Anda di halaman 1dari 80

PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH TERHADAP

PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH


( Study Kasus Koperasi Syariah Baitul Tamwil
Muhammadiyah Al-Kautsar )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum


Ekonomi Syariah (S.H) Pada Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

HAMZAH
105251108616

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H / 2020 M
PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH TERHADAP
PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH
( Study Kasus Koperasi Syariah Baitul Tamwil
Muhammadiyah Al-Kautsar )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum


Ekonomi Syariah (S.H ) Pada Hukum Ekonomi Syariah Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

HAMZAH
105251108616

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H / 2020 M

i
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Hamzah

NIM : 105251108616

Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas : Agama Islam

Kelas : HES C
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2 dan 3 saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 02 Muharram 1442 H


22 Agustus 2020 M
Yang membuat pernyataan,

Hamzah
NIM. 105251108616

v
ABSTARK
HAMZAH 105 251 1086 16 Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah
Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (Study Kasus Baitul
Tamwil Muhammadiyah Al-Kautsar Makassar) Di Bimbing oleh Bapak
Saidin Mansyur dan Bapak Ulil Amri.
Penelititian ini bertujuan untuk mengetahui peranan baitul tanwil
muhammadiyah al-kautsar dalam memberdayakan usaha mikro kecil menengah,
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini di laksanakan di kota Makassar yang berlangsung selama dua bulan
mulai dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2020. Teknik pengumpulan data yang
di lakukan secara wawancara dengan pengurus Koperasi syariah baitul tanwil
muhammadiyah al-kautsar dan juga nasabah.
Dari hasil penelilian menunjukkan bahwa peran BTM terhadap usaha
mikro kecil menengah memberi pengarahan dan pembimbingan kepada nasabah
yamg memiliki potensi dan peranan yang sangat besar yang memberi jasa layanan
kepada masyakatat yang setidaknya ini dapat dilihat dalam praktek pemberdayaan
UMKM yang dilakukan oleh BTM Al-Kautsar yang memberikan pembiayaan
kepada masyarakat melalui pembiayaan mudarabah dan bernitbah pada bagi hasil
sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak yang berakad

Kata Kunci:Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BTM Al-Kautsar), Usaha


Mikro Kecil Menengah

vi
ABSTARK
HAMZAH 105 251 1086 16 The Role of Islamic Microfinance
Institutions in the Development of Micro, Small and Medium Enterprises
(Case Study of Baitul Tamwil Muhammadiyah Al-Kautsar Makassar)
Guided by Mr. Saidin Mansyur and Mr. Ulil Amri.
This research aims to determine the role of Baitul Tanwil Muhammadiyah
Al-Kautsar in empowering micro, small and medium enterprises, using qualitative
research methods.
This research was conducted in the city of Makassar which lasted for two
months starting from July to August 2020. The data collection technique was
carried out by interviewing the management of the Baitul Tanwil Sharia
Cooperative Muhammadiyah al-Kautsar and also customers.
The results of the research show that the role of BTM towards micro, small
and medium enterprises in providing direction and guidance to customers who
have a very large potential and role in providing services to the community, at
least this can be seen in the practice of empowering MSMEs carried out by BTM
Al-Kautsar who provide financing to the community through mudarabah
financing and to the sharing of the results according to the agreement between the
two parties who have contracted

Keywords: Role of Islamic Microfinance Institutions (BTM Al-Kautsar), Micro,


Small and Medium Enterprises

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’ alamin,atas segala nikma Iman, Islam, kesempatan,

serta kekuatan yang telah diberikan Allah SWT, yang telah menentukan segala

sesuatu ditangannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Shalawat

serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Muhammad saw nabi yang

di utus ke muka bumi ini sebagai suru tauladan untuk umat manusia

Penulis skripsi dengan judul “Peranan Lembaga Keuangan Mikro Syariah

terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (study kasus Koperasi Syariah Baitul

Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar) Di maksud untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana prodi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih teriring doa

kepada seluruh pihak yang telah membantu, mendukung dan memperlancar

terselesaikannya laporan skripsi ini, khususnya penyusun sampaikan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Kedua orangtua yaitu Bapak Muh Ramli dan Ibu Halmiah yang selalu

memberikan cinta dan kasih sayang yang tulus dari kecil hingga sampai pada

detik ini yang membimbing,mendidik, mengarahkan dan memotovasi saya

dalam menjalani roda kehidupan0 ini serta dukungan dari seluruh proses study

penulis yang penulis sadari tidak akan bisa terbalas dengan hal apapun.

2. Prof. Dr. H. Ambo Asse,. M. Ag. Rektor universitas Muhammadiyah

Makassar

vii
3. Drs. H. Mawardi Pewangi M.Pd. I, Dekan Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Makassar Beserta Wakil Dekan Fakultas Agama Islam

4. Dr.Ir.H. Muchlis Mappangaja MP Dan Hasanuddin SE,Sy,ME, Ketua dan

Sekertaris prodi Hukum Ekonomi Syariah yang telah banyak membantu

penulis dalam pelayanan akademik serta memberikan pengarahan, petunjuk

motivasi dan doa pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Saidin Mansyur, S,S.Hum dan Ulil Amri, S,Sy.,SH.MH selaku Pembimbing 1

dan Pembimbing 2 yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada

penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

6. Seluruh dosen serta jajaran civitas akademik Fakultas Agama Islam Universitas

muhammadiyah Makassar.

7. Pengurus Baitul Tanwil Muhammadiyah yang telah menerima dan memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan penelitian ini sampai

selesai.

8. Terakhir ucapan terima kasih juga di sampaikan kepada mereka yang tidak

penulis sebutkan satu-persatu tetapi telah banyak membantu baik dalam bentuk

moril maupun materi dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua pihak

yang telah membantu memperoleh balasan dari Allah SWT, Amin.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan hasil penelitian skripsi

ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Untuk itu dengan

kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan laporan ini serta demi meningkatkan kualitas

dan profesionalitas serta integritas dalam dunia pendidikan. Akhirnya penulis

viii
berharap bahwa apa yang telah penyusun curahkan dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Aamiin.

Makassar, 02 Muharram 1442 H

Peneliti

Hamzah
NIM:105251108616

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ........................................................................................i

PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ii

BERITA ACARA MUNAQASAH ..................................................................iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................iv

SURAT PERNYATAAN .................................................................................v

ABSTRAK .........................................................................................................vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar belakang ..................................................................................1

B. Rumusan masalah .............................................................................5

C. Tujuan penelitian ..............................................................................6

D. Manfaat penelitian ............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................9

A. Lembaga Keuangan Mikro Syariah ..................................................9

1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah ..........................9

2. Prinsip-prinsip Lembaga Keuangan Mikro Syariah ....................10

3. Pengertian Baitul Tanwil Muhammadiyah .................................15

4. Visi Misi Baitul Tanwil Muhammadiyah ...................................17

x
5. Fungsi Baitul Tanwil Muhammadiyah........................................17

B. Usaha Mikro Kecil Menengah .........................................................20

1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah .................................20

2. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah ............................22

3. Kekuatan dan Kelemahan UMKM..............................................26

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................27

A. Jenis Penelitian ........................................................................................27

B. Lokasi dan Objek Penelitian ..................................................................27

C. Fokus Penelitian ......................................................................................27

D. Deskripsi Fokus Penelitian .....................................................................28

E. Sumber Data ............................................................................................28

F. Instrumen Penelitian................................................................................29

G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................31

H. Teknik Analisis Data ...............................................................................31

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................33

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................33

B. Peran Baitul TAnwil Muhammadiyah Al-Kautsar terhadap Usaha

Mikro Kecil Menengah ....................................................................39

C. Mekanisme Pembiayaan Dan Penyaluran Dana Baitul Tanwil

Muhammadiyah Al-Kautsar .............................................................42

D. Faktor pendukung dan Faktor Penghambat Baitul Tanwil

Muhammadiyah terhadap Usaha mikro kecil Menengah ................47

BAB V PENUTUP ............................................................................................50

xi
A. Kesimpulan ..........................................................................................50

B. Saran ....................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................52

LAMPIRAN .......................................................................................................54

RIWAYAT HIDUP ...........................................................................................60

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi BTM Al-Kautsar ..................................... 38

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Susunan pengurus BTM Al-Kautsar ....................................... 33

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang universal, mengatur segala aspek kehidupan

manusia baik itu menyangkut tentang ibadah, muamalah serta bernegara semua itu

diatur dalam Islam. Sebagai satu-satunya agama yang paling sempurna serta

memberikan kesejahteraan sepenuhnya kepada umat manusia baik di dunia maupun

yang di akhirat. Sebagai agama yang sempurna, Islam mengajak kepada pemeluknya

untuk berupaya sekuat tenaga mencapai kebahagiaan yang sempurna, baik dalam

kehidupan di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-

Baqarah/2:201 yang berbunyi:

‫َو ِمه ْنٌ ُه ْننا َوه ْنيا َو ُه وُها َو ةَّبٌَو ا ِمآٌَو ا ِم ا ا ُّدل ْنً َو ا َو َو ٌَوجًةا َو ِم ا ْنا ِم َو ِمثا َو َو ٌَوجًةا َو ِمٌَو ا َو َو َو‬
‫اا اٌَّب ِما‬

Terjemahnya :

Dan diantara mereka ada yang berdoa, " Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan didunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari azab
neraka."1
Firman Allah tersebut menunjukan kepada kita betapa pentingnya dalam

kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraan hidup dunia akhirat. Di kehidupan

manusia yang terpenting tersebut untuk dunia adalah bermuamalah, yang menitik

beratkan kepada kehidupan duniawi.

1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan,, PT Karya Toha Putra Semarang,
Semarang 1998, Edisi Ke-3, h. 60.

1
2

Lembaga keuangan telah berperan sangat besar dalam pengembangan dan

pertumbuhan masyarakat industri modern. Produksi berskala besar dengan kebutuhan

investasi yang membutuhkan modal besar ti`dak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan tumpuan bagi para pengusaha

untuk mendapatkan tambahan modalnya melalui mekanisme kredit dan menjadi

tumpuan investasi melalui mekanisme saving, sehingga lembaga keuangan memiliki

peranan yang besar dalam mendistribusikan sumbersumber daya ekonomi di kalangan

masyarakat.2

Begitu juga peran lembaga keuangan bagi kalangan menengah ke bawah.

