Anda di halaman 1dari 103

ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL

PADAPEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK BNI


SYARIAH CABANG MAKASSAR

SKRIPSI

n Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)Pada Program Studi Hukum EkonomiSyariahFaku
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

FATIHA
NIM : 105251105316

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL
PADAPEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK BNI
SYARIAH CABANG MAKASSAR

SKRIPSI

n Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)Pada Program Studi Hukum EkonomiSyariahFaku
Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

FATIHA
NIM : 105251105316

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M

ii
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fatiha

NIM 105251105316

Jurusan : Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas : Agama Islam

Kelas :B

Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, saya

menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Saya tidak melakukan penjiplakan ( Plagiat ) dalam menyusun skripsi ini.

3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 maka

bersedia untuk menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, 24 Syawal 1441 H


16 Juni 2020 M

Yang Membuat Pernyataan

Fatiha
NIM. 105251105316

vi
ABSTRAK

FATIHA. 105251105316. 2020. Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil pada


Pembiayaan Mudharabah Di Bank BNI Syariah Makassar. Dibimbing oleh
Hurriah Ali Hasan dan Wahidah Rustam.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem bagi hasil menurut
hukum islam dan perundang-undangan, untuk mengetahui praktek penerapan
sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah dan untuk mengetahui tantangan
yang dihadapi bank syariah dengan UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang bank
syariah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti turun
langsung ke lapangan untuk melakukan wawacara kepada pegawai Bank BNI
Syariah Ratulangi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama,aturan Al-mudharabah


dalam islam memiliki 5 unsur penting yaitu: Shahibul-maal,Mudharib,Shighatul-
aqd, Ra‟sul-maal, Ar-Ribh dan fatwa Dewan Syariah Nasional
NO.:07/DSNMUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah, serta UU No.21
tahun 2008 tentang perbankan syariah. Kedua, praktek penerapan sistem bagi
hasil pada Bank BNI Syariah Cabang Makassar sudah berjalan sesuai dengan
fatwa No.07/-DSN-MUI/IV/2000 dan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia
yang menjadi landasan operasional perbankan syariah. Ketiga, pasca
diterbitkannya Undang-Undang No 21 Tahun 2008 pihak BNI Syariah Ratulangi
belum mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam menjalankan aturan-aturan yang
berlaku dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008.

Kata Kunci: Bagi Hasil, Pembiayaan Mudharabah

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat
Rahmat, taufik dan Inayah-Nya lah, Skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan
Sistem Bagi Hasil pada Pembiayaan Mudharabah Di Bank BNI Syariah Cabang
Makassar” ini dapat terwujud. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah pada
Nabi kita Muhammad SAW. beserta keluarga sahabatnya dan kepada seluruh
umat Islam yang sholeh dan sholehah.
Karya tulis ini merupakan Skripsi yang diajukan kepada Fakultas Agama
Islam Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Makassar
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Ekonomi
Syariah.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tuaBaharuddin dan Masna yang telah membesarkan, mendidik, berjuang,
berdoa, dan mengantarkan saya ke gerbang perguruan tinggi hingga pada tahap
penyelesain skripsi ini. Ucapan terima kasih tersebut juga di ucapkan kepada:
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE, MM, selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Dr. H. Mawardi Pewangi, M,Pd.I., selaku Dekan Fakultas Agama
Islam.
3. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja M,Pd.I., selaku Ketua Prodi Hukum
Ekonomi Syariah. Bapak Hasanuddin, SE.Sy., ME selaku Sekertaris Prodi
Hukum Ekonomi Syariah yang senantiasa memberikan arahan-arahan selama
menempuh pendidikan.
4. Ibu Hurriah Ali Hasan, ST.,ME.,Ph.D dan Ibu Wahida Rustam, S.Ag.MH
selaku pembimbing yang rela membagi waktunya untuk bimbingan online dan
bimbingan langsung.

viii
5. Teruntuk saudara/saudari penulis Nurwahiba, SE, Hidayat Tullah, S.S.T Pel.
Rahmat Hidayat dan Irfan Hidayat. Terima kasih atas dukungannya sampai
saat ini baik moril maupun moral.
6. Teman-teman Wisudawan 2020 yang hebat dan kepada sahabat-sahabat
penulis HES B khususnya Pejuang SH, dan teman-teman di daerah Sahrunui,
Husnul Hatimah, Nur Jannah, Mutmainna. Terimakasih sudah saling
mendukung sampai saat ini.
7. Kakak-kakak dan adik-adik dari Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, yang tidak
pernah berhenti saling berkabar.
Karena pandemic COVID-19 proses penyusunan skripsi yang saya lalui jelas
berbeda dengan proses pada umumnya. Saya tidak mengalami rasanya bolak-balik
mencari dosen pembimbing atau harus berkali-kali ngeprint skripsi untuk dicoret-
coret oleh dosen pembimbing.
Walapun demikian saya tetap bahagia. Saya berhasil meraih gelar Sarjana di
tahun ini, dan bikin bangga kedua orang tua saya. Untuk yang sama-sama
berjuang semangat saya yakin kondisi sulit ini membuat kita menjadi manusia
intelektual yang tahan banting. Sehingga kedepannya kita tidak kaget dalam
menempuh meraih masa depan yang cerah.

Makassar, 22 Juni 2020

Fatiha

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI....................................................................................iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH .......................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... vi
ABSTRAK............................................................................................................vii
KATAPENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTARISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
BABI PENDAHULUAN
A. LatarBelakang ........................................................................... 1
B. RumusanMasalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 5
BABII KAJIAN TEORITIS
A. Bank Syariah ............................................................................ 7
1. Pengertian Bank Syariah ...................................................... 7
2. Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia ............................. 9
3. Kegiatan Usaha Bank Syariah......................................................13
4. Prinsip-prinsip Bank Syariah.......................................................17
5. Fungsi dan Peranan Bank Syariah................................................19
B. Pembiayaan.......................................................................................21
1. Pengertian Pembiayaan....................................................................21
2. Jenis Pembiayaan.............................................................................24
3. Prinsip-prinsip pembiayaan............................................................26
C. Akad Mudharabah...............................................................................29
1. Pengertian Akad Mudharabah...........................................................29
x
2. Macam-macam Mudharabah.............................................................30
3. Ketentuan-ketentuan Mudharabah.....................................................32
4. Rukun Mudharabah...........................................................................33
5. Syarat Mudharabah............................................................................33
BABIII METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...............................................................................35
B. Lokasi dan Objek Penelitian...........................................................35
C. Fokus dan Deskripsi Penelitian......................................................35
D. Sumber Data...................................................................................36
E. Instrumen Penelitian.......................................................................37
F. Teknik Pengumpulan Data.............................................................38
G. Teknik Analisis Data......................................................................39
BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Tentang Bank BNI Syariah..........................................40
B. Sistem Bagi Hasil Menurut Hukum Islam Dan Perundang-Undangan 55
C. Penerapan Sistem Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di Bank
BNI Syariah Cabang Makassar..................................................................63
D. Tantangan Pasca Undang-Undang No. 21 Tahun 2008.............................72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................75
B. Saran...............................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................77
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor PT.Bank BNI Syariah Cabang


Makassar.........................................................................................50

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ................... 20


Tabel 2.2 Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil............................................ 21

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perbankan adalah lembaga yang mempunyai peran utama dalam

pembagunan suatu negara. Peran ini terwujud dalam fungsi bank sebagai

lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.1

Dalam undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

berdasarkan prinsip operasionalnya bank dibedakan menjadi dua, yakni

bank konvensional yang mendasarkan pada prinsip bunga dan bank

berdasarkan prinsip syariah atau yang lazim dikenal dengan bank syariah.

Salah satu produk dalam perbankan syariah yaitu pembiayaan

Mudharabah, akad ini telah dikenal oleh umat Muslim sejak zaman Nabi,

bahkan telah diperaktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam.

Ketika Nabi Muhammad Saw. berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan

akad mudharabah dengan Khadijah.2 Dengan demikian, ditinjau dari segi

hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-

1
Lihat defenisi Bank Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
2
M. Anwar Ibrahim, “Konsep Profit and Loss Sharing System Menurut Empat Mazhab”.
Makalah tidak diterbitkan, hlm 1-2. Menurut Alquran, lihat misalnya dalam QS (73:20). Menurut
Sunnah, di antaranya hadist Ibnu Abbas r.a bahwa nabi mengakui syarat-syarat mudharabah yang
ditetapkan Al-„Abbas bin Abdul Muthallib kepada mudharib. Menurut Ijma, karena sistem ini
sudah dikenal sejak zaman nabi dan zaman sesudahnya. Para sahabat banyak yang
mempraktikkannya dan tidak ada yang mengingkarinya.

1
2

Qur‟an, Sunnah, maupun Ijma‟.Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS.

Al-Baqarah 275 :

‫ٌ ٍي‬
ُ ّUَ‫ذ خت‬Uَٚ ‫ ِ٘ذ‬Uَّ‫قُٕ و ان‬َٚ ‫ًكا‬
‫ ان ش‬UUُّ‫ط‬ ‫قُ ٕٕي ٌ ئ‬َٚ ‫ ٍ كه ٌ ز َل‬ٚ‫ّ ِذ‬Uَ‫ان‬
‫ ْطَا‬ٛ ‫ََّل‬ ‫ان َةا‬ ‫أ‬Uَٚ
‫ ْع ٔحز َو‬ٛ ‫ ْع ْ م زَة ٔ ا ْنت‬ٛ ‫ ا ْنت‬Uَ‫ا ئ‬Uُٕ‫ان‬Uَ‫ ْى ق‬UَُّٓUَ‫ك ةأ‬ ‫ا ْنً ض‬
َ َ Uِ Uِ
‫ل َّ ُال‬ U
َ
‫حم‬U‫ًا ث ان ا أ‬ ‫َ ذن‬

‫ي‬
Uَٗ‫ن‬U‫ ِئ‬Uُ‫ يا ط ف ِز‬Uَُّ‫ه‬Uَ‫ا ٗ ف‬Uَ‫يعظَجٌ ي ر ّ ف‬ ‫ا ۚ جا‬Uَ‫زة‬U ‫ان‬
ٍ ٕ
U
َ‫ه ٔأي‬ U‫َْ َذ‬ ‫ِّة‬ ‫ ء‬U‫َف‬
ٍ
ٌٔ ‫ا‬Uَٛٓ‫ ُْ ْى ِف‬ª ‫ا ر‬U‫ا‬ َ‫ ك أ‬Uُٔ‫أ‬Uَ‫ ٔ عاا ف‬ª ‫َّ ِلال‬
‫ن‬U‫ا‬ ‫ّا‬Uَُ‫ان‬ ;Uَ‫َٰن‬ ٍ‫ي‬

Terjemahnya:
“ Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.”3
Maksud dari ayat diatas ialah jika orang-orang yang melakukan

transaksi riba dengan mengambil atau menerima kelebihan diatas modal

dari orang yang butuh dengan mengekploitasi atau memanfaatkan

kebutuhannya, maka ia tidak dapat melakukan aktivitas, mereka hidup

dalam kegelisaan, tidak tentram jiwanya, selalu bingung berada dalam

ketidakpastian, sebab pikiran dan hati mereka selalu tertuju pada materi
3
penambahannya, itu yang akan mereka alami di dunia, sedangkan di

ahkirat mereka akan dibangkitkan dari kubur dalam keadaan

3
Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahan,pada hari selasa tanggal 3 Desember
2019 (14.25)
4

sempoyongan, tidak tahu arah yang akan mereka tuju dan akan mendapat

azab yang pedih. Karena mereka berkata dengan bodohnya bahwa jual

beli sama dengan riba dengan logika bahwa keduanya sama-sama

menghasilkan keuntungan. Padahal jelas-jelas Allah telah menghalalkan

jual beli dan mengharamkan riba. Subtansi keduanya berbeda, sebab jual

beli menguntungkan kedua belah pihak (pembeli dan penjual), sedangkan

riba sangat merugikan salah satu pihak.4

Perkembangan bank syariah di Indonesia berkembang sangat pesat.

Banyak faktor yang akan mempengaruhi percepatan perkembangan

Perbankan Syariah di masa yang akan datang. Salah satu faktor yang

sangat penting adalah faktor hukum. Arah perkembangan Perbankan

Syariah di masa yang akan datang masih akan sangat signifikan

dipengaruhi oleh perkembangan infrastruktur hukum Perbankan Syariah

di Indonesia5

Pasca di undangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah, industry perbankan syariah di Indonesia

mendapatkan angin segar dan memasuki era baru. Dengan undang-undang

dimaksud perbankan syariah bukan hanya sebagai counterpart dari

perbankan konvensional, melainkan sebagai perbankan yang mampu

memenuhi kebutuhan nasabahnya sesuai dengan kebutuhan riil nasabah

yang bersangkutan.

4
Tafsir Qur’an Kemenag
5
Iqtishadia, Implikasi dan Tantangan Lahirnya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008,
Vol. 8 No. 2, September 2015
5

Namun pada kenyataannya secara umum perbankan syariah di

Indonesia bila dibandingkan dengan perbankan konvensional masih

dirasakan peminat nasabah kurang dan tidak tertarik. Mengingat nasabah

Indonesia, masih terpola pada ketakutan akan kerugian yang dilakukan

oleh pengelolah (Bank Syariah) sebab sistem “bagi hasil”. Dikarenakan

produk-produk yang ditawarkan oleh bank syariah, menurut mereka,

hanyalah produk-produk bank konvensional yang dipoles dengan

penerapan akad-akad yang berkaitan dengan syariah karena sistem bagi

hasil dalam prakteknya masih menyerupai sistem bunga bagi konvensionl.

Sehingga hal tersebut diatas menjadi kendala dalam penerapan

sistem bagi hasil di perbankan syariah pada Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2008. Sesuaikah praktek penerapan bagi hasil yang ada pada

pembiayaan Mudharabah di Bank syariah.

Hal ini membuat penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut

untuk mengetahui sistem bagi hasil dalam prakteknya masih menyerupai

sistem bunga bagi bank konvensional di Bank BNI Syariah Cabang

Makassar. Dan untuk mengetahui apakah Bank BNI Syariah Cabang

Makassar telah melakukan usahanya sesuai dengan prinsip syariah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dapat diajukan pokok

permasalahan yang dirumuskan penulis adalah “pengimplementasian

praktek penerapan Bagi Hasil pada pembiayaan Bank syariah atau hanya
6

sebatas Islamisasi lembaga saja”. Dari pokok masalah penulis

merumuskan sub permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah

menurut hukum Islam dan perundang-undangan?

