Bab II Pendekatan Dan Metodologi
Bab II Pendekatan Dan Metodologi
Buku
Fakta & Analisa II-1
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-2
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-3
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 22; Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4696);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4858);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4859);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara
Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5097);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5103);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata
Cara Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun
2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5160);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Ketelitian Peta
untuk RTRW.
29. Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan KLHS;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Perubahan PP
Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN (Lembaran Negara Tahun
2017 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6042).
31. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Pulau Jawa-Bali (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 75);
32. Keputusan Presiden Nomor 59 Tahun 1989 tentang Pengelolaan
Kawasan Budi Daya;
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-4
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Jawa Timur. Selain itu, dalam pendekatan ini juga digunakan berbagai metode
dan model analisis, meliputi metode kualitatif maupun kuantitatif, termasuk
model dan metode analisis proyeksi/prediksi untuk kebutuhan pengembangan
di masa yang akan datang. Beberapa pendekatan teoretis yang akan
digunakan, antara lain:
Buku
Fakta & Analisa II-5
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-6
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
kepentingan wilayah/kawasan dalam arti sempit, tetapi ditinjau dan dikaji pula
kepentingan yang lebih luas, baik antar wilayah dengan daerah hinterlandnya
yang terdekat maupun dengan yang lebih jauh lagi. Secara terpadu
mengartikan bahwa dalam menyelesaikan permasalahan tidak hanya
dipecahkan sektor per sektor saja tetapi didasarkan kepada kerangka
Buku
Fakta & Analisa II-7
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-8
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-9
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja dengan beberapa inovasi
dan modifikasi untuk penyempurnaan hasil pekerjaan yang diharapkan.
Buku
Fakta & Analisa II-10
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Secara umum tahapan dari kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten
Lamongan, Provinsi Jawa Timur, terdiri atas:
1) Tahap Persiapan;
2) Tahap Pengumpulan Data dan Informasi;
3) Tahap Penelaahan dan Analisis;
4) Tahap Perumusan Konsep RDTR dan Peraturan Zonasi
5) Tahap Perumusan Rancangan Peraturan Daerah RDTR dan Peraturan Zonasi
Secara lebih rinci, kerangka pikir, serta kerangka pendekatan dan metodologi
kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa
Timur tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
PENDEKATAN & METODOLOGI
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Lamongan
Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-11
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
PENDEKATAN & METODOLOGI
Gambar 2.2. Kerangka Pendekatan dan Metodologi Penyusunan Materi Teknis RDTR
Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-12
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
a. Survei Instansional
Metode survei instansi ini dilakukan dengan mendatangi langsung instansi
terkait dengan kegiatan Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten
Lamongan, Provinsi Jawa Timur, baik di pusat maupun di daerah untuk
memperoleh data dan informasi berupa data spasial, statistik, serta laporan
studi yang berkaitan dengan Kawasan Perencanaan RDTR di Kabupaten
Lamongan.
b. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung kejadian atau proses dan fakta di lapangan. Dalam kegiatan
Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur
salah satu observasi ini dilakukan dengan melaksanakan kegiatan kunjungan
ke wilayah kecamatan yang menjadi kawasan perencanaan.
PENDEKATAN & METODOLOGI
c. Wawancara (interview)
Proses untuk memperoleh data dalam suatu penelitian dengan mengadakan
tanya-jawab antara peneliti dengan responden dengan bertatap muka
langsung. Teknik wawancara ini bisa dilakukan secara formal maupun
Buku
Fakta & Analisa II-13
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data tidak secara langsung dari
sumber pertamanya, tetapi dari hasil-hasil studi yang pernah dilakukan. Data
seperti ini biasa juga disebut data sekunder, yaitu data yang telah ada, atau
data yang telah dikumpulkan oleh orang lain ataupun hal-hal yang telah
dilakukan oleh orang lain. Dokumentasi ini juga dilakukan dengan melakukan
dokumentasi berupa foto-foto (visual) dan video dokumenter kondisi eksisting
kawasan perencanaan.
1. Analisis statistik (kuantitatif), dimana metode ini dipakai untuk data-data yang
bersifat kuantitatif atau data yang dikuantitatifkan.
2. Analisis non statistik (kualitatif), metode ini kami pakai untuk menganalisa
data-data deskriptif atau data tektual yang diperoleh dari hasil-hasil
wawancara.
Kedua analisis di atas dipergunakan secara bersamaan oleh karena output yang
dikeluarkan pada kegiatan penataan kawasan terdapat rekomendasi-rekomendasi
yang sifatnya kuantitatif.
PENDEKATAN & METODOLOGI
Beberapa teknik dan metode analisa yang dapat digunakan untuk kegiatan
Penyusunan Materi Teknis RDTR Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur,
akan dijelaskan pada bagian berikut.
