BAB I PENDAHULUAN
5. Peraturan Pemerintah No. 11 Thn 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
6. Peraturan Menteri No 6 Thn 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Dalam Negeri Penetapan Standar Pelayanan Minimal
5. Peraturan Pemerintah No. 17 Thn 2017 Tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan
Penganggaran Pembangunan Nasional
6. Peraturan Menteri No. 54 Thn 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Dalam Negeri (PER- Tahun 2008 Tentang Tahapan Tata Cara
MENDAGRI) Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembanguan Daerah
7. Surat Edaran Menteri No. 050/2020/SJ Perihal Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP
Dalam Negeri (SE - tgl 11 Agustus Daerah dan RPJM Daerah.
MENDAGRI) 2005
1.3.2 TUJUAN
1. Tersedianya rumusan program strategis dalam skala prioritas yang lebih tajam
dan merupakan indikasi program APBN dan APBD.
2. Tersedianya tolok ukur evaluasi penilaian kinerja Badan dalam pelaksanaan
program penanggulangan bencana pada kurun waktu tertentu.
3. Mengarahkan semua unsur kekuatan dan faktor kunci keberhasilan dalam
menentukan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan serta pelayanan
masyarakat yang didasarkan pada prinsip Clean and Good Governance .
8. Tahun 2008
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008)
Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana. BNPB terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur
pelaksana penanggulangan bencana. BNPB memiliki fungsi pengkoordinasian pelaksanaan
kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) adalah sebuah lembaga khusus yang
menangani penanggulangan bencana (PB) di daerah, baik di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota. Di tingkat nasional ada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
BNPB dan BPBD dibentuk berdasarkan amanat Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (UU 24/2007).
1. Kepala
Kepala BPBD secara ex-officio dijabat oleh Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo.
2. Unsur Pengarah
Unsur Pengarah terdiri dari 9 (sembilan) orang yang berasal dari :
1). Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait dengan penanggulangan
bencana, sejumlah 5 (lima) orang
2). Masyarakat profesional, yaitu pakar, profesional, dan tokoh masyarakat di
Provinsi Gorontalo , sejumlah 4 (empat) orang
Anggota Unsur Pengarah dari masyarakat profesional dipilih melalui uji
kepatutan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur dimana masa jabatannya adalah selama
5 (lima) tahun.
3. Unsur Pelaksana
Unsur Pelaksana dipimpin oleh Kepala Pelaksana yang membantu Kepala BPBD
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Unsur Pelaksana sehari-hari. Unsur
Pelaksana BPBD Provinsi terdiri atas :
1. Kepala Pelaksana
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI GORONTALO 12
RENCANA STRATEGIS 2017-2022
KEPALA
SEKRETARIS
KASIE PEN KASIE KESI- KASIE KEDA- KASIE KASIE REHA- KASIE REKON-
CEGAHAN APSIAGAAN RURATAN LOGISTIK BILITASI STRUKSI
2.1.5. Garis Komando dan Garis Koordinasi Pada Saat Terjadi Bencana
Upaya penanggulangan bencana membutuhkan suatu organisasi khusus
untuk mengelola pelaksanaan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana juga telah mensyaratkan pembentukan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) pada Daerah-Daerah yang memiliki tingkat risiko tinggi terkena
bencana. BPBD merupakan organisasi resmi pemerintah untuk menggantikan peran
SATKORLAK/SATLAK PB yang bersifat koordinatif dan fungsional.Secara makro,
kelembagaan BPBD Provinsi Gorontalo dapat dilihat pada gambar di bawah ini BPBD
Provinsi Gorontalo nantinya terdiri atas 2 unsur, yaitu Unsur Pelaksana
Penanggulangan Bencana dan Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana. Unsur-
unsur tersebut memiliki tugas seperti yang terlihat pada gambar berikut :
GAMBAR 2.3. GARIS KOMANDO & GARIS KOORDINASI PADA SAAT BENCANA
KEPALA BPBD
GORONTALO
UNSUR UNSUR
PELAKSANA PENGARAH
KET
KOMANDO SAAT TERJADI
BENCANA
KOMANDO SAAT TIDAK TERJADI
BENCANA
KOORDINASI SAAT TIDAK
KEPALA BPBD TERJADI BENCANA
KAB./KOTA
1. KEPALA PELAKSANA
TUGAS POKOK FUNGSI
1. Merumuskan pedoman dan mengkoordinasikan
penyelesaian penanggulangan bencana,
penanggulangan darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi secara adil dan setara;
2. Merumuskan standarisasi serta kebutuhan
Kepala Pelaksana mempunyai penyelenggaraan penanggulangan bnecana
tugas memberikan dukungan berdasarkan peraturan perundang-undangan;
teknis administrasi dan 3. Menyusun dan mengkonfirmasikan peta rawan
operasional kepada Kepala BPBD bnecana;
Provinsi berdasarkan Peraturan 4. Menyusun prosedur tetap penanganan bencana,
Perundang-undangan untuk melakukan komando terhadap penyelenggara
terlaksananyanz Pencegahan dan bencana;
Penanggulangan Bencana 5. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan
bencana kepada Kepala Daerah setiap bulan
sekali dalam kondisi normal dan saat dalam
kondisi darurat bencana;
6. Mengkoordinasikan dan mengendalikan
pengumpulan dan penyaluran bantuan bencana;
7. Mempertangungjawabkan penggunaan anggaran
yang diterima Anggaran Pendapatan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah dan sumber-sumber lain yang sah.