2. Bagaimanakah penerapan sistem bagi hasil pada pembiayaan

mudharabah di Bank BNI Syariah Cabang Makassar?

3. Apakah tantangan Perbankan Syariah setelah diterbitkannya Undang-

Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sistem bagi hasil menurut hukum Islam dan

perundang-undangan

2. Untuk mengetahui praktek penerapan sistem bagi hasil pada

pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syariah Makassar.

3. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi bank syariah sesuai

dengan UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang bank syariah


7

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pustaka bagi para

pembaca khususnya dalam hal pengembangan ilmu.

2. Secara praktis

a. Penulis

Menambah wawasan untuk berfikir kritis dan sistematis dalam

menghadapi permasalahan yang terjadi dan sebagai alat dalam

mengimplementasikan teori-teori ilmu ekonomi khususnya terkait

dengan ekonomi syariah (Islam) yang diperoleh selama kuliah.

b. Penulis selanjutnya

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

untuk pengembangan penelitian selanjutnya.


BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam

bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.6 Syariah menurut bahasa ialah asy-syari yang

artinya meminum air dan menurut istilah hukum-hukum dan aturan-aturan

Allah disyariahkan buat hambanya untuk diikuti dan hubungan mereka

sesama manusia. Jadi yang dimaksud bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain

dalam lalu lintas pembayaran dengan prinsip-prinsip syariah, Perbankan

Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan

unit bank syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.7

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 dalam pasal 1 tentang

perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank

syariah dan unit usaha syariah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

serta cara dan proses dalam melaksanakan usahanya.8

6
Irwan Misbach, Bank Syariah Kualitas Layanan, Kepuasan, Dan Kepercayaan,
(Makassar AlauiddinUniversity press, 2013 ), hl.60
7
Irwan Misbach, Bank Syariah : kualitas layanan, kepuasan dan kepercayaan, hl.20
8
PT.Buku kita, undang-undangRI no.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah

7
8

Di Indonesia sangat didambakan kehadiran bank berdasarkan

syariah, ketua pengurus muhammadiyah priode 1937-1944 telah

menguraikan pendapatnya tentang penggunaan jasa bank konvensional

sebagai hal yang terpaksa dilakukan karena umat islam belum mempunyai

bank sendiri yang bebas dari riba.9 Setelah itu muncul ide untuk

mendirikan bank yang berdasarkan syariat Islam di Indonesia. Kemudian

di bicarakan pada seminar nasional Hubungan Indonesia dengan Timur

Tengah pada tahun 1974 dan pada tahun 1976 dalam seminar internasional

yang dilaksanakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu kemasyarakatan dan

Yayasan Bhineka Tunggal Ika. Namun ada beberapa alasan yang

menghambat terealisasinya ide ini yaitu : operasi bank syariah yang

menerapkan prinsip bagi hasil belum diatur, dan oleh karena hal itu tidak

sejalan dengan UU pokok perbankan yang berlaku, yaitu UU No. 14 tahun

1967. Konsep bank syariah dari segi politis juga dianggap berkonotasi

ideologis, merupakan bagian atau berkaitan dengan konsep negara Islam,

oleh karena itu tidak dikehendaki pemerintah.10 Dan akhirnya setelah

melewati hambatan akhirnya Bank Syariah ini didirikan oleh Majelis

Ulama Indonesia pada 18-20 agustus 1990.11

Dalam perkembangan selanjutnya dari kehadiran Bank Syariah di

Indonesia mengembirakan. Di samping Bank Muamalat Indonesia saat ini

9
Awaluddin, Manajemen Bank Syariah (Makassar :AlauddinUniversiy Press, 2011),
hl.20
10
Duddy Yustiady, Penjelasan Perbankan Syariah Secara Umum, (AJB Bumiputera
FISIP UI, Depok April 2003), hl.2
11
Thamrin Abdullah dan Francis Tanri, Bank dan Lembaga Keuangan, hl. 214
9

juga telah lahir Bank syariah milik pemerintah seperti Bank Syariah

Mandiri. Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari

bank Konvesional yang sudah ada seperti Bank BNI, Bank BRI dan lain-

lain.dengan latar belakang adanya suatu keyakinan dalam agama Islam

yang merupakan suatu alternative atas perbankan dengan kekhususannya

pada prinsip syariah.12

2. Dasar Hukum Bank Syariah di Indonesia

Berdirinya Bank Syariah di Indonesia tentunya memiliki landasan

atau dasar hukum yang melindungi dan menjadi dasar menjalankan segala

aktivitas perekonomian yang meliputi kegiatan perbankan. Dalam

berjalannya segala aktivitas perbankan, bank syariah memiliki dua dasar

hukum berdasarkan peraturan negara dan berdasarkan Al-Qur‟an dan

hukum islam yang lainnya.

a. Berdasarkan Hukum Islam

Dasar hukum utama yang menjadi landasan berdirinya bank syariah

antara lain Q.S An-Nisa 29:

‫ٌٕك‬
ٌ ‫طم ئ‬ ‫ا‬U‫كهُٕا أَي ٕ ك ْى ك ْى ِة‬ ‫دَْأ‬ ‫ا‬Uُٕ‫ ٍ آي‬ٚ‫ ِذ‬Uَّ‫ا ان‬UَUَُّٚٓ‫ا أ‬Uَ ٚ
‫ََّل أ د‬ ‫ا‬Uَ‫ْنت‬ U‫ن َة‬U‫ا‬ ‫َل‬
‫َ كاٌ ة ك ْى‬ ۚ ‫ ْى‬U‫ٔ ََل د ظك‬ ‫ضك‬ ٍ ‫ِدجا ر‬
U‫زا‬Uَ‫ع د‬
ِ
ٌU‫ِئ‬ ‫ َْف‬Uَ‫ أ‬U‫ٕا‬Uُ‫ه‬Uُ‫ْقذ‬ ‫ي ُْ ْى‬
‫لَا‬ ‫حث‬
ٛ ِ ‫ر‬
‫ًًا‬

12
Malayu S.P. hasibun, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT. Bumi Aksara), hl. 39
1

Terjemahanya :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”13
Dalam artian ini bisa ditafsirkan bahwa bank syariah dalam

melaksanakan tugasnya tidak boleh menyeleweng dari ajaran Islam

(batil) namun harus selalu saling tolong menolong demi menciptakan

suatu kesejahtraan. Kita tahu banyak sekali tindakan-tindakan ekonomi

yang tidak sesuai dengan ajaran Islam hal ini terjadi karena beberapa

pihak tidak tahan dengan godaan uang serta mungkin mereka memiliki

tekanan baik kekurangan dalam hal ekonomi atau yang lain, maka bank

syariah harus membentengi mereka untuk tidak berbuat sesuatu yang

menyeleweng dari Islam.

Ayat selanjutnya yang menjadi landasan hukum Bank Syariah

terdapat dalam Q.S Al-Baqarah 283:

ª Uٌ‫ي ضج‬ ‫ٌا‬Uَ‫ْز‬ ‫ طف ٔ ج كاِدًتا‬Uَٗ‫ٌ ُْذُ عه‬Uِ‫۞ٔئ‬


‫ْ ُٕقت‬ ‫ف‬ ‫ز نَ ْى ٔا‬ ‫ْى‬
‫د‬ ‫ك‬
‫ياَذ ٔ لََّال‬ ٍ ‫ّ ِ٘ذ ا ؤد‬Uَ‫ا ٌ ٍ ضك ْى ضا إا ان‬Uَ‫ف‬
‫ق‬Uَّ‫ذ‬U‫ن‬َٛ ْ ‫أ‬ ‫ ْه‬Uَ‫ع ف‬Uَ‫ة‬ ‫ع‬U‫ي َة‬Uَ‫أ‬
‫ًا‬U‫ال ِة‬Uَُّٔ
‫ل‬ Uُّ‫ ْهت‬Uَ‫ ٌى ق‬U‫ُّ آ ِث‬UUَِ‫ا‬Uَ‫ًَا ف‬
ٓ ُ‫ا ا ٔ كذ‬Uَ‫ ٓش‬U‫ًا‬
ٕ ُ‫َ كذ‬ Uُّ‫ر َة‬
ٍ‫ي‬ َ‫ث‬ ‫ل‬
ٔ‫َد‬
U‫ى‬ٛ‫ه‬Uِ‫ً ه ع‬ ‫َدع‬
1

13
Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahan
1

Terjemahnya :

“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara


tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”14
Dari ayat ini bisa diambil salah satu poin penting yakni

menyampaikan amanat. Dalam bank syariah baik pihak bank maupun

nasabah harus menjaga yang telah disepakati dalam akad sebelumnya hal

ini bertujuan untuk menjaga kepercayaan dan tetap berkegiatan ekonomi

tanpa kecurangan atau kebohongan sedikitpun. Bisa di bilang harus

terbuka dan transparan.

Meski Bank Syariah berlandaskan Al-Qur‟an, Sunnah dan Ijtihad

sebagai pelengkap, namun bank ini tidak menutup diri untuk

mendasarkan kegiatan atau aktivitasnya berdasarkan atau sesuai

peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,

hal ini terjadi karena Indonesia merupakan negara kesatuan dan

berlandaskan atas Pancasila tentu tidak etis jika hukum tertinggi di

negara ini yakni Undang-Undang maupun pemerintah tidak dijadikan

sebuah landasan hukum.


14
Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan terjemahan
1

b. Berdasarkan Hukum Nasional

Dalam Undang-Undang ini bank syariah diposisikan sebagai bank

umum serta bank pengkreditan rakyat, dimana pemerintah telah

memberikan izin atas keberadaan bank syariah untuk melakukan segala

tindakan atau kegiatan perbankan layaknya seperti bank konvensional.

Landasan hukum yang melindungi Bank Syariah di Indonesia, ada

beberapa peraturan yang membahas tentang Bank Syariah diantaranya :

1) Undang-Undang dasar 1945 pasal 33

Hukum pertama yang menjadi asas kegiatan perbankan baik

konvesional maupun syariah harus memenuhi beberapa kriteria yang

telah ditetapkan dalam undang-undang dasar 1945 pasal 33, antara

lain :

a) Segala bentuk perekonomian disusun sebagai sebuah usaha

bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

b) Semua cabang produksi yang vital atau penting bagi negara serta

menjadi hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 4

Undang-Undang ini berisikan tentang penyempurnaan dan

penjelasan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, yakni pada pasal

1 ayat 4 yang berbunyi bank pengkreditan rakyat adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.


1

3) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

Undang-Undang ini yang lebih spesifik diantara peraturan yang

lainnya, dalam undang-undang ini sebenarnya muncul ketika

memang di Indonesia perkembangan bank syariah semakin pesat

untuk itulah ketentuan dan peraturan yang ada dalam undang-undang

ini sangat lengkap. Dalam bab 1 pasal 1 bahkan sudah disebutkan

secara jelas tentang perbedaan bank konvensional dan bank syariah

dimana diberikan beberapa pengertian serta jenis-jenis yang dimiliki

oleh masing-masing bank. Tidak hanya itu dalam undang-undang ini

juga dijelaskan pada pasal 1 ayat 25 bahwasanya dalam usaha

menjalankan fungsinya bank syariah melakukan penghimpunan dana

dari nasabah dan akan menyalurkan pembiayaan tersebut

berdasarkan akad yang telah diatur dalam ekonomi Islam seperti

mudharabah, wadiah, musyarakah.15

4) Peraturan Bank Indonesia No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan

Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, yang telah

diubah dalam Peraturan BI No. 10/16/PBI/2008 Tahun 2008.

3. Kegiatan Usaha Bank Syariah

Bank Syariah merupakan salah satu aset dalam perbankan

Indonesia yakni sebuah lembaga keuangan yang segala ativitasnya

didasrkan pada nilai-nilai atau hukum Islam. Setiap lembaga pasti


15
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Kebijakan Pengembangan Perbankan
Syariah, (Jakarta, 2011), h.5
1

memiliki kegiatan, baik yang terprogram masuk dalam undang-undang

maupun independen. Begitu juga dengan bank syariah ini memiliki

beberapa bentuk kegiatan usaha yang terhimpun dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 21 tahun 2008, tepatnya pada pasal 19. Dalam

pasal 19 ini dijelaskan bahwasanya kegiatan usaha bank syariah meliputi

3 pokok kegiatan yakni penghimpun dana masyarakat, penyaluran dana

langsung maupun tidak langsung, dan jasa layanan. Dari tiga pokok

tersebut akan di kembangkan oleh beberapa kegiatan antara lain :

a. Penghimpun Dana Masyarakat

Dalam kegiatan ini, Bank Syariah mengadakan beberapa program atau

kegiatan yang meliputi:

1) Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan

maupun dalam bentuk lainnya. Segala bentuk penyimpanan dana ini

harus disamakam dan disesuaikan dengan nilai-nilai keIslaman

tepatnya harus berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi syariah yakni akad

wadiah yang dimaksud dengan wadiah adalah sebuah titipan yang

dilakukan oleh satu orang kepihak yang lainnya baik dalam lingkup

individu maupun badan hukum dan harus dijaga serta dikembalikan

kepada pihak yang melakukan titipan.

2) Melakukan penghimpunan dana dalam bentuk investasi baik dalam

bentuk tabungan, deposito, giro atau dalam bentuk yang lainnya yang

penting didasarkan pada salah satu akad ekonomi syariah yakni akad

mudharabah yang dimaksud dengan akad mudharabah adalah sebuah


1

kesepakatan kerjasama antara dua pihak, dimana pihak pertama

menjadi penyedia modal tersebut.

b. Penyaluran Dana

Kegiatan usaha penyaluran dana ini fokus pada tiga aspek penting yakni

jual beli, sewa dan investasi.

1) Jual Beli

Jual beli yang dilakukan dalam bentuk syariah ini berbeda dengan

jual beli pada umumnya, dimana kegiatan jual beli ini bisa di

laksanakan dengan 3 skema, yakni skema salam, murabahah dan

isthsna. Dalam jual beli murabahah penjual memperoleh sebuah

keuntungan dari kesepakatan bersama antara pembeli dan penjual.

Jika di perbankan syariah yang menjadi pembeli adalah nasabah.