Buku
Fakta & Analisa II-14
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-15
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
menggunakan data baku berupa citra satelit resolusi tinggi ataupun dengan
menggunakan foto udara.
Salah satu provider yang digunakan dalam pembuatan peta dasar dengan
menggunakan Citra Satelit optis Pleiades. Satelit optis Pleiades dikembangkan
dan diluncurkan oleh AIRBUS Defense and Space, Prancis. Diluncurkan melalui
roket Russia Soyuz STA di Pusat Peluncuran Guiana, Kourou. Satelit ini
dibedakan berdasarkan 2 tipe sensor yaitu Pleiades-1A dan Pleiades 1B.
Buku
Fakta & Analisa II-16
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-17
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-18
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-19
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
untuk membentuk data vektor dari data citra. Pada proses digitasi dilakukan
interpretasi terhadap objek-objek yang nampak di citra satelit.
5) Survey Kelengkapan Lapangan
Proses selanjutnya adalah menambahkan data kelengkapan lapangan pada
hasil digitasi tersebut. Hal ini dilakukan dengan survey kelengkapan peta di
lapangan dengan Mengambil detil berupa nama2 tempat, bangunan penting,
nama jalan, nama desa, dsb.
6) Proses Layout Untuk Album Peta
Komponen–komponen penyajian album peta yang harus diperhatikan antara
lain:
a) Judul peta
Judul peta harus mencerminkan isi peta
b) Skala peta dan symbol arah
• Skala dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan
yang dipetakan
• Symbol arah dicantumkan dengan tujuan orientasi peta. Arah utara
lazimnya mengarah pada bagian atas peta, kemudian berbagai tata
letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca
dengan tidak membolak-balik peta.
c) Legenda atau keterangan
Seluruh bagian dalam isi peta dijelaskan dalam legenda atau keterangan
sehingga muda memahami isi peta
d) Insert dan Index Peta
Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area
yang dipetakan tersebut. Insert peta merupakan peta yang diperbesar
dari bagian belahan bumi. Sedangkan index peta merupakan sistem tata
letak peta, dimana menunjukkan letak peta yang bersangkutan terhadap
peta yang lain disekitarnya.
e) Grid
Untuk memudahkan penunjukkan lembar peta dari sekian banyak lembar
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-20
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-21
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-22
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
umum, dan kalau memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium.
Sedangkan air tanah dalam yakni air tanah yang memerlukan teknologi
tambahan untuk pengadaannya, secara umum dapat diketahui dari kondisi
geologinya, yang tentunya memerlukan pengamatan struktur geologi yang
cermat.
Buku
Fakta & Analisa II-23
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Kondisi air tanah ini dapat diperoleh dari penelitian hidro-geologi baik yang
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maupun instansi lainnya yang
berkaitan dengan keairan seperti Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Departemen Pekerjaan Umum, ataupun juga dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Perguruan Tinggi.
Buku
Fakta & Analisa II-24
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-25
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
5. Analisis klimatologi
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
BWP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan
rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi
daya.
6. Analisis sumber daya alam (zona lindung)
Dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan wilayah perencanaan
dalam menunjang fungsi hutan/sumber daya alam hayati lainnya, baik untuk
perlindungan maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan
untuk menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan
terbatas, hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan kesesuaian fungsi
hutan lainnya.
7. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya)
Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber
daya alam lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang akan direncanakan,
untuk mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola
kerjasama pemanfaatan sumber daya tersebut.
Salah satu analisis sumber daya alam dan fisik lingkugan BWP akan diuraikan
seperti di bawah ini:
aktivitas manusia.
Buku
Fakta & Analisa II-26
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Hasil studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam
penyusunan rencana tata ruang maupun rencana pengembangan wilayah dan/
atau kawasan (rencana tindak, rencana investasi, dan lain-lain), karena akan
memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah dan/atau kawasan.
Buku
Fakta & Analisa II-27
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Langkah-langkah
1) Hitung kemiringan lereng wilayah perencanaan secara terinci dari peta
topografi, dan sesuaikan/pertajam dengan hasil pengamatan lapangan,
dengan pembagian seperti yang disyaratkan pada kompilasi data.
2) Dalam kasus tidak tersedia peta topografi yang memadai, kemiringan lereng
ditentukan berdasarkan pengamatan langsung di lapangan dan plotting pada
peta dasar (peta ini adalah merupakan peta sketsa kemiringan lereng).
3) Tentukan satuan-satuan morfologi yang membentuk wilayah perencanaan
berdasarkan peta topografi dan atau peta kemiringan lereng tersebut.
4) Tentukan tingkatan kemampuan lahan morfologi berdasarkan peta-peta hasil
analisis di atas, dan persyaratan atau batasan yang diharapkan pada
pengembangan kawasan.
