Anda di halaman 1dari 102

THE EFFECT OF CITICOLINE TO THE MOTORIC IMPROVEMENT OF NON

HEMORRAGIC STROKE IN PELAMONIA TK II MAKASSAR HOSPITAL 2014

PENGARUH PEMBERIAN CITICOLINE TERHADAP PERBAIKAN MOTORIK


PADA PASIEN NON HEMORAGIK STROKE DI RS PELAMONIA TK II
MAKASSAR PADA TAHUN 2014

AGITHA BILLY LAKSANA DUARSA

NIM 10542 0352 12

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR

2016
THE EFFECT OF CITICOLINE TO THE MOTORIC IMPROVEMENT OF NON
HEMORRAGIC STROKE IN PELAMONIA TK II MAKASSAR HOSPITAL 2014

PENGARUH PEMBERIAN CITICOLINE TERHADAP PERBAIKAN MOTORIK


PADA PASIEN NON HEMORAGIK STROKE DI RS PELAMONIA TK II
MAKASSAR PADA TAHUN 2014

AGITHA BILLY LAKSANA DUARSA

NIM 10542 0352 12

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan


penelitian skripsi sarjana kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MAKASSAR

2016
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Agitha Billy Laksana Duarsa


NIM : 10542035212
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 10 Januari 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Garuda Buntu G.59 Makassar

Alamat Email : billyduarsa@yahoo.com

Riwayat Pendidikan Formal :

1. TK Bogor (1999-2000)
2. SD Banyumanik 01 – 02 Semarang (2000-2006)
3. SMP Negeri 2 Makassar (2006-2009)
4. SMA Islam Athirah 17 Makassar (2009-2012)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
SKRIPSI, MARET 2016

AGITHA BILLY LAKSANA DUARSA (10542 0352 12)

PENGARUH PEMBERIAN CITICOLINE TERHADAP PERBAIKAN


MOTORIK PADA PASIEN NON HEMORAGIK STROKE DI RS
PELAMONIA TK II MAKASSAR TAHUN 2014

(xii + 54 halaman, 6 tabel, , 8 lampiran)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG : Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang


semakin sering dijumpai. Terapi dengan menggunakan obat terutama ditujukan
untuk meningkatkan kualitas atau mempertahankan hidup pasien, citicolin salah
satunya.

TUJUAN : Untuk mengetahui pengaruh pemberian citicoline terhadap


perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke RS Pelamonia TK II
Makassar tahun 2014.

METODE : Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional


analitik dengan desain penelitian yang digunakan adalah studi case control yakni
untuk mengetahui pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien
non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014.

HASIL : Dari hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0.000 (p <
0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol ditolak dan hipotesa
alternative diterima. Hal ini berarti ada pengaruh pemberian citicoline terhadap
perbaikan motorik pada pasien non-hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II
Makassar tahun 2014.

KESIMPULAN : Terdapat perbaikan motorik berdasarkan kekuatan


kontraksi otot setelah diberikan citicoline selama 5 hari dengan dosis 250mg/8
jam/IV pada pasien non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II Makassar tahun
2014

DAFTAR PUSTAKA : 33 (2000 - 2015)

KATA KUNCI : citicoline, perbaikan motorik pasien non


Hemoragik stroke

i
FACULTY OF MEDICAL
MUHAMMADIYAH MAKASSAR UNIVERSITY
UNDERGRADUATE THESIS, March 2016

AGITHA BILLY LAKSANA DUARSA (10542 0352 12)

THE EFFECT OF CITICOLINE TO THE MOTORIC IMPROVEMENT


OF NON HEMORRAGIC STROKE PATIENTS IN PELAMONIA TK II
MAKASSAR HOSPITAL 2014

(xv + 54 pages, 6 table, 8 appendices)

ABSTRACT

BACKGROUND : Stroke is a cerebrovascular disease are more


frequently encountered. Treatment with medication is mainly intended to
improve or maintain the quality of life of patients, citicolin one of them.

OBJECTIVE : To determine the effect of citicoline to the motoric improvement


of non hemorragic stroke patients in Pelamonia TK II Makassar Hospital 2014..

METHOD : This research using observational analitic method with case


control design is to determine the provision of citicoline to the motoric
improvement of non hemorragic stroke patients in Pelamonia TK II Makassar
Hospital 2014.

RESULT : From the chi-square test, the result obtained by value p = 0,000 (p
< 0,05), so it can be concluded that the null hypothesis is rejected and the
alternative hypothesis is accepted. This means that there is the effect of citicoline
to the motoric improvement of non hemorrhagic stroke patients in Pelamonia TK
II Makassar Hospital 2014.

CONCLUSION : There were motoric improvement based on the manual


muscle test after being given citicoline for 5 days at a dose of 250 mg/8 hours/IV
of non hemorrhagic stroke patients in Pelamonia TK II Makassar Hospital 2014.

REFERENCE : 33 (2000 - 2015)

KEYWORDS : citicoline, motoric improvement of non


Hemorrhagic stroke patients

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Citicoline Terhadap

Perbaikan Motorik Pada Pasien Non Hemoragik Stroke di RS Pelamonia TK II

Makassar Tahun 2014” ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademis untuk

menyelesaikan studi S1 dan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh bantuan dari berbagai

pihak. Terkhusus kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda dr. H. Artha Bayu

Duarsa Sp.S dan Ibunda Hj Alfiah Dasuki Afandi, penulis mengucapkan terima

kasih atas kasih saying, cinta, doa, pengorbanan, dukungan dan semangat tiada

tara yang telah diberikan.

Selanjutnya penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Mahmud Ghaznawie, Ph.D,. Sp.PA. (K) Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Segenap dosen Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Makassar atas ilmu dan doa yang

diberikan kepada penulis.

3. Dosen pembimbing, dr. Siti Nurul Rezki Wahyuni, M.Kes dan Ibu

Juliani Ibrahim, Ph.D yang telah membagikan ilmu, memberikan

waktu dan arahan kepada penulis.

iii
4. Dosen penguji, dr. Nelly Mashuri, M.Kes yang telah memberikan

saran konstruktif dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Kepala Rumah Sakit, Kepala Administrasi dan staf-staf rekam medik

RS Pelamonia TK II Makassar yang telah membantu dan memberikan

dukungan serta doa kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat penulis Agustini Pratiwi Kadir, Akmal Mukmin

Mustari, Nailul Humam, Muhammad Fauzan Azhiman, Andi Muh.

Yusril Kurniawan Yahya, Muhammad Fardhan Ramadyah, Ahmad

Wardiman, Azhari Ahsan, Muhammad Ziaurrahman, Pangeran Baso,

Andi Althaf Zulfikar D, Vence Yusuf Cesario, Muhammad Affandi

Puluala, Yusva Muchtar dan Khaerul Waldi yang telah berbagi

semangat serta menemani dalam suka dan duka.

7. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini belum sempurna adanya,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif dan para

pembaca demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak baik pada

saat ini, maupun dimasa yang akan datang.

Makassar, 18 Maret 2016

Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI

PERNYATAAN PENGESAHAN

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

RIWAYAT HIDUP PENULIS

ABSTRAK………………………………………………………………………...i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….……..1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah………………………………………………………....3

C. Tujuan Penelitian………………………………………………………….3

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...5

A. Definisi Stroke……………………..……..……………………………….5

B. Epidemiologi Stroke………………………………………………………5

C. Klasifikasi Stroke………………………………………………………….6

D. Patofisiologi Non Hemoragik Stroke……………………………………...7

E. Faktor Resiko Non Hemoragik Stroke…………………………………….9

v
F. Penatalaksanaan………………………………………………………….10

G. Prognosis…………………………………………………………………11

H. Citicoline………………………………………………………………....13

I. Mekanisme Kerja Citicoline……………………………………………..13

J. Manual Muscle Test……………………………………………………...17

K. Kerangka Teori…………………………………………………………..20

BAB III KERANGKA KONSEP………………………………………………21

A. Kerangka Konsep………………………………………………………...21

B. Definisi Operasional……………………………………………………..22

C. Hipotesis…………………………………………………………………23

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..24

A. Desain Penelitian…………………………………………………………24

B. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………………24

C. Populasi dan Sampel……………………………………………………..24

D. Cara Pengambilan Sampel……………………………………………….25

E. Pengumpulan Data……………………………………………………….26

F. Manajemen Data…………………………………………………………27

G. Pengelolaan Data…………………………………………………………28

H. Analisis Data……………………………………………………………..28

I. Etika Penelitian…………………………………………………………..29

BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………………31

A. Gambaran Umum Populasi dan Sampel…………………………………31

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……………………………………..31

vi
C. Analisis Univariat………………………………………………………..32

D. Analisis Bivariat………………………………………………………….35

BAB VI PEMBAHASAN……………………...………………………………..37

A. Insiden Penyakit Non Hemoragik Stroke di RS Pelamonia TK II Makassar

Tahun 2014………………………………………………………………37

B. Pengaruh Pemberian Citicoline Terhadap Perbaikan Motorik Pada Pasien

Non Hemoragik Stroke…………………………………………………..37

BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN…………………………….……………44

A. Pola Makan yang Sehat…………………………………………………..44

B. Istirahat yang Cukup……………………………………………………..46

BAB VIII PENUTUP………………………………………………..………….47

A. Kesimpulan………………………………………………………………47

B. Saran……………………………………………………………………...48

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...49

LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Pasien NHS Berdasarkan Rekam Medik RS


Pelamonia Makassar TK II Makassar Tahun 2014………………………………32

Tabel 5.2 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kekuatan Kontraksi Otot Sebelum
Pemberian Citicoline……………………………………………………………..33

Tabel 5.3 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kriteria Kekuatan Kontraksi Otot
Setelah Pemberian Citicoline Selama 5 hari……………………………………..34

Tabel 5.4. Pengaruh Pemberian Citicoline Terhadap Kekuatan Kontraksi


Otot……………………………………………………………………………….35

Tabel 6.1 Pasien Non Hemoragik Stroke Berdasarkan Kekuatan Kontraksi Otot
yang Setelah Diberikan Citicoline yang Tercantum di Rekam Medik RS
Pelamonia TK II
Makassar…………………………………………………………………………38

Tabel 6.2 Pemberian Citicoline Pada Pasien Non Hemoragik Stroke Terhadap
Kekuatan Kontraksi Otot Berdasarkan Rekam Medik RS Pelamonia TK II
Makassar Tahun 2014……………………………………………………………42

viii
DAFTAR BAGAN

Bagan II.1 Kerangka Teori……………………………………………………….20

Bagan III.1 Kerangka Konsep…………………………………………………....21

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian

Lampiran 2. Analisis Univariat

Lampiran 3. Analisis Bivariat

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Lembaga Penelitian

x
PENGARUH PEMBERIAN CITICOLINE TERHADAP
PERBAIKAN MOTORIK PADA PASIEN NON HEMORAGIK
STROKE
DI RS PELAMONIA TK II MAKASSAR TAHUN 2014
Agitha Billy Laksana Duarsa
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Makassar
Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar - 90221
Telp: (0411) 866 972
Fax: (0411) 865 588
E-mail : billyduarsa@yahoo.com

ABSTRACT
Background
Stroke is a cerebrovascular disease are more frequently encountered. Treatment
with medication is mainly intended to improve or maintain the quality of life of
patients, citicolin one of them.
Objective
To determine the effect of citicoline to the motoric improvement of non
hemorragic stroke patients in Pelamonia TK II Makassar Hospital 2014..
Method
This research using observational analitic method with case control design is to
determine the provision of citicoline to the motoric improvement of non
hemorragic stroke patients in Pelamonia TK II Makassar Hospital 2014.
Result
From the chi-square test, the result obtained by value p = 0,000 (p < 0,05), so it
can be concluded that the null hypothesis is rejected and the alternative hypothesis
is accepted. This means that there is the effect of citicoline to the motoric
improvement of non hemorrhagic stroke patients in Pelamonia TK II Makassar
Hospital 2014.
Conclusion
There were motoric improvement based on the manual muscle test after being
given citicoline for 5 days at a dose of 250 mg/8 hours/IV of non hemorrhagic
stroke patients in Pelamonia TK II Makassar Hospital 2014.