Salah satu masalah kronis yang banyak menyita perhatian dunia adalah mengenai

kemiskinan. Berbagai seminar dan pertemuan dilakukan dengan tujuan mengurangi

atau bahkan menghilangkan kemiskinan di muka bumi ini. Data survey Badan Pusat

Statistik (BPS) terlihat bahwa pada tahun 2010, sejumlah 31.023.400 atau sekitar

13,33% penduduk Indonesia masih dikategorikan miskin, meskipun di banding tahun

2008 angka itu menurun yaitu berjumlah 34,96 juta jiwa atau sekitar 15,42%.3

Upaya penanggulangan kemiskinan terus digalakan salah satunya dengan

memutus mata rantai kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok dengan

pengembangan microfinance, yakni suatu model penyedia jasa keuangan bagi

masyarakat yang memiliki usaha pada sektor paling kecil yang tidak dapat mengakses

2
Muhammad Ridwan,Manajemen BMT. Yogyakarta:UII Press 2004 .h. 51
3
Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Berbagai Tahun
3

jasa bank karena berbagai keterbatasan4 Perkembangan ekonomi Indonesia dari

waktu ke waktu mengalami perubahan yang ditandai dengan ragam tawaran konsep

ekonomi. Perubahan tersebut terjadi dikeranakan perubahan kondisi ekonomi global

yang mewarnai.

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dapat didefenisikan sebagai

lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana

masyarakat yang bersifat profit atau lembaga keuangan Syariah non-perbankan yang

sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok

swadaya masyarakat yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga

lainnya. Oleh karena itu, dapat di pahami bahwa Lembaga Keuangan Mikro Syariah

(LKMS) adalah sebuah lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan

usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan ekonomi pengusaha kecil

berdasarkan prinsip syariah dan prinsip koperasi.5

Saat ini, berkat berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia, aka lembaga

keuangan mikro berbasis syariah juga semakin meningkat baik dalam jumlah maupun

kinerja, selama ini ekonomi syariah lebih banyak terfokuskan pada lembaga keuangan

perbankan syariah. Padahal lembaga keuangan mikro syariah juga memiliki peran

yang sangat penting dalam memajukan dan membangun ekonomi umat Islam

Indonesia terutama dalam mengentaskan kemiskinan. Hal ini mengingatkan masih

4
Euis Amalia, keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia, ( Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 2.
5
Peraturan Dasara dan Contoh AD-ART BMT,(Jakarta: PINBUK, 2000).h.1.
4

banyak masyarakat miskin yang tidak dapat mengakses jasa keuangan karena

kurangnya literasi informasi.

Salah satu lembaga keuangan yang berbasis syariah yang berperan bisnis

adalah BTM (Baitul Tanwil Muhammadiyah). BTM merupakan lembaga bisnis yang

bermotif laba. Baitul tanwil lebih mengebangkan usahanya pada sector keuangan

yaitu simpan pinjam 6

Baitul Tanwil Muhammadiyah harus mampu memahami karakteristik dan

kebutuhan nasabah pada sasaran. Sebab keberlangsungan hidup suatu perusahaan

sangat bergantung pada pelaku konsumennya. Salah satu strategi yang digunakan

untuk menunjang keberhasilan bisnis dalam sebuah lebaga keuangan yaitu

perusahaan memberikan kualitas pelayanan yang baik kepada nasabah. Pelayanan

nasabah sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya jumblah nasabah serta bear

volume pembelian nasabah tergantung pada pelayanan yang diberikan kariawan

kepada nasabahnya. Nasabah haruslah menjadi prioritas utama perusahaan jasa. Oleh

karenanya kelangsungan hidup perusahaan jasa tergantung pada pelanggangnya

Penilaian kualitas pelayanan sangatlah berbeda dengan penilaian terhadap

kualitas produk karena kualitas pelayanan sifatnya tidak nyata dan antara produksi

serta komsumsinya berjalan secara stimultan7. Setiap nasabah mempunyai penilaian

kualitas pelayanan yang berbeda, untuk memenuh harapan nasabah kualitas

pelayanan yang berbeda, untuk memenuhi harapan nasabah kulitas pelayanan lebih

6
Op Chit. Muhammad Ridwan,h.126
7
Faridah Jafar,Manajemen jasa Pendekatan Terpadu.Jakarta : Ghalia Indonesia,2005,h 47
5

terfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan nasabah serta ketepatan

pada penyampaian

Upaya pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro dan menengah selalu

menjadi tugas penting bagi pemerintah. Hal ini mengingat bahwa sector usaha mikro

kecil dan menengah memiliki peran besar dalam perekonomian nasional. Hal ini

dapat dinuktikan dengan bberapa peristiwa yang melanda perekonomian Indonesia

Sector usaha mikro kecil menengah sejauh ini sudah menunjukkan geliat yang

baik dan bahkan mampu menopang pemulihan dan petumbuhan ekonomi nasional

sector ini juga mampu mendorong perekonomian saat krisis melanda

Sebagai pionir bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat telah menggalakan

program pembiayaan terhadap UMKM sejak 2005. Bank muamalat melakukan

program aliansi dengan jaringan lembaga keuangan mikro syariah (BMT/ Baitul Mall

Wat Tamwil). Sebagain salah satu strategi penyaluran pembiayaan. Saat dibuka kala

itu, BMT yang dimiliki Bank Muamalat di seluruh Indonesia telah tercatat sekitar

3.043. jaringan BMT tersebut juga dapat di manfaatkan sebagai perpanjangan pihak

bank umum syariah untuk menjangkau layanan pembiayaan kepada usaha kecil daan

mikro, melalui program linkage.8

Linkage program merupakan strategi yang paling utama karena kondisi

UMKM (skala kecil, agunan terbatas, tidak berbadan hokum, letak jauh, dan

administrasi lemah) sangat sulit di jangkau oleh bank syariah (biaya tinggi, risiko

8
www. Seputar-indonesia.com Raih Dukungan Bank Syariah, akses tanggal 20 mei 2020
6

tinggi, persyaratan legal, sulit menjangkau, dan kesulitan menilai usaha). Keberadaan

LKMS seperti BTM sangat diperlukan sebagai mediasi antar sector UMKM dengagn

pihak Bank Syariah. Hal ini di karenakan karakteristik BTM sangat cocok dengan

kebutuhan UMKM, yaitu menyediakan layanan tabungan, pembiayaan, pembayaran,

deposito, fokus melayani UMKM menggunakan prosedur dan mekanisme yang

kontekstual dan fleksibel, serta berada di tengah-tengah masyarakat kecil atau

pedesaan. BTM sebagai kepanjangan tangan Bank Syariah dapat menyalurkan

pembiayaan yang telah diamanahkan kepadanyasehingga bank syariah sendiri tidak

takut menanggug resiko yang sangat besar

Penulis tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian Makassar. Maksud

penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana “Peran Lembaga Keuangan Mikro

Syariah Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah ( Studi kasus Baitul Tanwill

Muhammadiyah ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Peran Lembaga keuangan Mikro Syariah Terhadap Perkembangan

Usaha Mikro Kecil Menengah ( Studi kasus Baitul Tanwill Muhammadiyah)?

2. Mekanisme Pembiayaan Dan Penyaluran Dana Baitul Tanwil Muhammadiyah

Al-Kautsar ?
7

3. Fakto Pendungkung dan Penghambat Lembaga keuangan Mikro syariah

terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Lembaga keuangan Mikro Syariah

Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah ( Studi kasus Baitul

Tanwill Muhammadiyah)

2. Untuk mengetahui Mekanisme Pembiayaan Dan Penyaluran Dana Baitul

Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar

3. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Lembaga keuangan

Mikro syariah terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai kajian ilmiah

maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan

khususnya dalam Usaha Mikro Kecil Menengah . Beberapa pihak diharapkan dapat

merasakan manfaatnya baik secara langsung maupun tidak langsung, pihak-pihak teersebut

adalah:

1. Manfaat Teoritis
Bagi kalangan akademis, penelitian ini sangat bermanfaat guna menambah

perbendaharaan keilmuan dan penelitian khususnya di bidang peran Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (LKMS) terhadap pemberdayaan Usaha Mikro Kecil

Menengah. Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan gambaran realita lapangan
8

sehinggah keilmuan yang didapat tidak hanya secara teoritis tetapi juga praktis di

lapangan. Sedangkan bagi dosen, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai field data

untuk mempertajam analisis lapangan khususnya mengenai peran lembaga keuangan

mikro syariah terhadap pemberdayaan usaha mikro kecil menengah.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran kinerja Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dan sumbang saran serta bahan evaluasi yang

sangat berguna untuk meningkatkan kinerja BTM Al Kausar Makassar.

b. Bagi Masyarakat

Penulis sangat berharap penelitian ini dapat menambah informasi yang

lengkap mengenai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) khususnya BMT Al-

Amin kota Makassar bagi masyarakat umum, sehinggah masyarakat akan tergerak

untuk meningkatkan partisipasinya demi perkembangan LembagaKeuangan Mikro

Syariah (LKMS) di tanah air.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Keuangan Mikro Syariah

1. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKSM)

Ekdidtensi lembaga keuangan mikro syariah jelas memiliki arti yang penting

bagi pembangunan ekonomi berwawasan syariah terutama dalam memberikan solusi

bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah serta menjadi inti kekuatan ekonomi

yang berbasis kerakyatan dan sekaligus menjadi pengayaan utama system

perekonomian nasional

Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama bentuk

aset keuangan ( financial asset) atau tagihan (clains, seperti saham dan oblirugasi) 9.

Menurut SK mengkeu RI no.792 tahun 1990 lembaga keuangan adalah semua badan

yang kegiatannya bidang keuangan ,melakukan penghimpuan dan membiayai

Rinvestasi perusahaan.

