Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI

DI PT. NATURAL PERSADA MANDIRI

KONAWE UTARA

Disusun Oleh :
Nama : Muh. Syawal Pratama
NIS : 20171124
Kelas : XIII
Program keahlian : GP (Geologi Pertambangan)
Tempat Prakerin : PT. Natural Persada Mandiri
Alamat industri : Alenggo Kec. Langgikima Kab. Konawe
Utara

SMK NEGERI 2 POMALAA


Jl. Kompleks Graha Momahe Antam Pesouha, Pomlaa
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Industri ini disusun oleh:


Nama                   : Muh. Syawal Pratama
NIS                     : 20171124
Sekolah                   : SMK Negeri 2 Pomalaa
Program Keahlian : GP ( Geologi Pertambangan )
Tempat Prakerin : PT. Natural Persada Mandiri
Alamat industri : Alenggo Kec. Langgikima Kab. Konawe
Utara

Telah melaksanakan Praktik Kerja Industri di PT.Natural Persada Mandiri selama


kurang lebih 7 bulan, mulai tanggal 24 Mei2021 s/d 15 Desember 2021. Maka siswa
tersebut berhak memperoleh surat keterangan / sertifikat sesuai dengan presentasi kerja
yang di peroleh selama melaksanakan praktek kerja industri ( PRAKERIN ).

Disetujui:
Pembimbing Industri 1 Pembimbing Industri 2

( TASMAN, ST) (HADIS ALI MANUSA, ST)


NPP. NPP.

Ka. Prog. Keahlian


Pembimbing sekolah Kepala Sekolah

(Irmayanti Kadir,ST)
(Fausia Sulaeman, ST) (Ardi Amir.S.Pd.MM.PD)
NIP. 19840827 201101 2 020
NIP. 19800422 201001 2 008 NIP. 19720325 199702 1 001

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur Kehadirat ALLAH yang Maha Kuasa, karena atas campur tangan-Nya
sehingga penyusunan laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dan laporan ini sebagai bukti untuk memenuhi bahwa penulis telah
melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) dengan baik.

Penyusunan laporan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) ini adalah salah satu syarat
untuk mengikuti Ujian Akhir Sekolah (UAS) dan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan laporan ini
sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan dan menyelesaikan Praktek Kerja
Industri.

Dengan ini saya ucapkan Terima Kasih kepada Assistent Manager Satuan kerja ICT
dan segenap Jajaran kerja yang selama kurang lebih 7 bulan ini telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN), terutama bagi Para
Pembimbing-Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan pengajaran kepada
Kami selama melaksanakan Prakerin. Laporan ini dapat terbuat dan diselesaikan dengan
adanya bantuan dari pihak Pembimbing dari pihak instansi maupun pihak
Sekolah.Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMK
NEGERI 2 POMALAA atas bimbingannya dari awal sampai akhir pelaksanaan PRAKERIN.
Akhir dari kesempatan ini saya sampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
turut memberi saran dan bimbingan demi kesempurnaan laporan ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar belakang........................................................................................................1
1.2 Maksud dan tujuan.................................................................................................2
1.3 Waktu dan tempat..................................................................................................2

BAB 2. PROFIL PERUSAHAAN.........................................................................................3


2.1 Profil PT. NATURAL PERSADA MANDIRI............................................................3
2.2 Data dan tempat praktek kerja industry.................................................................3
2.3 Visi NPM.................................................................................................................4
2.4 Misi NPM................................................................................................................4
2.5 Letak daerah...........................................................................................................4

BAB 3. KEGIATAN PRAKERIN..........................................................................................5


3.1 Kegiatan pengeboran.............................................................................................5
3.2 Pengambilan data...................................................................................................6
3.3 Kegiatan preparasi...............................................................................................17
3.4 Kegiatan survey....................................................................................................22
3.5 Lampiran kegiatan prakerin………………………………………………………… 24

BAB 4. PENUTUP.............................................................................................................28
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................28
4.2 Saran....................................................................................................................28

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Praktek Kerja Indutri (PRAKERIN) adalah suatu bentuk penyelenggaraan dari sekolah
yang memadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dan
program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk
mencapai suatu tingkat keahlian profesional. Dimana keahlian profesional tersebut hanya
dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik dan kiat. Ilmu
pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan dimana saja kita berada,
sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan
langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Praktek Kerja Industri dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional dibidangnya.Melalui Praktek Kerja Industri
diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang profesional tersebut.Dimana para siswa yang
melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan dapat menerapkan ilmu yang didapat dan
sekaligus mempelajari dunia industri.Tanpa diadakannya Praktek Kerja Industri ini kita tidak
dapat langsung terjun ke dunia industri karena kita belum mengetahui situasi dan kondisi
lingkungan kerja.

Ada beberapa peraturan tentang Paktek Kerja Industri (PRAKERIN) dan putusan
Menteri. Adapun peraturan Praktek Kerja Industri(PRAKERIN) adalah sebagai berikut :

Tercantum pada UU. No. 2 tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional yaitu untuk
menyiapkan peseta didik melalui kegiataan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang.

Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah yang


bertujuan meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, dan
meningkatkan pengetahuan peserta didik untuk

melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta kebudayaan;.

Peraturan pemerintah No. 39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam
Pendidikan Nasional, serta Keputusan Menteri No. 0490/1993 tentang Kurikulum SMK yang
berisi bahwa “Dalam melaksanakan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu
Pendidikan didalam sekolah dan Pendidikan diluar sekolah”.
1
1.2 Maksud dan tujuan Prakerin

Tujuan dari kegiatan PRAKERIN adalah :


1. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berharga, dan
memperoleh masukan serta umpan balik guna memperbaiki dan mengembangkan
kesesuaian pendidikan dan kenyataan yang ada di lapangan kerja industri
2. Meningkatkan pengetahuan siswa pada aspek-aspek usaha yang professional dalam
lapangan kerja antara lain struktur organisasi, jenjang karir dan teknik.
3. Untuk mencapai Visi dan Misi SMK NEGERI 2 POMALAA
4. Mengimplotasikan antara pendidikan disekolah dan diluar sekolah.
5. Untuk memperkenalkan siswa pada dunia usaha.
6. Menumbuhkan dan meningkatkan sikap profisional yang di perlukan siswa untuk
memasuki dunia usaha.
7. Memperkokoh link and match antara SMK dan dunia kerja.