Keywords : citicoline, motoric improvement of non hemorrhagic


stroke patients

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Stroke merupakan semakin sering dijumpai. Di
penyakit serebrovaskular yang Amerika Serikat, stroke
merupakan penyebab kematian banyak pula kasus stroke yang
terbesar ketiga, dan akan dijumpai. Perbandingan
menyebabkan kematian 90.000 antara penderita pria dan wanita
wanita dan 60.000 pria setiap hampir sama (Hankey,2002).[2]
tahun. Selain menyebabkan Berdasarkan penelitian,
kematian, stroke juga prevalensi stroke berkisar 5-12
merupakan penyebab utama per 1000 penduduk (Hankey,
kecacatan dan penyebab 2002). MacDonald et al. (2000)
seseorang dirawat di rumah sakit yang meneliti prevalensi dari
dalam waktu lama. Di samping berbagai jenis penyakit susunan
itu stroke merupakan penyebab saraf menemukan prevalensi
tersering kedua kepikunan stroke sebesar 800 per 100.000
setelah penyakit Alzheimer. penduduk.[3]
Pada tahun 2000, penderita Di Indonesia masih
stroke di Amerika Serikat belum ada data epidemiologis
menghabiskan biaya sebesar 30 stroke yang lengkap, tetapi
milyar dolar Amerika untuk jumlah penderita strok dari
perawatan (Adam, et al., 2000). tahun ke tahun cenderung
Mengingat besarnya dampak meningkat. Hal ini terlihat dari
yang ditimbulkan oleh stroke, laporan Survey Kesehatan
upaya preventif akan sangan Rumah Tangga DepKes RI di
besar pengaruhnya terhadap berbagai rumah sakit di 27
[1]
kesehatan masyarakat. propinsi di Indonesia. Dimana
Insiden serangan stroke hasil survey menunjukkan
pertama sekitar 200 per 100.000 peningkatan dari tahun 1984
penduduk pertahun. Insiden sampai tahun 1986 yaitu
stroke meningkat dengan 0,72/100 penderita tahun 1984
bertambahnya usia. akibatnya, menjadi 0,89/100 penderita pada
dengan semakin panjangnya tahun 1986.[4]
angka harapan hidup termasuk Citicoline telah banyak
di Indonesia, akan semakin dipelajari dalam uji klinis
dengan sukarelawan dan lebih pengobatan menggunakan
dari 11.000 pasien dengan citicoline, pada pasien yang
berbagai gangguan neurologis tidak diberikan rt-PA tapi
termasuk stroke iskemik akut diberikan citicoline, terlihat efek
hasilnya ditemukan bahwa positif. Pada penggunaan
citicoline aman digunakan dan citicoline pada pasien umur >70
baik untuk pasien stroke iskemik tahun terlihat hasil yang lebih
akut, pasien stroke ringan, baik daripada tidak diberikan
pasien yang lebih tua dari 70 citicoline, semakin luas area
tahun, pasien yang tidak diobati iskemik, semakin besar
dengan rt-PA. citicoline adalah citicoline area iskemik yang
bentuk eksogen cytidine-5’- dikurangi oleh citicoline.[5]
diphosphocholine, obat dengan Sampai saat ini penelitian
potensi meningkatkan plastisitas mengenai pengaruh pemberian
otak, mungkin mengurangi citicoline terhadap perbaikan
kerusakan otak. Citicoline motorik pada pasien non
disimpan di mitokondria dan hemoragik stroke masih sangat
membran sel. Efek citicoline kurang, hal ini menjadi latar
pada pasien stroke iskemik akut belakang peneliti untuk
yang diberikan recombinan melakukan penelitian lebih lanjut
tissue plasminogen activator (rt- tentang hal tersebut.
PA) membuat bisa hasil
Control, yakni untuk mengetahui
pemberian citicoline terhadap
METODE PENELITIAN perbaikan motorik pada pasien
non hemoragik stroke di RS
Penelitian ini menggunakan
Pelamonia TK II Makassar pada
metode observasional analitik
saat itu juga yang tertera pada
yang menganalisis perbaikan
rekam medik tahun 2014.
motorik dengan pemberian
Adapun sampel dalam penelitian
citicoline. Desain penelitian yang
ini adalah 52 pasien non
digunakan adalah studi Case
hemoragik stroke yang digunakan untuk
menggunakan citicoline, tehknik mendiskripsikan karakteristik
yang dilakukan adalah judgement dari variable penelitian. Hasildari
sampling, dengan kriteria inklusi masing-masing variabel
terdaftar sebagai pasien di RS kemudian dimasukan ke tabel
Pelamonia TK II Makassar, distribusi frekwensi dan analisis
pasien non hemoragik stroke. Bivariat dengan menggunakan uji
Analisis data yang dilakukan Chi-Squere.
adalah analisis univariat


HASIL
Analisis univariat
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Pasien NHS Berdasarkan Rekam Medik RS
Pelamonia Makassar TK II Makassar Tahun 2014.
Variabel Jumlah(n) Persentase(%)
Jenis kelamin
Pria 26 47.3
Wanita 29 52.7
Usia
≤35 tahun 3 5.5
>35 tahun 52 94.5

Total 55 100.0
Sumber : data sekunder 2016
Dari tabel 5.1 pasien (94.5%). Sedangkan pasien
non-hemoragik stroke (NHS) non hemoragik stroke (NHS)
yang dilibatkan sebanyak 55 yang berjenis kelamin Pria
orang (100%). Usia ≤ 35 sebanyak 26 orang (47.3%)
tahun berjumlah 3 orang dan yang berjenis kelamin
(5.5%) dan yang usia >35 wanita sebanyak 29 orang
tahun berjumlah 52 orang (52.7%
Tabel 5.2 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kekuatan Kontraksi
Otot Sebelum Pemberian Citicoline.
Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

0/5 8 14.5
1/5 44 80.0
2/5 3 5.5

Total 55 100.0
Sumber : data sekunder 2016
Dari tabel 5.2 otot 1/5 berjumlah 44 orang
sebelum pemberian citicoline, (80%), sedangkan pasien
pasien NHS dengan kekuatan NHS dengan kekuatan
kontraksi otot 0/5 berjumlah kontraksi otot 2/5 berjumlah
8 orang (14.5%), pasien NHS 3 orang (5.5%).
dengan kekuatan kontraksi

Tabel 5.3 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kriteria Kekuatan


Kontraksi Otot Setelah Pemberian Citicoline Selama 5 hari
Kriteria Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

Ada Perbaikan 53 96.4


Tidak Ada Perbaikan 2 3.6

Total 55 100.0
Sumber : data sekunder 2016
Pasien NHS setelah diberikan Sedangkan tidak ada perbaikan
citicoline, dikriteriakan menjadi ada apabila dari hari pertama samapi
perbaikam apabila dari hari pertama dengan hari kelima tidak mengalami
sampai hari kelima mengalami peningkatan kekuatan kontraksi otot.
peningkatan kekuatan kontraksi otot. Berdasarkan tabel 5.4 pasien NHS
yang tidak ada perbaikan berjumlah pemberian citicoline berjumlah 53
2 orang (3.6%) dan pasien NHS yang orang (96.4%).
mengalami perbaikan setelah

Analisi Bivariat

Tabel2.HubunganTingkat Pengetahuan Anak Dalam Penggunaan Media


Elektronik Terhadap Kejadian Miopia Pada Anak Sekolah Menengah Pertama
Di Kabupaten Sinjai Utara Tahun 2016

Sumber : Data Primer, 2016

Tabel diatas 5.4 pemberian citicoline selama 5


menunjukkan bahwa setelah hari, pasien NHS dengan
kekuatan kontraksi otot masuk perbaikan berjumlah 2 orang.
dengan nilai 0/5 yang mengalami Dan hasil dari uji statistik chi
perbaikan berjumlah 8 orang, square diperoleh nilai p = 0.000
pasien NHS dengan kekuatan (p < 0.05), sehingga dapat
kontraksi otot masuk dengan disimpulkan bahwa hipotesa nol
nilai 1/5 yang mengalami ditolak dan hipotesa alternative
perbaikan berjumlah 44 orang. diterima. Hal ini berarti ada
Pasien NHS dengan kekuatan pengaruh pemberian citicoline
kontraksi otot masuk dengan terhadap kekuatan kontraksi otot
nilai 2/5 yang mengalami pada pasien non-hemoragik
perbaikan hanya 1 orang, stroke (NHS).
sedangkan yang tidak mengalami

PEMBAHASAN

A. Insiden penyakit non pasien non hemoragik


hemoragik stroke di RS stroke
Pelamonia TK II Makassar Dari hasil penelitian
tahun 2014 didapatkan pasien non
Dari hasil penelitian hemoragik stroke yang
didapatkan bahwa insiden diberikan citicoline
Penyakit Non Hemoragik berdasarkan rekam medik di
Stroke di RS Pelamonia TK RS Pelamonia TK II
II Makassar periode 1 Januari Makassar tahun 2014
– 31 Desember 2014 sebanyak 55 orang. Dimana
sebanyak 55 pasien. berjenis kelamin pria
sebanyak 26 orang dan yang
B. Pengaruh pemberian
berjenis kelamin wanita
citicoline terhadap
sebanyak 29 orang, yang
perbaikan motorik pada
berumur < 35 tahun sebanyak
3 orang dan yang berumur > Diketahui berdasarkan
35 tahun sebanyak 52 orang rekam medik RS Pelamonia
dan diketahui 55 orang TK II Makassar bahwa pasien
tersebut masuk dengan non hemoragik stroke
kekuatan kontraksi otot sebanyak 55 orang ini
berkisar 0/5 - 2/5 dimana diberikan citicoline selama 5
pada pasien NHS dengan hari dengan dosis 250 mg
kekuatan kontraksi otot 0/5 yang diberikan secara injeksi
sebanyak 8 orang, pasien dengan pola pemberian
NHS dengan kekuatan selama per 8 jam.
kontraksi otot 1/5 sebanyak
Pasien non hemoragik
44 orang dan pasien NHS
stroke berdasarkan kekuatan
dengan kekuatan kontraksi
kontraksi otot yang setelah
otot 2/5 sebanyak 3 orang.
diberikan citicoline yang
Diketahui bahwa penderita
tercantum di rekam medik RS
non hemoragik stroke lebih
Pelamonia TK II Makassar
banyak mengenai pada usia >
adalah sebagai berikut :
35 tahun dan jarang ditemui
pada usia < 35 tahun hal
tersebut di karenakan adanya
faktor usia yang
mempengaruhi.[7]

Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

Hari Pertama
1/5 41 74.5
2/5 13 23.6
3/5 1 1.8
Hari Kedua
1/5 24 43.6
2/5 22 40.0
3/5 9 16.4

Hari Ketiga
1/5 5 9.1
2/5 20 49.1
3/5 27 36.4
4/5 3 5.5

Hari Keempat
1/5 4 7.3
2/5 14 25.5
3/5 21 38.2
4/5 16 29.1

Hari Kelima
1/5 2 3.6
2/5 2 3.6
3/5 19 34.5
4/5 31 56.4
5/5 1 1.8

Total 55 100.0
Sumber : data sekunderr 2016

Dari tabel diatas kontraksi otot 1/5 berjumlah


setelah pemberian citicoline 41 orang (74.5%), 2/5
pada hari pertama, pasien berjumlah 13 orang (23.6%),
NHS dengan kekuatan 3/5 berjumlah 1 orang
(1.8%). Pada hari kedua, Mekanisme kerja dari
pasien NHS dengan kekuatan citicoline sendiri yaitu pada
kontraksi otot 1/5 berjumlah saat citicoline diberikan
24 orang (43.6%), 2/5 secara injeksi, citicoline
berjumlah 22 orang (40%), memperbaiki membrane sel
3/5 berjumlah 9 orang saraf melalui peningkatan
(16.4%). Pada hari ketiga, sintesis phosphatidylcoline,
pasien NHS dengan kekuatan kemudian memperbaiki
kontraksi otot 1/5 berjumlah neuron kolinergik yang rusak
5 orang (9.1%), 2/5 melalui potensial dari
berjumlah 20 orang (49.1%), produksi asetilkolin, lalu
3/5 berjumlah 27 orang mengurangi penumpukan
(36.4%), 4/5 berjumlah 3 asam lemak bebas pada
orang (5.5%). Pada hari kerusakan akibat stroke
keempat, pasien NHS dengan iskemik dan citicoline juga
kekuatan kontraksi otot 1/5 memulihkan kerusakan
berjumlah 4 orang (7.3%), sphingomyelin setelah suatu
2/5 berjumlah 14 orang keadaan ischemia.[31]
(25.5%), 3/5 berjumlah 21
Dari keseluruhan
orang (38.2%), 4/5 berjumlah
pasien non hemoragik stroke
16 orang (29.1%). Pada hari
yang berjumlah 55 orang
kelima, pasien NHS dengan
yang setelah diberikan
kekuatan kontraksi otot 1/5
citicoline selama 5 hari
berjumlah 2 orang (3.6%),
dengan dosis 250 mg/8
2/5 berjumlah 2 orang
jam/IV, pasien yang
(3.6%), 3/5 berjumlah 19
mengalami perbaikan
orang (34.5%), 4/5 berjumlah
motorik atau peningkatan
31 orang (56.4%), 5/5
kekuatan kontraksi otot
berjumlah 1 orang (1.8%).
sebanyak 53 orang dan pasien
yang tidak mengalami
perbaikan motorik atau tidak pasien tersebut memiliki
mengalami peningkatan penyakit lebih dari 1 dan
kekuatan kontraksi otot konsumsi obat yang mana
sebanyak 2 orang. Seperti lebih dari 5 jenis obat,
yang dikatakan oleh Jan.S sehingga kemungkinan besar
Surya bahwa Citicoline dosis dari citicoline yang
merupakan bahan dasar dari diberikan pada pasien
biosintese turunan tersebut berkurang. Dan pada
fosfotidilkholine dari jurnal juga dikatakan bahwa
fosfolipid di sel membrane citicoline tampaknya
yang berfungsi untuk memiliki efek yang berbeda
menekan pelepasan asam pada sintesis fosfatidilkolin
arakhidonik dan mencegah di usia muda dibandingkan
kerusakan fosfolipid setelah pada orang dewasa yang
terjadi iskhemik. Citicoline lebih tua. Fosfatidilkolin
bisa meningkatkan sintese merupakan senyawa penting
fosfatidilkholin dan untuk integritas membran sel
sfingomielin pada sel dengan dan perbaikan. Hal ini
kondisi iskhemik serta biasanya berkurang dalam
menekan aktivitas fosfolipase membran sel otak akibat
yang mana berupa penuaan. Sebuah studi
peningkatan pemulihan menggunakan protein
kesadaran dan terjadi spektroskopi resonansi
peningkatan kekuatan magnetik untuk mengukur
kontraksi otot.[30] pada pasien konsentrasi senyawa kolin
yang tidak mengalami yang mengandung sitosol
perbaikan motorik yaitu pada otak sebelum dan
sebanyak 2 orang, pasien setelah dosis tunggal
tersebut berumur 55 tahun citicoline menemukan bahwa
dan 67 tahun. Pada rekam resonansi kolin dalam otak
medik tercantum bahwa 2 pada usia muda meningkat,
sedangkan penurunan dialami Diketahui pada
pada usia yang lebih tua. Hal pemberian citicoline pada
ini diduga bahwa komponen pasien non hemoragik stroke
cytidine citicoline terhadap kekuatan kontraksi
meningkatkan penggabungan otot berdasarkan rekam
kolin otak menjadi medik RS Pelamonia TK II
fosfatidilkolin membran sel Makassar tahun 2014 yaitu
saraf pada usia yang lebih tua sebagai berikut :
sehingga mengakibatkan
penurunan.[16]