Lembaga keuangan Mirko syariah (LKMS) didefenisikan ledgerwood sebagai

penyedia jasa keuangan bagi perusahaan kecil dan mirko serta berfungsi sebagai alat

membangunan bagi masyarakat pedesaan.10

Lembaga Keuangan Mikro Syariah adalah lembaga keuangan yang didirikan

khusus untuk menyediakan layanan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat,

9
Amiruddin kadir, Ekonomi dan Keuangan Syariah, Makassar ,Alauddin University press,h
193
10
Jouna Ledgerwood,Mcrofinance Handbook An Instutional and financeperspektive ,
Washington DC: The world Bank, 1999, h.65

9
10

masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun penyediaan layanan pengembangan

usaha yang tidak hanya mencari mata keuntungan

Dari penjelasan diatas maka ditarik kesimpulan bahwa lembaga keuangan

mirko syariah (LKMS) merupakan lembaga keuangan yang berorientasi pada upaya

peningkatan kesejahteraan anggota masyarakat .Lahirnya lembaga keuangaan mirko

syariah di indonesia merupakan salah satu jawaban melihat perkembangan perbankan

syariah yang masih terpusat kepada masyarakat menengah ke atas .Faktanya,LKMS

telah tumbuh menjadi alternatif pemulihan kondisi perekonomian di

Indonesia,khususnya sebagai partner pengusaha kecil dalam penyediaan modal.

2. Prinsip-prinsip lembaga keuangan mirko syariah

Adapun yang menjadi prinsip-prinsip Lembaga keuangan Mikro Syariah

adalah sebagai berikut:

a. Prinsip tauhid (keesaan tuhan)

Tauhid adalah fondasi keimanan islam.ini bermakna bahwa segala apa yang di

alam semesta ini didesain dan dicipta dengan sengaja oleh ALLAH SWT,bukan

kebetulan ,dan semuanya pasti memiiki tujuan11

Tujuan Ini memberikan signifikasi dan makna pada eksistensi jagad raya,

termasuk manusia yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya. Setiap kepemilikan

dari hasil pendapatan yang tidak selaras dengan prinsip tauhid merupakan hubungan

11
Neni Sri Imaniyati, Aspek-Aspek Hukum Baitul Maal Wa Tanwil,Bandung: Citra Aditya
Bakri ,2010, h,16
11

yang tidak islami, karena konsep kepemilikan mutlak hanya dimiliki oleh Allah Swt,

sedangkan kepemilikan manusia hanya bersifat relative

Berkaitan dengan kepemilikan A.M. Saefuddin menjelaskan cara manusia

mendapatkan kepemilikan tersebut yaitu:

1) Kepemilikan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya tersebut.

Seorang muslim yang tidak memanfaatkan atau memproduksi manfaat dari

sumber-sumber yang diamanatkan Allah tersebut akan kehilangan hak atas

sumber daya itu

2) Kepemilikan terbatas sepanjang oang itu hidup di dunia, dan apabila orang itu

sudah meninggal maka hak kepemilikannya harus didistribusikan kepada ahli

waris hal ini berdasarkan pada surah Al-Baqarah ayat 180 yaitu:

‫فاۖا َو ًة ا‬
‫ص َّبجُهااِم ْنل َٰ َو اِم َول ِمْنيا َو ْنٱْلَو ْن َو ِمة َويا ِمة ْنٱا َوو ْنع ُه ِم‬ ‫كا َو ْن ًة ْن‬
‫اٱا َو ِم‬ ‫ض َو اأَو َو َول ُهك ُهن ْن‬
‫اٱا َوو ْن ُه‬
‫حا ِمإىاآَو َو َو‬ ‫با َو لَو ْن ُهك ْننا ِمإ َوذ ا َو َو‬
‫ُهكتِم َو‬

‫َو لَو ْن‬


‫اٱا ُهوتَّب ِم َويا‬

Terjemahnya:

Diwajibkan atas kamu apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-


tanda) maut jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu
bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf,(ini adalah) kewajiban atas orang-
orang yang bertakwa12

3) Kepemilikan perorangan tidak diperbolehkan terhadap sumber-sumber yang

menyangkut kepentingan umum atau menjadi hajad hidup banyak orang Sumber-

12
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2005, h 27
12

sumber ini menjadi milik umum atau negara, tidak boleh atau dimiliki secara

peorangan atau kelompok tertentu.13

b. Prinsip Perwakilan (Khilafah)

Manusia adalah khalifah Allah Swt di muka bumi, ia dibekali dengan pangkat

baik jasmaniah maupun rohaniah untuk dapat berperan secara efektif sebagai

khalifah-Nya. Dalam rangka kekalihannya ia bebas dan mampu berpikir dan menalar

untuk memilih baik dan mana yang buruk, jujur dan tidak jujur, dan mengubah

kondisi kehidupan, masyarakat dan perjalanan selanjutnya, jika iya berkehendak

demikian. Adapun prinsip-prinsip kekhalifahan adalah:

1) Persaudaraan Universal

Prinsip khilafah dapat mewujudkan sikap persatuan dan persaudaraan yang

mendasar dari umat manusia. Sebab setiap manusia merupakan khalifah dan

kehormatan itu tidak dipegang dan dimonopoli oleh golongan atau orang

tertentu. Juga tidak ditentukan oleh faktor kekayaan atau keturunan semuanya

memiliki hak yang sama.

2) Sumber-sumber daya

Keberadaan manusia sebagai khalifah, maka sumber-sumber daya yang

diberikan Allah Swt kepada mansia dalam rangka tugasnya sebagai khalifah

yang merupakan amanat. Sumber-sumber daya itu bukan milik mutlak

manusia yang harus digunakan secara sewenang-wenang14

13
Op Chit ,Neni Sri Imayanti ,h.16
14
Ibid, h.17
13

3) Gaya hidup sederhana

Implikasi sebagai posisi wakil, maka manusia harus bersikap dan bertindak

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Allah Swt. Konsekuensinya adalah

manusia harus selalu bersikap sederhana dan hidupnya tidak mencerminkan

kesombongan, keangkuhan dan kemegahan. Manusia tidak menggunakan

sumber-sumber daya alam secara berlebihan dan tidak di gunakan pada hal-

hal yang bertentangan dengan nilai-nilai syariah.15

Untu mendukung tugas kekhalifahan tersebut mausia di bekali dengan

berbagai kemampuan dan potensi spiritual. Di samping disediakan sumber

material yang memungkinkan pelaksanaan misi itu dapat tercapai secara

efektif

c. Prinsip keadilan.

Keadilan adalah salah satu misi utama ajaran Islam. Implikasi dari prinsip ini

adalah pemenuhan kebutuhan pokok manusia, sumber- sumber pendapatan yang

halal dan tayyib, distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata, pertumbuhan dan

stabilitas.

Keadilan adalah salah satu prinsip yang penting dalam mekanisme

perekonomian Islam. Bersikap adil dalam ekonomi tidak hanya didasarkan pada

ayat-ayat Al- Qur‟an atau Sunnah Rasul, tetapi juga berdasarkan pada pertimbangan

hukum alam, dimana alam diciptakan berdasarkan atas prinsip keseimbangan dan

15
Ibid, h.18
14

keadilan16

Persamaan hak di muka bumi adalah salah satu prinsip utama syariat Islam,

baik yang berkaitan dengan ibadah atau muamalah. Adil dalam ekonomi bisa

diterapkan dalam penentuan harga, kualitas produk, perlakuan terhadap pekerja, dan

dampak yang timbul dari berbagai kebijakan ekonomi yang dikeluarkan.

Keadilan adalah salah satu prinsip yang penting dalam mekanisme

perekonomian Islam seperti yang ada dalam Surah Al-Maidah 8:

‫َو َوَلا َوجْن ِم َوهٌَّب ُهك ْننا َوشٌَوـَو ُهىا َو ْن ٍما َو لَو َٰ َٰٓ اأَو َّبَلاآَو ْنع ِملاُه ۟ اۚاٱ ْن ِملاُه ۟ ا‬ ‫ْنطاۖا‬ ‫َٰ ََٰٓوأ َو ُّد َو اٱاَّب ِم َويا َوء َوهٌُه ۟ ا ُهك ًُه ۟ ا َو َٰ َّب ِمه َوي ِم َّب‬
‫اّلِلِما ُهش َو َول َٰٓ َوءا ِمة ْنٱا ِم ِم‬
‫َوا‬
‫ى‬ ‫اٱّلِلَوا َو ِمت ٌۢر ا ِمة َوو اآَو ْنع َوولُه‬ ‫ُه َو اأَو ْن َو اُه ااِملتَّب ْن َو َٰ اۖا َو ٱآَّب ُه ۟ َّب‬
‫اٱّلِلَواۚا ِمإ َّبى َّب‬

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.17

tujuan usaha dalam Islam tidak semata-semata untuk mencapai

keuntungan atau kepuasan materi, dan kepentingan diri sendiri, tetapi juga

kepuasan spiritual yang berkaitan erat dengan kepuasan sosial atau masyarakat

luas. Dengan demikian, yang menjadi landasan ekonomi Islam adalah tauhid

Ilahiyyah.18

Prinsip persamaan hak dan keadilan adalah dua hal yang tidak dapat

16
Ibid, h.19
17
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Diponegoro,
2005, h 107
18
Op. Chit,Neni Sri Imayanti h. 20
15

dipisahkan dalam menetapkan hukum Islam. Keduanya harus diwujudkan demi

pemeliharaan martabat manusia (basyariyah insaniyah). Lapangan ekonomi tidak

lepas dari perhatian dan pengaturan Islam. Islam melandaskan ekonomi sebagai

usaha untuk bekal beribadah kepada-Nya.

3. Pengertian Baitul Tanwil Muhammadiyah

BTM adalah kependekan Baitut Tamwil Muhammadiyah, yaitu Lembaga

Keuangan Mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Prinsip syariah

artinya, semua transaksi keuangan dilakukan dengan akad sesuai syariat

Islam. Sedangkan kedudukan lembaga keuangan tersebut merupakan Amal Usaha

Ekonomi Muhammadiyah.19

Menurut bahasa, Baitut Tamwil berasal dari gabungan dua pengertian, yaitu

Bait yang artinya rumah dan Tamwil (pengembangan harta kekayaan) yang asal

katanya Maal atau harta. Secara keseluruhan Baitut Tamwil dimaknai sebagai tempat

untuk mengembangkan usaha atau tempat untuk mengembangkan harta kekayaan.