5) Deskripsikan potensi dan kendala morfologi masing-masing tingkatan SKL
Morfologi tersebut.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Penghitungan/pengamatan kemiringan lereng dilakukan dengan teliti, karena
beberapa analisis satuan kemampuan lahan menggunakan kemiringan lereng ini
sebagai salah satu masukannya.
2. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Untuk Dikerjakan
Lingkup pekerjaan
Melakukan analisis guna mengetahui tingkat kemudahan lahan di wilayah dan/
atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/
pengembangan kawasan.
Sasaran
1) Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk digali, ditimbun,
ataupun dimatangkan dalam proses pembangunan untuk pengembangan
kawasan,
2) Mengetahui potensi dan kendala dalam pengerjaan masing-masing tingkatan
kemampuan lahan kemudahan dikerjakan
3) Mengetahui metode pengerjaan yang sesuai untuk masing-masing tingkatan
PENDEKATAN & METODOLOGI
kemampuan lahan.
Masukan
1) Peta Topografi,
2) Peta Morfologi,
3) Peta Kemiringan Lereng,
Buku
Fakta & Analisa II-28
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
4) Peta Geologi,
5) Peta Geologi Permukaan,
6) Peta Penggunaan Lahan yang ada saat ini.
7) Peta Bencana Alam
Keluaran
1) Peta Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Dikerjakan,
2) Deskripsi masing-masing tingkatan kemudahan dikerjakan.
Langkah-langkah
1) Tentukan tingkat kekerasan batuan berdasarkan peta topografi, peta geologi,
peta penggunaan lahan yang ada saat ini, dan sesuaikan dengan data geologi
permukaan yang merupakan hasil pengamatan langsung di lapangan.
2) Tentukan kemudahan pencapaian berdasarkan peta morfologi, peta
kemiringan lereng, dan penggunaan lahan yang ada saat ini.
3) Tentukan tingkat kemudahan dikerjakan berdasarkan kedua hal tersebut di
atas, lengkap dengan deskripsi masing-masing tingkatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
Ketelitian data geologi permukaan serta penentuan lokasi pengeboran sangat
menentukan ketepatan analisis tingkat kemudahan dikerjakan ini.
kestabilan lereng.
Masukan
1) Peta Topografi,
2) Peta Morfologi,
3) Peta Kemiringan Lereng,
Buku
Fakta & Analisa II-29
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
4) Peta Geologi,
5) Peta Geologi Permukaan,
6) Karakteristik Air Tanah Dangkal,
7) Besar Curah Hujan,
8) Penggunaan lahan yang ada saat ini,
9) Data Bencana Alam (bahaya gerakan tanah, kegempaan, gunung berapi, dan
pengikisan).
Keluaran
1) Peta Satuan Kemampuan Lahan Kestabilan Lereng,
2) Deskripsi masing-masing tingkatan kestabilan lereng.
Langkah-langkah
1) Tentukan dahulu daerah yang diperkirakan mempunyai lereng tidak stabil dari
peta topografi, morfologi, dan kemiringan lereng.
2) Pertajam perkiraan di atas dengan memperhatikan kondisi geologi
daerahdaerah tersebut.
3) Kaitkan hasil analisis di atas dengan kondisi geologi permukaan serta
pengamatan lapangan, dan karakteristik air tanah dangkalnya.
4) Perhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini pada daerah tersebut apakah
bersifat memperlemah lereng atau tidak.
5) Bila sudah ada hasil penelitian mengenai bencana gerakan tanah di wilayah
ini, maka daerah yang rawan bencana adalah daerah yang mempunyai lereng
tidak stabil, dan ini merupakan masukan langsung bagi SKL Kestabilan
Lereng.
6) Amati kondisi kegempaan di wilayah ini, karena gempa akan memperlemah
kestabilan lereng.
7) Tentukan tingkat kestabilan lereng di wilayah ini serta deskripsi masingmasing
tingkat tersebut berdasarkan tahapan-tahapan di atas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Kecermatan pengamatan lapangan dan penelitian tanah (bor dan sondir)
sangat menentukan dalam SKL Kestabilan Lereng ini.
PENDEKATAN & METODOLOGI
2) Pola dan sebaran mata air-mata air yang muncul di kaki bukit/lereng, karena
kehadiran mata air yang cukup banyak pada lereng yang sama dan ketinggian
tidak jauh berbeda merupakan tanda adanya bidang gelincir.
Buku
Fakta & Analisa II-30
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-31
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-32
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-33
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-34
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Masukan
1) Peta Permukaan,
2) Peta Geologi,
3) Peta Morfologi,
4) Peta Kemiringan Lereng,
5) Data Hidrologi dan Klimatologi,
6) Penggunaan Lahan yang ada saat ini.
Keluaran
1) Peta SKL Terhadap Erosi.
2) Deskripsi masing-masing tingkatan kemampuan lahan terhadap erosi tersebut.