Kekuatan Kontraktsi Otot Pasien Pasien NHS setelah diberikan


Masuk citicloline selama 5 hari
0/5 4/5
0/5 3/5
0/5 4/5
0/5 3/5
0/5 4/5
0/5 3/5
0/5 2/5
0/5 3/5

1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 5/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 2/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5

2/5 3/5
Total 53
Sumber : data sekunderr 2016

Pasien dengan kekuatan


kontraksi otot masuk 0/5
mengalami perbaikan sebanyak 8
orang, pada pasien dengan
kekuatan kontraksi otot masuk
1/5 mengalami perbaikan
sebanyak 44 orang, pada pasien
dengan kekuatan kontraksi otot
masuk 2/5 mengalami perbaikan
sebanyak 1 orang. Dari
keseluruhan pasien berdasarkan
rekam medik RS Pelamonia TK
II Makassar tidat tercantum efek
samping tetapi pada jurnal
anonym dikatakan bahwa efek
samping dari citicoline berkaitan
dengan percernaan seperti diare
dan beberapa gangguan vascular
ringan seperti sakit kepala.[29]
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN orang berjenis kelamin


Dari hasil penelitian yang wanita.
telah dilakukan berdasarkan 4. Pada penelitian ini
rekam medik yaitu “pengaruh didapatkan pengaruh
pemberian citicoline terhadap pemberian citicolin
perbaikan motorik pada pasien terhadap perbaikan
non hemoragik stroke di RS. Motorik pada pasien Non
Pelamonia TK. II Makassar tahun Hemoragik Stroke di RS.
2014” dapat disimpulkan sebagai Pelamonia TK. II
berikut : Makassar tahun 2014.

1. Pada RS Pelamonia TK II B. SARAN


Makassar tahun 2014 di 1. Pada peneliti selanjutnya
dapatkan sebanyak 55 yang sejenis dengan
pasien Non Hemmoragik penelitian ini diharapkan
Stroke yang diberikan dapat meneliti di rumah
citicoline. sakit lain yang ada di
2. Pada penelitian ini, pasien Kota Makassar atau di
non hemoragik stroke luar dari daerah
berdasarkan usia Makassar.
didapatkan < 35 tahun 2. Pada peneliti selanjutnya
sebanyak 3 orang dan > yang sejenis dengan
35 tahun sebanyak 52 penelitian ini diharapkan
orang. dapat meneliti dengan
3. Pada penelitian ini, pasien metode penelitian yang
non hemoragik stroke berbeda yaitu dengan
berdasarkan jenis kelamin metode cohort.
didapatkan sebanyak 26
orang berjenis kelamin

pria dan sebanyak 29


UCAPAN TERIMA KASIH Pelamonia TK II Makassar. Dan
untuk pembimbing skripsi yaitu
Penulis mengucapkan terima
dr.St.Nurul Resky Wahyuni,
kasih atas dukungan dari para
M.kes terima kasih atas
staf bagian rekam medic RS
dukungan dari beliau.

DAFTAR PUSTAKA Churchill Livingstone. 3rd ed,


1. Adams HP Jr, del Zoppo GJ, 2001,p. 139-153.
von Kummer R.2000. 5. Adinanthera, Gusti Wahyu
Management of Stroke: A The Effect of Citicoline on
Practical Guide for the Acute Ischemic Stroke :
Prevention, Evaluation and https://prezi.com/9q5i3o2d0e
Treatment of Acute Stroke, cr/the-effects-of-citicoline-
1st ed. Caddo US: on-acute-ischemic-stroke-a-
Professional review/ (diakses 22
Communications Inc. November 2014, 20.51
2. Hankey GJ. 2002. Stroke: WITA).
Your questions Answered. 6. WHO. 1989.
Edinburg: Churchill Recommendation on Stroke
Livingstoke. Prevention, diagnosis and
3. MacDonald BK, Cockerell therapy in Stroke. Stroke;
OC, Sander JWAS, Shorvon 20:1407-31.
SD. 2000. The incidence and 7. Fieschi C, Falcou A, Sachetti
lifetime prevalence of ML, Toni D. Pathogenesis,
neurological disorders in a Diagnosis and Epidemiology
prospective community-based of Stroke 2001 CNS Drug; 9
study in the UK. Brain; 123: suppl. 1:1-9.
665-676. 8. Misbach J. 2003. Stroke,
4. Barnett, Mohr, Stein, Yatsu Aspek Diagnostik,
(eds). Philadelphia : Pathofisiologi, Manajemen,
edisi pertama, Universitas 14. Jambou R, EL-Assaad F,
Indonesia, Jakarta. Combes V, Grau GE.
9. WHO, 2001. Report of the Citicoline (CDP-choline):
WHO task force on stroke What role in the treatment of
and other cerebrovascular complications of infectious
disorder manifestation on disease. Int J Biochem Cell
stroke, prevention, diagnosis Biol. 2009;41 (7): 1467-1470.
and therapy. Stroke 20; 1407- 15. D’Orlando KJ, Sandage BW.
1431. (diakses tanggal 25 Citicoline (CDP-choline):
November 2015 pukul 21.41 mechanisms of action and
WITA). effects in ischemic brain
10. Garcia. Pathology. In Stroke, injury. Neurol Res
Pathophysiology, Diagnosis, 2004;17(4):281-284.
and Management. 16. Babb SM, Appelmans KE,
11. Wen YD, Zhang HL, Qin Renshaw PF, Wurtman RJ,
ZH. Inflamatory mechanism Cohen BM. Differential
in Ischemic neuronal injury. effect of CDP-choline on
Neuroscience 2006; 22: 171 – brain cytosolic choline levels
182 in younger and older subjects
12. Underwood. Cerebrovascular as measured by proton
Disease in General and magnetic resonance
Systematic Pathology. spectroscopy.
Philadelphia : Churchill Psychopharma- cology
Livingstone. 3rd ed, 2000, p. (Berl). 2003;127(2):88-94.
748-751. 17. Wurtman RJ, Regan M, Ulus
13. Secades JJ, Lorenzo JL. I, Yu L. Effect of oral CDP-
Citicoline: pharmacological choline on plasma choline
and clinical review, 2006 and uridine levels in humans.
update. Methods Find Exp Biochem Pharmacol.
Clin Pharmacol. 2006;28 2000;60(7):989-992.
Suppl B: 1-56.
18. Mingeot-Leclercq M-P, Lins cerebral ischemia. J Neurosci
L, Bensliman M, et al. Res. 2003;73(3):308-315.
Piracetam menghambat efek- 23. Rema V, Bali KK,
mendestabilisasi lipid dari Ramachandra R, et al.
amiloid peptida A Sebuah C- Cytidine-5-diphosphocholine
terminal fragmen. Biochim supple- ment in early life
Biophys Acta 2003; 1609: induces stable increase in
28-38. dendritic complexity of
19. Drago F, Mauceri F, Nardo neurons in the somatosensory
L, et al. Effects of cytidine- cortex of adult rats.
diphosphocholine on acetyl- Neuroscience.
choline-mediated behaviors 2008;155(2):556-564.
in the rat. Brain Res Bull. 24. Price, 2005
2011;31(5):485-489. http://eprints.ums.ac.id/18613
20. D’Orlando KJ, Sandage BW. /9/BAB_II.pdf (diakses
Citicoline (CDP-choline): tanggal 27 November 2015
mechanisms of action and pukul 22.14 WITA)
effects in ischemic brain 25. Mansjoer, 2000
injury. Neurol Res http://eprints.ums.ac.id/18613
2006;17(4):281-284. /9/BAB_II.pdf (diakses
21. Weiss GB. Metabolism and tanggal 27 November 2015
actions of CDP-choline as an pukul 22.14 WITA)
endogenous compound and 26. Asmedi & Lamsudin, 1998
administered exogenously as http://eprints.ums.ac.id/18613
citicoline. Life Sci. /9/BAB_II.pdf (diakses
2010;56(9):637-660. tanggal 27 November 2015
22. Adibhatla RM, Hatcher JF. pukul 22.14 WITA)
Citicoline decreases 27. Feigin, dkk., 1998; Goldstein
phospholipase A2 stimulation dkk., 2006; Sjahrir, 2003
and hydroxyl radical http://repository.usu.ac.id/bits
generation in transient tream/123456789/21463/4/C
hapter%20II.pdf (diakses 33. Abuddin Nata. Perspektif
tanggal 30 November 2015
Islam tentang Pendidikan
pukul 19.45 WITA)
Kedokteran. Jakarta: FKIK
28. Warfield, Carol. 1996. Segala
Sesuatu Yang Perlu Anda UIN Jakarta; 2004
Ketahui Terapi Medis.
Jakarta : Gramedia
Widiasarana Indonesia.
29. Anonim. Citicoline
monograph. Alternative
Medicine Review 2008;
13:50-7
30. de la Morena E. Efficacy of
CDP-choline in the treatment
of senile alterations in
memory. Ann N Y Acad Sci
2007; 640: 233-236
31. Davalos A, Castillo J,
Alvarez-Sabin J, et al. Oral
22. Citicoline in acute
ischemic stroke: an
individualpatient data pooling
analysis of clinical trials.
Stroke 2002; 33:2850-7
32. Acmad Gholib. Study Ialam:

Belajar memahami Agama,

Al-Qur’an, AL-Hadist, dan

sejarah peradaban Islam.

Jakarta: Faza Media; 2005


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering

dijumpai. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian terbesar

ketiga, dan menyebabkan kematian 90.000 wanita dan 60.000 pria setiap

tahun. Selain menyebabkan kematian, stroke juga merupakan penyebab

utama kecacatan dan penyebab seseorang dirawat di rumah sakit dalam waktu

lama. Di samping itu stroke merupakan penyebab tersering kedua kepikunan

setelah penyakit Alzheimer. Pada tahun 2000, penderita stroke di Amerika

Serikat menghabiskan biaya sebesar 30 milyar dolar Amerika untuk

perawatan (Adam, et al., 2000). Mengingat besarnya dampak yang

ditimbulkan oleh stroke, upaya preventif akan sangan besar pengaruhnya

terhadap kesehatan masyarakat.[1]

Insiden serangan stroke pertama sekitar 200 per 100.000 penduduk

pertahun. Insiden stroke meningkat dengan bertambahnya usia. akibatnya,

dengan semakin panjangnya angka harapan hidup termasuk di Indonesia,

akan semakin banyak pula kasus stroke yang akan dijumpai. Perbandingan

antara penderita pria dan wanita hampir sama (Hankey,2002).[2]

Berdasarkan penelitian, prevalensi stroke berkisar 5-12 per 1000

penduduk (Hankey, 2002). MacDonald et al. (2000) yang meneliti prevalensi

1
dari berbagai jenis penyakit susunan saraf menemukan prevalensi stroke

sebesar 800 per 100.000 penduduk.[3]

Di Indonesia masih belum ada data epidemiologis stroke yang

lengkap, tetapi jumlah penderita strok dari tahun ke tahun cenderung

meningkat. Hal ini terlihat dari laporan Survey Kesehatan Rumah Tangga

DepKes RI di berbagai rumah sakit di 27 propinsi di Indonesia. Dimana hasil

survey menunjukkan peningkatan dari tahun 1984 sampai tahun 1986 yaitu

0,72/100 penderita tahun 1984 menjadi 0,89/100 penderita pada tahun

1986.[4]

Citicoline telah banyak dipelajari dalam uji klinis dengan sukarelawan

dan lebih dari 11.000 pasien dengan berbagai gangguan neurologis termasuk

stroke iskemik akut hasilnya ditemukan bahwa citicoline aman digunakan dan

baik untuk pasien stroke iskemik akut, pasien stroke ringan, pasien yang lebih

tua dari 70 tahun, pasien yang tidak diobati dengan rt-PA. citicoline adalah

bentuk eksogen cytidine-5‟-diphosphocholine, obat dengan potensi

meningkatkan plastisitas otak, mungkin mengurangi kerusakan otak.