Pengertian dua suku kata itulah yang kemudian digunakan sebagai penamaan untuk

lembaga keuangan mikro, yaitu berfungsi sebagai lembaga pemberdayaan

pedagang.20

BTM dibangun dengan mengambil konsep dasar Baitul Maal wat-Tamwil,

yang merupakan gabungan antara Baitut Tamwil, unit yang menjalankan pembiayaan

19
A. Djazuli, dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga perekonomian umat, sebuah pengenalan,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h. 183
20
Ma’had Alif Tarbiyah Mubalighin Muhammadiyah, Pedoman Pendirian BTM, Bandar
Lampung, 2008, h.4
16

secara komersial dan Baitul Maal, unit yang menjalankan pembiayaan non

komersial-sosial dengan dana yang bersumber dari titipan zakat , infaq dan

shodaqoh. Pada BTM , bidang sosial ditiadakan karena di Muhammadiyah sudah

lebih dulu ada lembaga amil zakat. Namun demikian, mekanisme kerja BTM

dengan lembaga amil zakat Muhammadiyah dapat disinergikan. Misalnya

pengelolaan zakat, infaq dan sedekah untuk usaha produktif dikerjasamakan dengan

BTM atau lembaga amil zakat dapat saja berkantor bersama dengan BTM supaya

lebih hidup.

BTM didirikan oleh warga Muhammadiyah beranggotakan orang-per orang

(bukan badan hukum) yang bisa seluruhnya atau sebagian di antaranya adalah

Persyarikatan Muhammadiyah, dan beroprasi di lingkungan Muhammadiyah, di

mana terdapat para pengusaha kecil dan mikro yang menjadi anggotanya. Oleh

karena itu, BTM dapat melayani seluruh lapisan masyarakat. Ini sebagai bukti

konsep rahmatan lil‟alamiin Muhammadiyah.

Untuk menjaga ruh atau idiologi Muhammadiyah, pengurus dan pengawas

BTM merupakan representasi Muhammadiyah. Aturan ini tidak boleh tertera di

dalam Anggaran Dasar BTM tetapi dapat diatur dalam Anggaran Rumah Tangganya.

Di samping kepemilikan melalui perseorangan, Muhammadiyah akan mendapat

bagian dari laba/SHU setiap tahun sebagai syirkah wujuh dan dana da’wah BTM atau

sejenis Corporate Social Responsibility, yang diatur dalam bab tersendiri.


17

4 Visi dan Misi Baitul Tanwil Muhammadiyah

Adapun yang menjadi Visi dan Misi dalam Baitul Tanwil Muhammadiyah adalah:

Visi :Menjadi Syariah Pilihan Utama Masyaraka dalam Mendukung Gerakan

Dakwah Ekonomi Muhammadiyah

Misi :
1. Mensejahterakan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya dengan pola syari’ah

2. Menciptakan produk-produk syari’ah yang sesuai dengan kebutuhan

anggota

3. Memberikan pelayanan terbaik, transparan, dan akuntabel kepada

anggota

4. Melahirkan tenaga-tenaga professional di bidang lembaga keuangan

syari’ah mampu berkompetisi dan berakhlakul karimah

5. Mengembangkan kerja sama yang baik dengan seluruh pemangku

kepentingan dalam meningkatkan perekonomian umat

6. Mendasarkan pada setiap aktivitas pada tata kelola yang baik21

5 Fungsi Baitut Tamwil Muhammadiyah

Dalam rangka mencapai tujuan BTM maka harus di ketahui fungsi Baitul

tanwil muhammadiyah itu sendiri yaitu:

a.Fungsi Primer

Fungsi Primer adalah fungsi yang terus menerus berjalan dan berhubungan

21
http://kopsabtm.blogspot.co.id/ Di Akses pada tanggal 25 februari 2020
18

positif dengan kondisi yang diperintah (masyarakat). Artinya, fungsi ini tidak akan

berkurang dengan situasi dan kondisi dari masyarakat, baik dari segi ekonomi,

politik, social dan budaya. Semakin meningkat kondisi yang diperintah maka fungsi

ini akan lebih meningkat lagi. Jadi, fungsi ini tidak terpengaruh oleh apa pun.

Pemerintah akan tetap konsisten dalam menjalankan fungsinya. Yang termasuk

fungsi ini adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Pelayanan

Tugas utama dari pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada yang

diperintah. Masyarakat membutuhkan pemerintah karena masyarakat tidak mampu

memenuhi kebutuhan privetnya masyarakat membutuhkan sebuah lembaga yang bisa

untuk memberikan pelayanan yang prima, yaitu pemerintah. Fungsi pelayanan ini

bersifat universal, maksudnya adalah dijalankan oleh semua pemerintahan di seluruh

dunia, baik Negara maju, berkembang dan terbelakang.

2. Fungsi Pengaturan ( Reguling)

Fungsi pengaturan dikatakan sebagai fungsi primer, karena pemerintah

diberikan kekuasaan yang lebih (powerful) oleh yang diperintah (powerless). Ini

merupakan modal pemerintah untuk bisa mengatur masyarakat yang memiliki

kuantitas jauh lebih besar. Pengaturan ini bisa berupa Undang-Undang, Peraturan

Pemerintah, Perda, atau pun sejenisnya. Pemerintah mengatur dengan tujuan untuk

bisa menjaga keamanan masyarakat yang kondusif.

b. Fungsi Sekunder

Fungsi sekunder adalah fungsi yang berhubungan negative dengan situasi dan
19

kondisi di masyarakat. Artinya adalah semakin tinggi taraf hidup yang diperintah,

maka semakin kuat bargaining position. Sedangkan apabila semakin integrative

masyarakat, maka fungsi sekundernya akan berkurang. Yang termasuk dalam fungsi

sekunder adalah:

1. Fungsi Pembangunan (development)


Fungsi ini dikatagorigan sekunder, karena fungsi ini dilakukan apabila sikon

masyarakat lemah. Pembangunan akan berkurang apabila keadaan masyarakat

membaik, artinya masyarakat sejahtera. Jadi, fungsi pembangunan akan lebih

dilakukan oleh pemerintah atau Negara berkembang dan terbelakang, sedangkan

Negara maju akan melaksanakan fungsi ini seperlunya.

2. Fungsi Pemberdayaan (Empowerment)

Fungsi ini dilakukan apabila yang diperintah atau masyarakat tidak memiliki

kemampuan dan skill untuk bisa keluar dari zona aman. Contohnya masyarakat

tertindas, kemiskinan, kurang pendidikan dan sebagainya. Pemerintah harus mampu

membawa masyarakat keluar dari zona ini dengan melakuan pemberdayaan.

Pemberdayaan dimaksud untuk bisa mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh

masyarakat sehingga pemerintah tidak terbebani. Pemberdayaan dilakukan demi

meningkatkan kualitas SDM atau masyarakat. Semakin masyarakat diperdayakan

maka ketergantungan terhadap pemerintah akan makin berkurang. Jadi, pemerintah

tidak memiliki suatu pekerjaan yang berat untuk mencapai visi dan misi organisasi22.

22
Dedetzeth.blogspot.co.id/2013/02/fungsi-pemerintah.html?m=1 di akses pada tanggal 22
februari 2020
20

B. Usaha Mikro Kecil Menengah

1. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah

Di Indonesia, definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.20 Tahun 2008 tentang UMKM. 23Pasal 1 dari UU terebut, dinyatakan

bahwa Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan

usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU

tersebut.24 Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang buka merupakan anak

perusahan atau bukan anak cabang yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik

langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam UU tersebut.25

Sedangkan usaha mikro adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri

yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung, dari usaha mikro, usah kecil atau

usaha besar yangmemenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana dimaksud dalam UU

tersebut.26

Di dalam Undang-undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk

23
Tulus T.H. Tambunan, UMKM di Indonesia, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hal.16
24
Ibid, hal. 17
25
Ibid, hal. 18
26
Ibid, hal.19
21

mendefinisikan UMKM seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan

bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil

penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:

a) Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyak Rp.50 juta

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan hasil penjualan

tahunan paling besar Rp.300 juta.

b) Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling

banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha memiliki

hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300 juta hingga maksimum

Rp.2.500.000, dan.

c) Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih lebih dari

Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil penjualan tahunan di

atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50 milyar.27

Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga

pemerintahan seperti Departemen Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS),

selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan

skala usaha antara usaha mikro,usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar.

Misalnya menurut Badan Puat Statistik (BPS), usaha mikro adalah unit usaha

dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang, usaha kecil antara 5 sampai 19 pekerja,

27
Undang-Undang Nomor tahun 2008 tentang UMKM, Bab IV pasal 6.
22

dan usaha menengah dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan

dengan jumlah pekerja di atas 99 orang masuk dalam kategori usaha besar.

Usaha mikro kecil dan menengah merupakan pemain utama dalam kegiatan

ekonomi di Indonesia.masa depan pembangunan terletak pada kemampuan usaha

mikro kecil dan menengah untuk berkembang mandiri.

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sangat penting

dan strategis dalam mengantisipasi perekonomian kedepan terutama dalam

memperkuat struktur perekonomian nasional. Adanya krisis perekonomian nasional

seperti sekarang ini sangat mempengaruhi stabilitas nasional, ekonomi dan politik

yang imbasnya berdampak pada kegiatan-kegiatan usaha besar yang semakin

terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat mempertahankan

terpuruk, sementara UMKM serta koperasi relatif masih dapat mempertahankan

2. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah

Sasaran dan arah kebijakan pemberdayaan koperasi dan UMKM tersebut

dijabarkan dalam program-program pemberdayaan UMKM dengan skala prioritas

sebagai berikut:

a. Program penciptaan iklim usaha UMKM. Program ini dimaksudkan untuk

memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha yang efisien, sehat dan persaingan,

dan nondeskriminatif bagi kelangsungan dan peningkatan kinerja UMKM.

b. Program pengembangan system pendukung usaha UMKM. Program tersebut

dimaksudkan untuk mempermudah, memperlancar dan mempeluas akses UMKM


23

kepada sumber-sumber daya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan yang

terbuka dan potensi sumber daya local dalam meningkatkan skala usaha.

c. Program pengembangan dan daya saing UMKM. Program ini dimaksudkan untuk

mengembangkan perilaku kewirausahaan serta meningkatkan dayasaing UKM

d. Program pemberdayaan usaha mikro. Program ini dimaksudkan untuk

mengintegrasikan upaya peningkatan dan pendapatan masyarakat yang bergerak

dalam kegiatan usaha di sector informasi berskala mikro, termasuk keluarga miskin

dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap dengan upaya peningkatan

kapasitas usahanya menjadi unit usaha yang lebih mapan, berkelanjutan dan siap

untuk tumbuh.

e. Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi sehingga mampu tunbuh dan

berkembang secara sehat dan berorientasi pada efisiensi.24 Khusus untuk

peningkatan akses UMKM terhadap sumber-sumber pendanaan dilakukan upaya-

upaya sebagai berikut:

1) Pengembangan berbagai skim Perkreditan untuk UMKM

2) Program pembiayaan produktif koperasi dan usaha mikto (P3KUM) dalam

bentuk dana bergulir pola syariah dan konvensional.