Langkah-langkah
1) Tentukan tingkat keterkikisan berdasarkan peta geologi permukaan, peta
geologi, peta morfologi, dan peta kemiringan lereng.
2) Pertajam batasan tersebut dengan memperhatikan kondisi hidrologi dan
klimatologi seperti: pola aliran dan karakteristik sungai, debit sungai, curah
hujan, kecepatan dan arah angin.
3) Perhatikan juga penggunaan lahan yang mempengaruhi aktivitas erosi
tersebut seperti: pengupasan lahan terutama pada perbukitan, penggalian
bahan galian Golongan C yang tidak tersistem, dan lainnya.
4) Tentukan tingkat ketahanan terhadap pengikisan ini setelah diperoleh tingkat
keterkikisan di atas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Peta geologi permukaan yang memuat juga sifat fisik tanah/batu merupakan
penentu untuk SKL Terhadap Erosi ini, oleh karenanya diperlukan sekali
ketelitian data ini.
2) SKL Terhadap Erosi ini seringkali berlawanan dengan SKL Untuk Drainase,
namun demikian tidak berarti berlaku umum dengan menganggap SKL
terhadap Erosi ini adalah kebalikan dari SKL Untuk Drainase, dan tidak berarti
pula pada waktu di-superimpose-kan akan saling menghilangkan, karena
kedua SKL ini berbeda bobotnya dalam suatu wilayah dan/atau kawasan
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-35
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-36
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
pemanfaatan air tersebut pada daerah hilirnya. Hal ini tentunya memerlukan
ketajaman analisis menurut kondisi hidrologi dan geologinya.
2) Jenis limbah yang akan ditempatkan juga harus diperhitungkan untuk
menghindari bahan berbahaya dan beracun (B3), karena jenis limbah ini
memerlukan lokasi pembuangan khusus.
3) Penggunaan lahan yang ada saat ini, terutama permukiman dan prasarana
kota lainnya hendaknya jauh dari daerah yang diusulkan, mengingat berbagai
kesulitan yang mungkin timbul akibat penampungan tersebut.
alam tersebut.
3) Batasan pengembangan pada masing-masing tingkat kemampuan terhadap
bencana alam tersebut.
Buku
Fakta & Analisa II-37
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Langkah-langkah
1) Menentukan tingkat kemampuan lahan terhadap bencana alam berdasarkan
data bencana alam.
2) Mempertajam penentuan di atas dengan memperhitungkan kecenderungan
untuk terkena bencana berdasarkan peta topografi, morfologi, kemiringan
lereng, kondisi geologi, geologi permukaan dan data hidrologi serta
klimatologi.
3) Menganalisis penggunaan lahan yang ada saat ini yang memperbesar
kemungkinan terkena bencana alam, seperti penggalian sumber mineral atau
bahan galian golongan C, peningkatan aktivitas perkotaan pada daerah-
daerah rawan bencana, pengupasan hutan/bukit, gangguan pada
keseimbangan tata air baik air permukaan maupun tanah.
4) Menentukan batasan pengembangan pada masing-masing tingkat
kemampuan lahan terhadap bencana alam tersebut, yang merupakan
deskripsi lengkap setiap tingkatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1) Setiap gejala bencana alam hendaknya diperhitungkan dalam analisis, karena
data ini merupakan indikasi kehadiran bencana alam tersebut.
2) Kehati-hatian dalam melakukan analisis ini, karena akibat bencana yang
muncul sangat merugikan. Oleh karenanya ketelitian data sangat diperlukan.
3) Kemungkinan suatu jenis bencana alam beraspekkan geologi, hendaknya
diperkirakan juga kemungkinan bencana ikutannya seperti kemungkinan
longsoran akibat guncangan gempa.
10. Analisis Kemampuan Lahan
Melakukan analisis untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk
dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi arahan-arahan kesesuaian
lahan pada tahap analisis berikutnya.
Sasaran
1) Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai
fungsi kawasan.
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-38
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Masukan
Semua data yang dimintakan pada tahap pengumpulan data, kecuali data
kebijaksanaan yang sudah ada.
Keluaran
1) Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan.
2) Kelas-kelas atau tingkatan kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai
dengan fungsi kawasan.
3) Uraian potensi dan kendala fisik masing-masing kelas kemampuan lahan.
Langkah-langkah
1) Melakukan analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh
gambaran tingkat kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan
lahan.
2) Tentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masing satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
3) Kalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot dari masing-masing satuan
kemampuan lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan
kemampuan lahan tersebut pada pengembangan perkotaan.
4) Superimpose-kan semua satuan-satuan kemampuan lahan tersebut, dengan
cara menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan-satuan
kemampuan lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan di wilayah dan/ atau kawasan
perencanaan.
5) Tentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan
nilai …… - …… yang menunjukkan tingkatan kemampuan lahan di wilayah ini,
dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
perencanaan tata ruang. Pembuatan peta nilai kemampuan lahan ini yang
merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot ini ada dua cara, yakni:
a. Men-superimpose-kan setiap satuan kemampuan lahan yang telah
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-39
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
D. Sosial Budaya
Analisis dilakukan untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang
mempengaruhi pengembangan wilayah perencanaan seperti elemen-elemen kota
yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi (urban heritage, langgam
arsitektur, landmark kota) serta modal sosial dan budaya yang melekat pada
masyarakat (adat istiadat) yang mungkin menghambat ataupun mendukung
pembangunan, tingkat partisipasi/peran serta
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-40
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
E. Kependudukan
Analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi
perubahan demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta
kondisi sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan
karakteristik penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas
penduduk, mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral
(sarana, prasarana maupun utilitas minimum). Selain itu analisis terhadap
penyebaran dan perpindahan penduduk dari daerah perdesaan ke daerah
perkotaan memberikan gambaran dan arahan kendala serta potensi sumber daya
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-41
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Pt = P0 (1-r)t-0
Dimana :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun t
P0 = Jumlah penduduk akhir (limit)
t = Periode waktu perhitungan
a dan b = Parameter model berupa konstanta
Buku
Fakta & Analisa II-42
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-43
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit kegiatan
dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas atau skala
pelayanan prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas
pemanfaatan ruang terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya
dukung wilayah.
Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap
program pembangunan sarana dan prasarana tersebut. Analisis sumber daya
buatan sangat terkait erat dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi.
Analisis sumber daya buatan terdiri dari:
a) Analisis Transportasi
Kapasitas jalan adalah arus lalu-lintas maksimum yang dapat dipertahankan
(tetap) pada suatu bagian jalan dalam kondisi tertentu (misalnya: rencana
geometrik, lingkungan, komposisi lalu lintas dan sebagainya). Satuan yang
digunakan biasanya dinyatakan dalam kend/jam atau smp/jam. Kapasitas
harian sebaiknya tidak digunakan sebagai ukuran, karena akan bervariasi
sesuai dengan faktor k. Rumus perhitungannya, sebagai berikut:
Buku
Fakta & Analisa II-44
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
melalui suatu titik di jalan yang dipertahankan per satuan jam pada kondisi
tertentu. Berdasarkan standar IHCM apabila:
• DS < 0,8 kondisi stabil
• DS 0,8 – 1,0 kondisi tidak stabil
• DS > 1,0 kondisi kritis
Apabila dari hasil perhitungan, ITP (Indeks Tingkat Pelayanan) ada beberapa
kriteria/kelas tingkat pelayanan jalan yang dibagi menjadi ITP A hingga F
dengan uraian sebagai berikut:
• ITP A : Kondisi arus lalu lintasnya bebas satu kendaraan dengan
kendaraan lainnya, besarnya kecepatan sepenuhnya ditentukan oleh
keinginan pengemudi dan sesuai dengan batas kecepatan yang telah
ditentukan;
• ITP B : Kondisi arus lalu lintas stabil, kecepatan operasi mulai
dibatasi oleh kendaraan lainnya dan mulai dirasakan hambatan oleh
kendaraan di sekitarnya;
• ITP C : Kondisi arus lalu lintas masih dalam stabil, kecepatan
operasi mulai dibatasi dan hambatan kendaraan lain semakin besar;
• ITP D : kondisi arus lalu lintas mendekati tidak stabil, kecepatan
operasi menuurn relatif cepat akibat hambatan yang timbul dan
kebebasan bergerak relatif kecil;
• ITP E : pada tingkat pelayanan ini arus lalu lintas berada dalam
kendaraan dipaksakan, kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering
terhenti sehingga menimbulkan antrian kendaraan yang panjang;
• ITP F : arus lalu lintas berada dalam keadaan dipaksakan,
kecepatan relatif rendah, arus lalu lintas sering terhenti sehingga
menimbulkan antrian kendaraan yang panjang.
Buku
Fakta & Analisa II-45
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-46
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
keamanan dan
kenyamanan
sekitar
3 Gardu listrik Lokasinya disebar
pada titiktitik
2.500 20 30 0,012 500 m strategis atau di
sekitar
pusat lingkungan
4 Telepon Dilokasikan dapat
umum, bis melayani
surat kebutuhan
bangunan sarana
2.500 - 30 0,012
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan warga
5 Parkir umum 2.500 - 100 0,04 Dapat dijangkau
6 Kantor dengan
30.000 500 1.000 0,033
kelurahan kendaraan umum.