Citicoline disimpan di mitokondria dan membran sel. Efek citicoline pada

pasien stroke iskemik akut yang diberikan recombinan tissue plasminogen

activator (rt-PA) membuat bisa hasil pengobatan menggunakan citicoline,

pada pasien yang tidak diberikan rt-PA tapi diberikan citicoline, terlihat efek

positif. Pada penggunaan citicoline pada pasien umur >70 tahun terlihat hasil

yang lebih baik daripada tidak diberikan citicoline, semakin luas area

2
iskemik, semakin besar citicoline area iskemik yang dikurangi oleh

citicoline.[5]

Sampai saat ini penelitian mengenai pengaruh pemberian citicoline

terhadap perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke masih sangat

kurang, hal ini menjadi latar belakang peneliti untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada

pasien non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian citicoline terhadap

perbaikan motorik pada pasien non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK

II Makassar tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi karakteristik pasien yang terkena non

hemoragik stroke.

b. Untuk mengetahui perbedaan kekuatan motorik pasien non hemoragik

stroke sebelum dan setelah diberikan citicoline yang dinilai

berdasarkan Manual Muscle Test/kekuatan kontraksi otot.

3
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Meningkatkan kemampuan penulis dalam memahami langkah-

langkah penelitian yang meliputi pembuatan proposal, proses

penelitian dan pembuatan laporan penelitian.

b. Menambah pengetahuan mengenai non hemoragik stroke.

c. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam

mengelola penelitian.

d. Menerapkan ilmu-ilmu yang diperoleh dari penelitian.

2. Bagi Instansi Pendidikan

a. Meningkatkan hubungan kerjasama dan saling pengertian antara

pendidik dan mahasiswa.

3. Bagi Pengembangan Penelitian

a. Sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti lain

yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian

ini.

4. Bagi Kalangan Medis

a. Didapatkan manfaat penggunaan citicoline.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

Definisi stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan

fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung

dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian,

tanpa ditemukannya penyebab selain dari pada gangguan vascular. [6]

B. Epidemiologi Stroke

Umur merupakan faktor resiko yang paling penting bagi semua jenis

stroke. Insiden stroke meningkat secara luas dengan bertambahnya umur. Di

Oxfordshire, selama tahun 1981 – 1986, tingkat insiden stroke (kasus baru

per tahun) stroke pada kelompok usia 45-54 tahun ialah 57 kasus per 100.000

penduduk dibanding 1987 kasus per 100.000 penduduk pada kelompok usia

85 tahun keatas[8]. Sedangkan di Aucland, Selandia Baru, insiden stroke pada

kelompok usia yang sama 32 per 10.000 penduduk. Pada kelompok usia

diatas 85 tahun dijumpai insiden stroke dari 184 per 10.000 di Rochester,

Minnester, Minnesota, dan 397 per 10.000 penduduk di Soderham, Swedia.[7]

Berdasarkan jenis kelamin, insiden stroke di Amerika Serikat 270 per

100.000 pada laki-laki dan 201 per 100.000 pada perempuan. Di Denmark,

insiden stroke 270 per 100.000 pada laki-laki dan 189 per 100.000 pada

5
perempuan. Di Inggris insidens stroke 174 per 100.000 pada laki-laki dan 233

per 100.000 pada perempuan. Di Swedia, insiden stroke 221 per 100.000

pada laki-laki dan 196 per 100.000 pada perempuan.[7]

Pada penelitian di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh data

jumlah stroke akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober 1996

sampai dengan akhir Maret 1997, mengenai usia sebagai berikut : dibawah 45

tahun 12,9%, usia 45 – 65 tahun 50,5%, diatas 65 tahun 35,8%, dengan

jumlah pasien laki-laki 53,8% dan pasien perempuan 46,2%.[8]

C. Klasifikasi Stroke

Stroke diklasifikasikan berdasarkan atas gambaran klinik, patologi

anatomi, system pembuluh darah dan stadiumnya. Dasar klasifikasi yang

berbeda-beda ini diperlukan, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara

pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya

sama. Adapun klasifikasi tersebut, antara lain : berdasarkan patologi anatomi

dan penyebabnya: (1) stroke iskemik, terdiri atas transient ischemic attack

(TIA), thrombosis serebri, emboli serebri; (1) stroke hemoragik, terdiri atas

perdarahan intra serebral dan perdarahan subarachnoid. Berdasarkan

stadium/pertimbangan waktu : (a) Serangan iskemik sepintas/TIA. Pada

bentuk ini gejala neurologic yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih

lama dari 24 jam. (b) Reversible ischemic neurological deficit (RIND). Gejala

neurologic yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24

jam, tetapi tidak lebih dari seminggu. (c) Progressing stroke atau stroke in

6
evolution. Gejala neurologic yang makin lama makin berat (d) Complete

stroke. Gejala klinis sudah menetap. Berdasarkan system pembuluh darah:

system karotis dan system vertebra-basiler.[8]

Sedangkan penggunaan klinis yang lebih praktis lagi adalah

klasifikasi dari New York Neurological Institute, dimana stroke menurut

mekanisme terjadinya dibagi dalam dua bagian besar, yaitu: Stroke Iskemik

(85%) yang terdiri dari : thrombosis 75-80%, emboli 15-20%, lain-lain 5% :

vaskulitis, koagulopati, hipoperfusi dan Stroke hemoragik (10-15%) yang

terdiri dari : intraserebral (parenchymal) dan subarachnoid. [9]

D. Patofisiologi Non Hemogarik Stroke

Pada penyakit serebrovaskuler terjadi abnormalitas di otak yang

disebabkan adanya gangguan pada pembuluh darah serebral. Efek akhir dari

penyakit serebrovaskular adalah terjadinya penurunan suplai oksigen ke otak

yang menyebabkan sel otak mengalami hipoksia.

Jaringan otak sangat rentan terhadap gangguan suplai oksigen maupun

glukosa. Otak membutuhkan sekitar 20% dari pemakaian oksigen tubuh

setiap hari. Selain itu, otak membutuhkan glukosa untuk menghasilkan

energy melalui proses glikolisis dan siklus krebs serta membutuhkan 4x

1021 ATP per menit. Oksigen dan glukosa tersebut diantarkan ke otak melalui

aliran darah secara konstan. Metabolism ini merupakan proses yang tetap dan

berkesinambungan, tanpa ada periode istirahat.[10]

7
Kegagalan sirkulasi dalam darah merupakan suatu keadaan yang amat

kompleks yang menyangkut terjadinya iskemia serebral, perubahan aliran

darah serebral, inflamasi, peningkatan produksi radikal bebas, nekrosis neural

dan apoptosis serta dimanifestasikan dengan disfungsi neurologi. penurunan

serebral blood flow (CBF) ini disebabkan oleh adanya oklusi pada salah satu

cabang arteri/pembuluh darah serebral atau adanya emboli atau thrombus. [11]

Bukti ilmiah menyatakan bahwa proses inflamasi menyebabkan

meningkatkan potensi akan terjadinya suatu proses patogenesis iskemi akut

pada otak. Kebanyakan proses inflamasi muncul akibat modulasi sitokin,

protein yang terdapat pada leukosit, astrocyte, microglial, sel endotel sebagai

respon dari adanya gangguan reperfusi serebral yang menyebabkan terjadinya

iskemi. Dalam tahun belakangan ini, ada beberapa penemuan yang bersifat

eksperimental dan klinis mengatakan bahwa inflamasi menyebabkan

terjadinya proses neurodegenerative. Akhir-akhir ini dipertimbangkan bahwa

peranan seluler dan molekul berperan dalam proses terjadinya iskemi pada sel

otak. Otak akan mengalami iskemi akibat hasil menurunnya penyimpanan

metabolic, akumulasi intraseluler kalsium, stress oxsidative dan respon dari

inflamasi pada otak.[11]

Stroke iskemi merupakan penyebab sebagian besar kasus stroke (

85%). Stroke iskemi disebabkan oleh thrombosis atau emboli pada pembuluh

darah serebral. Proses yang mendasari terjadinya thrombosis atau emboli

adalah aterosklerosis pada arteri carotis cranial yang meliputi terminal arteri

carotis internal dan cabang-cabangnya. Aterosklerosis terjadi karena

8
kerusakan endotel (disfungsi endotel) vascular yang disebabkan gangguan

mekanik, biokimia dan inflamasi. Beberapa penyebab disfungsi endotel

adalah peningkatan dan modifikasi low density lipoprotein (LDL); radikal

bebas akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus; perubahan genetic;

peningkatan kadar hemosistein plasma; serta infeksi mikro organisme seperti

virus herpes atau clamidia pneumonia. Disfungsi endotel berhubungan

dengan peningkatan ekstravasasi sel inflamasi, peningkatan adhesi trombosit,

aktifitas prokoagulan dan kegagalan fibrinolysis.[12]

E. Faktor Resiko Non Hemoragik Stroke

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya stroke iskemik

diantaranya:

Faktor risiko yang tidak dapat diubah

 Umur

 Jenis kelamin

 Keturunan/genetic

Faktor risiko yang dapat diubah

 Behaviour

 Merokok

 Diet tidak sehat

 Peminum alkohol

 Pemakaian obat-obatan

9
Faktor risiko psikologi

 Hipertensi

 Penyakit jantung

 Diabetes mellitus

 Infeksi, arteritis, trauma

 Gangguan ginjal

 Obesitas

 Polisitemia

 Kelainan pembuluh darah

Adapun faktor risiko utama penyebab stroke iskemik adalah:

 Hipertensi

 Merokok

 Diabetes mellitus

 Kelainan jantung

 Kolesterol [27]

F. Penatalaksaan

Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memiliki peranan

penting dalam menentukan hasil akhir pengobatan. Betapa pentingnya

pengobatan stroke sedini mungkin, karena „jendela terapi‟ dari stroke hanya 3-

6 jam. Adapun hal yang harus dilakukan untuk penatalaksanaan pasien stroke:

 Stabilitas pasien dengan tindakan ABC (Airway, breathing, Circulation)

10
 Pertimbangkan intubasi bila kesadaran stupor atau koma atau gagal napas

19

 Pasang jalur infus intravena dengan larutan salin normal 0,9 % dengan

kecepatan 20 ml/jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5

% dalam air dan salin 0, 45 %, karena dapat memperhebat edema otak

 Berikan oksigen 2

 4 liter/menit melalui kanul hidung

 Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut

 Buat rekaman elektrokardiogram (EKG) dan lakukan foto rontgen toraks

 Ambil sampel untuk pemeriksaan darah: pemeriksaan darah perifer

lengkap dan trombosit, kimia darah (glukosa, elektrolit, ureum, dan

kreatinin), masa protrombin, dan masa tromboplastin parsial

 Jika ada indikasi, lakukan tes

 tes berikut: kadar alkohol, fungsi hati, gas darah arteri, dan skrining

toksikologi

 Tegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

 CT Scan atau resonansi magnetik bila alat tersedia.[25]

G. Prognosis

Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease,

disability, discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek

prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk

mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua

11
penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan

umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh 20

secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke (Asmedi &

Lamsudin, 1998).

Asmedi & Lamsudin (1998) mengatakan prognosis fungsional stroke

pada infark lakuner cukup baik karena tingkat ketergantungan dalam activity

daily living (ADL) hanya 19 % pada bulan pertama dan meningkat sedikit (20

%) sampai tahun pertama. Bermawi, et al., (2000) mengatakan bahwa sekitar

30-60 % penderita stroke yang bertahan hidup menjadi tergantung dalam

beberapa aspek aktivitas hidup sehari-hari. Dari berbagai penelitian, perbaikan

fungsi neurologik dan fungsi aktivitas hidup sehari-hari pasca stroke menurut

waktu cukup bervariasi. Suatu penelitian mendapatkan perbaikan fungsi

paling cepat pada minggu pertama dan menurun pada minggu ketiga sampai 6

bulan pasca stroke.

Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan

yang terjadi pada penderita stroke. Hasil akhir yang dipakai sebagai tolok ukur

diantaranya outcome fungsional, seperti kelemahan motorik, disabilitas,

quality of life, serta mortalitas. Menurut Hornig et al., prognosis jangka

panjang setelah TIA dan stroke batang otak/serebelum ringan secara

signifikan dipengaruhi oleh usia, diabetes, hipertensi, stroke sebelumnya, dan

penyakit arteri karotis yang menyertai. Pasien dengan TIA memiliki prognosis

yang lebih baik dibandingkan pasien dengan TIA memiliki prognosis yang

lebih baik dibandingkan pasien dengan stroke minor. Tingkat mortalitas

12
kumulatif pasien dalam penelitian ini sebesar 4,8 % dalam 1 tahun dan

meningkat menjadi 18,6 % dalam 5 tahun.[26]

H. Citicoline

Citicoline (cytidine diphosphocholine, CDP-choline) adalah

mononukleotida yang terdiri dari ribose, sitosin, pirofosfat, dan kolin.

