Disusunoleh :
PROVINSI NUSATENGGARATIMUR
2021
A. KONDISI UMUM
Daerah Irigasi Ponggo Wenggeng terletak di Desa Mosi Ngaran, Kecamatan Elar
Selatan, Kabupaten Manggarai Timur. Lahan Persawahan Daerah Irigasi Ponggo Wenggeng
dimiliki atau melayani 5 (lima) Desa, diantaranya 3 (tiga) Desa yang berasal dari Kecamatan
Elar Selatan dan 2 (dua) Desanya berasal dari dua Kecamatan di Kabupaten Ngada. Adapun
rincian nama Desanya sebagai berikut:
Bagian Timur berbatasan dengan aliran Sungai Ponggo Wenggeng dan Wae Mapar;
Bagian Barat berbatasan dengan Jalan Desa Nanga Meje;
Bagian Utara berbatasan dengan aliran Sungai Ponggo Wenggeng;
Bagian Selatan berbatasan dengan Wae Lokon.
Secara topografi bentang alam Desa Nanga Mejeseperti Kecamatan Elar Selatan
umumnya, dimana sebagian besar berada di atas 100 meter dari permukaan laut dan
didominasi oleh lereng-lereng dan kemiringan hingga 70 derajat. Kondisi ini dikhawatirkan
menjadi potensi ancaman bencana bagi masyarakat yang mayoritas bermukim di lereng dan
kemiringan.
Perubahan iklim yang ekstrim dimungkinkan akan terjadi dari intensitas curah hujan
menjadi kemerau, tetapi apabila di musim hujan dampak buruk selalu terjadi longsor di
daerah hulu sungai dan berdampak pada banjir bandang.
Pada awalnya lahan persawahan Irigasi Ponggo Wenggeng merupakan Padang. Pada
tahun 1994 mulai pembagian oleh Tu’a Teno Suku Kende untuk dibukakan sawah dan
pengerjaan sawah sampai Tahun 1997. Untuk mendapatkan air ke persawahan pada tahun
1994 juga digali saluran Ponggo Wenggeng, dan dilanjutkan lagi di tahun 1997.
Pada masa pemerintahan kepala desa Yohanes Rande yaitu tahun 2009, kepala desa
membuat proposal kepada Dinas PUPR kabupaten Manggarai Timur, dan baru di realisasikan
oleh pemerintah pada tahun 2010.
Berdasarkan data penduduk desa pada Januari 2020, jumlah penduduk Desa Nanga
Meje selaku Desa yang dilayani daerah irigasi adalah 1,355 jiwa, dengan rincian jumlah
penduduk laki-laki mencapai 672 jiwa dan jumlah penduduk perempuan mencapai 683 jiwa.
Dari total jumlah penduduk tersebut di atas, hampir semua penduduk mata
pencaharian pokok adalah petani, dengan pola pertanian utama adalah berkebun dan
berladang atau bersawah. Tanaman utama yang di tanam dalah Padi, Jagung dan Ubi-ubian.
Selain tanaman pangan, para petani di Desa Nanga Meje juga menanam tanaman
perdagangan seperti Kemiri, Kopi, Kakao dan Cengkeh.
Selain di sektor pertanian, masyarakat Nanga Meje juga merupakan Peternak. Jenis
ternak yang dipelihara di Desa Nangan Meje antara lain yaitu Sapi, Kuda, Kerbau, Babi,
Kambing dan Ayam. Di Desa Nanga Meje juga memiliki kelompok Menganyam. Jenis
anyaman yang dikerjakan oleh kelompok anyam Desa Nangan Meje adalah Anyaman Topi
Rajong.
D. PROFIL TEKNIS
Daerah Irigasi (DI) Ponggo Wenggeng terletak di tengah aliran sungai Ponggo
Wenggeng dengan ukuran panjang bendung mencapai 10 meter. Kondisi bendungan DI
Ponggo Wenggeng sa’at ini dalam keadaan rusak, dimana kondisi penyadapnya patah di
bagian tengan bendungan. Hal ini diakibatkan oleh banjir pada musim hujan.
Panjang salurannya 100 meter, lebar 50 cm, tinggi 50 cm dan tebal dinding 30 cm
dengan kondisi fisik dalam keadaan rusak. Jumlah pintuh sadapnya hanya satu dan kondisi
fisiknya rusak dan jumlah pintu pembaginya satu dan kondisi fisik juga rusak.
Dari kondisi fisik hasil pantauan lapangan, kondisi bendungan dan saluran Daerah
Irigasi Ponggo Wenggeng tidak dapat digunakan atau tidak bisa dimanfaatkan lagi untuk
menghantar air dari sungai ke areal persawahan warga.
E. PROFIL KELEMBAGAAN
Untuk Daerah Irigasi Ponggo Wenggeng lembaga P3A daerah irigasi sudah dibentuk
dengan nama P3A Ponggo Wenggeng tetapi belum berstatus hukum. Lembaga P3A Ponggo
Wenggeng terdiri dari 3 orang pengurus dan 58 orang anggota.
H. BUDAYA LOKAL
Hamparan lahan persawahan Ponggo Wenggeng dibagikan oleh Kepala Suku kepada
masyarakat untuk dimiliki dan dikelolah. Untuk itu, Masyarakat pemilik lahan dalam
menggarap lahan Daerah Irigasi Ponggo Wenggeng harus tunduk mengikuti aturan adat
setempat, misalnya irong (hari larangan adat). Disisi yang lain, nilai kebesamaan masih
terpelihara dengan baik, misalnya adanya kelompok tenun dan kelompok lain yang diciptakan
oleh masyarakat desa disana karena adany rasa persaudaraan. Di Daerah Irigasi Ponggo
Wenggeng kerja sama antara pemilik lahan pada mulanya nampak, hal trsebut ibuktikan
dengan adanya penggalian saluran bersama. Namun setelah rusaknya bendungan dan
kondisinya tidak bisa mereka atasi, maka ketergantungan mereka satu-satunya hanya kepada
Pemerintah.
DATA KELEMBAGAAN.