2. SEKRETARIS
TUGAS POKOK FUNGSI
1. Mengkoordinasikan rencana dan program
kegiatan rutin;
Sekretaris mempunyai tugas 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi dan
merencanakan, melaksanakan, pengendalian serta menyusun laporan;
mengkoordinasi dan 3. Pengelolaan administrasi dan urusan rumah
mengendalikan kegiatan
tangga;
administrasi umum,
4. Mengkoordinasikan penyiapan peraturan-
kepegawaian, perlengkapan,
peraturan yang terkait dengan pelaksanaan
penyusunan perencanaan dan
program dan kegiatan Badan;
evaluasi, keuangan, hubungan
5. Pengelolaan kepegawaian dan perlengkapan;
masyarakat (humas)
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi seluruh
kegiatan sebagai bahan penyusunan laporan.
Dengan posisi yang strategis yaitu kantor yang dekat bandara sangat representatif
dan satu-satunya kantor BPBD di seluruh Indonesia yang dekat bandara sehingga
memudahkan akses memberi bantuan dan penanggulangan bencana disamping kantor
yang luas untuk garasi mobil-mobil bencana.
Tabel II.6. Stock Opname Logistik pada Gudang Logistik BPBD Provinsi Gorontalo -
Bantuan BNPB Tahun 2017
2) Kesiapsiagaan
Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana;
Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistem peringatan dini;
Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar;
Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme
tanggap darurat;
Penyiapan lokasi evakuasi;
Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap
tanggap darurat bencana;
Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan
pemulihan prasarana dan sarana.
3) Peringatan Dini
Pengamatan gejala bencana atau deteksi dini;
Analisis hasil pengamatan gejala bencana;
Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang;
Penyebarluasan informasi tentang peringatan dini bencana;
Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
2. TANGGAP DARURAT
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya
Cakupan lokasi bencana;
Jumlah korban;
Kerusakan prasarana dan sarana;
Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan;
Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana Penetapan status darurat bencana
dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan:
Skala bencana skala nasional dilakukan oleh presiden;
Skala provinsi dilakukan oleh gubernur;
Skala kabupaten/kota dilakukan oleh bupati/walikota.
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana Pencarian dan
penyelamatan korban;
Pertolongan darurat;
Evakuasi korban.
d. Pemenuhan kebutuhan dasar
Kebutuhan air bersih dan sanitasi;
Pangan;
Sandang;
Pelayanan kesehatan;
Pelayanan psiko-sosial;
Penampungan dan tempat hunian.
3. PASCA BENCANA
a. Rehabilitasi
Perbaikan lingkungan daerah bencana;
Perbaikan prasarana dan sarana umum;
Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
Pemulihan sosial psikologis;
Pelayanan kesehatan;
Rekonsiliasi dan resolusi konflik;
Pemulihan sosial ekonomi budaya;
Pemulihan keamanan dan ketertiban;
Pemulihan fungsi pemerintahan; dan
Pemulihan fungsi pelayanan publik.
b. Rekonstruksi
Pembangunan kembali prasarana dan sarana;
Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan material yang lebih baik
dan tahan bencana;
Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia
usaha, dan masyarakat;
Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
Peningkatan fungsi pelayanan publik;
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
selanjutnya disusun laporan serta deseminasinya. Informasi bencana disini tidak hanya
menyangkut kejadian bencana, namun juga upaya penanganan yang dilakukan oleh
berbagai pihak baik saat pra bencana sampai pasca bencana.
Pada proses ini, perlu adanya Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana
(Pusdalops PB) yang mampu mengelola informasi hingga menyebarluaskan kepada pejabat
berwenang maupun masyarakat melalui media. Pusdalops PB memegang kuat prinsip :
cepat, tepat, akurat, koordinatif, kooperatif, transparansi dan akuntabel.
Penunjang pelakasanaan tugas pokok dan fungsi BPBD adalah Layanan kesekretariatan
dilakukan lebih utama melayani internal costumer yaitu kepegawaian, keuangan dan
perencanaan. Langkah-langkah yang dilaksanakan antara lain ;
1. Melayani kepentingan dan kesejahteraan pegawai BPBD
2. Melayani administrasi persuratan
3. Melayani sarana prasarana asset kantor
4. Melayani administrasi dan keuangan pegawai
5. Melayani administrasi dan keuangan program/kegiatan
6. Merencanakan, memonitoring, melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan
program/kegiatan