7 Pos kamtib 30.000 72 200 0,006 Beberapa sarana
8 Pos dapat
pemadam 30.000 72 200 0,006 digabung dalam
kebakaran satu atau
9 Agen kelompok
Kelurahan
Buku
Fakta & Analisa II-47
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KEBUTUHAN PER
KRITERIA
JUMLAH SEBUAH SARANA
JENIS PENDUDUK LUAS LUAS STANDAR
NO
SARANA PENDUKUNG LANTAI LAHAN (M2/JIWA) RADIUS LOKASI DAN
(JIWA) MIN. MIN. PENCAPAIAN PENYELESAIAN
(M2) (M2)
dalam bentuk
wartel, warnet,
atau warpostel.
Loket pembayaran
air bersih
dan listrik lebih baik
saling
bersebelahan
12 Telepon Lokasinya disebar
umum, bis pada titiktitik
surat, bak 30.000 - 80 0,003 strategis atau di
sampah kecil sekitar
pusat lingkungan.
13 Parkir umum Dilokasikan dapat
melayani
kebutuhan
bangunan sarana
30.000 - 500 0,017 kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa geduang
serba guna /
balai karang taruna
14 Kantor Dapat dijangkau
120.000 1.000 2.500 0,02
kecamatan dengan
15 Kantor polisi 120.000 500 1.000 0,001 kendaraan umum.
16 Pos Beberapa sarana
pemadam 120.000 500 1.000 0,001 dapat
kebakaran digabung dalam
17 Kantor pos satu atau
120.000 250 500 0,004 kelompok bangunan
pembantu
18 Stasiun pada
telepon tapak yang sama.
otomatis dan Lokasinya
agen 120.000 500 1.000 0,008 3-5 km mempertimbangkan
Kecamatan
pelayanan kemudahan
gangguan dijangkau dari
telepon lingkungan luar
19 balai nikah Lokasinya harus
/KUA / BP4 strategis
untuk memudahkan
120.000 250 750 0,006 - dicari dan
dijangkau oleh
pengunjung di
PENDEKATAN & METODOLOGI
luar kawasan.
20 Telepon Lokasinya disebar
umum, pada titiktitik
bis surat, strategis atau di
120.000 - 80 0,003 -
bak sekitar
sampah pusat lingkungan.
besar
Buku
Fakta & Analisa II-48
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KEBUTUHAN PER
KRITERIA
JUMLAH SEBUAH SARANA
JENIS PENDUDUK LUAS LUAS STANDAR
NO
SARANA PENDUKUNG LANTAI LAHAN (M2/JIWA) RADIUS LOKASI DAN
(JIWA) MIN. MIN. PENCAPAIAN PENYELESAIAN
(M2) (M2)
21 parkir umum Dilokasikan dapat
melayani
kebutuhan
bangunan sarana
120.000 - 2000 0,017 -
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan warga
Sumber: SNI 03-1733-2004
• Sarana Pendidikan
Dasar penyediaan sarana pendidikan adalah untuk melayani setiap unit
administrasi pemerintahan baik yang informal (RT, RW) maupun yang
formal (Kelurahan, Kecamatan), dan bukan didasarkan semata-mata
pada jumlah penduduk yang akan dilayani oleh sarana tersebut.
Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang
ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok
yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan
penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan
radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus
dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan
pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan
pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan
siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta
sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana
pendidikan harus memperhatikan:
a) berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area
perencanaan;
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-49
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
• Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan
kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-50
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
at
usaha/
apotik
Sumber: SNI 03-1733-2004
Buku
Fakta & Analisa II-51
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
• Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk mengisi
kebutuhan rohani yang perlu disediakan di lingkungan perumahan yang
direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan, juga sesuai
dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai
macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni
yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas
peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah
lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan
perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan
jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi
tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan
planologis dan religius.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain
keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat
terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya lahir sesuai
konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area
tertentu.
tetangga tidak
menyeberang
jalan
raya.
Dapat bergabung
dalam lokasi balai
warga
Buku
Fakta & Analisa II-52
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KEBUTUHAN PER
JUMLAH KRITERIA
SATUAN SARANA
JENIS PENDUDUK STANDARD
NO LUAS LUAS RADIUS
SARANA PENDUKUN (M2/JIWA) LOKASI DAN
LANTAI LAHAN PENCAPAI
G (JIWA) PENYELESAIAN
MIN (M2) MIN (M2) AN
3 Masjid 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat dijangkau
Lingkungan dengan kendaraan
umum
4 Masjid 120.000 3.600 5.400 0,03 Berdekatan
Kecamatan dengan
pusat lingkungan /
kelurahan.
Sebagian sarana
berlantai 2, KDB
40%
5 Sarana Tergantung Tergantung Tergantun
ibadah sistem kebiasaan g
agama lain kekerabatan / setempat kebiasaan
hirarki setempat
lembaga
Sumber: SNI 03-1733-2004
• Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah
dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain
berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau
kelompok lingkungan yang ada. Sedangkan penempatan penyediaan
fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan
terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk
melayani pada area tertentu.
merupakan
bagian dari
sarana
lain
2 Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 m Di pusat
kegiatan
sub lingkungan.