Sedangkan untuk skema salam pelunasan pembayaran harus

dilaksanakan sebelum barang atau produk sampai pada tangan

pembeli. Dan skema istishna merupakan jual beli dimana penjual

melaksanakan apa yang diminta oleh pembeli bisa dibilang pembeli

merupakan salah satu fokus utama bagi penjual.

2)Sewa

Sewa disini memiliki dua skema yakni skema ijarah dan

muntahiyah bittamlik. Skema ijarah adalah penyewaan suatu

barang atau produk dalam waktu tertentu tanpa adanya perpindahan

kekuasaan atau kepemilikan. Sedangkan sewa dengan skema

mutahiyah adalah penyewaan yang terdiri dari kombinasi sewa dan


1

jual beli, di mana barang atau apapun yang disewakan akan dijual

pada akhir periode sewanya.

3) Investasi

Investasi dalam bank syariah bisa dilakukan denga dua skema

akad, yakni mudharabah dan musyarakah. Dimana jika

mudharabah pengelola dana memiliki hak dan kewenangan untuk

memanfaatkanya, namun jika musyarakah pihak pengelola dibatasi

dengan pengawasan dari pemilik modal.

4) Layanan

Untuk jenis kegiatan usaha ini bank syariah memberikan pelayanan

pada nasabah dan masyarakat luas, yang meliputi:

a) Melaksanakan pengambil alihan atau pemindahan tangan atas

suatu hutang uang di dasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi

syariah berupa akad hawalah.

b) Memberlakukan dan usaha pengadaan kartu debit ataupun kartu

pembiayaan yang berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah.

c) Melaksanakan pembelian atas surat-surat berharga dengan

disandarkan pada prinsip-prinsip syariah yang berlaku tentunya

diterbitkan oleh pihak yang berwenang seperti pemerintah atau

Bank Indonesia.

d) Menerima pembayaran atas tagihan dari surat-surat berharga

serta melaksanakan perhitungan dengan pihak ketiga dengan


1

tujuan untuk menyamakan persepsi dan harus dan harus

didasarkan pada prinsip-prinsip syariah.

e) Melakukan kegiatan pemindahan uang untuk kepentingan

mandiri maupun kepentingan yang dimiliki oleh para nasabah

dan tentunya harus didasarkan pada prinsip-prinsip syariah.

f) Memberlakukan atau menjalankan fungsi sebagai sebuah pihak

an menjadi wali amanat berdasarkan pada akad wakalah.

g) Menyediakan sebuah fasilitas berupa surat kredit atau berupa

bank yang memberikan garansi berdasarkan atas prinsip-prinsip

syariah yang baik.

Pada dasarnya Bank Syariah memiliki hak dan wewenang untuk

melaksanakan program-program atau kegiatan perekonomian atau

perbankan, namun harus tetap mengutamakan nilai-nilai Islam serta

prinsip-prinsip yang dipegang oleh Bank Syariah. Inilah beberapa

kegiatan usaha bank syariah yang telah diatur dalam UU RI No. 21

tahun 2008 pasal 19.16

4. Prinsip-Prinsip Bank Syariah

Prinsip dalam kegiatan usaha bank syariah adalah aturan yang

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan

dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

dinyatakan sesuai dengan syariah. Kegiatan usaha dengan prinsip

16
Ahmad Dian, 3Kegiatan Usaha Bank Syariah Dalam UURI.
1

syariah, antara lain: Bank Syariah memiliki 5 konsep utama yang

menjadi dasar operasional yaitu:

a. Prinsip Simpanan Murni (al-wadi‟ah)

Prinsip al-wadi‟ah sering juga disebut titipan merupakan prinsip yang

hanya digunakan bank untuk produk simpanan. Simpanan al-wadi‟ah

tidak mendapatkan keuntungan bagi hasil ataupun , al-wadi‟ah hanya

menerapkan bonus dari Bank.

b. Bagi Hasil

Konsep ini meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara shahibul

maal (penyedia dana) dengan mudharib (pengelola dana). Nisbah bagi

hasil ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpanan dana, maupun

antara bank dengan nasabah penerima dana. Prinsip ini memiliki

bentuk produk yaitu Mudharabah dan Musyarakah. Lebih jauh prinsip

mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk

pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan

musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.

c. Prinsip Jual Beli (al-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menjelaskan bagaimana

penerapan konsep jual beli, dimana bank akan membeli terlebih

dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai

agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian

bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah

harga beli di tambah keuntungan (margin).


2

d. Prinsip Sewa (al-Ijarah)

Prinsip ini terbagi dua jenis : (1) ijarah, sewa murni, seperti halnya

penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya (operating lease).

Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli equitment yang

dibutuhkan nasabah kemudian dan menyewakan dalam waktu dan

hanya yang telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai‟al takjiri atau

Ijarah Al Muntahiya Bi Tamlik merupakan penggabungan sewa dan

beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada

akhir masa sewa (finansial lease).

e. Prinsip jasa/fee (al-Ajr walumullah)

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi,

Kliring, Inkaso, Jasa, Transfer, dll. Secara syariah prinsip ini

didasarkan pada konsep al ajr wal umulah.17

5. Fungsi dan Peranan Bank Syariah

Menurut Karim, fungsi dan peranan Bank Syariah dapat di

golongkan kedalam tiga bagian berikut:18

a. Manager investasi, sebagai pengelola investasi atas dana yang

dimiliki oleh pemilik dana.

b. Investor, sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi

atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening

investasi/deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan

kebijakan bank.
17
Wasis, Perbankan Pendekatan Manejerial (semarang: Satyawacana, 1993), hl. 20.
18
Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan (Cet. 1, Ed. 3; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2004), hl. 65
2

c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, Bank

Syariah dapat melakukan kegiatan jasa-jasa lainnya sesuai

dengan prinsip-prinsip Syariah.

Berdasarkan fungsi dan peranan bank syariah yang dijelaskan di

atas, maka perlu di ketahui perbedaan bank syariah dan bank

konvesional, serta perbedaan antara bunga dan bagi hasil berikut ini:

1) Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Adapun perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvesional

dilihat dari beberapa aspek. Perbedaan itu dapat dijelaskan

dalam table berikut ini:19

Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah Dan Bank Konvesional
Perbedaan Bank Islam/Syariah Bank Konvesional

1. Fungsi dan peranan a. Agen a. Penyedia jasa/lalu lintas


investasi/manager pembayaran.
investasi. b. Hubungan bank dengan
b. Hubungan dengan nasabah nasabah adalah kreditur
adalah hubungan kemitraan.
2. Landasan a. Uang sebagai alat a. Uang sebagai komoditi yang
operasional tukar bukan diperdagangkan.
komuditas. b. Bunga sebagai instumen
b. Bunga dalam berbagai bentuk imbalan terhadap pemilik
dilarang uang yang ditetapkan
dimuka.
3. Resiko usaha a. Dihadapi bersama antara a. Resiko bank tidak terkait
bank dengan nasabah dengan langsung dengan debitur
prinsip keadilan dan b. Kemungkinan terjadi selisih
kejujuran. negatif antara pendapatan
b. Tidak mengenal bunga dan beban bunga
kemungkinan
terjadinya
selisih (Negatif Spread)
4. Sistem pengawasan Adanya dewan pengawas Syariah Aspek moralitas seringkali
untuk memastikan operasional terlanggar karena tidak ada
bank agar tidak menyimpang dari nilai-nilai religus yang
syariah disamping tuntutan mendasari operasional.
moralitas pengelola Bank.

19
Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Cet. 1; Jakarta: Penerbi Gema Insani,
2001), hl. 34
2

2) Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Islam mendorong praktek bagi hasil serta mengharamkan riba.

Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana,

namunkeduanyamempunyaiperbedaanyangsangatnyata. Perbedaan itu dapat dijelaskan


Table 2.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil

Bunga Bagi Hasil


Penentuan bunga dibuat pada waku akad dengan Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi
asumsi harus selalu untung. hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan
untung rugi.

Besarnya peresentase berdasarkan pada jumlah uang Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
(modal) yang dipinjamkan. pada jumlah keuntungan yang
diperoleh.

Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa Bagi hasil tergantung pada keuntungan
pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh proyek yang dijalankan. Bila usaha
pihak nasabah untung atau rugi. merugi, kerugian akan ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembagian laba meningkat
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah
sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan pendapatan.
ekonomi sedang “booming”

Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) Tidak ada yang meragukan keabsahan
oleh semua agama. bagi hasil.

B. Pembiayaan

1. Pengertian pembiayaan

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan

pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan syariah kepada

nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan

20
Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Cet. 1; Jakarta: Penerbi Gema Insani,
2001),hl. 61
2

yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang

lain.21

Pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari pengertian diatas

disimpulkan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau

tagihan yang nilainya diukur dengan uang.22

Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 menyatakan

“pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.23 Sebagaimana firman

Allah Swt. dalam QS. An-Nisa 29:

‫ٌٕك‬ ‫ا‬U‫دَْأ كهُٕا أَي ٕ ك ْى ك ْى ِة‬


ٌ ‫طم ئ‬ ‫ا‬Uُٕ‫ ٍ آي‬ٚ‫ ِذ‬Uَّ‫ا ان‬UَUَُّٚٓ‫ا أ‬Uَ ٚ
‫ََّل أ د‬ ‫ا‬U‫ْن َت‬ U‫ن َة‬U‫ا‬ ‫َل‬
‫َ كاٌ ة ك ْى‬ ۚ ‫ ْى‬U‫ٔ ََل د ظك‬ ‫ضك‬ ٍ ‫ِدجا ر‬
U‫زا‬Uَ‫ع د‬
ِ
ٌUِ‫ئ‬ ‫ َْف‬Uَ‫ أ‬U‫ٕا‬Uُ‫ه‬Uُ‫ْقذ‬ ‫ي ُْ ْى‬
‫لَا‬ ‫حث‬
ٛ ِ ‫ر‬
‫ًًا‬
21
Muhammad,Menejemen Bank Syariah: Edisi Revisi (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2004), hl.15-14
22
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.113
23
Tim Citra Umbara, UU RI No. 6 Tahun 2006 Tentang Bank Indonesia & UU RI No. 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (Cet. 1; Bandung; Citra Umbara, 2009), hl 423
2

Terjemahanya :

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan


harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.”24
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 tahun 2008

Pasal 1 No. 25 menyatakan bahwasannya: Pembiayaan merupakan

penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan oleh itu:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan

Musyarakah

b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli

dalam bentuk Ijarah Mutahiyah Bitamlik.

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam

dan Istisna

d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piuang Qard

e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk Ijarah untuk

transaksi multi jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara Bank Syariah dan/atau unit usaha syariah (UUS) dan

pihak lain yang mewajibkan Pihak-pihak yang dibiayai dan/atau

diberi fasilita dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan Ujrah, tanp imbalan atau

bagi hasil.25

24
Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahanpada hari kamis tanggal 5
Desember 2019 (22.15)
25
Tim Citra Umbara, UU RI No. 6 Tahun 2006 Tentang Bank Indonesia & UU RI No. 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (Cet. 1; Bandung; Citra Umbara, 2009), hl 425
2

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu

pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-

pihak yang merupakan deficitunit. Menurut sifat penggunaannya,

pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut ini:

1) Pembiayaan produktif

Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu untuk

meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan,

maupun investasi.

2) Pembiayaan konsumtif

Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan

untuk memenuhi kebutuhan.

2. Jenis Pembiayaan

Ada beberapa jenis pembiayaan, yaitu:

a. Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi

dua hal berikut:

1) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi

kebutuhan:

a) Peningkatan produksi, maupun secara kuantitatif yaitu

peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi


2

b) Untuk keperluan perdagangan untuk peningkatan untility of

place dari suatu barang.

2) Pembiayaan investasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-

barang modal (capital good) serta fasilitas-fasilitas yang erat

kaitannya dengan itu.

b. Pembiayaan Berdsarkan Tujuannya

1) Pembiayaan konsumtif bertujuan untuk memperoleh barang-

barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya guna memenuhi

keputusan dalam konsumsi.

2) Pembiayaan produksi bertujuan untuk memungkinkan penerima

pembiayaan dapat mencapai tujuannya yang apabila tanpa

pembiayaan tersebut tidak mungkin dapat diwujudkan.

3) Pembiayaan Perdagangan, Pembiayaan ini digunakan untuk

perdagangan, biasanya digunakan untuk membeli barang

dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan

barang dagangan

c. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Jangka Waktu

1) Intermediate Term (Pembiayaan Jangka Pendek), yaitu suatu

bentuk pembiayaan yang berjangka waktu maksimum 1 (satu)

tahun.

2) Intermediate Term (Pembiayaan Jangka Waktu Menengah)

adalah suatu bentuk pembiayaan yang berjangka waktu lebih

dari satu tahun sampai tiga tahun.


2

3) Long Term (Pembiayaan Jangka Panjang), yaitu suatu bentuk

pembiayaan yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.

4) Demand Loan atau Call Loan adalah suatu bentuk pembiayaan

yang setiap waktu dapat diminta kembali.

d. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Segi Jaminan

1) Pembiayaan Dengan Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan

dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang

berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang.