1.3 Waktu dan tempat

Waktu 24 Mei 2021 – 15 Desember 2021

Tempat Prakerin PT. Natural Persada Mandiri

2
BAB 2. PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Profil PT. NATURAL PERSADA MANDIRI

PT NATURAL PERSADA MANDIRI adalah konsultan geologi dan pertambangan yang


berbasis di Indonesia. Menyediakan jasa kontrak keahlian, manajemen, dan pengeboran yang
memenuhi standar internasional industri pertambangan.
Didirikan pada Agustus 2015, perusahaan ini telah mendapatkan reputasi yang baik di
industri pertambangan untuk kualitas kerja dan keahlian tinggi. Dari proses awal hingga akhir,
baik di lapangan maupun di kantor, selalu mengukur pekerjaan dengan standar tertinggi. Dan
juga faktor keamanan penting sebagai penilaian kualitas pekerjaan yang telah dilakukan.
Kemampuan kami meliputi layanan Eksplorasi, Sumber Pemodelan & Evaluasi Sember
Daya, Survei Topografi, Layanan Penambangan & Kontrol Kualitas, dan Pelaporan Standar
Internasionan (JORC dan KCMI).

2.2 Data dan tempat praktek kerja industry

Nama Tempat Prakerin : PT. NATURAL PERSADA MANDIRI SULTRA


Bidang Usaha : PERTAMBANGAN
Satuan Kerja : EKSPLORASI
Alamat Tempat Praktek Kerja Industri : Desa. Alenggo Kec. Langgikima Kab. Konawe
Utara

Nama-Nama Pembimbing :
 Tasman, ST
 Muh. Nuraldi Jihas, ST
 Hadis, ST
 Muh. Aditia

3
2.3 Visi NPM

"Menjadi pemimpin dalam eksplorasi, konsultan pertambangan dan kontraktor sipil


Indonesia"

2.4 Misi NPM


"Untuk memberikan layanan profesionan kepada calon klien kami dan mitra sesuai
standar dan etika terbaru. Layanan yang ditawarkan tidak hanya akan menjadi solusi
terbaik tetapi juga akan memberikan tepat waktu dan aman"

2.5 Letak daerah


 Desa Alenggo secara administrasi berada di Kecamatan Langgikima, Kabupaten
Konawe Utara, Sulawesi Tenggara serta luas wilayahnya sekitar 523,61 km atau 5,23
persen dari total wilayah Kabupaten Morowali Utara dan berjarak 34 km dari Ibu Kota
Kabupaten.
 Secara geografis Kabupaten Konawe Utara terletak di bagian Selatan Khatulistiwa,
melintang dari Utara ke Selatan antara 02,97’ dan 03,86’ LS, membujur dari Barat ke
Timur antara 121,49’ BT. Kabupaten Konawe Utara memiliki luas wilayah sebesar
500.399 Ha atau 13,38% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara.
 Potensi Wilayah Kabupaten Konawe Utara yaitu :
1. Pertanian
2. Perkebunan
3. Peternakan
4. Perikanan
5. Pertambangan
6. Industri
7. Parawisata
8. Perdagangan Jasa

4
BAB 3.
KEGIATAN

3.1 Kegiatan pengeboran


1. Pengeboran Inti (Core Drilling)
A. Tujuan

Pengeboran dilakukan untuk mendapatkan contoh (sample) bahan tambang dikordinat dan
kedalaman tertentu secara benar. Contoh (sample) yang dihasilkan dari proses pengeboran
yang benar akan di analisa untuk memastikan jumlah kandungan bahan tambang di daerah
yang dibor. Bila dalam proses pengambilan contoh (sample) tidak memenuhi standar, maka
analisa yang dihasilkan akan tidak benar.

Untuk mendapatkan kualitas contoh (sample) yang benar, maka diperlukan prosedur
pengeboran standar, yaitu:

1. Maksimum Penetrasi (run) 1 (satu) meter untuk menghindari blok core, bila terjadi
swelling karena panjang inner tube 1,5 (satu setengah) meter.
2. Core barrel harus menggunakan double tube wire line. Untuk meminimalkan
kontaminasi contoh (sample) yang dihasilkan.
3. Pada zona bedrock harus dibor sampai kedalaman 4-6 meter, pengecualian pada
zona silica di daerah bedrock.
4. Pemisahan berdasarkan zonasi dengan asumsi bahwa analisa yang nantinya
diperoleh merupakan hasil dari contoh per zonasinya.
5. Apabila tiga meter berturut-turut dimana pada setiap meter Core Recovey < 90%
karena kelalaian atau ketidakcakapan driller maka akan digeser dan dibor ulang
(re-drill) dititik terdekat dari titik bor pertama (sesuai arahan geologist) kecuali pada
zona yang tidak mungkin untuk mendapatkan recovery >90% misalnya zona silica
dan lumpur atau menurut pertimbangan geologist tidak mempengaruhi kualitas data
semuanya harus berdasarkan kebenaran (justification) dari geologist.
6. Apabila pada lubang kedua hasilnya mirip dan driller sudah menunjukkan usaha
yang maksimal untuk mendapatkan recovery yang lebih baik dan menurut
pertimbangan geologist bahwa core sample yang di hasilkan adalah benar maka
geologist akan melakukan evaluasi dan bila keputusannya adalah kesulitan formasi
bukan dari skill driller dan kemampuan mesin maka hole tersebut akan dibayar