7. Mongkoordinasikan bidang-bidang dan sub bidang teknis dalam pelaksanaan
program/kegiatan kantor.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Pra bencana
Meningkatnya pemahaman
50
masyarakat terhadap 50 50
50 or 50 10
kesiapsiagaan menghadapi or 50 50 oran 50 50 100% 100 100
50 orang 100% 0
orang an an orang orang orang orang orang % %
bencana dan pengurangan g %
g
g
resiko
2 Saat Bencana
Tertanganinya korban 23 25
28 20 10
bencana saat tanggap 20 kali kal kal 30 kali 23 kali 25 kali 28 kali 30 kali 100 100
100% 100% 0
kali kali % %
darurat i i %
20 10
3 Pasca Bencana 23 kali 25 kali 28 kali 30 kali 100 100
100% 100% 0
kali % %
%
Terwujudnya pemulihan
23 25
kondisi sosial, ekonomi 28 20 10
20 kali kal kal 30 kali 23 kali 25 kali 28 kali 30 kali 100 100
100% 100% 0
masyarakat yang kali kali % %
i i %
maksimal
Anggaran pada Tahun ke- Realisasi Anggaran pada Tahun ke- Rasio antara Realisasi dan anggaran Tahun ke- Rata-
Uraian
2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016 rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
BELANJ
A
DAERA
H
Belanja
Tidak
98,71
Langsu
ng 3.762.323.747 4.143.916.228 4.514.559.648 5.246.617.411 3.762.323.747 4.143.916.228 4.514.559.648 5.246.617.411
Belanja
Pegawa 98,71
i 3.762.323.747 4.143.916.228 4.514.559.648 5.246.617.411 3.685.928.413 4.019.026.676 4.471.183.966 96,99 99,04
Belanja
Langsu
ng 3.776.010.000 3.423.769.000 4.200.000.000 6.498.125.000
Belanja
Pegawa 201.510.000 215.270.000 43.200.000 201.510.000 215.270.000 99,53 99,86 99,89m
i 43.200.000 302.500.000 186.100.000 186.100.000
Belanja
Barang
3.698.000.000 3.358.689.000 3.324.852.261 3.055.625.585 3.615.257.869 97,86 98,71 97,76
dan
Jasa 3.365.320.000 3.095.481.500
Belanja
502.000.000 2.924.166.000 214.800.000 106.937.000 142.025.000 501.300.000 98,89 99,89 99,86
Modal
218.800.000 108.190.000 142.187.500
Tabel II.10. Jumlah Desa/Kelurahan Yang Mengalami Bencana Di Pulau Sulawesi Selang Tahun 2013 - 2015
Angin
Gelom Puyuh / Desa/Kel
Banjir Gunung Kebak
Tanah Gempa Tsuna- bang Angin Kekeri Tidak Ada
Provinsi Banjir Bandan Meletu a ran
Longsor Bumi mi Pasang Puting ngan Bencana
g s Hutan
Laut Beliung Alam
/Topan
Gambar 2.1. akumulasi jenis bencana dan jumlah korban terpapar akibat bencana alam di Provinsi Gorontalo selang tahun 2012-2017
1000
80,000
60,000
JLH BENCANA
100
40,000
20,000
10
-
KOTA KAB BOALE PHWA BONB GORU TOTAL
GTLO GTLO MO TO OL T PROV
GTLO
2012 6,026 10,886 13,509 3,902 3,475 7,422 45,220
1 2013 29,174 46,608 220 8,162 4,534 13,220 101,918
BANJI BANJI TANA GEMP KEKE ANGIN
R R H A RINGA PUTTI 2014 1,547 456 1,432 - - 4 3,439
BAND LONG BUMI N NG 2015 - 15,365 148 10,667 - 69,837 96,017
ANG SOR BELIU
NG 2016 - 19,177 5,431 633 2,431 4,103 31,775
TOTAL PROV GTLO 158 22 21 8 20 30 2017 1,547 456 1,432 - - 4 3,439
KERUSAKAN LINGKUNGAN
KERUGIAN Rp. (Milyar)
NO JENIS BENCANA (Ha)
Fisik Ekonomi Total Kelas Total Kelas
1 Banjir 2.150.2 2.089.4 4.239.5 TINGGI 131.0 TINGGI
2 Banjir bandang 236.6 263.0 499.6 TINGGI 11.646.0 TINGGI
3 Cuaca ekstrim 4.938.3 3.227.3 8.165.7 TINGGI - -
4 Epidemi & wabah penyakit - - - - - -
5 Gelombang ekstrim & abrasi 788.13 14.10 802.23 TINGGI 3.763.0 TINGGI
6 Gempabumi 8.164.4 5.662.9 13.827.2 TINGGI - -
7 Kebakaran hutan & lahan - 371.8 371.8 SEDANG 430.926.0 TINGGI
8 Kekeringan - 4.494.3 4.494.3 SEDANG 533.060.5 TINGGI
9 Tanah longsor 596.3 382.2 978.5 TINGGI 511.913.0 TINGGI
10 Tsunami 411.1 2.8 413.9 TINGGI 622.0 TINGGI
Sumber : hasil analisa tahun 2015
Tabel II.13. INDEKS RISIKO BENCANA GORONTALO DALAM SKALA NASIONAL 2016
KABUPATEN/ TING -
INDEKS
NO PROVINSI KOTA KAT STRUKTUR RUANG
RISIKO
SASARAN RISIKO
1. Gorontalo Kab. Gorontalo 146.4 TINGGI PKN; KPB Pawonsari
2. Gorontalo Kota Gorontalo 123.2 SEDANG PKN
3. Sulawesi Barat Mamuju 200.4 TINGGI PKW
4. Sulawesi Barat Polewali Mandar 202.0 TINGGI PKW
5. Sulawesi Selatan Maros 168.4 TINGGI KSN Perkotaan Maminasata
6. Sulawesi Selatan Takalar 144.4 TINGGI KSN Perkotaan Maminasata
7. Sulawesi Selatan Gowa 163.2 TINGGI KSN Perkotaan Maminasata
8. Sulawesi Selatan Luwu Timur 202.0 TINGGI KPB Kolonedale
9. Sulawesi Selatan Kota Makasar 144.4 TINGGI PKN, KSN Perkotaan Maminasata
10. Sulawesi Selatan Bantaeng 174.4 TINGGI KI Bantaeng
11. Sulawesi Tengah Sigi 72.0 SEDANG Pusat Pertumbuhan Lainnya
12. Sulawesi Tengah Donggala 189.2 TINGGI Pusat Pertumbuhan Lainnya
13. Sulawesi Tengah Kab. Poso 172.4 TINGGI KPB Tamporole
14. Sulawesi Tengah Parigi Moutong 173.6 TINGGI Pusat Pertumbuhan Lainnya
15. Sulawesi Tengah Morowali 177.2 TINGGI KPB Kolonedale