2) Pembiayaan Tanpa Jaminan, yaitu pembiayaan yang diberikan

tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Pembiayaan ini

diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta

loyalitas atau nama baik calon peminjam selama ini.26

3. Prinsip-prinsip Pembiayaan

Analisis kredit atau penilaian kredit jika dalam bahasa syariah

dikenal dengan analisis pembiayaan adalah suatu proses yang

dimaksudkan untuk menganalisis atau penilai suatu permohonan kredit

yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan

keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai oleh

bank cukup layak.27

26
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Pers, 209), hl.
103-106
27
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2003) hl. 88-
92
2

Analisis diperlukan oleh bank untuk melihat nasabah tersebut bisa

atau tidak menerima pembiayaan. Didalam menganalisis bank

menggunakan prinsip penelitian 5C+1S dimana prinsip ini sangat penting

dalam pembiayaan nasabah yang memenuhi prinsip tersebut merupakan

nasabah yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. Prinsip 5C+1S

terdiri dari:

a. Character

Penilaian terhadap karakter atau keperibadian pemohon dengan

melihat langsung kelingkungan tempat tinggal pemohon sehingga

bank dapat memprediksi kemungkinan bahwa pemohon dapat

memenuhi kewajiban (willingness to pay).

b. Capital

Penyelidikan terhadap prinsip capital atau pemodalan debitur tidak

hanya melihat besar kecilnya modal tersebut, tetapi juga distribusi

modal itu ditempatkan oleh debitur. Cukuplah modal yang tersedia,

sehingga segala sumber dapat bergerak secara efektif. Baik

pengaturan modal itu sehingga perusahaan berjalan lancar dan

maju. Berapa besar modal kerjanya semua ini dapat dilihat posisi

neraca perusahaan calon debitur.

c. Capacity

Melihat batas kemampuan calon penerima pembiayaan untuk

melakukan pembayaran pembiayaan tersebut. Kemampuan calon


2

nasabah dilihat dari laporan keuangan seperti laporan laba rugi

nasabah.

d. Condition

Bank syariah melihat kondisi ekonomi dimasyarakat yang dapat

mempengaruhi perkembangan usaha nasabah. Bank juga melihat

kemampuan nasabah dalam mengembangkan usahanya. Alasan

bank melihat kondisi di lingkungan usaha nasabah agar bank dapat

mengukur kemampuan nasabah dalam melunasi kewajibannya.

e. Collateral

Penilaian terhadap jaminan nasabah sebagai agunan atas pinjaman

yang diterima. Nilai jaminan tersebut diharapkan dapat menutupi

apabila terjadi kerugian atau masalah sebelum jangka waktu

pembayaran selesai. Fungsi dari jaminan tersebut adalah sebagai

alat pengaman terhadap kemungkinan tidak mampunya nasabah

melunasi pembayaran yang diterimanya.

f. Syari‟ah

Penilaian terhadap objek pembiayaan ini dilakukan agar tidak

terjadi transaksi yang cacat dikarenakan objek pembiayaan tidak

sesuai syariah islam seperti peternakan babi, dan sebagainya.


3

C. Akad Mudharabah

1. Pengertian Akad Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata al-dharb, berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah

proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.28

Mudharabah atau qirad bagian dari salah satu bentuk perjanjian

kerjasama. Istilah mudharabah adalah bahasa yang digunakan orang Irak,

sedangkan qirad adalah bahasa orang Hijaz.29 Dengan demikian

keduanya memilik arti yang sama.

Secara bahasa pengertian mudharabah berasal dari kata adharbu

fil-ardhi, yaitu bepergian untuk urusan dagang. Disebut juga qirad yang

berasal dari kata al-qardhi yang berarti al-qath‟u (potongan),karena

pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan

memperoleh sebagian keuntungan.30

Menurut istilah pengertian mudharabah di ungkap secara

bermacam-macam oleh para ulama madzhab. Menurut madzhab Hanafi

“suatu perjanjian untuk berkongsi di dalam keuntungan dengan modal

dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain”. Sedangkan

madzhab Maliki menamainya sebagai penyerahan uang yang ditentukan

kepada seseorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan

imbalan sebagian dari keuntungnnya.

28
Muhammad Yazid, Hukum Ekonomi Islam-(Fiqh Muamalah), cet 1-surabaya : UIN SA
Press, 2014. Hl. 155
29
Abi Bakar Ibn Taqiyuddin, Kifayat al-Akhyar (Bandung: al-Ma‟arif, 11), hl. 20
30
Fatmah, Kontrak Bisnis Syariah, cet 1 – Surabaya : UIN SA Press, 2014. Hl. 162
3

Mudharabah adalah transaksi penanaman dana dari pemilik dana

(shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk melakukan

kegiatan usaha tertentu yang sesuai syariah, dengan pembagian hasil

usaha antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati

sebelumnya.31 Hal ini dijelaskan dalam hadist shahih dari Ibnu

Abbas,yang dikutip oleh Antonio sebagai berikut:

Uَٗ‫عه‬
‫ضارة شذ‬ ‫ِئ ا ا ً ال‬ ِّ‫ ص ْ ا ه‬Uَ‫كا ٌ ط َا ا عت‬
‫جا ز‬ ‫َذا ف ْن ي‬ ً‫ٍة ت ْن‬ ‫ ْن ا‬Uِٛ
‫ع‬ ‫ب‬
‫ع‬
‫ ذاح‬U‫حت ّ ٌ َل ظ ك ّ ز ٔ شل ةّ ٔ ٔ شذ ٘ اا َة‬U‫ا‬

‫ّ ج‬U‫ ز ِة‬U‫َل‬ َ ،‫ا‬Uًٚ‫ا‬U‫ا‬ ُْ Uَٚ Uَ‫ ل‬،U‫ه ة ة ا‬ ‫أ‬
ّْٛ Uَ‫هَّٗ َّلال عه‬ ‫لال‬
ِ َّ ‫رطل‬
ٕ Uُ‫غ شزط‬U‫ت َه‬Uَ‫ ف‬،‫ض‬ ًٍ ‫ ٌ ذن‬،‫ت ٍ ر ج‬Uِ‫ك‬
‫عم ك‬Uَ‫ا ف‬Uَ‫طت ف‬
)‫ع اٍة عتاص‬
ٍ ‫األطظ‬
ٔ ‫ ٗف‬ٙ‫زا‬
َ ‫ٔاِ انطت‬U‫ (ر‬U‫جا ُِس‬ ‫ّ ٔط‬Uِ‫ن‬U‫آ‬.ٔ
‫أ‬Uَ‫ّ َى ف‬Uَ‫ه‬

Artinya :
”Adalah Abbas bin Abdul Muththalib, apabila ia menyerahkan sejumlah
harta dalam investasi mudharabah, maka ia membuat syarat kepada
mudharib, agar harta itu tidakdibawa melewati lautan, tidak menuruni
lembah dan tidak dibelikan kepada binatang, Jika mudharib melanggar
syarat-syarat tersebut, maka ia bertanggung jawab menanggung risiko.
Syarat-syarat yang diajukan Abbas tersebut sampai kepada Rasulullah
Saw, lalu Rasul membenarkannya”.(HR ath_Thabrani).

2. Macam-macam Mudharabah:

a. Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara penyedia

modal (shahibul maal) dan pengelola modal (mudharib) yang

cakupannya sangat luas dan lebih khusus seperti jenis usaha, waktu
3

31
Naf‟an, Pembiayaan Musyarakah Dan Mudharabah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014),
hl. 113
3

dan daerah yang akan digunakan untuk usahanya. Ketentuan umum

dalam produk ini adalah sebagai berikut:

1) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai

nisbah dan cara pemberitahuan keuntungan dan pembagian

keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan dari

penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan hal

tersebut harus dicantumkan akad.

2) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku

tabungan sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM dan alat

penarikan lainnya kepada penabung.

b. Mudharabah Muqayadah

Mudharabah Muqayadah yaitu kebalikan denga Mudharabah

Muthalaqah yaitu mudharib di batasi batasan jenis usaha,waktu,

dan tempat usahanya. Dengan adanya pembatasnnya tersebut

seringkali cenderung umum shahibul maal dalam memasuki jenis

usahanya. Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut :

1) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus

diikuti oleh bank wajib membuat akad yang mengatur

persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

2) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai

nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan pembagian

keuntungan secara resiko yang dapat ditimbulkan dari

penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan, maka


3

hal tersebut harus dicantumkan dalam akad. Sebagai tanda

bukti simpanan, bank menerbitkan bukti simpanan khusus,

bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.

3. Ketentuan-ketentuan Mudharabah

Beberapa yang menjadi ketentuan umum mudharabah adalah sebagai

berikut:

a. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola

modal harus diserahkan tunai, dapat berupa uang atau barang yang

dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan

secara bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

b. Hasil dan pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat

diperhitungkan dengan dua cara :

1) Perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing)

2) Perhitingan dari keuntungan proyek (profit sharing)

c. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada

setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik

modal menanggung seluruh kerugian, kecuali akibat kelalaian dan

penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan,

dan penyalahgunaan dana.

d. Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan, namun

tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/ usaha nasabah. Jika

nasabah cidera janji dengan, misalnya tidak mau membayar


3

kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, dapat dikenakan

sanksi adminitrasi.32

4. Rukun Mudharabah

Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:

a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana)

b. Objek mudharabah (modal dan kerja)

c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

d. Nisbah keuntungan

5. Syarat Mudharabah

a. Syarat yang terkait dengan para pihak yang berakad. Kedua belah

pihak yang berakad, pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola

modal (mudharib) harus cakap bertindak atau cakap hukum.

Berakal dan baligh, dalam akad mudharabah kedua belah pihak

yang berakad tidak disyaratkan harus Muslim.

b. Syarat yang terkait dengan modal sebagai berikut:

1) Modal harus berupa uang atau mata uang yang berlaku di

pasaran.

2) Modal harus jelas jumlah dan nilainya.

3) Modal harus berupa uang cash, bukan piutang.

4) Modal harus ada pada saat dilaksanakan akad mudharabah.

32
Abdurrahman Al-Zaziri, Kitab Al-Fiqhc‟ala al-Madzahib al-Arba‟ah, Jilid III, Dae al-
Fikr, Beirul, 1986, hl. 61
3

5) Modal harus diserahkan kepada pihak pengelola modal atau


pengelola usaha (mudharib), bila modal tidak diserahkan maka
akad mudharabah rusak.33
Persyaratan yang terkait dengan keuntungan atau laba dalam akad
mudharabah adalah sebagai berikut:
a) Jumlah keuntungan harus jelas. Selain itu, proporsi pembagian
hasil antara pemilik modal dan pengelola modal harus jelas,
karena dalam mudharabah yang menjadi ma‟qud alaih atau
objek akad adalah laba atau keuntungan, bila keuntungan atau
pembagiannya tidak jelas maka akad dianggap rusak. Proporsi
pembagian hasil misalnya 50:50, 60:40, 65:35 dan seterusnya.
b) Sebagai tambahan untuk syarat pada poin satu di atas,
disyaratkan juga bahwa proporsi atau presentase pembagian
dihitung hanya dari keuntungan, tidak termasuk modal.
c) Keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan persentase dari
jumlah modal yang diberikan shahibul mal, perhitungan bagi
hasil harus berdasarkan keuntungan yang didapat.
d) Tidak boleh menentukan jumlah tertentu untuk pembagian hasil,
misalnya Rp1.000.000, Rp.5000.000 dan seterusnya, karena
keuntungan atau hasil yang akan diperoleh belum diketahui
jumlahnya. Oleh karena itu, maka pembagian hasil berdasarkan
persentase, bukan berdasarkan jumlah tertentu.34

Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islam.., V/575-580; lihat juga Hasan Amin, al-
33

Mudharabah..,27-28
34
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islam.., V/581-583; Hasan Amin, al-Mudharabah..,29-
36
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman tentang kenyataan melalui proses

berpikir induktif. Melalui penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali

subjek, merasakan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal ini dengan terjun langsung ke lapangan atau lokasi objek

penelitian, seperti lingkungan masyarakat.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka

mempertanggung jawabkan data yang diambil. Dalam penelitian ini

lokasi penelitianditetapkan pada PT. Bank BNI Syariah Cabang

Makassar. Di mana penetapan lokasi penelitian ini dimaksudkan untuk

mempermudah ataumemperlancarobjek yang menjadi sasarandalam

penelitian, sehingga penelitian tersebut akan terfokus pada pokok

permasalahannya. Penelitian inidi rencanakan 2 (dua) bulan tahun 2020.

C. Fokus dan Deskripsi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengfokuskan pada sistem bagi hasil

pada pembiayaan mudharabah di Bank BNI Syariah.

Penelitian ini berfokus dalam 3 hal pokok, yaitu:

1. Sistem bagi hasil pada pembiayaan mudhrabah menurut hukum Islam dan

perundang-undangan.

35
3

2. Penerapan sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di Bank BNI

Syariah.

3. Tantangan Perbankan Syariah setelah diterbitkannya Undang-undang No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

D. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung

dari sumber asli yang dalam hal ini diperoleh atau dikumpulkan dari

lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang

bersangkutan yang memerlukannya.35 Dalam hal ini data yang

diperoleh bersumber dari pegawai yang bekerja di Bank BNI Syariah

Cabang Makassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari

sumber-sumber yang telah ada. Data tersebut diperoleh dari

perpustakaan atau laporan-laporan penelitian terdahulu yang

berbentuk tulisan.36 Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh

dari buku-buku, jurnal, Al-Qur‟an dan hadis yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti.

35
Etta Mamang Sungaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Penerbit Andi),
171.
Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta:
36

Ghalia IKAPI, 2002), 82.


3

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan instrumen yaitu satu-

satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu

sendiri. Peneliti mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk

mengumpulkan data seperti tape recorder, video kaset, atau kamera.

Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada

peneliti itu sendiri.

Peneliti melalui observasi langsung di lokasi (disebut "Participant-

Observer") di samping memiliki kelebihan-kelebihan, juga mengandung

beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain, pertama, peneliti dapat

langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek

yang ditelitinya. Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami"

makna-makna apa saja yang tersembunyi di balik realita yang kasat mata

(verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai melalui

penelitian kualitatif.

Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data

telah mencukupi, data telah jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh instrumen

(berupa wawancara) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-

variabel tertentu saja.

Ketiga, peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data,

menganalisanya, melakukan refleksi secara terus menerus, dan secara

gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang sesuatu hal. Ingat,


3

dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas

yang tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.37

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, yaitu percakapan

yang bertujuan untuk memperoleh informasi.38 Komunikasi ini

dilakukan secara langsung oleh pihak yang membutuhkan informasi

dengan pihak lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

Dengan cara ini, kita dapat menggali informasi lebih mendalam karena

segala sesuatu yang tidak dipahami dapat ditanyakan secara langsung.

Dalam hal ini, penulis memperoleh informasi dari pegawai yang bekerja

di Bank BNI Syariah Cabang Makassar.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah proses pecairan, pengumpulan dan penyediaan

data sebagai bukti akurat untuk memperkuat informasi yang telah

diperoleh. Dokumentasi ini bisa berupa gambar ataupun dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh saat

penelitian sedang berlangsung.