5
sesuai core yang dihasilkan (prorate) dan hasil dari lubang pertama dianggap tidak
ada.
7. Kegagalan pengeboran karena terjepitnya pipa sehingga pengeboran tidak dapat
dilanjutkan, maka akan digeser dan dibor ulang (re-drill) dititik terdekat dari titik bor
pertama (sesuai arahan geologist) sehingga kedalaman pengeboran pada titik
pertama tidak dihitung.
8. Core ditempatkan pada core box dari kiri ke kanan, dimulai dari sudut kiri atas pada
core box.
9. Setiap meter diberikan label.
10. Pengambilan foto core dilakukan setelah core dibelah, dan core box ditempatkan
dengan kemiringan ±15º yang sebelurnnya telah diberi label nama prospek, no
hole, no core box, range kedalaman pada box tersebut, tanggal, hari, inisial logger.
11. Pengambilan foto dengan zoom/inzet dilakukan pada setiap core box yang mewakili
serta mempunyai arti penting untuk menginformasikan gambaran secara jelas dari
mineral, tekstur, struktur, terjadinya core loss, kontaminasi, swelling core.
12. Proses pemotretan sebaiknya dilakukan di daerah yang mendapat sinar matahari
cukup karena akan memberikan cahaya yang baik terhadap hasil pemotretan.
13. Setelah proses pengeboran selesai dilakukan, maka lubang bor harus diberi
keterangan dengan menggunakan patok kayu yang diberi keterangan yang tertulis
menggunakan spidol permanent pada patok kayu tersebut agar keterangannya
dapat lebih tahan lama. Keterangan yang tertulis pada patok kayu tersebut antara
lain : Hole-ID, Kedalaman stop pengeboran (EOH), Tanggal stop bor

3.2 Pengambilan data

1.1. Persiapan

1.1.1. Pengecekan
 Lakukan pengecekan meliputi collar, hole id dan deposit / blok area agar tidak terjadi
pertukaran atau kesalahan id titik pengeboran.
 Siapkan form logging letakkan pada clip board agar pengisian tetap rapi dan lakukan
penginputan hole information, date logged, logger dan data-data awal lainnya.
 Check kembali urutan meteran sampel dengan memperhatikan susunan core box yang
rapi untuk mempermudah proses logging.

6
 Lakukan koreksi terhadap sampel secara keseluruhan yang meliputi recovery dan
letakkan nomor-nomor meter serta meteran sesuai dengan meteren saat running
pengeboran

1.1.2. Pengisian Form Core Logging

Dalam pengisian core logging terdapat banyak kolom-kolom yang diisi manual dengan
menggunakan alat tulis yang dipersiapkan sebelumnya. Kolom kolom tersebut berisi informasi
mengenai pengeboran.
 Kolom form – to, diisi dengan meteran mulai ke meteran akhir setiap meter / setiap
pengambilan sampel dikarenakan break dengan satuan meter.
 Kolom length, diisi dengan panjang meteran core pengeboran, bisa dikatakan aktual
panjang kedalaman core dalam setiap 1 meter atau setiap 1 break
 Kolom Recov. Length, core recovery merupakan persentase panjang core yang dapat
tercover dalam setiap panjang run / penetrasi pengeboran. Recovery length ditulis
tidak dalam persen melainkan dalam bentuk bilangan bulat desimal, artinya recovery
100% akan ditulis sebagai 1, sedangkan recovery 90% akan ditulis 0.9. Secara
sederhana, Core Recovery length diperoleh dengan melakukan perhitungan :

Core Recovery = Panjang sample yang diperoleh (Actual Core)

Panjang run / penetrasi (Actual run / pentration)

Dalam pengeboran inti dikenal ada istilah swelling dan loss, dimana swelling merupakan
material tanah yang mengandung mineral-mineral lempung yang elastis dan mudah
mengembang akan mengalami perubahan volume dimana material memanjang saat
berada didalam barrel, sedangkan loss merupakan material yang hilang saat penetrasi
pengeboran dimana material yang hilang bisa dikarenakan jauth saat pengeboran
berlangsung ataupun hancur menjadi cutting sehingga data tidak bisa digunakan.
Dengan memperhatikan adanya swelling serta material yang loss pada material hasil
pengeboran, core recovery akan memberikan nilai berbeda dikarenakan adanya
pengcoveran dari proses pengambilan sampel core. Jika dalam 1 meter sample terdapat
lebih dari 1 jenis material yang memiliki karakter yang berbeda dan memiliki total

7
Recovery length yang tidak sama dengan 1 (bisa lebih bisa kurang), tentukan material
mana yang paling mungkin untuk terjadi “loss” (Recovery <1) dan material mana yang
paling mungkin untuk terjadi “swelling” (Recovery >1). Jika semua material dalam
meteran tersebut memungkinkan terjadinya loss dan swelling, maka core recovery-nya
dianggap sama, yaitu core recovery totalnya. Jika dalam satu meter hanya terdapat
sebagian saja material yang mungkin loss atau swelling, sedangkan yang lainnya tidak
mungkin untuk loss dan swelling, maka perlu dilakukan perhitungan core recovery untuk
masing-masing jenis material.
Untuk material yang tidak mungkin terjadi loss dan swelling (misal: boulder), maka
material tersebut akan memiliki recovery = 1. Untuk material yang mungkin terjadi loss
dan swelling (yaitu: clay material and Soft material) maka core recovery harus dihitung
dengan rumus perhitungan seperti berikut ini :

Dalam gambar core box diatas dapat memperlihatkan bagaimana posisi peletakan
sampel pada corebox. Dan dari contoh diatas maka akan kita buatkan rumus untuk
mendapatkan core recovery masing-masing sampel.