3) Program pembiayaan wanita usaha mandiri dalam rangka pemberdayaan

perempuan, keluarga sehat dan sejahtera (PERKASA) pola konvensional dan syariah.

4) Program skim pendanaan komoditas UMKM melalui Resi Gudang.


24

5) Kredit bagi usaha mikro dan kecil yang bersumber dari dana Surat Utang

Pemerintah Nomor 005 (SUP-005).28

6) Pengembangan Lembaga Kredit Mikro (LKM) baik bank maupun nonbank.

7) Pemberdayaan usaha mikro dan usaha kecil melalui program sertifikasi

tanah dari resi gudang .

8) Bantuan perkuatan secara selektif pada sector usaha tertentu sebagai

stimulan.

9) Penjamin kredit oleh pemerintah melalui program Kredit Usaha Rakyat

(KUR).25

Poin terakhir ini amat penting bagi pengembangan UKM karena berkaitan

dengan upaya memberikan perlindungan bagi UMKM sendiri, terutama karena

keterbatasan akses mereka kepada sumber pendanaan.29

3. Kekuatan dan Kelemahan UMKM

UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan andalan

yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang adalah:

a. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan tenaga kerja

patut diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap sampai dengan 50% tenaga

kerja yang tersedia

28
Ibid,h,240
29
Ibid. h 241
25

b. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama ini terbukti

dapat mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru

c. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen sederhana

dan fleksibel terhadap perubahan pasar

d. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar

memanfaatkan limbah atau hasil sampai dari industri besar atau industri yang

lainnya

e. Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang

dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri kecil

mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk mengembangkan

sektor lain yang terkait.

Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan permasalahan

dari Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor:

1. Faktor Internal

Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu diantaranya:

a. Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.

b. Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri Kecil lebih

memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan fungsi-fungsi pemasaran

kurang mampu dalam mengakseskannya, khususnya dalam informasi pasar dan

jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya berfungsi sebagai tukang saja.
26

1) Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak pengembang

dam Pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan tidak tepat sasaran tidak

adanya monitoring dan program yang tumpang tindih.

Dari kedua faktor tersebut muncullah kesenjangan diantara faktor internal

dan eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN dan lembaga pendamping lainnya

sudah siap dengan pemberian kredit, tapi UMKM mana yang diberi, karena berbagai

ketentuan yang harus dipenuhi olehUMKM. Disisi lain UMKM juga mengalami

kesulitan mencari dan menentukan lembaga mana yang dapat membantu dengan

keterbatasan yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih berlangsung

meskipun berbagai usaha telah diupayakan untuk memudahkan bagi para pelaku

UMKM meperoleh kredit, dan ini telah berlangsung 20 tahun.


27

BAB lll

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah kualitatif deskriptif (penelitian

lapangan), yakni penelitian di mana peneliti turun langsung ke lokasi penelitian

untuk memperoleh data yang konkrit yang ada hubungannya dengan judul

penelitian. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakam

analisis deskriptif kualitatif.

Deskripsi kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan secara utuh dan mendalam tentamg realitas social dan berbagai

fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga

tergambarkan ciri, karakter, sifat dan model dari fenomena tersebut30

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa yang ingin

digambarkan dalam penelitia ini yaitu tentang Peranan Lembaga Keuangan Mikro

Syariah Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Syariah Baitul

Tanwil Muhammadiyah Al- Kausar yang beralamat di Jalan Tamalate 1 no 66

Makassar.

C. Fokus Penelitian

1. Peran Lembaga Keuangan Micro Syariah

2. Usaha Micro Kecil Menengah

30
Wina Sanjaya, Penlitian Pendidikan, Bandung: Kencana Prenada Media Group,
2013, h. 47

27
28

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman dan untuk menyamakan persepsi,

maka terlebih dahulu mengemukakan deskripsi fokus penelitian yang akan dikaji:

1. Peran Lembaga keuangan Mikro Syariah yang penulis maksud adalah Dalam

mendorong ekonomi Masyarakat dengan melakukan kegiatan dibidang

keuangan dengan menarik uang dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke

masyarakat. Dengan adanya BTM sehingga mampu menjangkau seluruh sector

termasuk sector perekonomian menengah ke baawah.

2. Usaha Mikro Kecil Menengah yaitu untuk mengembangkan usaha UMKM di

tengah-tengah masyarakat dengan konsep syariah dengan mengembangkan

perekonomian Indonesia sehingga dalam pelaksanaannya maka perlu

dioptimalkan dan digali potensi-potensi yang ada untuk dapat menciptakan

wirausaha yang mandiri sehingga mampu meningkatkan ekonomi Indonesia

berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebuh baik.

E. Sumber Data

Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Data Primer

Data primer menurut Sugiyono adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data”.31. Berdasarkan pengertian di atas

maka dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data utama yang

didapatkan langsung dari apa yang diteliti. Adapun data primer dalam penelitian

31
Sugiyono,MetodePenelitianAdministrasi., Bandung: Alfabeta, 2006, h. 105
29

ini yaitu melakukan wawancara dengan tujuan untuk memperoleh data dari

informan dimana yaitu anak desa binaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder menurut Sugiyono adalah data yang tidak langsung

memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui orang lain atau

mencari melalui dokumen data itu diperoleh dengan menggunakan literature yang

dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang

berhubungan dengan penelitian. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah

penelitian yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement data primer

yaitu Pengurus Baitul Tanwil Muhammadiyah dan Anggota

F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai pengumpul

data utama, hal ini dilakukan karena peneliti memahami kaitan kenyataan-

kenyataan di lapangan seperti interaksi antar objek dan subjek. Peneliti sebagai

perencana,pelaksana, menganalisis, menafsirkan hingga pelaporan hasil

penelitiaan. Penelitian juga menggunakan instrument bantuan seperti kamera,

daftar catatan dan alat tulis.

1. Pedoman observasi

Pedoman observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja,

sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan

pencatatan.32 Observasi diartikan sebagai usaha mengamati fenomena-fenomena

yang akan diselidiki baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung

32
P. JokoSubagyo, Metodologidalamteoridanpraktek , Jakarta: Rineka Cipta, 2004,h. 63.
30

dengan mengfungsikan secara latin dari pengamatan untuk mendapatkan

informasi dan data akan diperlukan tanpa bantuan dan alat lain. Sedangkan

observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat

berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki, misalnya peristiwa tersbut diamati

melalui film, rangkaian slide, atau rangkaian photo. Dalam menggunakan teknik

observasi baik langsung maupun tidak langsung diharapkan mengfungsikan setiap

alat indera untuk mendapatkan data yang lengkap.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara merupakan proses interaksi antara respon untuk

menemukan informasi atau keterangan dengan cara langsung bertatap muka dan

bercakap-cakap secara lisan dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang

menghubungkan dengan informasi yang diperlukan dengan jarak yang dibutuhkan

secara lisan pula, memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

Tanya jawab sambil bertatap muka antara sipenanya atau pewawancara dengan

sipengaruh atau responden yang menggunakan alat panduan wawancara.

3. Catatan Dokumentasi

Catatan okumentasi yaitu, peninggalan tertulis dalam berbagai kegiatan

atau kejadian yang dari segi waktu relative, belum terlalu lama dan teknik

pengumpulan data dengan hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip,

buku, suratkabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Dalam hal ini

penulis menggunakan catatan dokumentasi untuk memperkuat data agar hasil

penelitian yang lebih akurat dan dapat di pertanggung jawabkan.


31

G. Teknik Pengumpulan Data

Tenik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: Riset

lapangan, yaitu cara perhitungan data dengan penulis langsung turun kelapangan

guna mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan proposal ini. Oleh

karena itu data yang dikumpulkan ini bersifat empiris. Kemudian dalam penelitian

lapangan ini peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data, sebagai

berikut;

1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-

fenomena yang diselidiki.33

2. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yaitu semacam percakapan

yang bertujuan memperoleh informasi.34

3. Dokumentasi adalah mencatat semua data secara langsung dari referensi yang

membahas tentang objek penelitian.35

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data merupakan

rangkaian kegiatan penelaahan, pengelonmpokan, sistematisasi, penafsiran dan

ferifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah.

Analisis data ini dilakukan setelah data yang diperoleh dari sample melalui

33
Nana Syaohdin Sukmadinata, MetodePenelitianPendidikan, Bandung :
RemajaRosdakarya, , 2010, h 220
34
AndiPrastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian.
Jogjakarta: Ar-ruz Media, 201,h. 330
35
BurhanBungin. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu
sosial lainnya. KencanaPrenada Media Group, Jakarta,2007,h, 121
32

instrumen yang dipilih dan akan digunakan untuk menjawab masalah dalam

penelitian atau untuk menguji hipotesa yang diajukan melalui penyajian data. 36

Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi disusun

dengan berkelompok dengan berkelompok sesuai dengan rumusan masalah, baru

kemudian dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatif. Analisa ini dilakukan

dengan tehnik analisis induktif.

Analisis induktif adalah pengambilan kesimpulan dimulai dari analisis

berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak kearah
37
pembentukan kesimpulan kategoris atau ciri-ciri umum tertentu. Oleh karena

itu, teknik analisis induktif ini dimulai dari pekerjaan klasifikasi data. Dalam

konteks ini penulis berusaha menggali data-data dari lapangan yang selanjutnya

dipaparkan dalam suatu paparan data kemudian dianalisi dengan teknik induktif

ini.