37
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya.
2000), h. 19.
38
NASUTION, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2012), 113.
3

G. Teknik Analisis Data

Dari semua data yang diperoleh dari lapangan saat penelitian,

kemudian penulis menganalisis dengan menggunakan analisis kualitatif

untuk mengambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi. Dalam hal ini penulis menganalisis bentuk pen
Penelitian ini menggunakan berbagai teknik analisis data yaitu:

Reduksi Data ialah proses mengubah data kedalam pola, fokus, kategori, atau pokok permasalahan tertentu
Penyajian Data ialah menampilkan data dengan cara memasukkan data dalam bentuk yang di inginkan sepe
Menarik Kesimpulan ialah mencari simpulan atas data yang direduksi dan disajikan.
BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tentang Bank BNI Syariah

1. Sejarah Bank BNI Syariah

Bank BNI Syariah sejak berdiri pada tahun 1946, Bank Negara

Indonesia (BNI), merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki

oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan

alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia,

yakni ORI atau Obligasi Ritel Indonesia, pada malam menjelang tanggal

30 Oktober 1946. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang

diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa

depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang

sulit. Sebutan “Bank BNI” dipersingkat menjadi “BNI”, sedangkan tahun

pendirian yaitu “46” digunakan dalam logo perusahaan untuk

meneguhkan kebangaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada

era Negara Kesatuan Republik Indonesia. BNI membuka layanan

perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah dengan konsep dual

system banking, yakni menyediakan layanan perbankan umum dan

syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang

memungkinkan bank-bank untuk membuka layanan syariah. Di awali

dengan pembentukan Tim Bank Syariah di Tahun 1999, Bank Indonesia

kemudian mengeluarkan ijin prinsip dan usaha untuk beroperasinya unit

40
4

usaha syariah BNI. Setelah itu BNI Syariah menetapkan strategi

pengembangan jaringan cabang.

Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor

Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga

dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional

(office channelling) dengan kurang lebih 750 outlet yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia. Di dalam pelaksanaan operasional perbankan,

BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.

Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh Dr.

Hasanuddin, M.Ag yang sebelumnya diketuai oleh KH Ma‟ruf Amin,

semua produk BNI Syariah telah melalui penguji dari DPS sehingga telah

memenuhi aturan syariah. Berdasarkan surat Keputusan Gubernur Bank

Indonesia No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010, maka telah

diperoleh izin usaha bank umum syariah (BUS) PT Bank BNI Syariah

atau BNI Syariah.

BNI Syariah merupakan anak perusahaan dari BNI dengan

komposisi kepemilikan saham 99.99% dimiliki oleh BNI dan sisanya

dimiliki oleh PT. BNI Life. Hingga akhir Mei 2010, Unit Usaha Syariah

BNI memiliki aset sebesar Rp 5,2 triliun, total dana masyarakat sebesar

4,2 triliun, total pembiayaan Rp 3,2 triliun, modal sebesar Rp 1 triliun ,

dengan customer based lebih dari 420 ribu nasabah. Strategi jangka

menengah-panjang setelah spin off, BNI akan menjajaki kemungkinan

menjalin kemitraan strategis dengan berbagai pihak, baik institusi di


4

dalam maupun di luar negeri dalam mengebangkan PT Bank BNI

Syariah, termasuk mengundang investor strategis guna memperkuat

permodalan, keahlian, dan jaringan global. BNI Syariah akan menjadi

elemen penting dalam bisnis BNI secara holding melalui konsep BNI

Incorporated. Sementara itu, nasabah tetap dapat menikmati layanan

yang ada selama ini, seperti layanan e-channel BNI (BNI ATM, BNI

SMS Bangking, BNI Internet Bangking), tarik setor di seluruh kantor

BNI, serta masih dapat melakukan pembukaan rekening BNI Syariah di

lebih dari 750 kantor cabang BNI yang telah menjadi Syariah Channeling

Outlet (SCO). Demikian juga dengan fitur produk tidak mengalami

perubahan, bahkan ke depan akan lebih bervariasi.39

2. Visi dan Misi Bank BNI Syariah

1) Visi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

Menjadi Bank Syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam

layanan kinerja.

2) Misi PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

a) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli

pada kelestarian linkungan.

b) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa

perbankan syariah.

c) Memberikan nilai invstasi yang optimal bagi investor.

39
Betara indra gunawan, sejarah berdirinya Bank Negara Indonesia Syariah,
http://ktara.blogspot.com/2015/03/sejarah-berdirinya -bank-negara-indonesia syariah.html, di
akses pada tanggal 26 januari 2020 (15.16)
4

d) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebangaan untuk

berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan

ibadah.

e) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

3. Kegiatan Operasional Perusahaan

a. Penghimpun Dana (Funding)

1) Produk Tabungan

Tabungan merupakan simpanan dalam bentuk mata uang rupiah

yang dikelola berdasarkan prinsip syariah dengan akad

Mudharabah Mutlaqah atau akad Wadiah. Bank sebagai pihak

yang bebas tanpa pembatasan dari pemilik dana menyalurkan dana

nasabah tersebut dalam bentuk pembiayaan kepada usaha-usaha

yang mengungtungkan dan tidak bertentangan dengan prinsip

Syariah. Atas keuntungan yang didapat dari penyaluran dana, bank

memberikan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

Jenis tabungan yang ada di BNI Syariah yaitu:

a) Tabungan iB hasanah

Yaitu tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang

memberikan berbagai fasilitas serta kemudahan dalam mata

uang Rupiah.
4

b) Tabungan iB Bisnis Hasanah

Yaitu tabungan dengan akad mudharabah yang dilengkapi

dengan detil mutasi debet dan kredit pada buku tabungan dan

bagi hasil yang lebih kompetitif dalam mata uang Rupiah.

c) Tabungan iB Tunas Hasanah

Yaitu tabungan dengan akad wadiah yang diperuntukkan bagi

anak-anak dan pelajar yang berusiadi bawah 17 tahun.

2) Produk Transaksi

Produk transaksi di BNI Syariah yaitu Giro iB hasanah. Simpanan

Giro iB Hasanah merupakan produk penyimpanan dana yang

menggunakan prinsip wadiah yad addhamanh (titipan murni). Pada

produk ini nasabah menitipkan dana dan Bank akan

mempergunakan dana tersebut sesuai dengan prinsip Syariah dan

menjamin akan mengembalikan titipan tersebut secara utuh bila

sewaktu-waktu nasabah membutuhkannya.

3) Produk investasi

a) Deposito iB Hasanah

Deposito iB Hasanah adalah simpanan berjangka yang ditujukan

untuk berinvestasi bagi nasabah perorangan dan perusahaan,

dengan mengunakan prinsip mudharabah mutlaqah. Dana

nasabah akan dikelola dengan cara disalurkan melalui

pembiayaan usaha produktif yang sesuai dengan prinsip syariah

dan menghasilkan bagi hasil yang kompetitif bagi nasabah.


4

b) Tabungan iB Baitullah Hasanah

Tabungan dengan akad mudharabah atau wadiah yang

dipergunakan sebagai sebagai sarana untuk mendapatkan

kepastian porsi berangkat menunaikan ibadah haji

(regular/khusus) dan merencanakan ibadah umrah sesuai dengan

keinginan penabung dengan sistem setoran bebas atau bulanan

dalam mata uang Rupiah dan USD.

c) Tabungan iB Tepenas Hasanah

Yaitu tabungan dengan akad mudhrabah untuk perencanaan

masa depan yang dikelola berdasarkan prinsip Syariah dengan

sistem setoran bulanan yang bermanfaat untuk membantu

menyiapkan rencana masa depan seperti rencana liburan, ibadah

umrah, pendidikan ataupun rencana pendidikan masa depan

lainnya.

b. Penyaluran Dana (lending)

Penyaluran dana (pembiayaan) di BNI Syariah ada dua yaitu:40

1) Produktif

a) Tunas Usaha iB Hasanah

Tunas iB Hasanah (TUS) adalah pembiayaan modal kerja dan

atau investasi yang diberikan untuk usaha produktif yang feasible

namun belum bankable dengan prinsip syariah dalam rangka

mendukung pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007.


40
Sri Ekawati. 2018. Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di PT Bank BNI Syariah
Kantor Cabang Utama Makassar. h 60-61
4

b) Wirausaha iB Hasanah

Wirausaha iB Hasanah (WUS) adalah fasilitas pembiayaan

produktif yang ditujukan untuk memunuhi kebutuhan pembiayaan

usaha-usaha produktif (modal kerja dan investasi) yang tidak

bertentangan dengan syariah dan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

c) Usaha Kecil iB Hasanah

Yaitu fasilitas pembiayaan produktif yang diberikan untuk

pengembangan usaha yang fesible guna memenuhi kebutuhan

modal kerja atau investasi.

2) Konsumtif

Berikut merupakan pembiayaan konsumtif yang disalurkan oleh

BNI Syariah41

a) Griya iB Hasanah

Pembiayaan Griya IB Hasanah adalah fasilitas

pembiayankonsumif yang diberikan kepada anggota masyarakat

untuk membeli, mambangun, merenovasi rumah (termasuk ruko,

rusun, rukan, apartemen, dan jenisnya), dan membeli tanah

kavling, yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan pembiayan

dan kemampuan pembayaran kembali masing-masing calon

nasabah.

41
BPP (Buku Panduan Perusahaan), BNI Syariah KCU Makassar. h.27
4

b) Oto iB Hasanah

Oto iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

murābaḥah yang diberikan kepada anggota masyarakat untuk

pembelian kendaraan bermotor dengan agunan kendaraan

bermotor yang dibiayai dengan pembiayaan ini.

c) Multiguna iB Hasanah

Multiguna iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif

denganakad murābaḥah (jual beli) yang diberikan kepada anggota

masyarakat untuk pembelian barang kebutuhan konsumtif

dan/atau jasa sesuai prinsipsyariah dengan disertai agunan berupa

fixed asset sepertitanah dan bangunan yang ditinggali berstatus

SHM atau SHGB dan bukan barangyang dibiayai.

d) Fleksi iB Hasanah

Fleksi iB Hasanah adalah fasilitas pembiayaan konsumtif bagi

pegawai/karyawan suatu perusahaan/lembaga untuk pembelian

barang dan penggunaan jasa sesuai Syariat Islam.

e) Fleksi Umrah iB Hasanah

Fleksi Umrah iB Hasanah adalah pembiayaan konsumtif untuk

memenuhi kebutuhan pembelian manfaat jasa paket perjalanan

Ibadah Umrah bekerja sama dengan Biro Perjalanan Umrah.

f) Pembiayaan Emas iB Hasanah


4

Pembiayaan Emas iB Hasanah (BNI Syariah Kepemilikan Emas)

merupakan fasilitas pembiayaan dengan akad murābaḥah

(jualbeli) yangdiberikan untuk membeli emas logam mulia dalam

bentuk batangan yangdiangsur secara pokok setiap bulannya.

4. Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Tugas

Struktur organisasi merupakan salah satu hal penting dalam

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi yang secara langsung

membuat skema wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap

anggota organisasi pada setiap pekerjaan demi terwujudnya

tujuan organisasi tersebut. Selain itu struktur organisasi sering

disebut bagan atau skema organisasi dengan cara memberikan

gambaran secara skematis tentang hubungan pekerjaan antara

orang yang satu dengan lainnya yang terdapat dalam satu

organsasi untuk mencapai tujuan bersama. Demikian pula

halnya dengan PT. BNI Syariah, personilnya melakukan

pekerjaan sesuai dengan tanggu jawab dan wewenangnya

masing-masing, dan satu sama lainnya saling berhubungan

dalam usaha menciptakan tujuan perusahaan yang akan

dicapai.Untuk lebih jelasnya, akan digambarkan struktur

organisasi PT. BNI Syariah Kantor Cabang Makassar, sebagai

berikut
4

Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk.
Kantor Cabang Makassar

Sumber : PT. Bank BNI Syariah (Persero) Tbk. Kantor Cabang Makassar
5

Berikut ini akan di jelaskan secara singkat mengenai tugas setiap bagian

pada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar:42

a. Kepala Cabang (Branch Manager)

1) Mengelola secara optimal sumber daya cabang agar dapat mendukung

kelancaran operasi cabang.

2) Mengkordinir rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP)

tahunan cabang

3) Menetapkan dan melaksanakan strategi pemasaran produk bank guna

mencapai tingkat volume atau sasaran yang telah ditetapkan baik

pendanaan maupun jasa-jasa.

b. Pemimpin Bidang Operasional (Operasional Manager)

1) Membantu Pemimpin Cabang terhadap pelaksanaan fungsi pokok unit

pelayanan nasabah dan unit operasional.

2) Mengontrol pelaksanaan fungsi pokok unit pelayanan nasabah dan

unit operasional.

c. Manager Bisnis (Bussiness Manager)

1) Bertanggung jawab pada pelaksanaan fungsi bisnis.

2) Mengontrol pelaksanaan fungsi bisnis unit pelayanan nasabah dan unit

operasional.

42
Dokumen BNI Syariah KCU Makassar Tahun 2013, Tugas dan Tanggung Jawab
Karyawan BNI Syariah KCU Makassar, hlm.2.
5

d. OSH (Operasional Service Head)

e. Menyelenggarakan pelayanan dan pengadministrasian atas transaksi-

transaksi jasa perbankan serta pemupukan dana di kantor cabang.

1) Menyelenggarakan pembukuan accounting atas transaksi keuangan di

kantor cabang.

2) Menyelenggarakan pengadministrasian dan pemantauan atas transaksi

pembiayaan di kantor cabang.

3) Menyelenggarakan pelaporan transaksi kegiatan jasa-jasa perbankan,

pemupukan dana, posisi likuiditas dan pembiayaan di kantor cabang

sesuai pedoman atau ketentuan yang berlaku.

f. Processing

1) Memastikan bahwa semua pembiayaan, penambahan pembiayaan

telah mendapatkan persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan

limit.

2) Memastikan kebenaran administrasi atas pembiayaan yang diberikan.

3) Memeriksa kelengkapan dan keabsahan nota admnistrasi pembiayaan.

4) Memastikan bahwa fisik jaminan sesuai dengan nilai dan lokasinya.

g. Unit Branch Internal Control

Dimana unit tersebut merupakan unit yang berdiri sendiri/ independent

dan tidak dibawahi lagi oleh pemimpin cabang melainkan langsung

dibawahi Devisi Kepatuhan. Unit tersebut sebelumnya disebut Control

Internal, tugas-tugas pokoknya adalah:


5

1) Melakukan pengawasan dengan cara melaksanakan pemeriksaan

terhadap aktivitas unit sehari-hari.

2) Melakukan pemeriksaan atas aktivitas unit secara harian, berkala

atau mendadak.

3) Menindaklanjuti temuan SPI/ Audit, baik internal maupun eksternal.

h. Unit Pemasaran Bisnis (Marketing)

1) Memasaran produk jasa perbankan kepada nasabah/ calon nasabah.