16. Sulawesi Tengah Kota Palu 181.2 TINGGI PKN
17. Sulawesi Tenggara Kolaka 186.4 TINGGI Pusat Pertumbuhan Lainnya
18. Sulawesi Tenggara Konawe 173.6 TINGGI Pusat Pertumbuhan Lainnya
19. Sulawesi Tenggara Kota Kendari 148.4 TINGGI PKN, Psat Pertumbuhan Lainnya
20. Sulawesi Utara Kota Bitung 163.2 TINGGI Pusat Pertumbuhan Lainnya
21. Sulawesi Utara Minahasa Utara 158.4 TINGGI KSN Perkotaan Manado Raya*
22. Sulawesi Utara Minahasa Selatan 173.6 TINGGI KSN Perkotaan Manado Raya*
23. Sulawesi Utara Kepulauan Sangihe 154.4 TINGGI PKSN Sangihe
Sumber : Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Bencana BNPB 2015-2019
Indeks kerentanan merupakan indeks yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
pada daerah tersebut terjadi kerentanan akibat faktor dampak perubahan iklim. Dari
pengolahan data wilayah Provinsi Gorontalo, terlihat di bawah ini :
Dari peta di atas terlihat wilayah Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo
merupakan wilayah yang memilki tingkat kerentanan tertinggi. Sedangkan faktor
hazard di kedua wilayah ini relative lebih tinggi dibandingkan wilayah lain, seperti
jumlah curah hujan yang lebih tinggi dan penggunaan tata guna lahan yang cukup
besar namun yang tidak kalah besar adalah Peningkatan jumlah penduduk yang
meningkat pesat dikarenakan kedua daerah ini merupakan pusat kegiatan industri
dan pusat pemerintahan sehingga menjadi daerah tujuan migrasi penduduk.
Kapasitas adaptasi pada wilayah ini, khususnya pada sektor pendidikan dan
kesehatan memang relative tinggi dibandingkan dengan wilayah lain namun apabila
dibandingkan dengan komponen hazard-nya masih rendah. Perlu diketahui bahwa
bencana kemeteorologian yang sering melanda wilayah Gorontalo adalah bencana
banjir yang biasanya terjadi pada akhir tahun hingga awal tahun tiap tahunnya. Pada
waktu mendatang pada daerah ini tentu memiliki potensi terjadinya bencana banjir.
Adaptasi yang dapat dilakukan seperti konservasi wilayah danau Limboto yang
merupakan wilayah penampung air utama di wilayah tersebut juga pembangunan
sistem drainase yang baik karena unsur curah hujan yang relative besar dan yang
tidak kalah penting perlindungan wilayah hutan di daerah hulu yang menjadi
cathment area.
Jika kita amati peta episenter gempa bumi yang terrekam di sekitar Gorontalo,
akan kita dapati betapa rapatnya fokus-fokus gempa bumi, baik gempa dangkal,
menengah, atau dalam. Dari peta itu, sedikitnya dapat disimpulkan bahwa gempa-
gempa dangkal umumnya terkonsentrasi di utara Gorontalo di Laut Sulawesi, gempa
menengah di bagian lengan Sulawesi di daratan Gorontalo, dan gempa dalam berada
di Teluk Tomini.
Sampai sekarang para pakar belum dapat meramal dengan akurat tempat dan
waktu munculnya gempa bumi, sehingga upaya yang paling baik adalah dengan
melakukan mitigasi bencana. Mitigasi adalah usaha meningkatkan ketahanan
masyarakat dalam menghadapi bencana jika bencana yang umumnya bersifat
mendadak datang secara tiba-tiba. Usaha itu dapat berupa struktural, yaitu dengan
membuat bangunan-bangunan tahan gempa atau tata ruang yang akrab terhadap
bencana, maupun non-struktural, yaitu memberi pengetahuan dan keterampilan
kepada masyarakat bagaimana mempersiapkan dan tanggap darurat terhadap
bencana sehingga risiko bencana dapat diperkecil.
Kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana gempa yang merusak sangat
diperlukan mengingat jalur Gorontalo, Limboto, hingga Teluk Kwandang, dilalui oleh
patahan yang diperkirakan aktif dan dikenal sebagai Sesar Gorontalo (Kertapati,
2006). Melalui sesar-sesar aktif itulah penjalaran gempa bumi terjadi. Apalagi
susunan batuan lunak bekas endapan danau, dan lereng-lereng terjal di perbukitan
sekitarnya merupakan tempat-tempat yang tidak baik untuk fondasi bangunan,
kecuali setelah melalui perhitungan teknik sipil yang cermat.
Gambar 2.5. Peta Sebaran Pusat Gempa Bumi Wilayah Provinsi Gorontalo
dan Sekitarnya Sejak Tahun 1973 2009
B. Ancaman
1) Belum sepenuhnya penyelenggaraan penanganan bencana di Provinsi
Gorontalo dilaksanakan sesuai dengan UU Nomor 24 Tahun 2007 terutama
untuk kewenangan-kewenangan yang sebelumnya sudah ada di instansi selain
BPBD;
2) Terbatasnya anggaran yang tersedia di masing-masing unit instansi bagi
kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana di Provinsi Gorontalo;
3) Adanya perubahan iklim global yang berpotensi meningkatkan intensitas
bencana alam di dunia; dan
4) Adanya keterbatasan sarana komunikasi di Daerah sehingga menghambat
kecepatan penyebaran arus data ke Provinsi maupun ke Pusat.
