
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

23. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 199);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Industri
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 329);
25. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2019 tentang Percepatan
Pembangunan Ekonomi di Kawasan Gresik – Bangkalan – Mojokerto –
Surabaya – Sidoarjo – Lamongan, Kawasan Bromo – Tengger-Semeru,
Serta Kawasan Selingkar Wilis dan Lintas Selatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 225);
26. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2012 tentang
Pedoman Penetapan Fungsi Jalan dan Status Jalan;
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 2036) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 80 Tahun 2015 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 157);
28. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun 2017 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1854);
29. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 394);
30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2012 Nomor 3 Seri D,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 15);
31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2018 tentang
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Jawa
Timur Tahun 2018 – 2038 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun
2018 Nomor 1 Seri D);
32. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kabupaten
Lamongan (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2012 Nomor
13);
33. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
PENDAHULUAN

Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah


Kabupaten Lamongan Tahun 2018 Nomor 4).

Buku
Fakta & Analisa I-6
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

1.5. Ruang Lingkup

1.5.1. Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan persiapan kegiatan antara lain meliputi:
a. menyiapkan kajian awal data sekunder, minimal mencakup kajian
terhadap RTRW kabupaten, RDTR sebelumnya (jika ada) RPJPD,
RPJMD, kebijakan nasional dan ketentuan sektoral terkait
pemanfaatan ruang;
b. melakukan penetapan awal delineasi BWP;
c. melakukan persiapan teknis pelaksanaan, yang meliputi
penyimpulan data awal, penyiapan metodologi pendekatan
pelaksanaaan pekerjaan, penyiapan rencana kerja rinci, dan
penyiapan perangkat survey serta mobilisasi peralatan dan personil
yang dibutuhkan;
2. Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk menentukan
AOI sekaligus survei ke daerah dalam rangka pengenalan lokasi
sebanyak 1 (satu) kali.
3. Melakukan pengumpulan data dan informasi meliputi:
a. Data primer terdiri atas aspirasi masyarakat serta kondisi dan jenis
guna lahan atau bangunan, intensitas ruang, serta konflik-konflik
pemanfaatan ruang (jika ada) maupun infrastruktur perkotaan,
kondisi fisik dan sosial ekonomi BWP;
b. Data sekunder yang terdiri atas peta dasar dan peta tematik serta
data dan informasi lain sebagaimana tercantum dalam Permen
Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN No.16 tahun 2018 tentang
Pedoman Penyusunan RDTR dan PZ Kabupaten/Kota, serta data
sekunder lainnya yang diperlukan.
4. Pembuatan peta dasar :
a. Melakukan konsultasi ke BIG untuk asistensi CSRT sesuai dengan
standart BIG dan menetapkan titik GCP dan ICP pada kawasan
PENDAHULUAN

perencanaan dengan berita acara hasil konsultasi yang dilampirkan


print out peta sebaran titik GCP dan ICP;
b. Melakukan survey GCP, ICP dan Toponimi, sebanyak 2 (dua) kali;

Buku
Fakta & Analisa I-7
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

c. Melakukan konsultasi ke BIG untuk asistensi hasil survey GCP, ICP


dan Toponimi sampai mendapatkan persetujuan BIG dengan bukti
berita acara;
d. Melakukan proses Orthorektifikasi dan uji akurasi (bagi yang belum
memiliki peta dasar)
e. Melakukan digitasi unsur peta dasar skala 1:5000.
f. Melakukan konsultasi ke BIG untuk assistensi hasil orthorektifikasi
dan hasil digitasi unsur peta dasar skala 1:5000 sampai
mendapatkan persetujuan BIG dengan bukti berita acara.
5. Melakukan pengolahan dan analisis data, antara lain:
a. Analisis untuk penyusunan RDTR
• analisis struktur internal BWP;
• analisis sistem penggunaan lahan;
• analisis kedudukan dan peran BWP dalam wilayah yang lebih
luas;
• analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan;
• analisis sosial budaya;
• analisis kependudukan;
• analisis ekonomi dan sektor unggulan;
• analisis transportasi atau pergerakan;
• analisis sumber daya buatan;
• analisis kondisi lingkungaan binaan;
• analisis kelembagaan; dan
• analisis pembiayaan pembangunan.
b. Analisis untuk peyusunan PZ
• analisis karakteristik peruntukan, zona dan sub zona
berdasarkan kondisi yang diharapkan (berdasarkan nilai sejarah,
lokasi, kerentanan dan risiko bencana, persepsi maupun
preferensi pemangku kepentingan);
• analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini
berkembang dan mungkin akan berkembang di masa
mendatang;
PENDAHULUAN

• analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub


zona (karakteristik kegiatan, fasilitas penunjang dll);

Buku
Fakta & Analisa I-8
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

• analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub


zona;
• analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu
zona;
• analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang
diharapkan dengan kondisi yang terjadi di lapangan (peruntukan
saat ini, perizinan yang sudah dikeluarkan; status guna lahan,
konflik pemanfaatan ruang);
• analisis karakteristik spesifik lokasi (obyek strategis
nasional/provinsi, ruang dalam bumi);
• analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait; dan
• analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Merumuskan konsep muatan RDTR dan disertai pembahasan antar
sektor yang meliputi alternatif konsep rencana, pemilihan konsep
rencana, perumusan rencana terpilih menjadi muatan RDTR dan
disertai pembahasan antar sektor terkait yang dituangkan dalam Berita
Acara.
7. Merumuskan konsep PZ yang berisi :
a. Penentuan deliniasi blok peruntukan
b. perumusan aturan dasar, yang memuat:
• ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan;
• ketentuan intensitas pemanfaatan ruang;
• ketentuan tata bangunan;
• ketentuan prasarana minimal;
• ketentuan khusus;
• standar teknis;
• ketentuan pelaksanaan meliputi:
a) ketentuan variansi pemanfaatan ruang;
b) ketentuan insentif dan disinsentif; dan
c) ketentuan penggunaan lahan yang tidak sesuai
(nonconforming situation) dengan peraturan zonasi;
PENDAHULUAN

c. perumusan teknik pengaturan zonasi yang dibutuhkan (jika ada).