KDB 40% Dapat
Buku
Fakta & Analisa II-53
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KEBUTUHAN PER
JUMLAH KRITERIA
SATUAN SARANA
JENIS PENDUDUK STANDARD
NO LUAS LUAS LOKASI DAN
SARANA PENDUKUN (M2/JIWA) RADIUS
LANTAI LAHAN PENYELESAIA
G (JIWA) PENCAPAIAN
MIN (M2) MIN (M2) N
berbentuk P&D
3 Pusat 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat dijangkau
Pertokoan + dengan
Pasar kendaraan
Lingkungan umum
4 Pusat 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di jalan
Perbelanjaa utama.
n dan Niaga Termasuk
(toko+pasar sarana
+bank+kant parkir sesuai
or) ketentuan
setempat
Sumber: SNI 03-1733-2004
serbaguna/ lingkungan.
Balai karang
taruna
3 Gedung 120.000 1.500 3.000 0,025 100 m Dapat dijangkau
serbaguna dengan
kendaraan
umum
Buku
Fakta & Analisa II-54
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
KEBUTUHAN PER
JUMLAH KRITERIA
SATUAN SARANA
JENIS PENDUDUK STANDARD
NO LUAS LUAS RADIUS
SARANA PENDUKUN (M2/JIWA) LOKASI DAN
LANTAI LAHAN PENCAPAI
G (JIWA) PENYELESAIAN
MIN (M2) MIN (M2) AN
4 Gedung 120.000 1.000 2.000 0,017 100 m Terletak di jalan
bioskop utama.
Dapat merupakan
bagian dari pusat
perbelanjaan
Sumber: SNI 03-1733-2004
Tabel 2.10. Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olahraga
KEBUTUHAN PER
JUMLAH KRITERIA
SATUAN SARANA
JENIS PENDUDUK STANDARD
NO LUAS LUAS
SARANA PENDUKUNG (M2/JIWA) RADIUS LOKASI DAN
LANTAI MIN LAHAN
(JIWA) PENCAPAIAN PENYELESAIAN
(M2) MIN (M2)
1 Taman 250 250 1 1 100 Di tengah
kelompok
tetangga.
2 Tempat Main 2.5000 1.250 0,5 0,5 1.000 Di pusat kegiatan
lingkungan.
3 Taman dan 30.000 9.000 0,3 0,3 Sedapat mungkin
Lapangan OR berkelompk
dengan sarana
pendidikan.
4 Taman dan 120.000 24.000 0,2 0,3 Terletak di jalan
Lapangan OR utama.
Sedapat mungkin
berkelompok
dengan sarana
pendidikan
5 Jalur Hijau - - 15 m 0,2 Terletak
PENDEKATAN & METODOLOGI
menyebar.
6 Pemakaman 120.000 15 m Mempertimbangk
Umum an radius
pencapaian dan
area yang
dilayani
Sumber: SNI 03-1733-2004
Buku
Fakta & Analisa II-55
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
liter/orang/hari; dan
4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-
2399-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK
Umum.
d) Penyediaan hidran kebakaran
Buku
Fakta & Analisa II-56
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
12 m2
3x seminggu
4 Kecamatan Mobil sampah - Mobil
(120.000 jiwa) Bak sampah besar TPS/TPA lokal mengangkut
25 m2
3x seminggu
5 Kota (> 480.000 Bak sampah akhir -
jiwa) Tempat daur ulang TPA -
-
sampah
Sumber: SNI 03-1733-2004
Buku
Fakta & Analisa II-57
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
• Prasarana Listrik
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi
adalah:
a) Penyediaan kebutuhan daya listrik
1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik
dari PLN atau dari sumber lain; dan
2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik
minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan
sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.
b) Penyediaan jaringan listrik
1) disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki
pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan
berdasarkan jumlah unit hunian yang mengisi blok siap
bangun;
2) disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang
ditempatkan pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi
jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi pejalan kaki di
trotoar (lihat Gambar 1 mengenai bagian-bagian pada jalan);
3) disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang
ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum;
4) adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan
500 lux dengan tinggi 5 meter dari muka tanah;
5) sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya
tidak dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain
yang bersifat permanen karena akan membahayakan
keselamatan.