Sebagai senyawa endogen, citicoline merupakan sintesis membrane sel

fosfolipid structural tanian dan pembentukannya membatasi sintesis

fosfatidilkolin.

Citicoline juga merupakan sumber eksogen untuk sistesis asetilkolin,

kunci neurotransmitter dan anggota dari kelompok molekul yang memainkan

peran penting dalam metabolism sel dikenal sebagai nukleotides. [13]

Untuk pertama kalinya, citicoline diidentifikasi pada tahun 1955 oleh

Kennedy yang juga disintesis pada tahun 1956, citicoline telah dipelajari di

Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat selama beberapa dekade.[14]

I. Mekanisme Kerja Citicoline

Citicoline memiliki beberapa manfaat yang penting pada fungsi

neurologis. Pada iskemia serebral, citicoline dapat meningkatkan sintesis

fosfatidilkolin, fosfolipid membran neuronal primer, dan meningkatkan

produksi asetilkolin. sintesis fosfolipid otak terganggu apabila setelah

menderita stroke dan kejadian iskemik. mengkonsumsi citicoline dapat

13
meningkatkan kadar plasma kolin dan cytidine, membangun blok yang

digunakan untuk memperbaiki integritas membran neuronal.[15]

Citicoline memiliki efek yang berbeda pada sintesis fosfatidilkolin di

usia muda dibandingkan pada orang dewasa yang lebih tua. Fosfatidilkolin

merupakan senyawa penting untuk integritas membran sel dan perbaikan. Hal

ini biasanya berkurang dalam membran sel otak akibat penuaan. Penelitian

yang menggunakan protein spektroskopi resonansi magnetik untuk mengukur

konsentrasi senyawa kolin yang mengandung sitosol pada otak sebelum dan

setelah dosis tunggal citicoline menemukan bahwa resonansi kolin dalam

otak pada usia muda meningkat, sedangkan penurunan resonansi kolin

dialami pada usia yang lebih tua. Hal ini diduga bahwa komponen cytidine

citicoline meningkatkan penggabungan kolin otak menjadi fosfatidilkolin

membran sel saraf pada usia yang lebih tua sehingga mengakibatkan

penurunan.[16] Data klinis terbaru menunjukkan bahwa uridin dan kolin

adalah substrat yang beredar melalui penggunaan citicoline secara oral yang

meningkatkan sintesis phospholipid pada membran otak. Uridine melintasi

selaput pelindung darah otak dan diubah menjadi trifosfat uridin. Penelitian

ini juga menunjukkan bahwa uridine dapat langsung di konversi ke citidine

trifosfat intraselular.[17]

Citicoline mampu merangsang sintesis fosfolipid otak pada manusia

yang didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa orang sehat

mengkonsumsi 500 mg / hari secara oral selama 6 minggu (diberikan sebagai

14
citicoline) menunjukkan peningkatan kadar phosphodiesters di jaringan otak,

seperti glycerophosphocholine dan glycerophosphoethanolamine.[18]

Citicoline lebih lanjut dapat bermanfaat bagi pasien yang mengalami

iskemia dengan mengurangi akumulasi asam lemak bebas di lokasi lesi, yang

terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel saraf dan kematian. Segera setelah

mulai iskemia, ada peningkatan yang signifikan dalam asam arakidonat

proinflamasi, gliserol, dan asam lemak bebas yang disebabkan oleh rusaknya

membran neuronal. Metabolit beracun serta prostaglandin, tromboksan, dan

radikal bebas dapat terakumulasi, menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa pemberian intraserebral dari

citicoline sebelum induksi iskemia mengurangi kenaikan asam bebas lemak,

asam arakidonat, dan metabolit beracun lainnya, menghaluskan kerusakan

radikal bebas dan memulihkan fungsi membrane.[20]

Beberapa bukti menunjukkan bahwa citicoline mampu menormalkan

pola pelepasan neurotransmitter. Dalam kondisi hipoksia serebral, seperti ada

di iskemia, keluarnya norepinefrin dapat menurunkan, sedangkan pelepasan

dopamin dapat meningkat. Dalam beberapa model hewan, citicoline telah

terbukti menghambat penurunan pelepasan neurotransmitter dalam kondisi

hipoksia. Selanjutnya, administrasi citicoline untuk tikus disimpan dalam

keadaan hipoksia kronis berkurang mengalami kerusakan perilaku dan

meningkatkan waktu bertahan hidup. Tambahan studi telah menemukan

bahwa citicoline mampu meningkatkan pelebaran pembuluh darah pada

15
hewan dengan cedera mikrosirkulasi otak, secara signifikan meningkatkan

aliran darah otak.[21].

Mekanisme tambahan melalui citicoline dapat mempromosikan efek

saraf telah disorot dalam penelitian terbaru. Studi menunjukkan bahwa

citicoline meningkatkan preservasi dari komponen membran mitokondria

bagian dalam yang dikenal sebagai cardiolipin, yang merupakan faktor

regulasi penting bagi elevasi preser- fungsi mitokondria. Citicoline

memfasilitasi tekanan dari sphingomyelin, yang merangsang transduksi

sinyal di sel-sel saraf. Citicoline menunjukkan efek antioksidan langsung,

penelitian menunjukkan bahwa citicoline memiliki kemampuan untuk

merangsang sintesis glutathione dan aktivitas reduktase enzim glutation.

Selanjutnya, citicoline melemahkan peroksidasi lipid. Efek hilir ini mungkin

disebabkan fungsi citicoline yang lebih besar dari pelemahan aktivasi

fosfolipase A, sehingga mengurangi peradangan pada jaringan saraf dan

secara umum. citicoline telah terbukti memiliki efek penekan radikal bebas

langsung, seperti yang terlihat pada model binatang dari iskemia serebral

transien, di mana citicoline memiliki efek penekan pada generasi radikal

hidroksil.[22]

Citicoline secara signifikan dapat mempengaruhi aktivitas otak-

renovasi. Efek dari citicoline pada perkembangan saraf yang diteliti dalam

studi di mana tikus diberi makan citicoline dari konsepsi (maternal) untuk

hari 60 postnatal. Pengobatan lini Citico- meningkat secara signifikan

panjang dan cabang poin dari dendrit, meningkatkan luas permukaan

16
keseluruhan ditempati oleh neuron, yang mengarah ke peningkatan proses

efisiensi informasi sensorik[23]. ini mekanisme aktivitas berpotensi dapat

menjelaskan sebagian besar fungsi neurorestorative citicoline ini.

J. Manual Muscle Test

Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan

pengujian otot secara manual (Manual Muscle Testing, MMT). Pemeriksaan

ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot

secara volunteer.

Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu

penegakan diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang

diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinakan oleh beberapa

penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan

alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan

kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak

menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit

lansia.[28]

1. Penilaian hasil pengukuran kekuatan otot

Derajat Kekuatan Cara Penilaian

Otot berkontraksi dengan gerak sendi

5 (Normal) penuh pada bidang sagittal dengan

tahanan gerak maksimal dan melawan

17
vertical, volume otot normal.

Otot berkontraksi dengan gerak sendi

4 (Baik) penuh pada gerak vertical, melawan

tahanan minimal.

Otot berkontraksi dengan gerak sendi

3 (Cukup) penuh pada bidang vertical, tanpa

melawan tahanan.

Oto berkontraksi dengan gerak sendi

2 (Kurang) penuh atau tidak penuh pada bidang

horizontal.

Otot berkontraksi tanpa gerak sendi

1 (Lemah) pada bidang horizontal dan perabaan

dirasakan ada kontraksi otot.

Tidak ada gerak sendi dan kontraksi


0 (Nol)
otot

2 Mengevaluasi Kekuatan dan Kelemahan Otot

Mengangkat dan bertahan

Nilai 5 (Normal) terhadap resistensi yang

kuat.

Mengangkat dan bertahan

Nilai 4 (Baik) terhadap sedikit

resistensi.

18
Mengangkat beratnya
Nilai 3 (Cukup)
sendiri tetapi tidak lebih.

Tidak dapat mengangkat

berat tungkainya sendiri

Nilai 2 (Kurang) tetapi bergerak dengan

baik tanpa pemberat

apapun.

Nilai 1 (Lemah) Hampir tidak bergerak.

Nilai 0 (Nol) Tidak ada tanda gerakan

19
K. Kerangka Teori

Non Hemoragik
Perbaikan Motorik
stroke

Citicoline

Sintesis
Fosfotidilkolin 

Produksi Asetilkolin

Plasma Kolin &


Cytidin 

Penumpukan asam
lemak bebas 

Sphingomyelin 

20
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Citicoline
Non Hemoragik Stroke Perbaikan Motorik

Keterangan :

= Variabel Independen

= Variabel Dependen

21
B. Definisi Operasional

1. Non Hemoragik Stroke

a. Definisi

Diagnosis pasien yang tertulis di rekam medik RS

Pelamonia TK II Makassar berdasarkan hasil pemeriksaan dokter

yang merawat.

b. Alat Ukur : Daftar tilik

c. Cara Ukur : Rekam medik

d. Skala Ukur : Nominal

e. Kriteria Objektif : 1 = Ya

2 = Tidak

2. Kekuatan Motorik/Kekuatan Kontraksi Otot

a. Definisi

Kekuatan motorik otot berdasarkan pemeriksaan neurologis

pada pasien non hemoragik stroke secara rekam medik di RS

Pelamonia TK II Makassar dimulai berdasarkan kekuatan

kontraksi otot.

b. Alat Ukur : Daftar tilik

c. Cara Ukur : Rekam medik

d. Skala Ukur : Nominal

e. Kriteria Objektif : 1 = Ada perbaikan

2 = Tidak ada perbaikan

22
3. Citicoline

Pemberian obat jenis nootropik oleh dokter yang merawat

di RS Pelamonia TK II Makassar pada pasien non hemoragik

stroke berdasarkan rekam medik tahun 2014.

a. Definisi

b. Alat Ukur : Daftar tilik

c. Cara Ukur : Rekam medik

d. Skala Ukur : Nominal

e. Kriteria Objektif : 1 = Ya

2 = Tidak

C. Hipotesis

1. Hipotesis Null (H0)

a. Tidak terdapat pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan

motorik pada pasien non hemoragik stroke.

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Terdapat pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan

motorik pada pasien non hemoragik stroke.

23
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik yang

menganalisis perbaikan motoric dengan pemberian citicoline. Desain

penelitian yang digunakan adalah studi Case Control, yakni untuk

mengetahui pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien

non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II Makassar pada saat itu juga

yang tertera pada rekam medik tahun 2014.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan di RS Pelamonia TK II Makassar.

2. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember tahun 2015 sampai

bulan Februari 2016.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target adalah semua pasien non hemoragik stroke.

2. Sampel

24
Dalam penelitian ini, semua pasien non hemoragik stroke yang

diberikan citicoline di RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun 2014.

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien di RS Pelamonia TK II Makassar.

2) Pasien non hemoragik stroke.

3) Pasien yang menggunakan obat citicoline.

b. Kriteria Ekslusi

1) Data rekam medik tidak lengkap.

2) Pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain.

3) Pasien yang meninggal.

D. Cara Pengambilan Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus

√ √

Keterangan :

Zα2 : deviat baku alfa =1,282

Zb : deviat baku beta = 0,842

P2 : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0.5

Q2 : 1- P2 = 1-0.5 = 0.5

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti = P2 + 0.2= 0.7

Q1 : 1-P1 = 1- 0.7= 0.3

P  Proporsi total = P1+P2= 0.7+0.5 = 0.6

25
2 2

Q  1-P = 1- 0.6 = 0.4

Maka :

√ √

Jadi, terdapat 52 sampel yang dijadikan sampel dalam melakukan analisis.

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Data sekunder dari RS Pelamonia TK II Makassar pada tahun

2014 berupa rekam medik.

2. Sumber Data

Data di kumpulkan dari catatan rekam medik pasien non

hemoragik stroke yang diberikan citicoline di RS Pelamonia TK II

Makassar pada tahun 2014.

3. Instrument Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan yaitu daftar

tilik.

4. Prosedur Pengumpulan Data

26
Peneliti mengajukan ijin kepada direktur RS Pelamonia TK II

Makassar. Setelah mendapat ijin, peneliti kemudian melakukan

observasi dan mengamati catatan medik pasien untuk mendapatkan

data yang diperlukan. Dilakukan pencatatan data dengan mengisi

lembar daftar tilik sesuai dengan data yang dibutuhkan.

F. Manajemen Data

1. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi

lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi

kekurangan atau ketidaksengajaan kesalahan pengisian dapat segera

dilengkapi atau disempurnakan.

2. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut variable

agar lebih mudah dalam analisa data.

3. Tabulating

Pada tahapan ini data dihitung, melakukan tabulasi untuk

masing-masing variable. Dari data mentah dilakukan penyesuaian data

yang merupakan pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan

mudah dapat dijumlah, disusun dan ditata untuk disajikan dan

dianalisis.