NO BIDANG IDENTIFIKASI
1. PENCEGAHAN & 1. Lokasi rawan bencana belum terpetakan dengan baik
KESIAPSIAGAAN 2. Instrumen dan peralatan Pencegahan bencana masih kurang
3. Keterbatasan jaringan informasi dan komunikasi yang efektif dalam
penyebaran informasi kebencanaan kepada masyarakat
4. Belum terintegrasinya pengurangan risiko bencana kedalam perencanaan
pelaksanaan program dan kegiatan SKPD lainnya
2. KEDARURATAN & 1. Tim Reaksi Cepat (TRC) belum terkoordinasi, lambat merespon dan tidak
LOGISTIK didukung oleh sistem, standard, prosedur dan administrasi, pelaporan,
pertanggung jawaban dan pendanaan yang memadai
2. Masih tingginya ketergantungan pendanaan bantuan tanggap darurat
kepada Pemerintah Provinsi Gorontalo
3. Basis data yang tidak termuktahirkan dan teradministrasi secara regular
3. REHABILITASI & 1. Penilaian kerugian pasca bencana yang tidak akurat
REKONSTRUKSI 2. Keterbatasan alokasi pendanaaan dalam DPA-SKPD BPBD Provinsi
Gorontalo bagi rehabilatasi dan rekonstruksi
4. KESEKRETARIATAN 1. Tingkat pelayanan kesekretariatan belum memuaskan pegawai
2. Sarana prasarana kantor belum terpelihara dengan baik
3. Perencanaan belum efektif dan efisien
4. Pengelolaan keuangan yang belum efektif dan efisien
3.2. TELAAHAN VISI, MISI DAN PROGRAM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA
DAERAH TERPILIH
3.2.2. TELAAHAN PERAN BPBD UNTUK PERWUJUDAN VISI, MISI DAN PROGRAM
UNGGULAN KEPALA DAERAH TERPILIH
Gambar 3.1. Proses Pembentukan Desa Tangguh Bencana dan Integrasi Program
Berbasis Desa dengan SKPD/Lembaga Lain
5. Pemerintahan melayani
a. BPBD akan berperan membantu memulihkan pelayanan publik di desa-desa,
kecamatan pada saat tanggap darurat
3.4 TELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP
STRATEGIS
Tabel T-C.25. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah
No Tujuan Sasaran Indikator Tujuan/Sasaran Target kinerja Tujuan/Sasaran pada tahun ke-
2018 2019 2020 2021 2022
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Menurunnya Risiko - Terwujudnya Indikator Tujuan :
Bencana Masyarakat Persentase risiko bencana kategori rendah
Terlatih dan
Sadar Indikator Sasaran :
Ancaman Persentase Meningkatnya Kapasitas dalam upaya 5% 10% 15% 20% 100%
Bahaya Pengurangan Risiko Bencana
Indikator Sasaran :
Persentase pemberdayaan masyarakat dalam 5% 10% 15% 20% 100%
kesiapan menghadapi bencana
2 Peningkatan kecepatan - Meningkatny Indikator Tujuan :
respon dan kapasitas a Respon Durasi waktu penanganan bencana
sumber daya dalam Time dan
penanganan darurat Indikator Sasaran :
SDM terlatih
bencana Rata-rata Respon Kejadian 5 jam 4.5 Jam 4 Jam 3.5 Jam 3 Jam
Indikator Sasaran :
Proporsi personil penanggulangan bencana yang 50% 60% 70% 85% 100%
terlatih dan kompeten
3 Memulihkan daerah - Meningkatny Indikator Tujuan :
terdampak bencana a Pemulihan Persentase Pemulihan masayrakat dan lokasi
kehidupan pasca bencana
masyarakat Indikator Sasaran :
terdampak Persentase Kerusakan yang terehabilitasi
bencana (struktural/non struktural) dan terekonstruksi 5% 25% 50% 75% 100%
(struktural)
VISI DAERAH :
Terwujudnya Masyarakat Gorontalo Yang Unggul, Maju Dan Sejahtera
MISI DAERAH 1 :
Mewujudkan pengelolaan Pariwisata dan sumberdaya alam
yang berwawasan lingkungan & berkelanjutan
Untuk memperjelas gambar diatas, yang menunjukan relevansi dan konsistensi antar
pernyataan visi dan misi RPJMD periode ini berkenaan dengan tujuan, sasaran, strategi dan
arah kebijakan perangkat daerah (BPBD Provinsi Gorontalo) maka disusun tabel berikut ini.
Tabel T-C. 26. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan SKPD dan RPJMD Provinsi Gorontalo
1. Legislasi:
Penyusunan Peraturan Desa yang mengatur pengurangan risiko dan penanggulangan
bencana di tingkat desa.