36
Ahmad Tanzeh, Op.Cit, h. 69
37
Burhan Bungin , Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga Universitas Press,
,2001, hal 290
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Koperasi Syariah BTM Al-Kautsar

Baitul Tamwil Muhammadiyah Al-Kautsar merupakan lembaga keuangan

mikro, berbadan hukum koperasi jasa keuangan syariah, serta menjadi alat dakwah bil

haal di bidang ekonomi. Secara organisasi keberadaan Baitul Tamwil

Muhammadiyah merupakan amanat muktamar 43 di Jakarta, SK No. I. 19/SK-

PP/I.A/1995 tanggal 15 Rabiul Awal 1416 H/ 10 September 1995 M. Badan hukum

BTM merupakan koperasi yang proses pendiriannya sederhana, sehingga mudah bagi

perserikatan pada semua level untuk mendirikan. Baitul Tamwil Muhammadiah

beroperasi dengan sistem syariah sementara badan hukum koperasi yang ada adalah

sistem koperasi yang ada adalah koperasi simpan pinjam (Konvensional) sehingga

ada ketidaksingkronan. Agar landasan hukum operasi Baitul Tamwil Muhammadiyah

sesuai dengan sistem syariah maka bentuk KSP (Koperasi Simpan Pinjam) diubah

sesuai keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor

91/Kep/M.KUKM/IX/2004 menjadi Koperasi Jasa keuangan Syariah (KJKSBTM).

Empat pilar bangunan Baitut Tamwil Muhammadiyah yaitu:


1. Pimpinan Daerah/cabang Muhammadiah sebagai Pemilik urama

bersama Anggota,

2. Pengurus dan Pengawas,

3. Pengelola (Manajer dan Karyawan),

33
34

4. Pengguna layanan Baitul Tamwil muhammadiyah (deposan dan pemanfaatan

pembiayaan).

Baitut Tamwil Muhammadiyah Al-Kautsar didirikan pada hari sabtu tanggal

15 Agustus 2009 Pukul 19:30 wita bertempat di Masjid Ridha Muhammadiyah

Jl.Tamalate 1 No.62, Kelurahan Bontomakkio kecamatan Rappocini kota Makassar

setelah melaksanakn rapat pendirian Wadah Amal Usaha “Baitul Tamwil

Muhammadiyah (BTM)” yang diharapkan dapat menjadi suatu lembaga pendukung

kegiatan ekonomi makro dan mikro yang berlandaskan syariah. Pelaksanaan ini

berdasarkan atas surat undangan pengurus takmir mesjid Ridha Muhammadiyah

Cabang Karunrung yang ditanda tangani oleh H. Abd. Razak, MT. BA dan diketahui

oleh pimpinan Cabang Muhammadiyah cabang Karunrung Drs. Yamin Data MS.

Pada tanggal 13 Agustus 2009. Rapat dipimpin oleh Drs. Anwar yang dihadiri 15

orang peserta diantaranya:

1. Drs. Muh. Yamin Data MS


2. H. Abd Razak MT.BA
3. Drs. Ismail Nurdin Asrun
4. Drs. Rizal Gabel
5. Drs. H. Djahariah A. Hamid
6. Drs. Syawal Kamar
7. Zainuddin Tayang
8. Abd. Karim Lata
9. Muh. Muclis Ismail
10. Muhtar Bolis. Pd. I
11. Drs. H. Njamuddin
35

12. Drs. Anwar


13. Drs. H. Dessiaming
14. M. Jhohan
15. H. Hamza Karim

Rapat dibuka oleh pemimpin rapat dan menjelaskan maksud dan tujuan

pertemuan dilaksanakan antara lain agar terbentuk suatu lembaga sebagai wadah

untuk meningkatkan kesejahteraan anggota jamaah masjid ridha dan masyarakat yang

wadah memperkuat Ukhuwah Islamiyah untuk mencapai keridhaan Allah SWT.

Wadah yang diperlukan adalah wadah yang berlandaskan syariah dalam mewujudkan

peningkatan ekonomi keluarga dan kesejahteraan masyarakat baik dalam bentuk

koperasi syariah maupun baitul mall wal tamwil (BMT).

Berdasarkan hasil rapat pimpinan cabang, Pimpinan ranting muhmmadiyah,

Ketua Takmil Masjid Ridha dan masyarakat setempat, maka di sepakati sebagai

berikut:

1. Karena BTM Al-Kautsar belum memenuhi persyaratan untuk badan hukum

koprasi, maka di kelompok swadaya masyararakat oleh karena itu BTM Al-

Kautsar merupakan prakoperasi.

2. Peserta menyetujui terbentuknya baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM) dengan

nama “BTM Al-Kautsar sebagai prakoperasi.

3. Susunan pengurusan yang disetujui yaitu, sebagai berikut:


36

Tabel 4.1.Susunan pengurus

Pembina 1. Dr. KH. Alwi Uddin, M. Ag


2. Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag
3. Dr. h. Muzakkir, S.Pd
Pengurus Ketua : Drs. H. Ismail Nurdin Azrun
Sekertaris : St. Rahmawati Said
Bendahara : H. Zainuddin, SE
Pengawas 1. Drs. Anwan
2. Zainuddin dg Tayang

3. Besarnya Simpanan pokok sebesar Rp.100.000, dan simpanan pokok khusus dari

pendiri disesuaikan dengan kemampuan masing-masing (dapat diangsur)

Pimpinan rapat dan seluruh peserta rapat mengharapkan wadah ini dapat

terwujud dan berperan sebagaimana yang diharapkan. Rapat ditutup oleh

pimpinan rapat dengan menyampaikan ucapan terimah kasih dan membaca

Hamdalah.

2. Visi dan Misi Koperasi Syariah BTM Al-Kautsar

Visi BTM Al-Kautsar adalah:

a. Mengusahakan pemupukan modal yang berasal dari simpanan anggota dengan

system syariah dan usaha lain yang tidak bertentangan dengan visi BTM;

b. Memberikan pembiayaan untuk tujuan produktif dengan system pelayanan yang

tepat, cepat dan sasaran yang layak;


37

c. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan usaha bagi anggota;

d. Melaksanakan pembinaan keagamaan.

Misi BTM Al-Kautsar adalah :

a. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan lingkungan

kerja pada umumnya;

b. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan

prinsip syariah;

c. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan simpan pinjam

d. Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota;

e. Memperkuat posisi tawar, sikap amanah, dan jaringan komunikasi para anggota;

f. Meningkatkan pemasaran hasil produksi anggota.

3. Produk Koperasi Syariah BTM Al-Kautsar

Ada 3 produk yang ditawarkan koperasi syariah Baitul Tamwil Muhammadiyah

Al-Kautsar pada anggotanya, yaitu:

1. Akad Mudharabah

Akad mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara shahibul maal

(pemilik modal) dan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut

kesepakatan.

a. Mudhorobah Muthlaqah: pemilik dana memberikan kebebasan kepada


pengelola dan dalam pengelolaan investasinya.

b. Mudhorobah Muqayyadah: pemilik dana memberikan batasan kepada

pengelola dana mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.


38

2. Akad Murabahah

Akad murabahah merupakan jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati.

4. Qordhul hasan (Non Profit) adalah pemberian harta kepada orang lain yang

dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa

mengharapkan imbalan.

5. Susunan organisasi pada koperasi Syariah BTM dijelaskan susunan gambar

dibawah ini :

Gambar 4.1.Struktur Organisasi

Penasehat Rapat anggota Pengawas

Sekretaris Ketua Pengawas


Bendahara

Pengelola

Manager umum

Manajer Manajer
Kasir Juru Buku
Pembiayaan Penggelangan
39

B. Peran Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kausar terhadap Usaha Mikro

kecil Menengah

BTM sebagai lembaga keuangan tidak pernah terlepas dari masalah

pembiayaan. Bahkan BTM sebagai lembaga keuangan, pemberian

pembiayaan adalah kegiatan utamanya. Besarnya jumlah pembiayaan yang

disalurkan akan menetukan keunungan BTM. Oleh karena itu pengelolaan

pembiayaan harus di lakukan dengan sebaik-baiknya mulai dari perencaan

jumlah pembiayaan, penentuan bagi hasil, prosedur pemberrian pembiayaan,

analisis pemberian pembiayaan sampai pada pengendalian yang macet.

Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan

pihak lain mewajibkan kepada pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

uang atau tagihan tersebut setelah jangja waktu tertentu dengan imbalan atau

bagi hasil. Sedangkan kredit adalah mnurut UU Perbankan No,10 tahun 1998

yaitu penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bankdengan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga38. Berdasarkan hasil wawancara penelitian

adalah :

38
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 73.
40

Ismail Nurdin Mengungkapkan bahwa:

memproiritaskan anggota kemudian masyarakat dalam pemberian


pembiayaan umum kemudian usaha yang diperhatikan seperti usaha-
usaha kecil atau yang memiliki usaha di luar sebab orientasi
berdirinya BTM ini adalah memperhatikan calon nasabah dalam hal
usahanya. meskipun mereka tidak punya modal maka mereka bisa
bermitra dengan BTM maka disitulah ada bagi hasil. Misal si A ingin
menjual motor dengan harga 5.000.000 dan meminta bantuan ke
BTM lalu dijualkan 5.500.000 maka ada bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan namun hal ini tidak begitu banyak. Kemudian kita
berikan pembiayaan mudarabah, murabaha dan kaidul hasan,
kemudian kita dan memberikan bimbingan dan pembinaan supaya
mampu memasarkan hasil. Jadi siapapun yang datang saya yang bina
langsung dalam menjalankan usaha sebab saya sendiri yang
memberikan pembiayaan dengan harap bahwa mereka berhasil dan
ekonominya meningkat agar mereka juga mampu mengembalikan
modal yang kami berikan serta ada pula pembiyaan jasa, jasa itu
seperti pembiayaan pendidikan namun pembiayaan ini tidak di sertai
dengan pembinaan namun ini tetap bermitra dengan usaha lain sebab
lagi-lagi modal bisa kembali”39

Adapun hasil wawancara yang penulis rangkum dari anggota BTM,

yakni ibu Nasrian Hamid mengungkapkan bahwa :

“kami mendapat modal dari BTM Al-Kausar Makassar Rp.