8
Sampel (a) penetrasi running 0.50 M dan sampel yang terambil 0.40 M (loss) maka
peletakkan sampel seperti pada gambar diatas (dianggap sebagai BREAK), dan
diketahui :
Running / panjang penetrasi = 0.50 M
Loss = 0.10 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.40 M

Maka recovery untuk sampel (a) adalah = 0.4 M / 0.5 M

= 0.8

Sampel (b) penetrasi running 0.50 M sampel kaluar 0.60 M (swelling), diletakkan setelah
penetrasi running 0.50 M dari sampel (a) maka peletakan sampel seperti gambar diatas,
dan diketahui
Running / panjang penetrasi =0.50 M
Swelling = 0.10 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.60 M
Maka recovery untuk sampel (b) adalah = 0.60 M / 0.50 M

= 1.2

Sampel (c) penetrasi running 1.00 M dan sampel mengalami swelling 0.25 M maka
peletakan sampel seperti pada gambar diatas, dan diketahui :
Running / panjang peneetrasi = 1.00 M
Swelling = 0.25 M
Panjang sampel / core (aktual) = 1.25 M
Maka recovery untuk sampel (c)adalah = 1.25 M / 1.00 M

= 1.25

Sampel (d) penetrasi running 1.00 M dan sampel yang terambil hanya 0.80 M (loss)
maka peletakan sampel seperti pada gambar diatas, dan diketahui :
Running / panjang penetrasi = 1.00 M

9
Loss = 0.20 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.80 M
Maka recovery untuk sampel (c) adalah = 0.80 M / 1.00 M

= 0.8

Sampel (e) penetrasi running 0.30 M dan sampel yang terambil 0.25 M (loss) maka
peletakan sampel seperti pada gambar diatas (dianggap sebagai BREAK)
Running / panjang penetrasi = 0.30 M
Loss = 0.05 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.25 M
Maka recovery untuk sampel (e) = 0.25 M / 0.30 M

= 0.83

Sampel (f) penetrasi running 0.30 M dan sampel yang terambil 0.20 M (loss) maka
peletakan sampel seperti pada gambar diatas (dianggap sebagai BREAK)
Running / panjang penetrasi = 0.30 M
Loss = 0.10 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.20 M
Maka recovery untuk sampel (f) = 0.20 M / 0.30 M

= 0.66

Sampel (g) penetrasi running 0.40 M dan sampel yang terambil 0.50 M (swelling) maka
peletakan sampel seperti pada gambar diatas
Running / panjang penetrasi = 0.40 M
Swelling = 0.10 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.50 M
Maka recovery untuk sampel (f) = 0.50 M / 0.40 M

= 1.25

Sampel (h) penetrasi running 0.50 M dan sampel yang terambil 0.50 M maka peletakan
sampel seperti pada gambar diatas
Running / panjang penetrasi = 0.50 M

10
Panjang sampel / core (aktual) = 0.50 M
Maka recovery untuk sampel (h) = 0.50 M /0.50 M

=1

Sampel (i) penetrasi running 0.50 M dan sampel yang terambil 0.30 M (loss) maka
peletakan sampel seperti pada gambar diatas
Running / panjang penetrasi = 0.50 M
Loss = 0.20 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.30 M
Maka recovery untuk sampel (f) = 0.30 M / 0.50 M

= 0.6

Untuk sampel (h) dan (i) jika material yang dijumpai relatif memiliki kesamaan (warna,
kandungan mineral, tingkat pelapukan dll) maka bisa diaanggap sebagai 1 sampel
(tanpa BREAK), dan perhitungan recovery sama seperti sampel (d).

Sampel ( j ) penetrasi running 1.00 M dan sampel yang terambil 1.00 M maka peletakan
sampel seperti pada gambar diatas
Running / panjang penetrasi = 1.00 M
Panjang sampel / core (aktual) = 1.00 M
Maka recovery untuk sampel (f) = 1.00 M / 1.00 M

=1

Sampel (k) & (l) penetrasi running 0.50 M dan sampel yang terambil 0.50 M maka
peletakan sampel seperti pada gambar diatas
Running / panjang penetrasi = 0.50 M
Panjang sampel / core (aktual) = 0.50 M
Maka recovery untuk sampel (k)& (l) = 0.50 M /0.50 M

=1

11
Untuk sampel (k) dan (l) jika material yang dijumpai relatif memiliki kesamaan (warna,
kandungan mineral, tingkat pelapukan dll) maka bisa diaanggap sebagai 1 sampel
(tanpa BREAK), dan perhitungan recovery sama seperti sampel ( j ).

 Kolom Material Code, material code diisi dengan jenis-jenis material berdasarkan layer
pada profil laterite, dapat dilihat seperti dibawah ini :
- LIM, untuk limonite material
- SAP, untuk saprolite material
- BLD, untuk boulder material, dengan panjang minimal 30 cm (terletak dalam layer
limonitr atau saprolite)
- BRK, untuk bedrock material (terletak dalam meteran terakhir)
- NLU, untuk Non Laterite Ultramafic (material yang bukan berasal dari pelapukan
batuan ultramafic)
 Kolom Layer Code, merupakan bentuk peyederhanaan dari material code, dimana
pada kolom ini hanya terbagi ke dalam 4 kategori yaitu LIM (Limonite), SAP (saprolite),
BRK (Bedrock) dan NLU (Non Laterite Ultramafic), sedangkan kode BLD (boulder) di
hilangkan dan digantikan dengan kode layer dimana material tersebut berada, dalam
hal ini LIM atau SAP.
- LIM, untuk limonite material
- SAP, untuk saprolite material
- BRK, untuk bedrock material (terletak dalam meteran terakhir)
- NLU, untuk Non Laterite Ultramafic (material yang bukan berasal dari pelapukan
batuan ultramafic)
 Kolom Rock Code, diisi dengan nama batuan yang dijumpai dalam setiap form to /
break geology seperti:
- HRZ untuk harzburgite
- DUN untuk dunite
- SRP untuk serpentinite
- PXT untuk piroksenit
- SIL untuk silica
- LHZ untuk lherzolite
- PDT untuk peridotite (jika tidak dapat dibedakan antara HRZ dan LHZ)
- CLY untuk clay