2. Perencanaan:
Penyusunan rencana Penanggulangan Bencana Desa; Rencana Kontinjensi bila
menghadapi ancaman tertentu; dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana
Komunitas (pengurangan risiko bencana menjadi bagian terpadu dari pembangunan)
3. Kelembagaan:
Pembentukan forum Penanggulangan Bencana Desa/Kelurahan yang berasal dari
unsur pemerintah dan masyarakat, kelompok/tim relawan penanggulangan bencana di
dusun, RW dan RT, serta pengembangan kerjasama antar sektor dan pemangku
kepentingan dalam mendorong upaya pengurangan risiko bencana
4. Pendanaan:
Rencana mobilisasi dana dan sumber daya (dari APBD Kabupaten/ Kota,
APBDes/ADD, dana mandiri masyarakat dan sektor swasta atau pihak-pihak lain bila
dibutuhkan)
5. Pengembangan kapasitas:
Pelatihan, pendidikan, dan penyebaran informasi kepada masyarakat, khususnya
kelompok relawan dan para pelaku penanggulangan bencana agar memiliki
kemampuan dan berperan aktif sebagai pelaku utama dalam melakukan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana
Tidak mudah bagi desa/kelurahan untuk langsung mencapai kondisi ideal yang
mengandung semua aspek tersebut diatas.
Desa/Kelurahan Tangguh Bencana dibagi menjadi tiga kriteria utama. Kriteria
ditetapkan berdasarkan tingkat pencapaian atas beberapa indikator yang tercantum
dalam kuesioner pada Lampiran 1 Perka BNPB No. 1 Tahun 2012.
- Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Utama (skor 51-60)
- Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Madya (skor 36-50)
- Desa/Kelurahan Tangguh Bencana Pratama (skor 20-35)
Rencana Program dan Kegiatan adalah cara untuk melaksanakan tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan serta upaya yang dilakukan untuk mengetahui capaian keberhasilan
sasaran dan tujuan. Sedangkan Program dimaksudkan sebagai kumpulan kegiatan yang
sistematis dan terpadu untuk mendapatkan hasil yang dilaksanakan SKPD guna mencapai
sasaran tertentu. Dengan adanya program dan kegiatan diharapkan pula dapat
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh pemerintah
daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah, untuk mendapatkan hasil
yang dilaksanakan dan dijabarkan dalam beberapa kegiatan dengan menggunakan
sumberdaya yang disediakan untuk mencapai hasil yang terukur, pada BPBD Provinsi
Gorontalo terdapat program yang merupakan kegiatan untuk belanja rutin dan program
yang menjadi prioritas urusan wajib.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program, dan terdiri dari
sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya
manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk
menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. Untuk melaksanakan kebijakan
yang merupakan perwujudan visi dan misi dalam mencapai tujuan dan sasaran program
yang menjadi prioritas urusan wajib/Belanja Langsung di BPBD Provinsi Gorontalo yang
ditetapkan melalui kegiatan yang akan dilaksanakan.
Program dan Kegiatan Badan BPBD Provinsi Gorontalo yang direncanakan untuk Periode
Tahun 2017-2022 dapat dilihat pada Tabel Berikut :
Tabel 5.1 Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan pendanaan Indikatif SKPD
Unit Lo
DATA TARGET KINERJA PROGRAM DAN KERANGKA PENDANAAN Kerj ka
CAPAIA a si
K INDIKATOR SKP
N Kondisi Kinerja
O KINERJA pada akhir D
PADA
INDIKATOR D PROGRAM/ PROGRAM periode Renstra pena
TUJUAN SASARAN TAHUN
SASARAN E KEGIATAN (OUTCOME) & TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TAHUN 2020 TAHUN 2021 TAHUN 2022 SKPD nggu
AWAL Unit Kerja SKPD
KEGIATAN ngja
PEREN penanggungjaw
(OUTPUT) wab
CANAA ab
N Target Rp. Target Rp. Target Rp. Target Rp. Tar Rp. Target Rp. Target Rp.
(juta) (juta) (juta) (juta) get (juta) (juta) (juta)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Menurunnya Terwuju Persentase PROGRAM : Proporsi
40% 40% 610 50% 2500 60% 5370 70% 7275 80 5730 100% 7185 100% 7185
Risiko dnya Meningkat PENCEGAHAN masyarakat %
Bencana Masyara nya & yang
kat Kapasitas KESIAPSIAGA berperan
Terlatih dalam AN BENCANA dalam
Indikator dan upaya penguranga
Tujuan : Sadar Pengurang n risiko
Persentase Ancama an Risiko bencana
n Bencana
risiko bencana
Bahaya
kategori
rendah KEGIATAN : Jumlah Lokasi Belum
IDENTIFIKASI rawan ada
0 0 20 125 20 150 20 175 20 200 20 225 20 225
KERAWANAN Bencana
Desa Desa Desa Des Desa Desa
BENCANA a
KEGIATAN : Jumlah Peta Belum
PEMETAAN Rawan Ada
0 0 0 0 25 200 30 300 35 350 10 100 10 100
DESA/ KEL Bencana skala
Desa Desa Des Desa Desa
RAWAN Desa a
BENCANA
Jumlah
masyarakat 460 460 460 460 460 460
240 org
yang
org
teredukasi 648 670 700 730 760 760
KEGIATAN : PRB
SOSIALISASI PRB Jumlah Anak
Didik yang 800 120 0 1200 1200 120 1200 1200