1.500.000. kami menggunakan modal itu untuk membuka usaha.
Pendapatan awal itu sekitar Rp. 1.800.000 san atau lebih namun
setelah mendaptakan pembiayaan dari BTM biasanya kami
mendaptkan Rp.3.000.000 an lebih. Melihat kondisi tersebut, untuk
saat ini program pembiayaan mudharabah yang dilaksanakn boleh
dikatakan ada hasilnya itu karena BTM tidak lepas dari pemberian
bimbingan dan pengarahan yang dilakukan disetiap bulannya.” 40

39
Ismail Nurdin, Direktur Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-KAusar Makassar,(wawancara
20 juli 2020)
40
Nasrian Hamid,Nasabah Baitul Tanwil Muhammadiyan Al-Kautsar (wawancara 27 juli
2020)
41

Hal yang hampir senada yang di ungkapkan oleh Hasni Soni bahwa :

“saya meminjam tambahan modal usaha ke BTM Al-Kausar Makassar


sebesar Rp.2.000.000. saya menggunakan uang itu untuk menjual
aksesoris dengan tokonya yang kecil. Pendapatan yang saya dapatkan
itu perharinya 50.000-70.000 namun setelah mendapatkan
pembiayaan makan peghasilan meningkat dua kali lipat dari biasanya.
Sehingga dalam peningkatan tersebut ini sangat membantu dalam
memenuhi kebutuhan 41
Adapun hasil wawancara dari Zainuddin mengungkapkan bahwa:
“Dalam pengembangan BTM Al-Kausar Makasssar menggunakan
produk pembiayaan akad mudharabah yang diberikan kepada
pedagang atau yang ingin membuka usaha yang membutuhkan
tambahan modal atau tidak memiliki modal sama sekali. BTM Al-
kausar makasaar dapat memberikan peminjaman modal mulai dari
Rp.1.000.000 dengan cara mengansurnya dengan harian, mingguan
atau bulanan sesuai dengan kesepakatan antar pihak” 42
Dari wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya pembiayaan mudharabah dapat memberikan peningkatan terhadap

para pedagang demi meningkatkan kemajuan usahanya, dalam program yang

yang dijalankan oleh di BTM Al-Kausar Makassar, yaitu melalui akad

pembiayaan mudharabah dengan cara memberikan modal kepada para

pedagang yang membutuhkan sangat berpengaruh demi kemajuan dan

peningkatan usahanya. Peran BTM tersebut tidak sekedar memberikan

pinjaman modal begitu saja tetapi juga disertai dengan adanya

pembimbingan dan arahan pada anggota-anggotanya.

41
Hasni Soni, ,Nasabah Baitul Tanwil Muhammadiyan Al-Kautsar (wawancara 22 juli 2020)
42
Zainuddin, ,Pengurus Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar (Wawancara 22 juli 2020)
42

C. Mekanisme Pembiayaan Dan Penyaluran Dana Baitul Tanwil

Muhammadiyah Al-Kautsar

Demi keefektifan dan keefesienan suatu proses pemberian

pembiayaan, maka perlu adanya suatu pedoman atau prosedur dalam

pemberian pembiayaan yang layak, sehingga bisa saling kontrol antar satu

dengan yang lainnya yang diharapkan tidak terjadi penyalah gunaan tugas

dan wewenang dalam penanganan pembiayaan.Usaha mikro kecil

mengalami kesulitan untuk mendapatkan sumber pembiayaan usaha pada

lembaga-lembaga keuangan yang ada karena usaha miko kecil kurang

memenuhi syarat tekhnik perbankan yang berlaku. Oleh karena itu BTM

menawarkan pembiyaan kepada mikro kecil menengah dengan system pola

bagi hasil. Dengan pola membangun kerjasama dengan kemitraan yang

memberikan manfaat kedua belahpihak secara professional. Disamping itu

bergabung dalam BTM aset usaha akan berkembang dan akan mendapat

manfaat ekonomi yang berkesinambungan43

1. Syarat menjadi Anggota

Persyaratan menjadi anggota antara lain

a. Warga negara Indonesia umur 18 tahun atau sudah menikah

b. Mengajukan permohonan sebagi anggota

c. Foto copy KTP yang masih berlaku

43
Ismail Nurdin, Direktur Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kausar Makassar ( wawancara
43

d. Pas foto ukuran 3 x 4 sebanyak 2 lembar

e. –membayar simpanan pokok Rp 100.000

-simpanan wajib Rp. 85.000 untuk anggota biasa

-Anggota pendiri membayar simpanan pokok khusus minimal

Rp 2.500.000( dapat di cicil 10 kali0

f. Membayar simpanan wajib Rp 10.000 secara teratur setiap bulan

g. mentaati ketentuan Anggaran dasar Anggaran Rumah Tangga,

peraturan Khusus dan keputusan pengurus

h. menjaga nama baik BTM Al-Kausar

2. Persyaratan Mendapatkan Pembiayaan Usaha Dari BTM Al-

Kautsar

a. Sudah Menjadi Anggota Al-kautsar

b.Mengajukan permohanan secara tertulis untuk mendapatkan

pembiayaan

c. Ada usaha yang rill dan layak mendapatkan pembiayaan

d. Sudah ditinjau dan layak

e. Bersedia menandatangani akad perjanjian

f. Adanya jaminan yang akan diserahkan

g. Membayar biaya administrasi sesuai jumlah yang ditetapkan

h.Jujur, amanah ,dapat dipercaya

i. Membayar asuransi
44

3. Produk pembiayaan

BTM menjalankan usaha komersialnya mempunyai tiga prinsip

operasional yang terdiri dari :

a. System Bagi Hasil

System ini merupakan suatu system yang meliputi tata cara

pembagian hasil usaha antara penyediaan dana dengan pengelolaan

dana. Pembagian hasil usaha dapat terjadi antar BTM dengan

penyimpan dana, maupun dengan BTM antar anggota penyimpan

dana. Bentuk Produk berdasarkan prinsip ini adalah: Mudharabah

dan Musyarakah

b. Sistem Jual Beli

System ini merupakan suatu system yang menerapkan tata cara

jual beli, dimana BTM mengangkat nasabah sebagai agen BTM

dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen BTM melakukan

pembelian barang atas nama BTM. Kemudian TM akan bertindak

sebagai penjual akan menjual barang tersebut kepada anggota (

nasabah)dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan

bagi BTM

c. System Fee (jasa)

System ini merupakan seluruh layanan non pembiayaan yang

diberikan oleh BTM bentuk produk yang berdasarkan Prinsip ini


45

akan dikembangkan kemudian sesuai dengan perkembangan

kemampua BTM

4. Produk Penyaluran Dana BTM

a Pembiayaan Mudharabah

BTM dapat menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal

kerja sepenuhnya sedangkan anggota menyediakan usaha dan

memanagemennya. Hasil keuntungan akan dibagikan sesuai

kesepakatan bersama, dalam bentuk nistbah tertentu dari

keuntungan pembiayaan

b. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan untuk pembelian barang lokal maupun nasional.

Pembiayaan mirip dengan kredit modal kerja dari bank

konvensional. Karena itu jangka waktu pembiayaan tidak lebih 1

tahun. BTM mendapatkan keuntungan dari harga barang yang di

naikkan(harga jual yang terdiri dari harga beli ditambah margin

keuntungan

c. Pembiayaan bai Bithaman Ajil

Pembiaraan untuk membeli barang dengan cicilan. Pembiayaan ini

dicicil mirip dengan kredit investasi dari bank kovensional, karena

itu jangka waktu pebiayaan bisa lebih dari satu tahun. BTM

mendapatkan keuntungan dari Harga barang yang di naikkan.(


46

harga jual baru yang terdiri dari harga beli di tambah margin

keuntungan)

d. Pembiayaan Al-Qardul Hasan

Al-Qardul Hasan merupakan pinjaman lunak bagi usaha mikro

kecil yang benar-benar kekurangan modal. Anggota tidak perlu

membagi keuntungan kepada BTM, tetapi hanya memnayar

administrasi saja yang merupakan biaya –biaya ril yang tidak

dapat dihindari untuk terjadinya suatu kontrak misalnya biaya

penelitian proyak , biaya nitaris, upah karyawan dan lain-lain

e. Pembiayaan musyarakah

pembiayaan ini merupakan pembiayaan sebahagian dari modal

usaha keseluruhan yang mana pihak BTM dapat dilibatkan dalam

proses management. Pembagian keuntungan berdsarkan perjanjian

proporsi44

Dari hasil wawancara maka dapat di simpulkan bahwa pemberian

pembiayaan pada BTM lebih dulu harus melengkapi pensyratan-persyatan

yang telah ditetapkan dengan penyaluran dana dengan bentuk penyaluran

dana yang bermacam-macam sesuai dengan criteria yang akan dihimpun.

44
Ismail Nurdin, Direktur Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kausar Makassar ( wawancara
20 juli 2020)
47

D. Faktor Pendukung dan penghambat Baitul Tanwil Muhammadiyah

Terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah

BTM sangat berpengaruh dalam percepatan pertumbuhan UMKM di

Indonesia. Karena perannya sebagai pengimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya pada usaha-usaha yang bersifat produktif seperti UMKM.