12
- CGL untuk conglomerate
- NLU untuk non laterite ultramafic (jika dijumpai batuan lain yang tidak ada dalam list
diatas)
 Kolom Grain Size, diisi dengan ukuran material butiran / mineral batuan (baik yang
sudah lapuk menjadi tanah ataupun yang masih fresh dan massive) seperti daftar
dibawah ini :
- FG, untuk Fine Grain ( ukuran kurang dari 1 mm, tidak ada efek kaca )
- MG, untuk Medium Grain (ukuran butir 1-5 mm)
- CG, untuk CoA/RoArse Grain (ukuran butir 5-30 mm)
- VCG, untuk Very CoA/RoArse Grain (ukuran butir lebih besar dari 30 mm)
 Kolom Serpent., Serpent, memuat data tingkat serpentinisasi dari semua intercept/
break geologi pada sample sample yang mencirikan adanya proses serpentinisasi.
Tingkat serpentinisasi tidak hanya ada pada batuan berukuran kasar, tetapi juga
memungkinkan untuk hadir di batuan yang berukuran halus.Tingkat serpentinisasi
pada kolom ini diisi berdasarkan kenampakan visualnya saja (warna, kelimpahan
mineral hasil proses serpenrinisasi, tekstur, dll). Tingkat serpentinisasi diisi dengan
kode berikut:
- NIL, untuk tidak adanya proses serpentiisasi
- LOW, untuk tingkat serpentinisasi rendah
- MED, untuk tingkat serpentinisasi menengah
- HI, untuk tingkat serpentinisasi tinggi
 Kolom Weathering, memuat data tingkat pelapukkan untuk setiap lapisan material
yang berada pada tiap hole. Untuk tingkat pelapukkan tidak ada kaitannya dengan
ukuran butir (grain), meskipun untuk material yang halus pada umumnya memiliki
tingkat weathering yang tinggi, di beberapa area, terutama yang mengalami
serpentinisasi tinggi dan memiliki ukuran butir halus bisa memiliki tingkat pelapukkan
yang rendah. Dengan demikian tingkat pelapukkan hanya bias diukur dengan cara
melihat warna visual, kelimpahan mineral hasil pelapukkan, dan tekstur pada batuan,
tingkat pelapukkan dituliskan dengan tiga (3) kode, yaitu:
- HI, untuk tingkat pelapukan tinggi (pelapukan sempurna, tekstur sisa batuan yang
fresh sudah jarang ditemukan, terdapat tanda-tanda slickensided dan kehadiran
mineral clay.

13
- MED, untuk tingkat pelapukan menengah (pelapukan belum sempurna, tekstur sisa
batuan yang fresh masih banyak/melimpah ditemukan, terdapat tanda-tanda alterasi
mineral hasil proses pelapukan).
- LOW, untuk tingkat pelapukan rendah (pelapukan belum terjadi, atau pelapukan baru
pada tahap awal (hanya terdapat pada permukaan batuan), fisik batuan masih keras).
- NIL, untuk material yang belum mengalami sama sekali proses pelapukkan, fisik
batuan masih sangat pejal dan mengalami proses struktur geologi.
 Kolom Colour,Colour memuat keterangan warna visual yang tampak pada tiap tiap
layer secara general dan juga pada batuan, warna batuan pada umumnya mencirikan
kelimpahan mineral tertentu. Logger diharapkan memiliki basic petrology laterite yang
cukup kuat dalam penentuan warna material, warna material dapat terdiri dari:
- BLK, untuk warna hitam
- BRN, untuk warna coklat
- GRY, untuk warna abu-abu
- GRN, untuk warna hijau
- ORG, untuk warna jingga
- YLW, untuk warna kuning
- WHT, untuk warna putih
- Kolom Structure,
 Kolom Structure, pengisian data struktur terdiri dari struktur primer dan struktur
sekunder, dimana struktur primer menggambarkan struktur major/ utama yang
dominan hadir pada batuan sedangkan struktur sekunder mengambarkan struktur
yang hadir dalm jumlah minor pada batuan, pengisian data struktur tidak harus pada
break geologi ataupun bedrock, tetapi dapat di temukan pada material yang
CoA/RoArse dan masih memberikan kenampakan struktur. Dalam penginputannya
terbagi dalam beberapa item, yaitu:
- BXK, untuk Boxwork
- VEN, untuk Vein
- VNL, untuk Veinlet
- BRC, untuk Brecciated
- JNT, untuk Joint
- FRC, untuk Fracture

14
 Kolom Minerals memuat data kelimpahan mineral yang ada pada batuan atau material
yang telah mengalami pelapukkan, untuk nama mineral yang melimpah di tuliskan
pada kolom “Primary”, cukup melimpah dikolom “Sec”, dan sedikit melimpah di kolom
“Tertiary”, secara umum mineral yang terdapat di lapangan, dan memungkinkan untuk
terlihat secara megaskopis adalah:
- BRZ, untuk Bronzite
- CLY, untuk Clay
- CHL, untuk Chlorite
- CRP, untuk Chrysoprase
- CRY, untuk Chrysotile
- CHR, untuk Chrome
- FEL, untuk Felsdpar
- GRT, untuk Limonite
- GTH, untuk Geothite
- GRT, untuk Garnierite
- HMT, untuk Hematite
- MGH, untuk Maghematite
- MGN, untuk Manganese
- MGT, untuk Magnetite
- MGS, untuk Magnesite
- MNG, untuk Manganese wad
- OLV, untuk Olivine
- PLG, untuk Plagioklas
- PRX, untuk Pyroxene
- SER, untuk Serpentine
- SIL, untuk Silica
- TLC, untuk Talc
- ASB, untuk Asbotile
 Kolom jumlah Fracture, Memuat data jumlah open fracture / joint / kenampakan
struktur yang berpola, baik yang sudah maupun yang belum terisi oleh mineral
sekunder. Facture ini dihitung pada suatu zona boulder yang menerus, selama ciri-ciri
adanya fracture masih terlihat. Kedua ujung dari rangkaian boulder tidak dihitung