Buku
Fakta & Analisa I-9
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

8. Menyelenggarakan FGD 6 (enam) kali bersama Pemerintah Daerah di


Daerah, dengan melibatkan akademisi dan asosiasi profesi bidang
perencanaan wilayah dan kota, dalam rangka membahas:
a. Penetapan dan penyepakatan deliniasi kawasan perencanaan
RDTR oleh pemerintah pusat (ATR/BPN) dan pemerintah daerah.
Hasil kesepakatan dituangkan dalam berita acara dan peta deliniasi
yang diparaf oleh perwakilan setiap instansi yang hadir
b. Perumusan Konsep Perencanaan dan Tujuan Penataan Ruang
BWP.
c. Perumusan Rencana Struktur Ruang, Rencana Pola Ruang, dan
Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya.
d. Perumusan Peraturan Zonasi.
e. Perumusan Indikasi Program.
f. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda).
9. Menyelenggarakan konsultasi publik 2 (dua) kali di daerah dengan
target group stakeholder terkait dalam rangka membahas :
a. Isu-isu strategis dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
b. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dan Substansi muatan
RDTR (Penetapan delineasi, tujuan dan tema, pola dan stuktur).
10. Menyusun dan membahas Raperda tentang RDTR dan PZ, terdiri atas:
a. penyusunan raperda tentang RDTR dan PZ yang merupakan proses
penuangan materi teknis RDTR dan PZ ke dalam pasal - pasal
dengan mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundang-
undangan; dan
b. pembahasan raperda tentang RDTR dan PZ yang melibatkan
pemerintah kabupaten/kota.
11. Menyelenggarakan ekspose akhir 1 (satu) kali di daerah dengan target
group stakeholder terkait.
12. Melakukan konsultasi peta ke BIG meliputi peta dasar, peta tematik dan
peta rencana. Untuk peta dasar wajib mendapatkan Berita Acara Peta
Dasar dari BIG;
13. Membuat album peta dengan skala atau tingkat kedetailan 1:5000;
14. Membuat Visualisasi 3D;
PENDAHULUAN

15. Membuat Draft Kajian Lingkungan Strategis;


16. Melakukan konsultasi dalam rangka :

Buku
Fakta & Analisa I-10
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

a. Asistensi terhadap data yang dihasilkan kepada walidata; dan


b. Koordinasi dengan Tim Supervisi di Pusat secara berkala.
17. Menyelenggarakan pembahasan untuk melaksanakan koordinasi antar
KL (Kementerian/Lembaga) terkait dan Pemerintah Daerah, sebanyak 1
(satu) kali di Jakarta; dan
18. Membuat laporan keseluruhan proses kegiatan dan produk-produk yang
dihasilkan kepada Tim Supervisi dalam bentuk sistem pelaporan yang
meliputi laporan pendahuluan, laporan antara, dan laporan akhir serta
laporan-laporan lainnya antara lain laporan pembahasan/diskusi/FGD.
1.5.2. Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup lokasi kegiatan adalah RDTR Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa
Timur. Lingkup wilayah perencanaan RDTR sendiri ditentukan berdasarkan
hasil kesepakatan dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu
di Kecamatan Paciran.

1.6. Kedudukan Rencana Detail Tata Ruang

RDTR merupakan rencana yang menetapkan blok pada kawasan


fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang yang
memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan fungsional agar
tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan kegiatan
penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.

RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal
RDTR tidak disusun atau RDTR telah ditetapkan sebagai perda namun
belum ada peraturan zonasinya sebelum keluarnya pedoman ini, maka
peraturan zonasi dapat disusun terpisah dan berisikan zoning map dan
zoning text untuk seluruh kawasan perkotaan baik yang sudah ada maupun
yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.

RDTR ditetapkan dengan perda kabupaten/kota. Dalam hal RDTR telah


PENDAHULUAN

ditetapkan sebagai perda terpisah dari peraturan zonasi sebelum keluarnya


pedoman ini, maka peraturan zonasi ditetapkan dengan perda
kabupaten/kota tersendiri.

Buku
Fakta & Analisa I-11
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kota harus


merujuk pada pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan
maupun daerah.

Gambar 1.1. Kedudukan RDTR dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang


PENDAHULUAN

Buku
Fakta & Analisa I-12
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur

1.7. Masa Berlaku Rencana Detail Tata Ruang

RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun, yaitu 2020-2040 Peninjauan kembali RDTR
dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
a. Terjadi perubahan RTRW kabupaten/kota yang mempengaruhi BWP
RDTR; atau
b. Terjadi dinamika internal kabupaten/kota yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang secara mendasar antara lain berkaitan dengan
bencana alam skala besar, perkembangan ekonomi yang signifikan, dan
perubahan batas wilayah daerah
PENDAHULUAN

Buku
Fakta & Analisa I-13

Anda mungkin juga menyukai