4. Transfering

27
Transferring data yaitu memindahkan data dalam media

tertentu pada master table.

5. Cleaning

Cleaning yaitu pembersihan data pada data yang telah

terkumpul di cek terlebih dahulu agar tidak terdapat data yang tidak

diperlukan.

6. Entry

Entry yaitu memasukkan dalam program komputer untuk

proses analisis data.

G. Pengelolaan Data

Pengolahan dilakukan setelah pencatatan data pada pasien non

hemoragik stroke yang menggunakan citicoline, kemudian dengan

menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 21.0 untuk

memperoleh hasil analitik yang diharapkan.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer.

Adapun analisis yang akan dilakukan meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan

karakteristik dari variabel penelitian. Hasil analisis dari masing-

masing variabel kemudian dimasukan ke tabel distribusi frekuensi.

28
2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan

diantara dua variabel. Dalam penelitian ini akan dibandingkan

distribusi silang antara kedua variabel yang berhungan. Kemudian

akan dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara

kedua variabel tersebut bermakna atau tidak. Dikarenakan

penelitian ini menggunakan satu kelompok yang diberikan

perlakuan (pengukuran) sebelum dan sesudahnya, dengan

menggunakan sampel yang sama, sehingga uji yang digunakan

adalah UJI-T berpasangan. Untuk interpretasi hasil menggunakan

derajat kemaknaan α ( P alpha) sebesar 5% dengan catatan jika p

<0,05 ( p value ≤ p alpha ) maka H0 di tolak Hα di terima,

sedangkan bila p > 0,05 maka H0 diterima Hα ditolak.

I. Etika Penelitian

1. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan usaha menjaga kerahasian tentang hal - hal yang

berkaitan dengan data responden. Pada aspek ini peneliti tidak

mencantumkan nama responden pada kuesioner dan hanya

diberikan kode atau nomor responden.

2. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden

dijamin kerahasiannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang

29
sudah terkumpul dari responden benar - benar bersifat rahasia dan

penyimpanan dilakukan di file khusus yang benar - benar milik

pribadi sehingga hanya peneliti dan responden yang mengatahuinya.

30
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel

Sampel dari penelitian ini diambil dari data sekunder dengan

menggunakan rekam medik. Sampel yang didapat dari penelitian ini

sebanyak 77 sampel tetapi yang termasuk dalam kriteria inklusi yaitu 56

sampel. Dimana dari 56 sampel tersebut merupakan sampel yang

diberikan citicoline dan menderita non hemoragik stroke. Pada masa

sekarang penggunaan obat pada pasien non hemoragik stroke sangatlah

tidak menentu dikarenakan banyaknya tawaran obat dari perusahaan obat,

untuk itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap

penggunaan obat yang sesuai terhadap pasien non hemoragik stroke agar

perbaikan motoriknya lebih baik.

5.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan pada tanggal 20 january

– 20 February di RS Pelamonia TK II Makassar Jalan Jendral Sudirman

No. 27 Kecamatan Ujung pandang Kelurahan Pisang Selatan Kota

Makassar.

RS Pelamonia TK II Makassar memiliki visi yaitu menjadi rumah

sakit kebanggan Kodam VII/Wirabuana dan rumah sakit rujukan wilayah

Indonetia Timur dan memiliki misi yaitu memberikan pelayanan

31
kesehatan dasar, spesialistik dan sub spesialistik terbaik bagi seluruh

prajurit, PNS, keluarga, angkatan lain dan masyarakat.

Adapun jumlah poliklinik yang tersedia yaitu 12 poliklinik yaitu

poliklinik bedah, anak, penyakit dalam, mata, kesehatan jiwa, penyakit

saraf, penyakit kulit dan kelamin, urologi, bedah saraf, gigi, radiologi dan

laboratorium klinik.

5.3 Analisis univariat

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Pasien NHS Berdasarkan Rekam

Medik RS Pelamonia Makassar TK II Makassar Tahun 2014.

Variabel Jumlah(n) Persentase(%)

Jenis kelamin

Pria 26 47.3

Wanita 29 52.7

Usia

≤35 tahun 3 5.5

>35 tahun 52 94.5

Total 55 100.0

Sumber : data sekunder 2016

Dari tabel 5.1 pasien non-hemoragik stroke (NHS) yang dilibatkan

sebanyak 55 orang (100%). Usia ≤ 35 tahun berjumlah 3 orang (5.5%)

dan yang usia >35 tahun berjumlah 52 orang (94.5%). Sedangkan pasien

32
non hemoragik stroke (NHS) yang berjenis kelamin Pria sebanyak 26

orang (47.3%) dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 29 orang

(52.7%).

Tabel 5.2 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kekuatan Kontraksi

Otot Sebelum Pemberian Citicoline.

Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

0/5 8 14.5

1/5 44 80.0

2/5 3 5.5

Total 55 100.0

Sumber : data sekunder 2016

Dari tabel 5.2 sebelum pemberian citicoline, pasien NHS dengan

kekuatan kontraksi otot 0/5 berjumlah 8 orang (14.5%), pasien NHS

dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 44 orang (80%), sedangkan

pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 2/5 berjumlah 3 orang (5.5%).

33
Tabel 5.3 Distribusi Pasien NHS berdasarkan Kriteria Kekuatan

Kontraksi Otot Setelah Pemberian Citicoline Selama 5 hari

Kriteria Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

Ada Perbaikan 53 96.4

Tidak Ada Perbaikan 2 3.6

Total 55 100.0

Sumber : data sekunder 2016

Pasien NHS setelah diberikan citicoline, dikriteriakan menjadi ada

perbaikam apabila dari hari pertama sampai hari kelima mengalami

peningkatan kekuatan kontraksi otot. Sedangkan tidak ada perbaikan

apabila dari hari pertama samapi dengan hari kelima tidak mengalami

peningkatan kekuatan kontraksi otot. Berdasarkan tabel 5.4 pasien NHS

yang tidak ada perbaikan berjumlah 2 orang (3.6%) dan pasien NHS yang

mengalami perbaikan setelah pemberian citicoline berjumlah 53 orang

(96.4%).

34
5.4 Analisis Bivariat

Tabel 5.4. Pengaruh Pemberian Citicoline Terhadap Kekuatan

Kontraksi Otot

Kriteria Kekuatan Kontraksi Otot Total P

Setelah Pemberian Citicoline Value

pada NHS

Kekuatan Kontraksi

Otot Sebelum Tidak Ada Ada Perbaikan

Pemberian Citicoline Perbaikan

pada NHS

n % n % n %

0/5 0 0.0 8 100.0 8 100.0 0.000

1/5 0 0.0 44 100.0 44 100.0

2/5 2 66.7 1 33.3 3 100.0

Sumber: data sekunder 2016

Tabel diatas 5.4 menunjukkan bahwa setelah pemberian citicoline

selama 5 hari, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot masuk dengan

35
nilai 0/5 yang mengalami perbaikan berjumlah 8 orang, pasien NHS

dengan kekuatan kontraksi otot masuk dengan nilai 1/5 yang mengalami

perbaikan berjumlah 44 orang. Pasien NHS dengan kekuatan kontraksi

otot masuk dengan nilai 2/5 yang mengalami perbaikan hanya 1 orang,

sedangkan yang tidak mengalami perbaikan berjumlah 2 orang. Dan hasil

dari uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0.000 (p < 0.05), sehingga

dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternative

diterima. Hal ini berarti ada pengaruh pemberian citicoline terhadap

kekuatan kontraksi otot pada pasien non-hemoragik stroke (NHS).

36
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Insiden penyakit non hemoragik stroke di RS Pelamonia TK II

Makassar tahun 2014

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa insiden Penyakit Non

Hemoragik Stroke di RS Pelamonia TK II Makassar periode 1 Januari –

31 Desember 2014 sebanyak 55 pasien.

B. Pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada

pasien non hemoragik stroke

Dari hasil penelitian didapatkan pasien non hemoragik stroke yang

diberikan citicoline berdasarkan rekam medik di RS Pelamonia TK II

Makassar tahun 2014 sebanyak 55 orang. Dimana berjenis kelamin pria

sebanyak 26 orang dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 29 orang,

yang berumur < 35 tahun sebanyak 3 orang dan yang berumur > 35 tahun

sebanyak 52 orang dan diketahui 55 orang tersebut masuk dengan

kekuatan kontraksi otot berkisar 0/5 - 2/5 dimana pada pasien NHS dengan

kekuatan kontraksi otot 0/5 sebanyak 8 orang, pasien NHS dengan

kekuatan kontraksi otot 1/5 sebanyak 44 orang dan pasien NHS dengan

kekuatan kontraksi otot 2/5 sebanyak 3 orang. Diketahui bahwa penderita

non hemoragik stroke lebih banyak mengenai pada usia > 35 tahun dan

37
jarang ditemui pada usia < 35 tahun hal tersebut di karenakan adanya

faktor usia yang mempengaruhi.[7]

Diketahui berdasarkan rekam medik RS Pelamonia TK II

Makassar bahwa pasien non hemoragik stroke sebanyak 55 orang ini

diberikan citicoline selama 5 hari dengan dosis 250 mg yang diberikan

secara injeksi dengan pola pemberian selama per 8 jam.

Pasien non hemoragik stroke berdasarkan kekuatan kontraksi otot

yang setelah diberikan citicoline yang tercantum di rekam medik RS

Pelamonia TK II Makassar adalah sebagai berikut :

Tabel 6.1 Pasien Non Hemoragik Stroke Berdasarkan Kekuatan

Kontraksi Otot yang Setelah Diberikan Citicoline yang Tercantum di

Rekam Medik RS Pelamonia TK II Makassar.

Kekuatan Kontraksi Otot Jumlah(n) Persentase(%)

Hari Pertama
1/5 41 74.5
2/5 13 23.6
3/5 1 1.8

Hari Kedua
1/5 24 43.6
2/5 22 40.0
3/5 9 16.4

Hari Ketiga
1/5 5 9.1
2/5 20 49.1

38
3/5 27 36.4
4/5 3 5.5

Hari Keempat
1/5 4 7.3
2/5 14 25.5
3/5 21 38.2
4/5 16 29.1

Hari Kelima
1/5 2 3.6
2/5 2 3.6
3/5 19 34.5
4/5 31 56.4
5/5 1 1.8

Total 55 100.0
Sumber : data sekunderr 2016

Dari tabel diatas setelah pemberian citicoline pada hari pertama,

pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 41 orang

(74.5%), 2/5 berjumlah 13 orang (23.6%), 3/5 berjumlah 1 orang (1.8%).

Pada hari kedua, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5

berjumlah 24 orang (43.6%), 2/5 berjumlah 22 orang (40%), 3/5 berjumlah

9 orang (16.4%). Pada hari ketiga, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi

otot 1/5 berjumlah 5 orang (9.1%), 2/5 berjumlah 20 orang (49.1%), 3/5

berjumlah 27 orang (36.4%), 4/5 berjumlah 3 orang (5.5%). Pada hari

keempat, pasien NHS dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 4

39
orang (7.3%), 2/5 berjumlah 14 orang (25.5%), 3/5 berjumlah 21 orang

(38.2%), 4/5 berjumlah 16 orang (29.1%). Pada hari kelima, pasien NHS

dengan kekuatan kontraksi otot 1/5 berjumlah 2 orang (3.6%), 2/5

berjumlah 2 orang (3.6%), 3/5 berjumlah 19 orang (34.5%), 4/5 berjumlah

31 orang (56.4%), 5/5 berjumlah 1 orang (1.8%).

Mekanisme kerja dari citicoline sendiri yaitu pada saat citicoline

diberikan secara injeksi, citicoline memperbaiki membrane sel saraf

melalui peningkatan sintesis phosphatidylcoline, kemudian memperbaiki

neuron kolinergik yang rusak melalui potensial dari produksi asetilkolin,

lalu mengurangi penumpukan asam lemak bebas pada kerusakan akibat

stroke iskemik dan citicoline juga memulihkan kerusakan sphingomyelin

setelah suatu keadaan ischemia.[31]

Dari keseluruhan pasien non hemoragik stroke yang berjumlah 55

orang yang setelah diberikan citicoline selama 5 hari dengan dosis 250

mg/8 jam/IV, pasien yang mengalami perbaikan motorik atau peningkatan

kekuatan kontraksi otot sebanyak 53 orang dan pasien yang tidak

mengalami perbaikan motorik atau tidak mengalami peningkatan kekuatan

kontraksi otot sebanyak 2 orang. Seperti yang dikatakan oleh Jan.S Surya

bahwa Citicoline merupakan bahan dasar dari biosintese turunan

fosfotidilkholine dari fosfolipid di sel membrane yang berfungsi untuk

menekan pelepasan asam arakhidonik dan mencegah kerusakan fosfolipid

setelah terjadi iskhemik. Citicoline bisa meningkatkan sintese

fosfatidilkholin dan sfingomielin pada sel dengan kondisi iskhemik serta

40
menekan aktivitas fosfolipase yang mana berupa peningkatan pemulihan

kesadaran dan terjadi peningkatan kekuatan kontraksi otot. [30] pada pasien

yang tidak mengalami perbaikan motorik yaitu sebanyak 2 orang, pasien

tersebut berumur 55 tahun dan 67 tahun. Pada rekam medik tercantum

bahwa 2 pasien tersebut memiliki penyakit lebih dari 1 dan konsumsi obat

yang mana lebih dari 5 jenis obat, sehingga kemungkinan besar dosis dari

citicoline yang diberikan pada pasien tersebut berkurang. Dan pada jurnal

juga dikatakan bahwa citicoline tampaknya memiliki efek yang berbeda

pada sintesis fosfatidilkolin di usia muda dibandingkan pada orang dewasa

yang lebih tua. Fosfatidilkolin merupakan senyawa penting untuk

integritas membran sel dan perbaikan. Hal ini biasanya berkurang dalam

membran sel otak akibat penuaan. Sebuah studi menggunakan protein

spektroskopi resonansi magnetik untuk mengukur konsentrasi senyawa

kolin yang mengandung sitosol pada otak sebelum dan setelah dosis

tunggal citicoline menemukan bahwa resonansi kolin dalam otak pada usia

muda meningkat, sedangkan penurunan dialami pada usia yang lebih tua.