• Prasarana Telepon
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan telepon sesuai
ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan /
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-58
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-59
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Buku
Fakta & Analisa II-60
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
mengerem secara aman bagi kendaraan pada suatu perempatan. Hal ini didapat
dengan rumus:
Da=0.063.Va2+1,47ta.Va+16
Db = (a.Da) / Da-b
Dimana:
Da, Db = Jarak mengerem secara aman antara kendaraan A dan
B
a,b = Jarak kendaraan terhadap bangunan
Va, Vb = Kecepatan kendaraan A dan B
ta = Waktu reaksi yang dibutuhkan untuk mengerem
Dalam penerapannya, penentuan lebar dan jalur jalan dilihat dari Standar Bina
Marga terbaru dan Kepmen PU no.20/KPTS/1986 atau penggantinya sebagai
berikut:
• ¾ Jalur primer = 3,50 – 3,75 m/jalur
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-61
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Lalu debit dan intensitas infiltrasi air adalah: Qinf = C x I x A Qinf = debit
infiltrasi air (l/detik) C = koefisien infiltrasi I = intensitas infiltrasi minimum
(l/detik) A = luas lahan (ha/m2) dan Iinf = S x A Iinf = intensitas infiltrasi (l/detik)
S = koefisien penyimpanan A = luas lahan (ha/m2) Koefisien infiltrasi (C)
tergantung dari jenis bidang yang menutupi di atasnya, apakah itu dari bahan
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-62
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
Tabel 2.13. Bahan Kedap Air Ataupun Dari Rumput Masing-Masing Mempunyai
Koefisien Tertentu
Kemiringan Tanah
No Daerah Tangkapan
0-5 % 5-10 % 10-30%
Sedikit tanah terbuka, sedikit penghijauan,
1 1,8 1,9 2,2
infiltrasinya sedikit
Cukup tanah terbuka, 50% penghijauan,
2 1,2 1,4 1,7
infiltrasinya sedang
Daerah terbuka, penghijauannya banyak/padat,
3 0,8 1 1,2
infiltrasinya tinggi
Sumber : Lampiran Peraturan Menteri Nomor. 20/PRT/M/2011
Dalam menentukan tinggi bangunan dapat dilihat dari berbagai kriteria yang
dapat diukur sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, X3, …, Xn)
dimana:
Y = Tinggi bangunan
X1 s/d Xn= Kriteria/pertimbangan yang menentukan tinggi bangunan
X1 = Pertimbangan jalur pesawat terbang.
X2 = Pertimbangan terhadap bahaya kebakaran.
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-63
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
I. Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota
dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan
tata laksana pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja,
produk-produk pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan
masyarakat.
Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional
kelembagaan di BWP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi
dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan
peraturan zonasi.
J. Pembiayaan Pembangunan
Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi besar
pembelanjaan pembangunan, alokasi dana terpakai, dan sumber-sumber
pembiayaan pembangunan yang terdiri dari :
1) Pendapatan asli daerah;
2) Pendanaan oleh pemerintah;
3) Pendanaan dari pemerintah provinsi;
4) Investasi swasta dan masyarakat;
5) Bantuan dan pinjaman luar negeri; dan
6) Sumber-sumber pembiayaan lainnya.
Analisis pembiayaan juga menghasilkan perkiraan besaran kebutuhan pendanaan
untuk melaksanakan rencana pembangunan wilayah kota yang diterjemahkan
dalam usulan program utama jangka menengah dan jangka panjang. Analisis ini
digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR terkait rencana
PENDEKATAN & METODOLOGI
Buku
Fakta & Analisa II-64
Penyusunan Materi Teknis
RDTR Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur
K. Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan untuk melihat potensi perkembangan wilayah
perencanaan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data secara keseluruhan
pada tahap sebelumnya, dengan penjelasan berikut ini:
1. Faktor Internal yaitu hal-hal yang data dari dalam kecamatan sendiri yang
dirumuskan dalam:
a. Kekuatan-kekuatan (Strength) yang dimiliki kawasan yang dapat
memacu dan mendukung perkembangan kawasan, misalnya
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang dimiliki aspek lokasi yang strategis
dan ruang yang masih tersedia.
b. Kelemahan–kelemahan (Weakness) yang dapat menghambat
pengembangan, baik hambatan baik kendala fisik maupun non fisik,
misalnya kemampuan sumberdaya manusia, aspek lokasi, keterbatasan
sumber daya alam pendukung, keterbatasan atau ketidakberaturan
ruang kegiatan atau pendanaan pembangunan yang terbatas.
2. Faktor Eksternal yaitu hal-hal yang datang dari luar yang mempengaruhi
perkembangan kecamatan yang dirumuskan dalam:
a. Peluang-peluang (Oportunity) yang dimiliki untuk melakukan
pengembangan, berupa sektor-sektor dan kawasan strategis
b. Ancaman-ancaman (Threatness) yang dihadapi misalnya kompetisi
tidak sehat dalam penanaman modal atau investasi pembangunan suatu
kegiatan baru atau pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang
mematikan kelangsungan kegiatan strategis yang telah ada.
Buku
Fakta & Analisa II-65