2) Memperbanyak penjualan silang (Cross Selling) kepada nasabah/

calon nasabah.

3) Mengelola permohonan pembiayaan.

4) Melakukan pemantauan nasabah/ kolektibilitas pinjaman.

5) Melakukan penyelamatan/penyelesaian pembiayaan bermasalah.

6) Membantu kantor besar atau cabang lain di bidang pemasaran bisnis.

7) Melayani dan mengembangkan hubungan dengan nasabah wholesale

dan middle.

8) Mencari nasabah-nasabah baru dan memperkenalkan dan

menawarkan produk perbankan.

9) Melakukan penelitiian potensi ekonomi daerah maupun kegiatan

usaha setempat.

i. Unit Operasional

1) Mengelola administrasi pembiayaan.

2) Mengelola administrasi keuangan.

3) Mengelola administrasi Dalam Negeri dan Luar Negeri.


5

4) Mengelola administrasi umum, logistik, dan kepegawaian.

j. Customer Service

1) Mengerjakan dan menyelesaikan semua operasional baik berupa

tabungan, deposito, inkaso secara umum ataupun operasional

pembayaran dan pembukuannya.

2) Memberikan pelayanan kepada nasabah dengan pedoman pada

sistem pedoman operasional yang benar sehingga kedua pihak

merasa puas.

3) Memberikan informasi dan penjelasan kepada nasabah mengenai

produk yang ditawarkan oleh Bank atau yang ditanyakan oleh

nasabah.

k. Teller

1) Memberikan pelayanan kepada nasabah yang berhubungan dengan

penermaan dan penarikan uang.

2) Mencatat semua transaksi yang terjad setiap hari.

3) Membuat laporan atas transaksi-transaksi yang terjadi kemudian

dilaporkan kepada bagian pembukuan.

B. Sistem Bagi Hasil Menurut Hukum Islam dan Perundang-Undangan

1. Sistem Bagi Hasil Menurut Hukum Islam

Allah Swt. telah menentukan seluruh aspek kehidupan manusia,

termasuk didalamnya permasalahan ekonomi, baik skala mikro maupun

skala makro. Allah juga mengatur seluruh permasalahan yang

berhubungan dengan pengembangan usaha bisnis, investasi dan


5

pembagian keuntungan, sehingga umat muslim bisa menjalankan

usahannya tanpa harus melanggar aturan-aturan Allah yang telah diatur

dalam Al-Qur‟an dan Hadist Rasulullah.

Para ulama telah sepakat sistem penanaman modal ini dibolehkan.

Salah satu dasar hukum dari sistem jual beli ini adalah ijma ulama yang

membolehkannya seperti dinuklilkan Ibnu Mundzir, Ibnu Hazm, Ibnu

Taimiyah dan lainnya. Ibnu Hazm mengatakan “ semua bab dalam fiqih

selalu memiliki dasar dalam Al-Quran dan Sunnah” Ibnu Hazm

mengakui persetujuan Nabi Shallallahu‟alaihi wa sallam setelah

mengetahui sistem muamalah ini dan persetujuan Nabi Shallallahu‟alaihi

wa sallam termsuk satu jenis sunnah.

Maka dari itu Allah menyebutkan dalam Al-Quran surah Al-

Maidah 5:

ٗUَ‫ ْذه‬Uُٚ ‫ ا ْأل ِو ئِ يا‬Uُ‫ٓج‬


ًٛ ‫ا عق ا ح خ ْى‬Uُٕ‫ أٔف‬U‫ٕا‬Uُ‫ ٍ آي‬ٚ‫ّ ِذ‬Uَ‫ا ان‬UَUَُّٚٓ‫ا أ‬Uَ ٚ
َْ ‫ ن ةَ ك‬Uَ‫أ ه‬ ‫ا ْن‬U‫ِة‬
‫َّل عا‬
‫ز‬ٚ ُٚ ‫َّال كى يا‬Uَ‫ل‬ ٌU‫ْٔ حزو ۗ ِئ‬ٛ ‫ن ل‬U‫ّ ا‬Uِٙ‫ي ه‬ ْ ْٛ Uَ‫عه‬
‫أَ َْذ‬ ‫ ْز‬ٛ ‫ى‬
‫ْى‬
‫ك‬
Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.


Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.43

Dan juga terdapat dalam Hadist Ibnu Majah no. 2280


5

43
Depertement Agama RI, Terjemahan Al-quran dan Al-Karim, pada hari
5

Uَٗ‫ن‬Uِ‫ْع ئ‬ٛ Uَ‫ ْنت‬Uَ‫ ا‬:U‫زك ُج‬Uَ‫ٍْ ا ْنت‬ٛٓ Uِ‫ر ف‬ ‫ ث‬:‫ّ ٔط ل‬Uِ‫ْٔآن‬ّٛ Uَ‫عه‬ ‫هَّٗ َّلال‬ ٙU‫ ِت‬Uَُّ‫ ان‬Uٌَ‫أ‬
‫ا‬Uَ‫ّ َى ق‬Uَ‫ه‬
‫ٔاِ اٍة يا ّج‬U‫ِْع (ر‬ٛ U‫ ْه َت‬U‫ ِن‬U‫َل‬
َ ‫خ‬ ‫ز زن‬ ‫ْهظُ ا‬ ،U‫ ًْن َقارض ُج‬U‫ٔا‬،‫جم‬Uَ‫أ‬
ْٛ Uَ‫ْ ْهت‬ٛ ‫شع‬U ‫ْ ُنتٔ ِةان‬
)‫ ٓب‬ٛ ‫ٍع‬
Artinya:

“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli
tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual”.
(HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).44

Pembagian keuntungan investasi menurut syariat Islam antara

pemodal dan pengelola, sebagai umat muslim mengenal pembagian

menurut syariat Islam dengan azas Al-Mudharabah yang artinya bagi

hasil. Dimana pembagian hasil tersebut sesuai dengan kesepakatan yang

telah disepakati sebelumnya, jadi tidak ada yang merasa di dzohlimi

antara penanam modal dan pengelola.

Disebut sebagai mudharabah karena diambil dari kata dharab

dimuka bumi, yang artinya melakukan perjalanan umumnya untuk

berniaga dan berperang. Allah berfirman pada Q.S Al-Muzammil ayat

20:

‫ٌٕغ‬ ‫ٗ ٱ ْأل ر‬Uِ‫ضز ٌ ف‬ ‫ٌٔز‬ ٔ‫ض‬ ٗ ‫يُكى يز‬ ‫ َى ط ٌٕك‬Uِ‫ عه‬...


‫ ْتذ‬Uَٚ ‫ِض‬ ٕU‫ُة‬ ‫ءا‬ Uٌَ‫أ‬

ۚ Uُّْ ‫َدظز ي‬ٛ ‫ٱ زءٔ يا‬Uَ‫ ف‬ª Uِ‫ٗ ط م لٱَّل‬U‫ ٌ ِف‬Uُٕ‫ه‬U‫ ِذ‬U‫ َٰ َق‬Uُٚ ‫ٌٔز‬ ٔ ‫ٍي ف ضم‬
‫ْق ۟ا‬ ٛUِ‫ت‬ U‫ ءا‬Uِ‫لٱَّل‬
‫ضا ٔيا ٕي ۟ا‬ ‫ز‬Uَ‫ ق‬U‫ض ۟ا ََّلل‬
ٕ ٔ U‫ شك‬Uُٕ‫د‬U‫ً ۟ا له ٔءا‬ ٕ ٛUِ‫ق‬UUَ‫ٔأ‬
ِّ Uَ‫ق‬U‫ُد‬ ‫ا‬Uً‫ظ‬
ُ ‫ح‬ ‫ٱ‬ َ‫۟ا ٱن َٰٕث أ‬ ‫ٱن َٰٕث‬
‫ْقز‬
ª َ‫طذٔ غف ٱ زٔ ۟ا َّلل‬U‫ٱ‬ ‫عظَ ا ز‬ ‫ج َى‬Uَ‫ٔ أ‬U‫ ْزا أ‬ٛ ٕUُْ U‫َِّلل‬
5
‫ع ٱ‬
ُ ‫ج‬ ‫د‬ ‫ز‬ ْٛ ‫ف يٍ ظكى‬Uَ‫لَأ‬
...‫ ٌى‬² ‫ح‬
ٛ ‫ر ر‬Uُٕ‫ف‬ ٌ‫ِئ‬
‫ل َّ ٱ‬
‫َل‬

44
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, Cet. 1, 2011, 66
5

Terjemahnya:
“…Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia
Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka
bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk
dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai
balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”.

Didalam fiqih bagi hasil disebut Al-Mudharabahi, hal ini di

perbolehkan dan diisyaratkan. Di antara dalilnya adalah sebuah hadist

yangdiriwayatkan oleh ibnu Abbas bahwasannya Sayyidina Abbas:

‫ط َا انعتاص‬ٛ ‫ٌا‬U‫ك‬: ‫عًا اَّ قال‬


ُٓ ‫ض َّلال‬
ٙ ‫ٖٔر اٍة عتاص ر‬
ٌ‫ اذا افع انًال يضزةج اشذزط عهٗ احّت ا‬U‫ٍة عت انًطهب‬
‫لظهك ةّ ة زا‬ٚ َ
‫ل‬ٚ َٔ
‫لشذٖز ةّ ااةج ذاح كت‬ٚ َٔ ‫اا‬ٚ‫ُشل ةّٔا‬
ّٛ‫رطل َّلال هٗ َّلال عه‬ٕ ‫ض فتهغ شزطج‬ ًٍ ‫رطتج فٌا فعم ذنك‬
‫اس‬
ِ ‫ٔ طهى فاج‬
Artinya:
“Diriwayatkan oleh ibnu Abbas bahwasannya Sayyidina Abbas
jikalau memberikan dana ke mitra usahanya secara Mudharabah, ia
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni
lembah yang berbahaya, atau mebeli ternak yang berparu-paru basah, jika
menyalahi peraturan maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas
dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut kepada rasulullah
saw. Dan Rasulullah pun membolehkannya.” (HR. Thabrani)

Aturan Al-Mudharabah dalam Islam ialah Al-Mudharabah

memiliki 5 unsur penting yaitu:

a. Shahibul-maal (Pemilik Modal/Investor)

b. Mudharib (Pengelola)

c. Shighatul-aqd (ucapan ijab dan qabul atau serah terima dari

investor ke pengusaha)
5

d. Ra‟sul-maal (modal)

e. Ar-Ribh (keuntungan)

Akad Al-Mudharabah membutuhkan kejelasan dari kedua belah

pihak. Dan kejelasan tersebut tidak diketahui kecuali dengan lafaz atau

tulisan. Oleh karena itu ijab qabul, modal harus terpenuhi hal-hal tersebut

a. Adanya kesepakatan jenis usaha

b. Adanya keridhan dari kedua belah pihak

c. Diucapkan atau ditulis dengan lafaz yang jelas dan bisa

mewakili keinginan investor maupun pengusaha.

Karena akad ini adalah akad kepercayaan, maka sebaiknya tertulis

dan disaksikan oleh orang lain. Untuk modal para ulama mensyaratkan

empat syarat agar harta bisa menjadi modal usaha, ke empat syarat

tersebut yaitu:

a. Harus berupa uang. Para ulama berijma‟ bahwa yang dijadikan

modal usaha adalah uang.

b. Harus nyata ada dan bukan utang

c. Harus diketahui nilai harta tersebut. Modal yang dikeluarkan

harus diketahui nilainya dan tidak boleh mengambang

d. Harus diserahkan kepada pengusaha.

Adapun untuk jenis usaha tidak ada pembatasan dalam Al-

Mudharabah. Al-Mudharabah bisa terjadi pada perdagangan, ekspolitasi

hasil bumi, properti, jasa dan lain-lain dan yang paling penting usaha

tersebut harus halal menurut syariat Islam.


6

Beberapa ulama mensyaratkan tiga persyarataan dalam pembagian

keuntungan:

a. Mesti ada pemberitahuan kalau modal yang dikeluarkan yaitu

untuk hasil keuntungan, bukanlah ditujukan untuk uang saja.

b. Mesti dipresentasikan keuntungan untuk investor serta

pengusaha dan harus diputuskan dari pertama akad. Besar

presentasi keuntungan yaitu bebas, tergantung perjanjian pada

kedua belah pihak.

c. Keuntungan cuma untuk kedua belah pihak. Jika ada orang lain

yang dipekerjakan diijinkan untuk memasukkan sisi orang itu

dalam presentase keuntungan.

Keuntungan diperoleh jika semua modal investor sudah kembali

100%. Bila modal investor belum kembali semuanya, jadi pengelola tidak

memiliki hak memperoleh apa-apa. Oleh karena itu Al-Mudharabah

mempunyai kemungkinan memikul kerugian untuk kedua belah pihak.

Umtuk investor dia kehilangan hartanya serta untuk pengelola tidak

mendapatkan apa-apa.

Serta yang perlu diperhatikan dalam Al-Mudharabah keuntungan

diperoleh dari presentase keuntungan bersih. Sesuai dengan syariat Islam

sudah mengatur umatnya supaya tidak ada kedzaliman para pengelola dan

investor, dan tidak pernah ada riba serta mencegah perekonomian Islam
6

lemah. Sungguh indahnya Islam karena memudahkan umatnya dalam

melakukan usaha dan agar tetap berada dijalan syariat Islam.45

2. Sistem Bagi Hasil Menurut Perundang-Undangan

Dasar hukum mengenai Bank Syariah mengacu pada

Undang-Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah dan mengacuh pada peraturan Bank Indonesia No.

10/16/PBI/2008 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah

Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta

Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Adapun UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

pada pasal 2 dijelaskan bahwa Perbankan Syariah dalam melakukan

kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi,

dan prinsip kehati-hatian. Kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah

antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur:

a. Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara

lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama

kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam

tranksaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan nasabah

penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi

pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi‟ah);

b. Maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan

yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan;

45
Saai Yai, Produk Al-Mudharabah dalam Islam Sebagai Solusi perkonomian Islam.
6

c. Gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,

tidak diketahui keberadaanya, atau tidak dapat diserahkan pada saat

transaksi dilakukan kecuali diatur di dalam syariah; atau

d. Zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak

lain.

Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah kegiatan

ekonomi syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan,

pemerataan dan kemanfaatan. Dan yang dimaksud dengan “prinsip

kehati-hatian” adalah pedoman pengelolaan Bank yang wajib dianut guna

mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efisien sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hal itu juga dijelaskan pada pasal 19 ayat (1) tentang Kegiatan

Usaha Bank Umum Syariah huruf (c). Pada ayat (1) huruf (c) dikatakan

bahwa menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad

mudharabah , akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah. Yang dimaksud dengan “akad mudharabah”

dalam pembiayaan adalah akad kerjasama suatu usaha antara pihak

pertama (malik, shahibul maal, atau Bank Syariah) yang menyediakan

seluruh modal dan pihak kedua (amil, mudharib, atau nasabah) yang

bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha

sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad, sedangkan

kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak


6

kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi

perjanjian.

Yang dimaksud dengan “akad musyarakah” adalah akad kerjasama

antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang

masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa

keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian

ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.

Adapun peraturan Bank Indonesia yang menjadi landasan

operasional perbankan syariah, khususnya terkait dengan bagi hasil yaitu

Peraturan Bank Indoonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tentang perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang

Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan

Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. Pada pasal 2 dalam

Peraturan tersebut dikatankan bahwa:

1. Kegiatan usaha penghimpun dana, penyaluran dana dan

pelayanan jasa bank berdasarkan Prinsip Syariah yang dilakukan

oleh Bank merupakan jasa perbankan.

2. Dalam pelaksanaan jasa perbankan melalui kegiatan

penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa bank,

Bank wajib memenuhi Prinsip Syariah.

3. Pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan pokok hukum

islam antara lain prinsip keadilan dan keseimbangan („adl wa


6

tawazun), kemaslahatan (maslahah), dan universalisme

(alamiyah), serta tidak mengandung gharar, maysir, riba, zalim

dan objek haram.46

C. Penerapan Sistem Bagi Hasil pada Pembiayaan Mudharabah di Bank

BNI Syariah Cabang Makassar

Bagi hasil dalam perbankan syariah dapat timbul karena adanya

pembiayaan. Pasal 1 ayat 25 Undang-Undang Nomot 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah merumuskn pembiayaan sebagai penyedia

dana atau tagihan dipersamakan dengan itu berupa salah satunya berupa

transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah.

Pembiayaan sebagai kegiatan usaha bank umum syariah terbagi

dalam empat bentuk yang menganut akad berbeda-beda di setiap bentuk

pembiayaannya. Dimana pembiayaan mudharabah sendiri merupakan

salah satu produk pembiayaan bank syariah berdasarkan bagi hasil dan

mudharabah ini secara tepat dipahami sebagai salah satu pengganti dari

sistem bunga serta dapat diterapkan oleh lembaga keuangan syariah.

Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah

merupakan suatu tindakan yang melanggar ketentuan-ketentuan yang

telah diatur di dalam Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Syariah.

PT Bank BNI Syariah Cabang Makassar menggunakan prosedur

penyaluran pembiayaan seperti yang diterapkan pada bank syariah

46
Sentosa sembiring,Hukum Perbankan, (Bandung,: Mandar Maju, 2012), h.119
6

lainnya. Pembiayaan mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik

dana (shahibul maal) kepada pengelola dana (mudharib) untuk

melakukan kegiatan usaha tertentu. Dengan menggunakan bagi laba

(profit sharing) atau metode bagi hasil (gross profit margin). Setiap

pemohon pengajuan pembiayaan mudharabah, nasabah diwajibkan

mengajukan secara tertulis dengan mengisi formulir yang telah

disediakan oleh BNI Syariah serta melengkapi data-data yang diperlukan

dalam persyaratan pengajuan pembiayaan.

Berikut mekanisme dan syarat pengajuan pembiayaan mudharabah

di PT. BNI Syariah Kantor Cabang Makassar:

a. Usaha yang dimiliki nasabah sesuai dengan sasaran yang telah

ditetapkan oleh PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang

Makassar, yakni track record di Bank Indonesia harus baik,

artinya tidak termasuk usaha yang yang ada dalam daftar hitam

Bank Indonesia, tidak termasuk dalam debitur pinjaman macet

yang sesuai informasi dari Bank Indonesia maupun Bank BNI

Syariah, serta terdaftar dalam institusi yang jelas.

b. Dokumen-dokumen yang harus dipenuhi nasabah dalam

mengajukan pembiayaan mudharabah adalah fotocopy KTP

seluruh anggota perusahaan, fotocopy NPWP seluruh anggota

perusahaan, akta pendirian/perubahan (bila ada), Surat Ijin

Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP),

fotocopy Surat Ijin Praktik Profesi, Neraca dan Laba Rugi 2


6

tahun terahkir, Laporan Aktifitas Usaha 6 bulan terahkir,

Perincian Rencana Anggaran Biaya Modal Kerja/Investasi,

fotocopy dokumen angunan: BPKB, Sertifikat Tanah, IMB, dan

PBB terahkir.

c. Setelah data-data dilengkapi, pihak bank akan melakukan

wawancara untuk menggali informasi terkait besarnya

pengajuan dana dan pengguna dana yang nantinya imformasi

tersebut akan digunakan dalam menentukan besarnya angsuran,

porsi bagi hasil, dan jangka waktu pembiayaan.

d. Setelah itu menejemen akan memperoses dan menganalisis

berdasarkan prinsip 5C dalam menentukan layak atau tidaknya

nasabah tersebut memperoleh pembiayaan. Analisis 5C yakni

Charcter atau kepribadian, Capacity atau kemampuan, Capital

atau modal usaha, Collateral atau jaminan, Condition of

economy atau kondisi ekonomi.

e. Setelah menganalisis kelayakan nasabah yang mengajukan

pembiayaan, dilakukanlah survey dalam rangka membadingkan

dan menilai data antara hasil wawancara dan hasil lapangan.

f. Apabila nasabah telah dinyatakan layak untuk menerima

pembiayaan, maka pihak bank akan memberikan Surat

Keputusan Pembiayaan (SKP) dan kemudian akan langsung

dilakukan pembuatan akad dan pencairan dana. Pada umumnya

pencairan dilakukan secara bertahap 2-3 kali agar pihak bank


6

dapat mengontrol dan memastikan jalannya usaha nasabah

pembiayaan.

g. Selama dimulainya hingga berahkirnya akad, pihak bank akan

melakukan monitoring terhadap usaha nasabah, pemantauan

dilakukan selama 3 bulan sekali oleh PT Bank BNI Syariah

Kantor Cabang Makassar.

h. Kemudian tahapan selanjutnya adalah pelunasan atau

pembayaran angsuran oleh nasabah.

Bu Febriyani Nuryamin selaku Back Office Head mengatakan,

“Dalam penyaluran pembiayaan, Bank BNI Syariah Ratulangi


tetap mengunakan prosedur sebagaimana yang diterapkan pada
bank umum lainnya namun dalam konsep pengaplikasiannya
tetap tidak melakukan dari sistem syariah yang berlaku. Dalam
implementasi pembiayaan mudharabah, Bank BNI Syariah
memposisikan diri sebagai mitra kerja yaitu sebagai penyedia
dana untuk memenuhi kebutuhan modal nasabah, sehingga posisi
Bank dengan nasabah sejajar. Sedangkan hasil keuntungan akan
dibagikan dengan porsi bagi hasil yang telah disepakati bersama
dan untuk rasio pembagian laba pihak Bank BNI Syariah hanya
melakukan negosiasi sesuai dengan jangka waktu
pembiayaan.Dan dalam akad mudharabah pada dasarnya tidak
ada gantirugi karena akad ini bersifat amanah jika terjadi kerugian
maka kerugian akan ditanggung oleh pihak Bank BNI Syariah,
kecuali bila terjadi kesalahan nasabah yang disengaja, kelalaian,
pelanggaran kesepakatan, nasabah akan menanggung kerugian
dalam bentuk kehilangan usaha, nama baik hal ini sesuai dengan
ketentuan pembiayaan No. 6 pada Fatwa DSN NO: 07/DSN-
MUI/IV/2000.”47

Jadi dapat di simpulkan bahwa penyaluran pembiayaan Bank BNI

Syariah Ratulangi sudah mengunakan prosedur sebagaimana yang

diterapkan pada Bank Syariah. Dimana dalam pembiayaan mudharabah,


47
Febriyani Nuryamin Back Office Head, Wawancara di Bank BNI Syariah Ratulangi, pada
hari kamis tanggal 5 Maret 2020 (17.00)
6

bersifat amanah jika terjadi kerugian maka kerugian tersebut di tanggung

pihak Bank Bank BNI Syariah, kecuali bila pengelola modal melakukan

kelalaian yang disengaja. Sedangkan keuntungan dibagi sesuai porsi bagi

hasil yang telah di sepakati.

Sama halnya musibah yang terjadi saat ini yaitu virus corona yang

menjadi kecemasan seluruh masyarakat dunia. Virus corona ini juga

berdampak pada pembiayaan mudharabah, disini Bank BNI Syariah yang

sifatnya amanah bertanggung jawab terhadap kerugian yang disebabkan

oleh musibah yang terjadi saat ini, karena musibah ini murni terjadi bukan

kesalahan pengelolah modal (mudharib).

Dalam pembiayaan mudharabah ini jarang terjadi pembiayaan

macet karena bank telah memiliki perangkat analisa pembiayaan dalam

mengukur layak atau tidaknya nasabah diberikan pembiayaan. Karena

terlebih dahulu pihak bank berupaya memilih dan mnyalurkan pembiayaan

pada sektor potensial, sehingga dana masyarakat yang diamanahkan dapat

berkembang secara lebih baik. Setiap permohonan pembiayaan akan

dilakukan analisa oleh tenaga analis, selain mengurangi resiko seminimal

mungkin, return dari yang dibiayai dapat memberikan hasil yang

maksimal, sehingga akan menguntungkan kedua belah pihak.

Adapun fitur dan mekanisme pembiayaan mudharabah pada PT.

Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar adalah sebagai berikut:

a. Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal),

menyediakan dana dengan fungsi sebagai modal kerja dan


6

nasabah bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dalam

kegiatan usahanya.

b. Bank memiliki hak dalam pengawasan dan pembinaan usaha

nasabah walaupun tidak ikut serta dalam pengelolan usaha

nasabah, antara lain Bank dapat melakukan review dan meminta

bukti-bukti dari laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti

pendukung yang dapat dipertanggung jawabkan.

c. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan dalam

nisbah yang disepakati.

d. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang

jangka waktu investasi, kecuali kesepakatan atas dasar

kesepakatan para pihak.

e. Jangka waktu pembiayaan mudharabah, pengembalian dana,

dan pembagian hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan

Bank dan nasabah.

f. Pembiayaan mudharabah diberikan dalam bentuk uang serta

bukan dalam bentuk piutang atau tagihan.

g. Pengembalian pembiayaan mudharabah dilakukan dengan dua

cara, yaitu secara angsuran ataupun sekaligus pada akhir periode

akad, sesuai dengan jangka waktu pembiayaan mudharabah.

h. Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar laporan hasil usaha

pengelola dana (mudharib) dengan disertai bukti pendukung

yang dapat dipertanggung jawabkan.


7

i. Kerugian usaha nasabah pengelola dana (mudharib) yang dapat

ditanggung oleh Bank selaku pemilik dana (shahibul maal)

adalah maksimal sebesar jumlah pembiayaan yang diberikan

(ra‟sul maal).

Prosedur pembiayaan mudharabah meliputi proses awal, proses

analisa, proses persetujuan, dan proses pencairan, proses awal dimulai

nasabah datang kepada PT. Bank BNI Syariah Kantor Cabang Makassar

untuk mengajukan permohonan pembiayaan. Nasabah harus mengisi

formulir permohonan pembiayaan yang diajukan oleh account manager

yang bersangkutan. Formulir pembiayaan tersebut berisi data pribadi dan

data pendukung berhubungan dengan kedudukan legalitas nasabah

misalnya kartu identitas pribadi yang meliputi Kartu Tanda Penduduk

(KTP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Kartu Keluarga (KK) Slip

Gaji dan lain-lain. Jika permohonan pembiayaan mudharabah tersebut

datangnya dari perusahaan maka nasabah wajib menyertakan data-data

tentang perusahaan, data legalitas usaha, dan datang pendukung misalnya

laporan keuangan, surat izin yang diperlukan seperti SIUP, TDP.

Menurut bu Febriyani Nuryamin selaku Back Office Head,

“Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syariah ini mulai dari


proses pengajuan pembiayaan mudharabah sampai ke fitur dan
mekanisme pembiayaan mudhrabah hingga pelaksanaan sistem
bagi hasilnya sendiri sudah sesuai dengan aturan fatwa No.07/-
DSNMUI/IV/2000, dikarenakan didalam Bank Syariah itu
memiliki yang namanya Dewan Pengawas Syariah atau disebut
DPS. Nah DPS inilah yang selalu mengawasi jalannya sistem
Bank Syariah, minimal setiap sebulan sekali DPS selalu
memberikan laporan bahwa Bank yang diawasinya itu telah
berjalan sesuai dengan aturan yang ada dan mendapat izin dari
7

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun dari pihak BNI Syariah itu
sendiri untuk pembiayaan mudhrabah dibatasi oleh Bank BNI
Syariah karena seluruh modalnya ditanggung oleh pihak Bank
karena pembiayaan nudharabah ini bersifat amanah jadi perlu
kehati-hatian”.48

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pernyataan bu Febriyani

Nuryamin bahwa praktik penerapan sistem bagi hasil pada pembiayaan

mudharabah telah sesuai karena adanya Dewan Pengawas Syariah yang

bertugas mengawasi pengembangan semua produk untuk memastikan

tidak adanya fitur yang melangar syariah, membuat pernyataan secara

berkala setiap tahun tentang bank syariah yang diawasinya bahwa telah

berjalan sesuai dengan ketentuan syariah, membuat laporan tentang

perkembangan dan aplikasi sistem keuangan syariah di institusi bank

syariah yang berada dalam pengawasannya sekurang-kurangnya 6 bulan

sekali.

Pembiayaan mudharabah ini bersifat amanah namun pada

prinsipnya pembiayaan mudharabah ini tidak ada jaminan, namun agar

mudharib tidak melakukan penyimpangan, lembaga keuangan syariah

dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini

hanya dapat dicairkan apabilah mudharib terbukti melakukan

pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

Hal ini sesuai dengan fatwa DSN No.:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang

pembiayaan mudharabah dan didalam penjelasan pasal 37 ayat (1)

UUPS

tentang ketentuan mengenai jaminan.