15
sebagai fracture, dalam penginputannya jumlah fracture memiliki rangevalue dari 0 -
100 dimana jumlah fracture tidak lebih dari 100.
 Kolom Panjang boulder memuat data nilai panjang dari setiap material boulder yang di
temukan pada suatu titik pengeboran, suatu material dikatakakan sebagai boulder jika
panjang material tersebut minimal 30 cm, dalam penginputannya menggunakan
satuan meter (M) dengan range value 0 – 100 M.
 Comment memuat seluruh informasi geologi yang bersifat unik maupun berpola,
logger sebaiknya memperhatikan kolom comment ini. Karena, besar kemungkinan
terdapat informasi geologi yang tidak dapat dimasukkan kedalam kolom-kolom
sebelumnya tetapi memiliki arti yang penting dalam evaluasi geologi. Misalkan untuk
zona transisi diisi pada kolom comment – Transition Zone
A. Setelah Pengeboran
1. Pihak pengeboran menyertakan laporan perpancingan langsung di lapangan dan
akan ditandatangani oleh logger pada saat penghentian pengeboran, dan
menyampaikan laporan kemajuan bor harian pada pihak geologist.
2. Diwajibkan untuk menjaga kebersihan lokasi pengeboran dari sampah tak terurai
(plastik, kertas dll).
3. Setelah pengeboran selesai, dilakukan pengecekan kedalaman dan panjang core
yang terambil keseluruhan, apakah sesuai antara kedalaman dan panjang core
dengan jurnlah pipa yang digunakan.
4. Pengeboran dihentikan apabila : - Cuaca hujan lebat. - Lokasi tidak kondusif -
Masuk jam istirahat dan jam pulang.
5. Apabila terjadi loss core harus diparaf pada laporan kemajuan pengeboran oleh
driller dan logger.
6. Periksa kembali laporan kemajuan di lapangan, apakah sesuai dengan lokasi,
kedalaman, dan recovery, apabila sudah benar laporan diparaf oleh logger.
Penandatanganan Berita Acara Pengeboran antara pihak pengeboran dan pihak
geologist dilakukan jika pengeboran pada titik tersebut telah selesai, dan atau
seperti yang dijelaskan sebelumnya di atas.

B. Health, Safety & Environmental Community.

Untuk menjaga kesehatan, keselamatan dan lingkungan di sekitar Drill Site (Auger, Test
Pit, Mesin), maka perlu diperhatikan hal-ha1 berikut ini:

16
1. Pihak pengeboran wajib melaksanakan safely meeting.
2. Kru pengeboran diwajibkan menyediakan P3K, menggunakan helm, sepatubot,
sarung tangan saat pengeboran.
3. Cek lokasi pengeboran (pad) yakinkan terbebas dari batang-batang pohon yang
berpotensi tumbang, tanah longsor, jatuhan batu dll.
4. Setiap lubang bor harus bersih dari segala macam kotoran seperti : kantong
(segala macam kantong), sarvng tapgan kotor, bungkus nasi, bekas botol minum,
sisa-sisa spare part yang tidak digunqkan dari pengeboran.
5. Tanah yang terkontaminasi oleh minyak, solar, bensin, greese dl1 harus
dimasukkan ke dalam lubang dan ditimbun
6. Meminimalkan penebangan pohon pada lokasi bor.

3.3 Kegiatan preparasi


1. Urutan Kerja Preparasi

A. Persiapan Umum

1. Siapkan peralatan kerja dan peralatan safety yang akan digunakan.


2. Siapkan alat tulis menulis.
3. Rangkaian alat saringan sebagai berikut : Letakkan saringan berukuran 6” pada
rak Screening I (bagian atas), saringan ukuran 2” pada rak 2 (Bagian Tegah),
dan talang di rak III (Paling bawah).
4. Siapkan sendok sample, palu – palu dan pengaduk sample.
5. Siapkan talang yang bersih sebagai wadah sample.
6. Siapkan timbangan (nolkan atau kalibrasi).
7. Siapkan nomor-nomor sample (XXXXXXX).
8. Siapkan sample bag plastik.
9. Siapkan plastik nomor sample.
10. Siapkan karung sample.
11. Siapkan form penulisan data preparasi dan data logging.
12. Perhatikan sekeliling untuk menghindari hal-hal yang sekiranya berpotensi
bahaya. Misalnya lantai yang licin, barang berserakan dilantai dsb.

B. Persiapan Sampel Bor

17
1. Pastikan apakah sample/core yang akan dipreparasi sudah difoto atau belum oleh
logger dengan mengecek pada logbook logging dan foto serta konfirmasi dengan
logger.
2. Siapkan form preparasi yang telah diisi sesuai dengan nomor holes dan logging
yang ada.
3. Check label-label material yang akan di preparasi seperti :
a.Label depth (interval)
b.Label Hole_ID
4. Dilakukan per interval depth atau sesuai dengan geological break.