Hal ini diduga bahwa komponen cytidine citicoline meningkatkan

penggabungan kolin otak menjadi fosfatidilkolin membran sel saraf pada

usia yang lebih tua sehingga mengakibatkan penurunan.[16]

41
Diketahui pada pemberian citicoline pada pasien non hemoragik

stroke terhadap kekuatan kontraksi otot berdasarkan rekam medik RS

Pelamonia TK II Makassar tahun 2014 yaitu sebagai berikut :

Tabel 6.2 Pemberian Citicoline Pada Pasien Non Hemoragik Stroke

Terhadap Kekuatan Kontraksi Otot Berdasarkan Rekam Medik RS

Pelamonia TK II Makassar Tahun 2014.

Kekuatan Kontraktsi Otot Pasien Pasien NHS setelah diberikan


Masuk citicloline selama 5 hari
0/5 4/5
0/5 3/5
0/5 4/5
0/5 3/5
0/5 4/5
0/5 3/5
0/5 2/5
0/5 3/5

1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 5/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5

42
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 3/5
1/5 2/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 3/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5
1/5 4/5

2/5 3/5
Total 53
Sumber : data sekunderr 2016

Pasien dengan kekuatan kontraksi otot masuk 0/5 mengalami

perbaikan sebanyak 8 orang, pada pasien dengan kekuatan kontraksi otot

masuk 1/5 mengalami perbaikan sebanyak 44 orang, pada pasien dengan

kekuatan kontraksi otot masuk 2/5 mengalami perbaikan sebanyak 1

orang. Dari keseluruhan pasien berdasarkan rekam medik RS Pelamonia

TK II Makassar tidat tercantum efek samping tetapi pada jurnal anonym

dikatakan bahwa efek samping dari citicoline berkaitan dengan percernaan

seperti diare dan beberapa gangguan vascular ringan seperti sakit

kepala.[29]

43
BAB VII

TINJAUAN KEISLAMAN

A. Pola makan yang sehat

Salah satu cara yang diajarkan oleh islam untuk meraih kesehatan

adalah dengan mengatur pola makan yang baik. Ajaran islam dalam

mengelola makan itu ada beberapa hal, diantaranya:

1. Mengonsumsi makanan yang halal dan baik

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari

apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-

langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang

nyata bagimu. (QS AL Baqarah : 168)

2. Tidak berlebihan dalam makan dan minum.

Rasulullah bersabda :

‫هللا‬ ‫هللا‬ ‫هللا‬ : ‫هللا‬

‫هللا‬

44
( ‫ه‬ )

Artinya : Rasullulah SAW bersabda, sesungguhnya Allah itu baik,

tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah

memerintahkan pada orang – orang mukmin seperti apa yang telah

diperintahkan-Nya kepada Rosul, maka Allah berfirman: Hai para Rosul,

makanlah kamu semua dari sesuatu yang baik dan berbuatlah kamu yang

baik. Dan firman Allah yang lain: Hai orang – orang yang beriman,

makanlah kamu semua dari sebaik – baik apa yang telah Ku-rezekikan

kepadamu. Kemudian Nabi SAW menceritakan seseorang lelaki yang

telah jauh perjalanannya dengan rambutnya yang kusut, kotor, penuh

debu, yang menadahkan kedua tangannya seraya berkata ( berdo‟a ):

Wahai tuhanku, sedangkan makanannya haram minumannya haram,

pakaiannya haram dan dikenyangkan barang yang haram, mana mungkin

ia akaaan dikabulkan do‟anya?

Pada pasien non hemoragik stroke, mengonsumsi makanan yang

halal dan baik sangatlah mempengaruhi perbaikan pada pasien tersebut

karena makanan yang halal pastilah bergizi yang dapat meningkatkan

imun pasien dan mempercepat kesembuhan pasien. Salah satu contoh

makanan halal yang diberikan pada pasien yaitu citicoline dimana

citicoline mengandung biosintesa fosfotidilkolin yang dapat membantu

mencegah proses penyebaran ischemic pada otak.

Pada pasien non hemoragik stroke, makan dan minum yang

berlebihan tidaklah diperbolehkan karena akan mempengaruhi kadar gizi

45
normal yang ada pada tubuh pasien tersebut sehingga dapat menjadi

penyakit dan malah memperburuk kondisi pasien. Salah satu contohnya

pasien yang mengonsumsi daging, daging yang apabila dikonsumsi secara

berlebihan akan mengakibatkan pasien itu terkena hiperkolesterolemia

B. Istirahat yang cukup

Allah telah menciptakan pergantian malm dan siang, bukan sesuatu

yang tak bermakna. Pergantian ini dimaksud kan adalah untu memberikan

kesempatan kepada manusia untuk berusaha pada siang hari dan

beristirahat pada malam hari setelah lelah berusaha. Hal ini kembali

membuktikan bahwa islam sangat memperhatikan masalah kesehatan.

Dalil yang menjelaskan tentang hal ini adalah:

Artinya : “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam

dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu

mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu

bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qasas : 73) [33]

Pada pasien non hemoragik stroke, membutuhkan istirahat yang

cukup agar obat dan makanan yang dikonsumsinya dapat bekerja dengan

baik.

46
BAB VIII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan rekam medik

yaitu “pengaruh pemberian citicoline terhadap perbaikan motorik pada pasien

non hemoragik stroke di RS. Pelamonia TK. II Makassar tahun 2014” dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pada RS Pelamonia TK II Makassar tahun 2014 di dapatkan

sebanyak 55 pasien Non Hemmoragik Stroke yang diberikan

citicoline.

2. Pada penelitian ini, pasien non hemoragik stroke berdasarkan usia

didapatkan < 35 tahun sebanyak 3 orang dan > 35 tahun sebanyak

52 orang.

3. Pada penelitian ini, pasien non hemoragik stroke berdasarkan jenis

kelamin didapatkan sebanyak 26 orang berjenis kelamin pria dan

sebanyak 29 orang berjenis kelamin wanita.

4. Pada penelitian ini didapatkan pengaruh pemberian citicolin

terhadap perbaikan Motorik pada pasien Non Hemoragik Stroke di

RS. Pelamonia TK. II Makassar tahun 2014.

47
B. SARAN

1. Pada peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini

diharapkan dapat meneliti di rumah sakit lain yang ada di Kota

Makassar atau di luar dari daerah Makassar.

2. Pada peneliti selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini

diharapkan dapat meneliti dengan metode penelitian yang berbeda

yaitu dengan metode cohort.

48
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams HP Jr, del Zoppo GJ, von Kummer R.2000. Management of


Stroke: A Practical Guide for the Prevention, Evaluation and Treatment of
Acute Stroke, 1st ed. Caddo US: Professional Communications Inc.
2. Hankey GJ. 2002. Stroke: Your questions Answered. Edinburg: Churchill
Livingstoke.
3. MacDonald BK, Cockerell OC, Sander JWAS, Shorvon SD. 2000. The
incidence and lifetime prevalence of neurological disorders in a
prospective community-based study in the UK. Brain; 123: 665-676.
4. Barnett, Mohr, Stein, Yatsu (eds). Philadelphia : Churchill Livingstone. 3rd
ed, 2001,p. 139-153.
5. Adinanthera, Gusti Wahyu The Effect of Citicoline on Acute Ischemic
Stroke : https://prezi.com/9q5i3o2d0ecr/the-effects-of-citicoline-on-acute-
ischemic-stroke-a-review/ (diakses 22 November 2014, 20.51 WITA).
6. WHO. 1989. Recommendation on Stroke Prevention, diagnosis and
therapy in Stroke. Stroke; 20:1407-31.
7. Fieschi C, Falcou A, Sachetti ML, Toni D. Pathogenesis, Diagnosis and
Epidemiology of Stroke 2001 CNS Drug; 9 suppl. 1:1-9.
8. Misbach J. 2003. Stroke, Aspek Diagnostik, Pathofisiologi, Manajemen,
edisi pertama, Universitas Indonesia, Jakarta.
9. WHO, 2001. Report of the WHO task force on stroke and other
cerebrovascular disorder manifestation on stroke, prevention, diagnosis
and therapy. Stroke 20; 1407-1431. (diakses tanggal 25 November 2015
pukul 21.41 WITA).
10. Garcia. Pathology. In Stroke, Pathophysiology, Diagnosis, and
Management.
11. Wen YD, Zhang HL, Qin ZH. Inflamatory mechanism in Ischemic
neuronal injury. Neuroscience 2006; 22: 171 – 182
12. Underwood. Cerebrovascular Disease in General and Systematic
Pathology. Philadelphia : Churchill Livingstone. 3rd ed, 2000, p. 748-751.

49
13. Secades JJ, Lorenzo JL. Citicoline: pharmacological and clinical review,
2006 update. Methods Find Exp Clin Pharmacol. 2006;28 Suppl B: 1-56.
14. Jambou R, EL-Assaad F, Combes V, Grau GE. Citicoline (CDP-choline):
What role in the treatment of complications of infectious disease. Int J
Biochem Cell Biol. 2009;41 (7): 1467-1470.
15. D‟Orlando KJ, Sandage BW. Citicoline (CDP-choline): mechanisms of
action and effects in ischemic brain injury. Neurol Res 2004;17(4):281-
284.
16. Babb SM, Appelmans KE, Renshaw PF, Wurtman RJ, Cohen BM.
Differential effect of CDP-choline on brain cytosolic choline levels in
younger and older subjects as measured by proton magnetic resonance
spectroscopy. Psychopharma- cology (Berl). 2003;127(2):88-94.
17. Wurtman RJ, Regan M, Ulus I, Yu L. Effect of oral CDP-choline on
plasma choline and uridine levels in humans. Biochem Pharmacol.
2000;60(7):989-992.
18. Mingeot-Leclercq M-P, Lins L, Bensliman M, et al. Piracetam
menghambat efek-mendestabilisasi lipid dari amiloid peptida A Sebuah C-
terminal fragmen. Biochim Biophys Acta 2003; 1609: 28-38.
19. Drago F, Mauceri F, Nardo L, et al. Effects of cytidine-diphosphocholine
on acetyl- choline-mediated behaviors in the rat. Brain Res Bull.
2011;31(5):485-489.
20. D‟Orlando KJ, Sandage BW. Citicoline (CDP-choline): mechanisms of
action and effects in ischemic brain injury. Neurol Res 2006;17(4):281-
284.
21. Weiss GB. Metabolism and actions of CDP-choline as an endogenous
compound and administered exogenously as citicoline. Life Sci.
2010;56(9):637-660.
22. Adibhatla RM, Hatcher JF. Citicoline decreases phospholipase A2
stimulation and hydroxyl radical generation in transient cerebral ischemia.
J Neurosci Res. 2003;73(3):308-315.