48
Febriyani Nuryamin Back Office Head, Wawancara di Bank BNI Syariah Ratulangi, pada
hari kamis tanggal 5 Maret 2020 (17.00)
7

Hal ini membuktikan bahwa penerapan sistem bagi hasil pada PT.

Bank BNI Syariah Cabang Makassar sudah berjalan sesuai dengan fatwa

No.07/-DSN-MUI/IV/2000 dan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia

yang menjadi landasan operasional perbankan syariah, khususnya terkait

dengan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah. Hal ini juga di

sebutkan ibu Febriyani Nuryamin bahwa hingga februari 2020 total yang

mengambil pembiayaan mudharabah di Bank BNI Syariah Ratulangi

adalah 105 (seratus lima) orang.

Namun untuk data yang lebih spesifik pihak Bank BNI Syariah

tidak bisa memberikan dikarenakan data nasabah tersebut bersifat

rahasia. Meskipun Bank BNI Syariah sudah menjalankan programnya

dengan sangat baik namun masih ada kendala yang dihadapi oleh pihak

Bank BNI Syariah itu sendiri. Adapun kendalanya ialah masih

terbatasnya pemahaman masyarakat mengenai kegiatan usaha bank

syariah, keterbatasan informasi mengenai bank syariah ini menyebabkan

masih banyaknya masyarakat memiliki resepsi yang keliru mengenai

operasi bank syariah. Maka dari itu diperlukan untuk meningkatkan

pemahaman masyarakat mengenai bank syariah.

Upaya meningkatkan pemahaman ini dilaksanakan karena

disadari bahwa perbankan syariah di Indonesia masih dalam tahap awal

pengembangan. Dengan demikian pada saat ini pemahaman masyarakat

mengenai sistem dan prinsip pelayanan perbankan yang berdasarkan

syariah sebagian besar masih kurang tepat. Sehingga dalam hal ini

bentuk
7

produk dan pelayanan jasa, prinsip-prinsip dasar hubungan antara bank

dan nasabah, serta cara-cara berusaha yang halal dalam bentuk syariah

masih sangat perlu disosialisasikan terkhususnya tentang pembiayaan

mudharabah yang menggunakan sistem bagi hasil. Dan diharapkan terus

berinovasi dalam membuat fitur-fitur produk perbankan syariah yang

tetap sesuai dengan nilai-nilai syariah, dan diharapkan dapat bertahan

pada situasi perbankan saat ini, dimana persaingan antara bank semakin

kuat. Terus dapat meningkatkan kemampuan sendiri serta meningkatkan

pemasaran dan pelayanannya.

D. Tantangan Pasca Undang-Undang No. 21 Tahun 2008

Mulai tahun 2008 perbankan syariah di Indonesia memiliki

Undang-undang tersendiri, yaitu Undang-undang No. 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Bank Syariah yang didirikan dan atau

menjalankan kegiatan usahanya mulai tahun 2008, sudah tentu

berdasrkan Undang-undang No. 21 Tahun 2008 dan seluruh peraturan

pelaksanaanya. Ketentuan-ketentuan yang diatur berdasarkan Undang-

undang No. 10 Tahun 1998 dan peraturan pelaksanaanya tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-undang No. 21

Tahun 2008. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 69 undang-

undang tersebut yaitu: “Pada saat Undang-undang ini mulai berlaku,

segala ketentuan mengenai Perbankan Syariah yang diatur dalam

Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 1992 No. 31, Tambahan Lembaran Negara


7

Republik Indonesia No. 3472) sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 1998 N0. 182, Tambahan Lembar Negara Republik

Indonesia No. 3790) beserta peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap

berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini”.

Pengertian Bank Syariah menurut pasal 1 Undang-undang No. 21

Tahun 2008, pada angka 7 disebutkan bahwa Bank Syariah adalah Bank

yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, dan

menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah, dan pada angka 10 disebutkan bahwa Unit Usaha

Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor

pusat Bank Umum Konvesional yang berfungsi sebagai induk dari kantor

atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

atau unit kerja di Kantor Cabang dari suatu bank yang berkedudukan di

luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional yang

berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan

atau unit syariah.49

Menurut ibu febriyani Nuryamin selaku Back Office Head Bank BNI

Syariah Ratulangi,

“menurutnya secara umum sampai saat ini belum ada kesulitan-


kesulitan yang dihadapi pasca di berlakukannya Undang-undang
No. 21 Tahun 2008, karena sampai saat ini Undang-undang
tersebut belum ada yang menyeleweng dari prinsip-prinsip syariah
yang diterapkan oleh BNI Syariah. Ibu Febriyani berharap

49
Burhanuddi Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Cet. Pertama. Yogyakarta:
UII Press. 2008.
7

Undang-undang tersebut dapat mendorong pengembangan jaringan


kantor Bank BNI Syariah yang dapat lebih menjangkau masyarakat
yang membutuhkan di seluruh Indonesia.
Dan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008,
kedudukan perbankan syariah dalam pengaturan tentang Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
akan datang jelas, sehingga jelas juga sistem pengawasan yang
diterapkan untuk Lembaga Keuangan Syariah, khususnya Bank
BNI Syariah.”50

Jadi dapat disimpulkan bahwa pasca diterbitkannya Undang-


Undang No 21 Tahun 2008 pihak BNI Syariah Ratulangi belum
mendapatkan kesulitan-kesulitan dalam menjalankan aturan-aturan yang
berlaku dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008, karena aturan-aturan
tersebut belum ada yang menyelewang dari prinsip-prinsip yang
diterapkan BNI Syariah yaitu prinsip-prinsip yang sesuai dengan Hukum
Islam.

50
Febriyani Nuryamin Back Office Head, Wawancara di Bank BNI Syariah Ratulangi, pada
hari kamis tanggal 5 Maret 2020 (17.00)
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Penerapan Sistem Bagi

Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT. Bank BNI Syariah Cabang Makassar,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem Bagi Hasil dalam Islam dikenal dengan Al-Mudharabah. dan sistem

bagi hasil ini diperbolehkan karena sudah sesuai dengan Al-quran dan As-

Sunnah. Adapun aturan yang harus ada dalam Al-Mudharabah ini ialah:

Shahibul maal (Pemilik Modal), Mudharib (Pengelola), Shighatul-aqd (Ijab

Qabul), Ra‟sul-maal (Modal), Ar-Ribh (Keuntungan). Sedangkan Sistem Bagi

Hasil menurut Perundang-Undangan telah diatur dalam Peraturan Bank

Indoonesia Nomor 10/16/PBI/2008 tentang perubahan atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam

Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa

Bank Syariah

2. Pembiayaan Mudharabah di Bank BNI Syariah Ratulangi memulai proses

pengajuan pembiayaan mudharabah sampai ke fitur dan mekanisme

pembiayaan mudhrabah hingga pelaksanaan sistem bagi hasilnya sendiri sudah

sesuai dengan aturan fatwa No.07/-DSNMUI/IV/2000. Dan bahwa praktik

penerapan sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di Bank BNI

Syariah Ratulangitelah sesuai karena adanya Dewan Pengawas Syariah yang

74
75

bertugas mengawasi pengembangan semua produk untuk memastikan tidak

adanya fitur yang melangar syariah.

3. Tantangan yang dihadapi Bank BNI Syariah pasca diberlakukanya Undang-

Undang No. 21 Tahun 2008. Secara umum sampai saat ini belum ada

kesulitan-kesulitan yang dihadapi Bank BNI Syariah, karena aturan yang ada di

dalam Undang-Undang tersebut belum ada yang menyeleweng dari prinsip-

prinsip syariah yang diterapkan oleh BNI Syariah, bahkan setelah diterbitkan

Undang-Undang tersebut kedudukan Perbankan Syariah dalam pengaturan

yang diterapkan tentang sistem pengawasan untuk Lembaga Keuangan Syariah

khususnya Bank BNI Syariah saat ini lebih jelas aturannya.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Bank BNI Syariah

diperlukan sosialisasi dari pihak Bank BNI Syariah Makassar perlu

dilakukan untuk memberikan informasi tentang pembiayaan Mudharabah

yang mengunakan sistem bagi hasil, baik secara operasional dan

keunggulannya dibandingkan produk lainnya.

2. Semoga kedapannya Bank BNI Syariah lebih mengembangkan produk

pembiayaan mudharabah, karena pembiayaan ini sangat membantu

masyarakat dalam meningkatkan usahanya.

3. Semoga pasca di berlakukannya Peraturan Undang-Undang No. 21 Tahun

2008 tentang Perbankan, diharapkan Undang-undang tersebut dapat

mendorong pengembangan jaringan kantor Bank BNI Syariah yang dapat

lebih menjangkau masyarakat yang membutuhkan di seluruh Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

, 2012.Dasar-Dasar Perbankan Jakarta: Rajawali Pers


,Bank Syariah : kualitas layanan, kepuasan dan kepercayaan.
Abdullah, Thamrin dan Tanri,Francis Bank dan Lembaga
Keuangan. Agama , Depertemen, Al-Qur‟an dan terjemahan.
Al-Zaziri, 1986. Abdurrahman Kitab Al-Fiqhc‟ala al-Madzahib al-Arba‟ah, Jilid
III, Dae al- Fikr, Beirul.
al-Zuhaili, Wahbah al-Fiqih al-Islam.., V/575-580; lihat juga Hasan Amin, al-
Mudharabah.., Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqih al-Islam.., V/Hasan Amin,
al-Mudharabah..,
Antonio,2001.Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Cet. 1; Jakarta: Penerbi Gema
Insani.
Anwar Ibrahim, Muhammad, “Konsep Profit and Loss Sharing System Menurut
Empat Mazhab”.
Awaluddin,2011.Manajemen Bank Syariah Makassar :AlauddinUniversiy
Press. Dendawijaya,2003. Lukman Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia
Indonesia. Dian, Ahmad, 3Kegiatan Usaha Bank Syariah Dalam UURI.
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia,2011. Kebijakan Pengembangan
Perbankan Syariah, Jakarta.
Etta Mamang Sungaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Fatmah, 2014. Kontrak Bisnis Syariah, cet 1 – Surabaya : UIN SA Press.
Hasan, Iqbal Hasan, 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya, Jakarta: Ghalia IKAPI.
Hasibun, Malayu S.P. Dasar-Dasar Perbankan Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Iqtishadia,2015.Implikasi dan Tantangan Lahirnya Undang-Undang No. 21


Tahun 2008.
Karim,2004.Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan,Cet. 1, Ed. 3; Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Kasmir,2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya,Jakarta: Raja Grafindo Pers.

76
77

Lexy, Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya.
Lihat defenisi Bank Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.
Misbach, Irwan,2013.Bank Syariah Kualitas Layanan, Kepuasan, Dan
Kepercayaan,Makassar:AlauiddinUniversity press.
Muhammad,2004.Menejemen Bank Syariah: Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.

Naf‟an, 2014. Pembiayaan Musyarakah Dan Mudharabah, Yogyakarta: Graha


Ilmu, NASUTION, Metode Research Jakarta: Bumi Aksara,2012.
Perwataatmadja, A.1996. Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia,Depok:
Usaha Kami.
PT.Buku kita, undang-undangRI no.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
Taqiyuddin, Ibn, Abi Bakar, Kifayat al-Akhyar, Bandung: al-Ma‟arif.
Thamrin Abdullah dan Francis Tanri,2014. Bank dan Lembaga keuangan, Jakarta:
PT raja garfindo persada.
Tim Citra Umbara,2009. UU RI No. 6 Tahun 2006 Tentang Bank Indonesia & UU
RI No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Cet. 1; Bandung;
Citra Umbara.
Wasis, 1993. Perbankan Pendekatan Manejerial,semarang: Satyawacana.
Yazid, 2014. Muhammad Hukum Ekonomi Islam-Fiqh Muamalah, cet 1-
Surabaya: UIN SA Press.
Yustiady,Duddy, 2003. Penjelasan Perbankan Syariah Secara Umum, AJB
Bumiputera FISIP UI.
RIWAYAT HIDUP

FATIHA, lahir di Bulukumba, tanggal 06 November 1996.

Putri keempat dari pasangan Baharuddin dan Masnah.

Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di SD 187

Bontomanai tepatnya di Bulukumba Sulawesi Selatan pada

tahun 2008. Peneliti melanjutkan Pendidikan Sekolah

Menengah Pertama di SMP 30 Bontomanai yang sekarang

menjadi SMP 40 Bontomanai dan tamat tahun 2011. Setelah itu peneliti melanjutkan

Sekolah Menengah Atas di MAN 2 Tanete jurusan IPA dan tamat pada tahun 2014.

Kemudian peneliti melanjutkan Sekolsh Penerbangan di NAC (Nusantara Avication

Collenge). Kemudian pada tahun 2016 penulis melanjutkan pendidikan di Perguruan

Tinggi Swasta Universitas Muhammadiyah Makassar Fakultas Agama Islam pada

Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (S1). Selama menjadi mahasiswa penulis

aktif dalam organisasi di HMJ HES priode 2018-2019 sebagai Anggota Organisasi.

Atas Ridho Allah SWT dan dengan kerja keras, pengorbanan, serta kesabaran,

pada tahun 2020 penulis mengakhiri masa perkuliahan S1 dengan judul skripsi

“Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil pada Pembiayaan Mudharabah di Bank

BNI Syariah Cabang Makassar.”


LAMPIRAN
Pedoman Pertanyaan Wawancara

1. Produk apa yang paling disukai nasabah ?

2. Bagaimana penerapan sistem bagi hasil pada pembiayaan mudharabah ?

3. Penyaluran pembiayaan mudharabah ada berapa macam ?

4. Apa saja perbedaan persyaratan permohonan terkait macam-macam pembiayaan

mudharabah ?

5. Bagaimana tata cara akad antara pihak Bank dan pemohon ?

6. Apakah pernah ada yang batal melakukan pembiayaan tersebut, jika iya knpa?

7. Bagaimana rasio pembagian laba keuntungan?

8. Bagaimana jika pembiayaan Bank tidak berhasil, apakah di tanggung bersama?

9. Bagaimana tahap pelunasan angsuran?

10. Apakah pernah ada nasabah yang tidak melunasi angsuran ?

11. Kesulitan apa saja yang ditemui Bank BNI Syariah pasca di berlakukannya UU

No. 21 Tahun 2008 ?

Anda mungkin juga menyukai