C. Persiapan Sampel Bor

1. Tempatkan sample / core box secara berurut mulai dari meteran awal hingga akhir
di dekat meja preparasi.
2. Lakukan preparasi hole per hole dimulai dari sample pada meteran awal dilanjutkan
hingga ke meteran akhir.
3. Perhatikan jenis material (LIM, SAP, BLD, BRK).
4. Sendok material tersebut (dari top ke bottom) dari core box, yakinkan semuanya
terambil, dan dikumpulkan dalam satu wadah.

C. Penyaringan Material Limonite

Untuk material limonit/tanah (yakinkan dengan cara visual atau di remas-remas) perlakukan
sbb:

1. Ditimbang dan catat pada lembar atau form pada kolom material –2” yang
disediakan.
2. Tumpahkan di atas meja preparasi.
3. Hancurkan, aduk- aduk dan composite sample hingga benar-benar homogen
sebanyak 10 – 15 kali.
4. Ambil Ring Flat, masukkan semua sample ke dalamnya dan diratakan.
5. Lakukan kwartir didalam ring tersebut.
6. Kemudian sample yang sudah terbagi menjadi 4 bagian tersebut tumpuk mulai dari
bagian I,ke-II, ke-III dan ke-IV.
7. Kompositkan kembali hingga benar-benar homogen.

18
8. Kemudian ambil kembali ring flat, masukkan semua sample tersebut secara
merata.
9. Kwartir sample tersebut didalam ring.
10. Bagian sample yang telah terbagi kembali ditumpuk mulai dari bagian I, ke II, ke III
dan tumpukan paling atas adalah bagian ke IV.
11. Setelah sample tersebut ditumpukkan ambil kwartir dan lakukan kembali peng-
kwartiran sample.
12. Ambil sampel dari dua sisi alat kwartir yang saling bersilangan dan gabungkan
menjadi satu sebagai sample regular yang akan dikirim ke laboratorium.
13. Beri nomor sample dan masukkan ke dalam sample bag plastik.
14. Pemberian nomor sample dimulai dari nomor yang terkecil ke nomor yang
terbesar/fraksi yang terbesar ke fraksi yang terkecil yang disusun secara berurutan
dari kiri ke kanan kru preparasi.
15. Kemudian ambil juga sisa sample dari dua sisi kwartir yang lainnya, gabungkan dan
masukkan kedalam kantong sample sebagai sample backup.
16. Masukkan no sample yang sama dengan no sample original dan pita merah
sebagai tanda bahwa sample tersebut adalah sample backup yang akan di simpan
di gudang, tuliskan “Backup” atau initial “B” di bagian luar plastic sample.
17. Untuk sample yang jumlahnya sedikit dan hanya cukup untuk dikirim ke lab tidak
perlu di buatkan backup samplenya.
18. Catat nomor sample ke dalam form preparasi sample pada baris interval yang
sebenarnya.
19. Untuk pengerjaan jenis sample yang sama, jika terdapat material asing berupa
fraksi atau yang lainnya dilakukan penyaringan pada screening.

D. Penyaringan Material Saprolite dan Bedrock


1. Setelah melakukan preparasi untuk sample limonit dilanjutkan dengan sample
saprolit dan bedrock, sebelum melakukan preparasi sample saprolit terlebih
dahulu peralatan yang telah dipakai untuk layer limonit tadi dicuci sampai bersih
dan begitu juga meja yang digunakan dibersihkan untuk menghindari
kontaminasi antar material yang satu dengan material yang lain, pada saat layer
saprolite selesai dipreparasi dan memasuki layer bedrock ataupun boulder
proses tersebut diatas dilakukan kembali.

19
2. Untuk material saprolit yang ditandai dengan hadirnya material-material lebih
kasar perlakuannya sebagai berikut :
 Sendok material tersebut dari core-box.
 Bila terdapat geological break, sendok material sampai batas dimana geological
break tersebut, dimulai dari top ke bottom core.
 Tumpahkan di atas saringan dan diaduk-aduk sambil ditekan hingga material
yang lebih kecil akan masuk ke dalam kisi-kisi saringan.
 Kumpulkan material yang tertinggal pada saringan 2”, timbang dan catat pada
form yang tersedia pada kolom material “+2 –6”.
 Masing-masing fraksi kemudian di komposit/diaduk dengan menggunakan
sendok pengaduk kemudian di kwartirhingga menghasilkan sample kira-kira 2
Kg.
 Ambil sample dari 2 sisi alat kwartir yang saling bersilangan dan gabungkan
menjadi satu sebagai sample regular/original yang akan dikirim ke Laboratorium.
 Beri nomor sample sesuai dengan urutannya dan masukkan ke dalam sample
bag plastic.
 Sisa sample dari dua sisi kwartir lainnya kemudian diambil dan digabungkan
serta dimasukkan kedalam kantong sample sebagai sample backup dengan no
sample yang sama dengan no sample original yang akan dikirimkan ke
laboratorium, Tuliskan “Backup” atau initial “B” di bagian luar plastic sample.
 Untuk sample yang jumlahnya sedikti dan hanya cukup untuk dikirimkan ke
laboratorium tidak perlu di buatkan backup samplenya.
 Catat nomor sample ke dalam form preparasi sample pada baris interval yang
sesuai.
3. Lakukan hal yang sama untuk material yang tertampung pada saringan ke dua
dan ketiga dan catat pada kolom-kolom yang sesuai, kerjakan setiap sample
satu-persatu.
4. Setelah 4 sample selesai dipreparasi, ikat menjadi satu, masukkan sebanyak 4
ikatan pada karung sample yang sudah disiapkan.
5. Setiap kelipatan 20 sample diduplicatekan sebagai Quality control preparasi,
apabila dalam satu hole tersebut jumlah sample tidak cukup untuk kelipatan 20
maka sample tersebut harus tetap diduplikatkan sebanyak satu sample, begitu

20
pula apabila sample tidak cukup untuk kelipatan 2 kali 20 sample maka
duplikatnya tetap diambil 2 sample.
6. Tuliskan no Hole ID, no sample id pada bagian luar karung, pastikan sesuai
dengan hole ID yang tercantum di coreloss dan form logging. Jika lebih dari satu
karung dari setiap hole, berikan no urutan no karung sesuai dengan urutan
nomor sample terkecil sampai terbesar.
7. Setelah selesai satu hole, kumpulkan semua karung berisi sample-sample hasil
preparasi per hole, lakukan pengecekan ulang.