teredukasi anak orang orang orang 0 orang orang
didik ora
PRB ng
KEGIATAN : Jumlah
SOSIALISASI Sosialisasi Belum
0 0 1 kali 200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
FORUM PRB di Forum PRB ada
KAB/KOTA
KEGIATAN : Jumlah Desa
PENGADAAN Rawan Belum 12 1500 18 2700 24 3600 30 4500 30 4500
0 0 0 0 Desa Desa Des Desa Desa
SARPRAS Bencana yg ada
a
MITIGASI & memiliki
BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI GORONTALO 61
RENCANA STRATEGIS 2017-2022
PERINGATAN sarpras
DINI Mitigasi dan
Sistem
Peringatan
Dini Bencana
Persentase KEGIATAN : Jumlah Desa 15 Desa
pemberday FASILITASI DESA Tangguh Tanggu
0 0 5 Desa 450 20 1800 30 2700 35 3150 10 900 10 900
aan TANGGUH Bencana h
Desa Desa Des Desa
masyarakat BENCANA (Destana) Bencan a
dalam (DESTANA) a
kesiapan (Destan
menghadapi a)
bencana
Kegiatan : Jumlah Belum
PENYUSUNAN Dokumen RPB, ada 0 0 1 350 1 350 0 0 0 0 0 0 1 dok, 700
doku perda 1
DOKUMEN RAD RAD, dan
men RAD perda
Perda PB
Peningkatan Meningk Rata-rata PROGRAM : Persentase 40% 40% 572 50% 1150 60% 1925 70% 2600 80 3375 100 3550 100 3550
kecepatan atnya Respon KEDARURATAN Penanganan % % %
respon dan Respon Kejadian & LOGISTIK Darurat
kapasitas Time dan Secara Cepat,
sumber daya SDM Tepat,
dalam terlatih Terpadu Dan
penanganan Menyeluruh
darurat di Daerah
bencana
Memulihkan Meningk Persentase PROGRAM : Proporsi 40% 40% 300 50% 1200 60% 1000 70% 1100 80 1500 100 1300 100 1300
daerah atnya Kerusakan REHABILITASI Pelaksanaan % % %
terdampak Pemuliha yang & Rehabilitasi
bencana n terehabilitas REKONSTRUKSI dan
kehidupa i Rekonstruksi
Indikator n (struktural/ Pada Pasca
Tujuan : masyara non Bencana
Persentase kat struktural) Secara
terdampa dan Terkoordinas
Pemulihan k terekonstru i dan Terpadu
masayrakat bencana ksi KEGIATAN : Jumlah SDM 10 Org 40 100 100 150 100 175 100 200 100 225 100 250 100 250
dan lokasi (struktural) JITUPASNA analisis dan 1 Orang Orang Orang Orang Ora orang Orang
pasca bencana ng
(Pengkajian penilaian Dokum
Kebutuhan Pasca kerusakan en
Bencana Jitupas
na
dalam 1
tahun
KEGIATAN : Jumlah 1 1 100 1 150 1 175 1 200 1 225 1 250 1 250
Inventarisasi Dokumen Dokum Doku Doku Doku Doku Dok Doku Doku
men men men men um men men
Kerusakan Penilaian en
en
Infrastruktur Kerusakan dan Pasca
Pasca Bencana Kerugian serta Kejadia
Kebutuhan n
Pasca Bencana
Kesejahteraan meningka PROGRAM : Persentase 100% 100% 2000 100% 4275 100% 4350 100% 4650 100 4750 100% 4850 100% 4850
Pegawai, Sar - tnya Pelayanan peningkatan %
pras Memadai, administr Administrasi, layanan
Perenc Monev & asi dan Sarana administrasi,
Keuangan yg kualitas Prasarana dan sarana
Efisien & Efektif perencana SDM Aparatur prasarana dan
an, sdm aparatur
pelaksana
an
Persentase Jumlah Jasa 8 Jasa 8 Jasa 8 Jasa 8 Jasa 8 Jasa 8 8 Jasa 8 Jasa
anggaran,
Kantor yang Kantor Kanto Kanto Kanto Kanto Jasa Kanto Kanto
dan pelayanan
r r r r Kan r r
meningka administras Tersedia Tepat
tor
tnya Waktu
i tepat
kualitas waktu Persentase 100% 100% 100% 100% 100% 100 100% 100%
dan Tingkat %
kinerja Kepuasan
sumberda Pegawai
ya Terhadap
KEGIATAN : Pelayanan
Pelayanan Jasa Administrasi
Jasa 450 600 650 700 750 800 800
Administrasi
Perkantoran Perkantoran
dan Sarana
Prasarana
Persentase 100% 100% 100% 100% 100% 100 100% 100%
Kelengkapan %
Database
Kepegawaian
yang Dapat
Diselesaikan
Tepat Waktu
KEGIATAN : Persentase 19% 19% 150 16 % 175 17% 200 35% 450 53 500 100% 550 100% 550
Peningkatan Pegawai yang %
Kapasitas SDM Mengikuti
Aparatur Diklat Sesuai
Rencana
PROGRAM : Persentase 100 % 100 % 800 100 % 1050 100 % 1150 100 % 1250 100 1350 100 % 1450 100 % 1450
Perencanaan, pelaksanaan %
Evaluasi, perencanaan,
Monitoring dan evaluasi,
Pelaporan monitoring
dan pelaporan
Persentas Jumlah Dokumen 1 dok 1 dok 1 dok 1 dok 1 dok 1 dok 1 dok 1 dok
Rencana
e Penanggulangan
perencana Bencana yang
terintegrasi
an dalam RPJMD
KEGIATAN : 2017-2022
program
Perencanaan, Jumlah Dokumen 3 Dok 3 Dok 2 Dok 2 Dok 2 Dok 2 Dok 2 Dok 2 Dok
dan Koordinasi, Perencanaan
anggaran Monitoring Tahunan 650 850 900 950 1000 1100 1100
Evaluasi dan Jumlah Dokumen 4 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok 4 Dok
prioritas Evaluasi Tahunan
Penguatan
yang Kelembagaan
Persentase 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
terlaksana Program
Keselarasan
tepat Penanggulangan Pelaksanaan
Bencana Program Dengan
waktu Dokumen
Perencanaan
Hasil Penilaian Kategori Kateg 'Kateg 'Kateg 'Kateg Kate 'Kateg 'Kateg
AKIP SKPD oleh B ori B ori B ori B ori B gori B ori B ori B
Inspektorat
Provinsi
Gorontalo
Persentase Jumlah Laporan 1 SAP 1 SAP 1 SAP 1 SAP 1 SAP 1 1 SAP 1 SAP
Keuangan SKPD SAP
Pengelolaa yang Sesuai
n Dengan SAP