50
23. Rema V, Bali KK, Ramachandra R, et al. Cytidine-5-diphosphocholine
supple- ment in early life induces stable increase in dendritic complexity
of neurons in the somatosensory cortex of adult rats. Neuroscience.
2008;155(2):556-564.
24. Price, 2005 http://eprints.ums.ac.id/18613/9/BAB_II.pdf (diakses
tanggal 27 November 2015 pukul 22.14 WITA)
25. Mansjoer, 2000 http://eprints.ums.ac.id/18613/9/BAB_II.pdf
(diakses tanggal 27 November 2015 pukul 22.14 WITA)
26. Asmedi & Lamsudin, 1998
http://eprints.ums.ac.id/18613/9/BAB_II.pdf (diakses tanggal 27
November 2015 pukul 22.14 WITA)
27. Feigin, dkk., 1998; Goldstein dkk., 2006; Sjahrir, 2003
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21463/4/Chapter%20II.pd
f (diakses tanggal 30 November 2015 pukul 19.45 WITA)
28. Warfield, Carol. 1996. Segala Sesuatu Yang Perlu Anda Ketahui Terapi
Medis. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
29. Anonim. Citicoline monograph. Alternative Medicine Review 2008;
13:50-7

30. de la Morena E. Efficacy of CDP-choline in the treatment of senile
alterations in memory. Ann N Y Acad Sci 2007; 640: 233-236

31. Davalos A, Castillo J, Alvarez-Sabin J, et al. Oral 22. Citicoline in acute
ischemic stroke: an individualpatient data pooling analysis of clinical
trials. Stroke 2002; 33:2850-7

32. Acmad Gholib. Study Ialam: Belajar memahami Agama, Al-Qur‟an, AL-

Hadist, dan sejarah peradaban Islam. Jakarta: Faza Media; 2005

33. Abuddin Nata. Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran. Jakarta:

FKIK UIN Jakarta; 2004

51
GET DATA /TYPE=XLSX
/FILE='C:\Users\Lenovo\Documents\job\Book2.xlsx'
/SHEET=name 'Sheet1'
/CELLRANGE=full
/READNAMES=on
/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.
EXECUTE.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
FREQUENCIES VARIABLES=xxumur DIAGNOSIS MMTMASUK HARI1 HARI2 HARI3 HARI4 HARI5
XXXMMT
/BARCHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 24-FEB-2016 22:42:58


Comments
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 55
User-defined missing values are treated
Definition of Missing
as missing.
Missing Value Handling
Statistics are based on all cases with
Cases Used
valid data.
FREQUENCIES VARIABLES=xxumur
DIAGNOSIS MMTMASUK HARI1
Syntax HARI2 HARI3 HARI4 HARI5 XXXMMT
/BARCHART FREQ
/ORDER=ANALYSIS.
Processor Time 00:00:03.45
Resources
Elapsed Time 00:00:03.27

[DataSet1]
Statistics

xxumur DIAGNOSIS MMTMASUK HARI1 HARI2 HARI3 HARI4

Valid 55 55 55 55 55 55 55
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0

Statistics

HARI5 XXXMMT

Valid 55 55
N
Missing 0 0

Frequency Table

xxumur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 3 5.5 5.5 5.5

Valid 1 52 94.5 94.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

DIAGNOSIS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 0 0.0 0.0 0.0

Valid 1 55 100.0 100.0 100.0

Total 55 100.0 100.0

MMTMASUK

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 8 14.5 14.5 14.5


Valid
1 44 80.0 80.0 94.5
2 3 5.5 5.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1 41 74.5 74.5 74.5

2 13 23.6 23.6 98.2


Valid
3 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 2 3.6 3.6 3.6

1 22 40.0 40.0 43.6

Valid 2 22 40.0 40.0 83.6

3 9 16.4 16.4 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1 5 9.1 9.1 9.1

2 27 49.1 49.1 58.2

Valid 3 20 36.4 36.4 94.5

4 3 5.5 5.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

1 4 7.3 7.3 7.3


2 14 25.5 25.5 32.7

Valid 3 21 38.2 38.2 70.9

4 16 29.1 29.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

1 2 3.6 3.6 3.6

2 2 3.6 3.6 7.3

3 19 34.5 34.5 41.8


Valid
4 31 56.4 56.4 98.2

5 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

XXXMMT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

0 2 3.6 3.6 3.6

Valid 1 53 96.4 96.4 100.0


Total 55 100.0 100.0
CROSSTABS
/TABLES=MMTMASUK BY XXXMMT
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 24-FEB-2016 22:43:52


Comments
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 55
User-defined missing values are treated
Definition of Missing
as missing.
Missing Value Handling Statistics for each table are based on all
Cases Used the cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.
CROSSTABS
/TABLES=MMTMASUK BY XXXMMT
/FORMAT=AVALUE TABLES
Syntax /STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW
COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL.
Processor Time 00:00:00.02

Elapsed Time 00:00:00.01


Resources
Dimensions Requested 2

Cells Available 174734

[DataSet1]
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

MMTMASUK * XXXMMT 55 100.0% 0 0.0% 55 100.0%

MMTMASUK * XXXMMT Crosstabulation

XXXMMT Total

0 1

Count 0 8 8

Expected Count .3 7.7 8.0

0 % within MMTMASUK 0.0% 100.0% 100.0%

% within XXXMMT 0.0% 15.1% 14.5%

% of Total 0.0% 14.5% 14.5%

Count 0 44 44

Expected Count 1.6 42.4 44.0

MMTMASUK 1 % within MMTMASUK 0.0% 100.0% 100.0%

% within XXXMMT 0.0% 83.0% 80.0%

% of Total 0.0% 80.0% 80.0%

Count 2 1 3

Expected Count .1 2.9 3.0

2 % within MMTMASUK 66.7% 33.3% 100.0%

% within XXXMMT 100.0% 1.9% 5.5%


% of Total 3.6% 1.8% 5.5%
Count 2 53 55

Expected Count 2.0 53.0 55.0

Total % within MMTMASUK 3.6% 96.4% 100.0%

% within XXXMMT 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 3.6% 96.4% 100.0%


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.


(2-sided)
a
Pearson Chi-Square 35.975 2 .000
Likelihood Ratio 13.364 2 .001
Linear-by-Linear Association 12.648 1 .000
N of Valid Cases 55

a. 0 cells (0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6.00.
Risk Estimate

Value
a
Odds Ratio for MMTMASUK (0 / 1)

a. Risk Estimate statistics cannot be computed.


They are only computed for a 2*2 table without
empty cells.

NPAR TESTS
/K-S= MMTMASUK BY XXXMMT(1 0)
/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Notes

Output Created 24-FEB-2016 22:44:57


Comments
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Input Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 55
User-defined missing values are treated
Definition of Missing
as missing.
Missing Value Handling Statistics for each test are based on all
Cases Used cases with valid data for the variable(s)
used in that test.
NPAR TESTS
/K-S= MMTMASUK BY XXXMMT(1
Syntax
0)
/MISSING ANALYSIS.
Processor Time 00:00:00.00

Resources Elapsed Time 00:00:00.01


a
Number of Cases Allowed 112347

a. Based on availability of workspace memory.


[DataSet1]

Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Frequencies

XXXMMT N

0 2

MMTMASUK 1 53

Total 55

a
Test Statistics

MMTMASUK

Absolute .981

Most Extreme Differences Positive .981

Negative .000
Kolmogorov-Smirnov Z 1.362
Asymp. Sig. (2-tailed) .049

a. Grouping Variable: XXXMMT


FREQUENCIES VARIABLES=xxumur DIAGNOSIS MMTMASUK HARI1 HARI2 HARI3 HARI4 HARI5 XXXMMT

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Notes

Output Created 08-Mar-2016 23:38:05

Comments

Input Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 55

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics are based on all cases with valid


data.

Syntax FREQUENCIES VARIABLES=xxumur


DIAGNOSIS MMTMASUK HARI1 HARI2
HARI3 HARI4 HARI5 XXXMMT
/ORDER=ANALYSIS.

Resources Processor Time 00:00:00.031

Elapsed Time 00:00:00.003

[DataSet1]
Statistics

xxumur DIAGNOSIS MMTMASUK HARI1 HARI2 HARI3 HARI4 HARI5 XXXMMT

N Valid 55 55 55 55 55 55 55 55 55

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

xxumur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 3 5.5 5.5 5.5

1 52 94.5 94.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

DIAGNOSIS

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 55 100.0 100.0 100.0

MMTMASUK

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 8 14.5 14.5 14.5


1 44 80.0 80.0 94.5

2 3 5.5 5.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 41 74.5 74.5 74.5

2 13 23.6 23.6 98.2

3 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 2 3.6 3.6 3.6

1 22 40.0 40.0 43.6

2 22 40.0 40.0 83.6

3 9 16.4 16.4 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 5 9.1 9.1 9.1

2 27 49.1 49.1 58.2

3 20 36.4 36.4 94.5

4 3 5.5 5.5 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 4 7.3 7.3 7.3

2 14 25.5 25.5 32.7

3 21 38.2 38.2 70.9

4 16 29.1 29.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

HARI5

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 1 2 3.6 3.6 3.6

2 2 3.6 3.6 7.3

3 19 34.5 34.5 41.8


4 31 56.4 56.4 98.2

5 1 1.8 1.8 100.0

Total 55 100.0 100.0

XXXMMT

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 0 2 3.6 3.6 3.6

1 53 96.4 96.4 100.0

Total 55 100.0 100.0


Nama Pasien No. Rekam Medik Umur (Tahun) xx umur DIAGNOSIS dosis per mg per 8 jam iv MMT MASUK HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5 XXX MMT
Tn Syamsul 28 25 41 56 1 1 250 1 1 3 3 4 4 1
Ny Sariaty 22 48 61 40 1 1 250 1 1 1 3 3 4 1
Ny Syamsiah 26 69 65 40 1 1 250 1 1 2 2 3 4 1
Tn Nur Alam 29 02 17 49 1 1 250 1 2 2 3 4 5 1
Tn H. Hamzah 21 65 85 82 1 1 250 1 1 1 2 3 4 1
Tn Tandi 06 43 90 75 1 1 250 1 1 2 3 4 4 1
Tn H. Burhan 18 07 89 59 1 1 250 1 2 3 2 4 4 1
Ny Maddi 28 87 48 73 1 1 250 1 1 1 2 3 4 1
Tn Andi Bahar 28 97 94 66 1 1 250 1 1 2 2 2 3 1
Ny Rostini 28 00 72 32 0 1 250 1 2 3 4 4 4 1
Tn Nursan 27 67 48 38 1 1 250 1 3 3 4 4 4 1
Ny Pati Alang 27 62 01 68 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Ny Dg Tene 29 02 88 76 1 1 250 0 1 2 3 4 4 1
Ny St Badina 25 63 77 52 1 1 250 0 1 2 2 3 3 1
Tn Lutfi 25 85 85 53 1 1 250 0 1 1 2 3 4 1
Tn Pattanudding 21 60 38 45 1 1 250 0 1 1 2 3 3 1
Tn Irsan 27 54 97 34 1 1 250 0 1 2 3 1 4 1
Ny Haniah 27 80 46 63 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Ny Nurbaya 27 65 43 54 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Tn Abdul Rahman 27 50 45 53 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Ny Nadji 27 51 86 86 1 1 250 1 1 2 3 3 4 1
Tn Petrus Saluan 27 28 46 70 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Ny Hatija 27 40 68 73 1 1 250 1 1 2 2 2 3 1
Ny Saharia 27 25 17 57 1 1 250 1 1 1 2 3 3 1
Ny Jasira 27 13 97 57 1 1 250 1 2 3 3 4 4 1
Ny Sitti 28 74 97 62 1 1 250 2 1 1 2 3 3 1
Ny Martha 27 27 73 74 1 1 250 1 1 2 2 2 4 1
Ny Hj. K. Kubo 28 74 17 64 1 1 250 1 1 1 2 3 4 1
Ny Waode Sardia 27 74 14 43 1 1 250 1 1 2 2 3 4 1
Ny Supiany 27 88 35 71 1 1 250 1 1 1 2 3 4 1
Tn Adrianus Fendi L 28 15 86 61 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Tn Yusran 28 32 32 51 1 1 250 1 1 1 2 3 4 1
Ny Yushi 28 11 10 51 1 1 250 0 2 2 2 3 3 1
Tn Usman 27 60 07 84 1 1 250 0 1 0 1 2 2 1
Ny Dortae Bi Irdar 27 13 45 49 1 1 250 1 2 2 3 3 4 1
Ny Rahmatiah S 27 34 41 53 1 1 250 1 1 2 2 2 4 1
Tn Dg Suda 27 73 75 78 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Tn Anto 28 12 12 35 1 1 250 1 1 2 3 4 4 1
Tn Irsani 11 37 28 33 0 1 250 1 2 2 3 4 4 1
Ny Suyyaria 28 01 73 57 1 1 250 1 1 1 1 2 3 1
Ny Hore 28 08 02 79 1 1 250 0 1 1 2 3 3 1
Tn Typhi 25 85 63 55 1 1 250 1 1 2 3 3 3 1
Ny I Beda 28 98 02 80 1 1 250 1 1 0 1 1 2 1
Ny I Hisbah 27 91 86 73 1 1 250 1 1 1 2 2 3 1
Tn Elia 28 23 16 51 1 1 250 1 1 3 3 4 4 1
Ny Rahma 27 71 06 70 1 1 250 1 1 2 3 3 3 1
Tn Mulyono 27 79 58 32 0 1 250 1 2 3 4 4 4 1
Tn Hermin Hamid 27 63 85 46 1 1 250 1 2 2 3 3 4 1
Ny Martina Bura 27 69 65 49 1 1 250 1 2 3 3 4 4 1
Tn H. Abdullah 18 32 79 52 1 1 250 1 2 3 3 4 4 1
Tn Haryo 28 59 88 57 1 1 250 1 1 2 3 3 4 1
Ny Elisabeth 23 44 82 45 1 1 250 1 2 2 3 4 4 1
Tn Dg Sangkala 24 23 03 59 1 1 250 1 2 2 3 4 4 1
Tn. Petrus 22 21 01 55 1 1 250 2 1 1 1 1 1 0
Ny. Mirnanti 16 23 09 67 1 1 250 2 1 1 1 1 1 0

Anda mungkin juga menyukai