E. Pengecekan Ulang
1. Yakinkan bahwa data-data timbangan material telah dimasukkan pada kolom yang
sebenarnya.
2. Pastikan pemberian no sample pada form preparasi sudah berurut, jika ada no
sample yang tidak berurut atau loncat berikan keterangan pada form preparasi dan
informasikan kepada datatech yang akan membuat waybill/surat pengatar ke
laboratorium.
3. Check kembali sample yang ada di karung dan pastikan sesuai dengan yang tertulis
di dalam form preparasi.

F. Membuat laporan produksi preparasi sample


1. Jangan lupa mencatat kedalaman material tersebut yang disesuaikan dengan
pemisahan-pemisahan yang dilakukan oleh geologist ke dalam logbook preparasi.
2. Catat total jumlah sample hasil preparasi per hole nya ke dalam buku laporan
produksi preparasi sample.
3. Catat dalam log book no Hole ID, End of Hole, no sample id, from-to setiap hole-nya
dan crew yang melakukan preparasi.

G. Selesai Pekerjaan
1. Kumpulkan alat kerja, cuci hingga bersih.
2. Bersihkan tempat kerja.
3. Simpan alat-alat kerja pada tempatnya masing-masing.

21
3.4 Kegiatan survey

A. PEMATOKAN (STAKE OUT)


Pematokan atau Stake Out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik dari peta
perencanaan (titik-titik rencana) ke lapangan. Titik-titik yang direncanakan tersebut di patok di
lapangan dari titik-titik ikat yang diketahui. Pengertian titik rencana disini adalah titik yang
direncanakan ip eta, tetapi di lapangan belum ada titiknya. Sedangkan titik ikat atau titik
kerangka adalah titik yang diketahui koordinatnya dan titik tersebut terlihat ip eta dan ada
bentuk fisiknya di lapangan.

1.1 Persiapan peralatan


 Siapkan peralatan kerja dan safety yang akan digunakan.

 Siapkan koordinat dan peta kerja(koordinat survey harus 1 sistem dengan


koordinat yang dipakai dalam peta).

1.2 Persiapan dilokasi kerja

 Pasang alat Total station di station/kontrol point yang aman dan posisi ideal
untuk steckout.
 Siapkan alat pendukung(stick pol,prisma,radio).
 Setting alat Total Station

1.3 Proses Pengukuran Stakeout

 menu survey pilih SO,Masukkan koordinat yang akan di stakeout


 Arahkan lensa alat kearah yang di tunjukkan oleh hasil bacaaan Horisontal.
(0.00.00).
 Arahkan pemegang prisma target untuk mencari titik steckeout(maju/mundur).

22
1.4 Selesai pengukuran
 Masuk menu survey
 matikan alat Total station.
 Pastikan alat dalam keadaan kering dan bersih.
 Pastikan alat dalam keadaan netral (pengunci horizontal/vertical)
 Masukan alat dalam tempatnya Lipat tiga kaki (Tripod)dan ikat.

23
o Lampiran Kegiatan Prakerin

GAMBAR 1. Proses Deskripsi Sampel Bor

GAMBAR 2. Membungkus Sampel Bor

24
GAMBAR 3. Kegiatan Moving Rig

GAMBAR 4. Proses Pembuatan Pad

25
GAMBAR 5. Kegiatan Pengeboran

GAMBAR 6. Kegiatan Preparasi Sampel Bor

26
GAMBAR 7. Pengantaran Sampel Preparasi

GAMBAR 8. Pad Pengeboran

27
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dengan adanya program Praktek Kerja Industri (Prakerin) yang telah kami ikuti selama
kurang lebih 3 bulan.Maka kami sebagai siswa SMK NEGERI 2 POMALAA sangat berterima
kasih.Kami telah mendapatkan berbagai macam ilmu dengan pelajaran berharga sebagai
bekal apabila tamat nanti.Kami berharap agar dengan berakhirnya program prakerin maka ilmu
yang kami dapatkan di tempat kerja dapat di jadikan sebagai bekal apabila tamat dari SMK
NEGERI 2 POMALAA dan melanjutkan ke Perguruan Tinggi, bekerja di Industri ataupun
berwiraswasta.
Adapun kesimpulan mengenai tempat prakerin ini adalah :
Kebutuhan akan ilmu dunia pertambangan begitu penting terutama tambang nikel, karena
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat dan salah satu bahan yang
di perlukan di komponen elektronik adalah nikel, oleh karena itu nikel sudah menjadi bahan
galian tambang yang sangat diperlukan pada zaman ini. Seiring dengan hal itu, ilmu tentang
dunia tambang pun ikut berkembang, dan untuk bekerja di tambang kita memerlukan skill
khusus, dan untuk mendapatkannya pun harus memasuki sekolah khusus ilmu tambang. Maka
dari itu prakerin ini sangatlah penting bagi kami.

4.2 Saran
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, namun
walaupun demikian akan mencoba memberi saran yang mungkin akan dapat membangun.
Adapun saran tersebut antara lain :

1. Mungkin dari pihak perusahaan atau kordinator site bisa meningkatkan tingkat
kenyamanan dan kesejahteraan karyawannya
2. Dengan adanya program kerja praktek industry ini diharapkan hubungan kerja yang
baik antara pihak SMKN.2 POMALAA dengan perusahaan PT. NATURAL PERSADA
MANDIRI

28

Anda mungkin juga menyukai