Di Indonesia UMKM menjadi salah satu usaha yang diminati oleh para

pelaku usaha yang mempunyai modal yang tidak begitu banyak. Namun jika

UMKM berjalan dengan baik dan terus menunjukkan eksisetensinya juga

akan berdampak pada perekonomian suatu negara. Untuk mewujudkan hal

tersebut tentunya ada faktor yang mendukung dan menghambat pertumbuhan

UMKM

1. Faktor Pendukung

Adapun yang menjadi faktor pendukung UMKM berdasarkan hasil

wawancara yaitu:

Menurut Ismail Nurdin Mengungkapkan Bahwa:

“faktor pendukung dalam pembiayaan BTM adalah pemberian


pelayanan yang baik kepada anggota. Dalam memberikan pelayan
kepada anggota menampilkan tampilan yang menarik, sopan- santun,
ramah etika yang baik sehingga nasabah puas dengan pelayanan yang
diberikan, lokasi yang mudah dijangkau, BTM Al-Kausar mudah di
jangkau karena dekat dari kota, SDM yang berkualitas, serta
masyarakat mulai tertarik dengan operasional system syariah “45

45
Ismail Nurdin, Direktur Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar Makassar ( wawancara
20 juli 2020)
48

Menurut Hasni Soni Mengungkapkan bahwa:

“Pengurus BTM sangat ramah pada nasabah dan syarat dalam


mengajukan permohonan dana tidak begitu rumit sehingga ini
mempermudah kami untuk meminjam dana lalu membuka usaha,
bimbingan dan arahan dari pengurus BTM”46

2. Faktor Penghambat

Adapun yang menjadi faktor penghambat UMKM berdasarkan hasil

wawancara yaitu:

Menurut Ismail Nurdin Mengungkapkan Bahwa:

“yang menjadi faktor penghamabat yaitu persaingan yang semankin


meningkat, kurangnya kejujuran yang memimjam dana karena kami
bergerak dalam syariah maka dari itu tidak ada jaminan yang terlalu
menekan yang ditetapkan hanya dengan persyaratan tambahan karena
BTM bergerak dalam system syariah maka kami hanya member
jaminan kepercayaan, ketidak kejujuran ini merupakan kendala besar
dalam BTM Al-kausar sebab peminjaman dana bukan hanya pada
BTM saja tapi karena ada tempat peminjam yang lain sehingga ini pun
yang menghambat kurang lancarnya pengendalian modal, Keuletan
dalam membangun usaha kecil itu juga kurang”47

Menurut Nasrian Hamid Mengungkapkan bahwa:

“yang menjadi faktor penghambat dalam UMKM yang saya hadapi


adalah tidak menentunya penghasilan pada setiap minggunya sehingga
ini berefek pada pembayaran pada BTM, potensi yang kurang
dimilikioleh nasabah sehingga pada pemasaran produk tidak begitu
handal “48

Dari hasil wawancara di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor

pendukung dalam dalam BTM adalah adanya kerja sama antar pengurus,

46
Hasni Soni, ,Nasabah Baitul Tanwil Muhammadiyan Al-Kautsar (wawancara 22 juli 2020)
47
Ismail Nurdin, Direktur Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kausar Makassar ( wawancara
20 juli 2020)
48
Nasrian Hamid,Nasabah Baitul Tanwil Muhammadiyan Al-Kautsar (wawancara 27 juli 2020)
49

rutinnya pembimbingan dan pengarahan pada BTM terhadap nasabah dalam

mengelolaan usaha serta ramahnya pengurus BTM pada nasabah dan syarat

yang tidak rumit dalam mengajukan pembiayaan. Yang menjadi faktor

Penghambat dalam Pembiayaan BTM adalah kurangnya potensi yang

dimiliki oleh nasabah, banyaknya persaingan pada pembiayaan, kurangnya

SDM dalam peminjaman dana.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan seluruh hasil penelitian, skripsi ini dapat diambil

beberapa kesimpulan jawaban atas rumusan masalah tentang peran Lembaga

keuangan mikro syariah terhadap usaha mikro kecil menengah (Study kasus

Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kausara), maka penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut

1. Peran Lembaga Keuangan Mikro Syariah Adalah: a) sebagai penyalur

dana dengan system bagi hasil yang sesuai dengan kesepakatan , b)

pemberian bimbingan dan arahan kepada nasabah

2. Mekanisme pembiayaan dan penyaluran dana Baitul tanwil

muhammadiyah Al-Kautsar: a) Syarat-syarat yang harus di penuhi oleh

nasabah (Syarat menjadi anggota dan syarat nendapatkan pembiayaan, b)

produk pembiayaan ( system bagi hasil, system jual beli, system fee), c)

produk penyaluran dana( Mudharabah, Murabahah, bai Bithaman Ajil, bai

Bithaman Ajil, musyarakah)

3. Faktor pendukung dalam pembiayaan BTM: a) Sinergitas pengurus BTM

b) penampilan yang menarik sopan santun dan ramah, c) lokasi yang

mudah di jangkau d. SDM yang berkualitas dan penghambat dalam

pembiayaan BTM : a) kurang potensi yang dimiliki oleh nasabah,

b)persaingan yang semakin meningkat, c) kurangnya kejujuran pada

anggota, d) tidak adanya jaminan yang disepakati

50
51

B. Saran

Setelah penulis melakukan penelitian, ada beberapa hal yangpeneliti

inginkemukakan sebagai bentuk saran, yaitu :

1. Para pengurus jangan jenuh dalam memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada nasabah dalam mengelola usaha

2. Para pengurus hendaknya meningkatkan potensi dalam pemasaran prouk

pembiayaan sehingga masyarakat tertarik pada BTM

3. Para nasabah hendaknya jujur dalam mengambil pembiayaan


DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Dan Terjemahnya, Departemen Agama RI Bandung: CV

Penerbit Diponegoro, 2005

Alif Ma’had Tarbiyah Mubalighin Muhammadiyah, Pedoman Pendirian

BTM, Bandar Lampung, 2008

Amalia Euis, keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, Penguatan Peran

LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2009

Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu sosial lainnya. KencanaPrenada Media Group, Jakarta,2007

Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya Airlangga

Universitas Press, 2001

Djazuli A , Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga perekonomian umat, sebuah

pengenalan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002

Data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Berbagai Tahun

Imaniyati Neni Sri, Aspek-Aspek Hukum Baitul Maal Wa Tanwil,

(Bandung: Citra Aditya Bakri ,2010)

Jafar Faridah,Manajemen jasa Pendekatan Terpadu.Jakarta:Ghalia

Indonesia,2005

JokoSubagyo P, Metodologidalamteoridanpraktek , (Jakarta: Rineka Cipta,

2004)

Ledgerwood Jouna,Mcrofinance Handbook An Instutional and

financeperspektive, Washington DC: The world Bank, 1999

52
53

Kadir Amiruddin Ekonomi dan Keuangan Syariah, Makassar :Alauddin

University press

Kasmir,Manajemen Perbankan, Jakarta :PT Raja Grafindo Persada 2007

Peraturan Dasar dan Contoh AD-ART BMT,Jakarta: PINBUK, 2000

Prastowo Andi . Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian. Jogjakarta: Ar-ruz Media, 2011

Ridwan Muhammad,Manajemen BMT. Yogyakarta:UII Press 2004

Sanjaya Wina, Penlitian Pendidikan, Bandung: Kencana Prenada Media

Group, 2013

Syaohdin Nana Syaohdin Sukmadinata, MetodePenelitianPendidikan,

Bandung: RemajaRosdakarya, , 2010

Sugiyono,MetodePenelitianAdministrasi., Bandung: Alfabeta, 2006

Undang-Undang Nomor tahun 2008 tentang UMKM, Bab IV pasal 6.

http://kopsabtm.blogspot.co.id/ Di Akses pada tanggal 25 februari 2020


Dedetzeth.blogspot.co.id/2013/02/fungsi-pemerintah.html?m=1 di akses
pada tanggal 22 februari 2020
www. Seputar-indonesia.com Raih Dukungan Bank Syariah, akses tanggal

20 mei 2020
L

54
55

1. Surat-surat
56
57
58
59

2. Lampiran Wawancara
Untuk Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar (BTM Al-Kausar)
1. Pembiayaan apa saja yang ada di Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar?
2. Bagaimana peran Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar dalam
memberdayakan UMKM ?
3. Strategi apa saja yang digunakan agar masyarakat meminjam dana di koperasi
Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar?
4. Upaya apa yang dilakukan Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar dalam
memberdayakan UMKM?
5. Bagaimana pola menarik nasabah pada BTM
6. Apa faktor pendukung Pemberdayaan UMKM?
7. Apa faktor penghambat Pemberdayaan UMKM?

Untuk Pengurus Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar :

1. Bagaimana Peran Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar Dalam


Pembiyaan ?
2. Bagaimana prosedur Pengajuan Pembiayaan Baitul Tanwil Muhammadiyah
Al-Kautsar?
3. Bagaimana bentuk pembiayaan yang ada dalam Baitul Tanwil
Muhammadiyah Al-Kautsar?
4. Apa faktor pendukung dalam pemberdayaan UMKM?
5. Apa faktor penghambat dalam pemberdayaan UMKM?
Untuk Nasabah Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar :
1. Bagaimana peran Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar Dalam
Pemberian Pembiayaan?
2. Bagaimana Pelaksanaan penajuan Pembiayaan pada Baitul Tanwil
Muhammadiyah Al-Kautsar?
3. Faktor yang mendukung dalam pembiayaan baik dalam pengambilan dana
maupun pengembalian?
60

Dokumentasi

Lokasi Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar


61

Wawancara dengan Pak Nurdin Direktur Baitul Tanwil Muhammadiyah

Wawancara dengan Nasrian Hamid nasabah Baitul Tanwil Muhammadiyah


62

Wawancara dengan Hasni Soni nasabah Baitul Tanwil Muhammadiyah


60

RIWAYAT HIDUP

Hamzah. Lahir di Laiya pada tanggal 12 Desember 1997.

Anak Bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan Muh Ramli

(Ayah) dan Halmiah (Ibu). Penulis mengawali Pendidikan

Sekolah Dasar di SDN No. 41 LAIYA 2004, lulus pada

tahun 2010. Kemudian peneliti melanjutkan Pendidikan

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 7 Cendrana, lulus pada tahun

2013. Selanjutnya menempuh Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA

Negeri 1 Maros, dan lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016, penulis

melanjutkan Pendidikan pada program Strata 1 (S1) Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Selama di perguruan tinggi, penulis bergabung dalam organisasi

kemahasiswaan internal Kampus di HMJ HES FAI Periode 2017-2018 &

2018-2019 Sebagai anggota Bidang Pemberdayaan Masyarakat & Ketua

Bidang Organisasi, Di PIKOM IMM FAI Periode 2018-2019 & 2019-2020

Sebagai Aggota Bidang Organisasi dan Ketua bidang Media dan Komunikasi,,

di BEM FAI Periode 2018-2019 & 2019-2020 Sebagai Sekertaris Bidang

Sosisal Ekonomi dan Wakil Ketua Umum . Penulis menjalani program kuliah

selama delapan semester.

Atas Ridho Allah SWT dan dengan kerja keras, pengorbanan, serta
kesabaran, pada tahun 2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan
judul skripsi “PERANAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH
61

TERHADAP PERKEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH. (


Study Kasus Koperasi Syariah Baitul Tanwil Muhammadiyah Al-Kautsar )”.

Anda mungkin juga menyukai