Keuangan KEGIATAN : Persentase 100% 100% 100% 100% 100% 100 100% 100%
Penatausahaan Tingkat %
dan Kepuasan
dan Laporan 150 200 250 300 350 400 400
pelaksanaa Keuangan SKPD Pegawai
n anggaran Terhadap
Pelayanan
yang tepat Administrasi
waktu dan Keuangan
akuntabel
Indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau
keberhasilan organisasi. Indikator kinerja daerah sebagai alat untuk menilai keberhasilan
pembangunan secara kuantitatif maupun kualitatif untuk memberi gambaran tentang
ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
ditetapkan menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) daerah.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Gorontalo Tahun 2017-2022, telah memuat beberapa indikator kinerja yang harus dicapai
oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Gorontalo melalui beberapa program
prioritas pembangunannya. Kebijakan umum adalah arah tindakan yang diambil untuk
mencapai tujuan, yang dirumuskan berdasarkan arahan strategi dan misi dalam rangka
mencapai visi pembangunan 5 tahun Provinsi Gorontalo Tahun 2017-2022 yang selanjutnya
dijabarkan ke dalam program.
Sedangkan program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh SKPD untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh
alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat. Dengan demikian program yang ada didalam
RPJMD perlu dijabarkan dan dikembangkan menjadi program dan rencana aksi melalui
Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, kondisi dan
situasi obyektif berdasarkan kajian dan hasil musyawarah pembangunan.
Indikator kinerja SKPD Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Gorontalo
yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD yaitu meningkatnya kualitas pelayanan
pemerintah dengan sasaran semakin kuatnya kelembagaan SKPD dalam penyelenggaraan
tugas pokok dan fungsi pelayanan kepada masyarakat. Kebijakan umum daerah
memperkuat kelembagaan, tugas pokok, fungsi serta norma standar pelayanan SKPD,
meningkatkan fungsi pelayanan SKPD yang meliputi Penanganan Pra Bencana, Saat
Bencana dan Pasca Bencana disamping itu hal yang tidak dapat dikesampingkan adalah
tingkat kesejahteraan pegawai dan melengkapi sarana dan prasarana kerja, meningkatkan
diklat teknis dan fungsional aparatur, memberikan penghargaan dan sanksi kepada pejabat
dan pegawai secara konsisten. Sesuai dengan dengan indikator kinerja utama pada renstra
yaitu menurunnya risiko bencana dengan tujuan perentase risiko bencana berkategori
rendah, ini dapat dilihat dalam program dan kegiatan Bencana Daerah Provinsi Gorontalo
lima tahun kedepan. Dalam RPJMD 2017-2022 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
masuk didalam Tujuan : Memelihara daya dukung lingkungan untuk pemanfaatan SDA yang
berkelanjutan, dengan Sasaran terwujudnya pengelolaan sumberdaya hutan,lahan, laut dan
pesisir yang lestari dan berkelanjutan serta mitigasi
Bencana dengan indikator indeks risiko bencana. Indikator rencana kegiatan
Bencana Daerah Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo disusun sebagaimana tabel berikut.
Tabel VII.1 Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
Kondisi Kinerja
pada awal Periode Target Capaian setiap Tahun
RPJMD Kondisi Indikator
No. Indikator Kinerja Kinerja pada akhir
RPJMD (2022)
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
1 3 3 4 5 6 7 8 9
Persentase
Meningkatnya
1 Kapasitas dalam 3% 5% 10% 15% 20% 100% 100%
upaya Pengurangan
Risiko Bencana
Persentase
pemberdayaan
2 masyarakat dalam 3% 5% 10% 15% 20% 100% 100%
kesiapan menghadapi
bencana
Rata-rata Penanganan
3 Saat Terjadi Bencana 6 Jam 5 jam 4.5 Jam 4 Jam 3.5 Jam 3 Jam 3 Jam
Proporsi personil
penanggulangan
4 40% 50% 60% 70% 85% 100% 100%
bencana yang terlatih
dan kompeten
Persentase Kerusakan
yang terehabilitasi
5 (struktural/non 0% 5% 25% 50% 75% 100% 100%
struktural) dan
terekonstruksi
(structural)
Kondisi Kinerja
pada awal Periode Target Capaian setiap Tahun
RPJMD Kondisi Indikator
No. Indikator Kinerja Kinerja pada akhir
RPJMD (2022)
Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
1 3 3 4 5 6 7 8 9
Persentase pelayanan
6 administrasi tepat 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
waktu
Persentase
perencanaan program
dan anggaran
7 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
prioritas yang
terlaksana tepat
waktu
Persentase sarana
8 prasarana dan sumber 100% 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
daya yang memadai
Persentase
Pengelolaan
9 Keuangan dan
100% 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
pelaksanaan anggaran
yang tepat waktu dan
akuntabel
KEPALA PELAKSANA
Drs. M. NADJAMUDIN
Nip. 196305101993031013