Anda di halaman 1dari 40

STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN

AGAMA DI MADRASAH ALIYAH BERBASIS BOARDING


SCHOOL DENGAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS
PONDOK PESANTREN (STUDI KOMPARASI DI MAN 1 PATI
DENGAN MA DARUN NAJAH NGEMPLAK KIDUL)
Tahun 2018/2019

PROPOSAL SKRIPSI

Penulis :

Nama : Mohammad
NIM : 115211

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI


TAHUN 2019

1
STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN
AGAMA DI MADRASAH ALIYAH BERBASIS BOARDING
SCHOOL DENGAN MADRASAH ALIYAH BERBASIS
PONDOK PESANTREN (STUDI KOMPARASI DI MAN 1 PATI
DENGAN MA DARUN NAJAH NGEMPLAK KIDUL)
Tahun 2018/2019

A. Latar Belakang Masalah

Sejatinya pendidikan memegang peranan yang sangat penting dari

tujuan hidup yang hendak dicapai oleh seorang manusia agar selamat

dalam menempuh atau menjalani kehidupan sehari-hari. Setiap sistem

pendidikan tentu memiliki dasar tujuan yang digunakan sebagai acuan

bagi pelaksanaan pendidikan. Tanpa tujuan, pelaksanaan pendidikan akan

acak-acakan. Tujuan pendidikan dijadikan sebagai sebuah pedoman dalam

pelaksanaan proses pendidikan dan hasil yang diharapkan dalam proses

pendidikan tersebut.1

Pendidikan pada dasarnya memberikan sumbangsih yang sangat

penting dalam proses kehidupan anak demi terciptanya masa depan yang

baik dan benar. Pendidikan juga menumbuhkan kesediaan yang

menghasilkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai - nilai kehidupan

sehingga dapat mencapai suatu keutuhan dalam diri individu. Pendidikan

mengarahkan manusia pada kehidupan lebih baik yang menyangkut

derajat kemanusiaan sehingga mencapai tujuan hidupnya sesuai dengan

keinginan dan potensi kemampuannya.

1
Dody S, Truna, Rudi Ahmad Suryadi, Paradiqma Pendidikan Berkualitas Mencakup
Ilmu Pendidikan, Pemikiran Pendidikan, Manajemen Pendidikan, dan Psikologi Pendidikan,
(Pustaka Setia: Bandung, 2013), h. 47.

2
Agama merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan

manusia dan tidak diragukan lagi, terutama pada masa kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat, ketika kebutuhan hidup

semakin meningkat, dan agaa semakin terabaikan.

Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan

pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta

didik dalam mengamalkan ajaran agamanya. Oleh karena itu, pendidikan

agama sangat penting dalam membentuk karakter dalam diri anak.

Pondok Pesantren merupakan salah satu bukti nyata yang berperan

terhadap dunia pendidikan yang mengutamakan pendidikan agama.

Pondok yang merupakan tempat mereka tinggal saat belajar, sedangkan

santri adalah para siswa yang belajar agama. Pondok Pesantren yang

terkenal tradisional sudah muncul sejak zaman dahulu dan hingga kini

masih eksis ditengah – tengah berkembangnya pendidikan umum yang

bersifat modern dan mengikuti zaman. Namun itu tidak membuat

pendidikan Pondok Pesantren tertinggal dengan bukti bahwa hingga saat

ini Pondok Pesantren masih menjadi tempat pendidikan agama, moral,

etika, dan norma – norma anak bangsa supaya menjadi lebih baik.

Kehadiran sekolah berasrama atau sering disebut dengan boarding

school telah memberikan alternatif pendidikan bagi para orang tua yang

ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan pesatnya arus modernisasi,

dimana orang tua tidak hanya ayah yang bekerja namun juga ibu bekerja

sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan baik. Maka boarding school

3
adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-anak mereka baik makannya,

kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan yang paling penting adalah

pendidikannya yang sempurna. Selain itu, permasalahan sosial yang

sekarang ini muncul di lingkungan kehidupan masyarakat seperti

pergaulan bebas, narkoba, tawuran pelajar, pengaruh media juga ikut

mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya di boarding

school.

Hal tersebut juga merupakan model pendidikan baru atau

modernisasi dari model pendidikan lama yaitu pondok pesantren dimana

peserta didik disediakan tempat tiggal berupa asrama. Namun tetap

pondok pesantren merupakan solusi terbaik bagi masa depan anak di era

milenial saat ini dimana pendidikan nilai, moral, dan agama sangat

dibutuhkan bagi anak.

Peneliti memperoleh banyak pemikiran atau permasalahan dimana

di era saat ini selain madrasah berbasis pondok yang telah muncul sejak

lama, juga akhir – akhir ini mulai bermunculan madrasah – madrasah

dengan menggunakan sistem boarding school.

Di era saat ini pula, berbagai sekolah atau madrasah memiliki

kiblat yang berbeda – beda. Ada yang menggunakan sistem tradisional,

ada pula yang mengikuti zaman dengan sistem modern. Seperti halnya

sistem tradisional misalnya sistem pondok pesantren. Di kabupaten Pati ini

terdapat beberapa madrasah yang masih menganut atau menggunakan

basis pendidikan pondok pesantren, salah satunya MA Darun Najah yang

4
terletak di daerah Ngemplak Kidul Kecamatan Margoyoso. Madrasah ini

menggunakan sistem pondok pesantren mulai dari MI, MTs, hingga MA.

Mulai dari pendidik, santri, sistem mengajar, serta bahan pelajaran

disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan pelajaran yang diajarkan di

pondok pesantren. Jadi, pendidikan yang diajarkan lebih mengarah ke

dalam pendidikan keagamaan dengan tidak mengesampingkan pendidikan

umum yang lain.

Seiring kemajuan zaman, dimana sistem pondok pesantren hanya

dapat kita temukan didaerah pinggiran – pinggiran kota. Maka muncullah

sistem dimana hampir mirip dengan sistem pondok pesantren dimana

suatu sekolah atau madrasah menyediakan tempat tinggal atau asrama bagi

para siswanya. Hal ini sering disebut dengan sistem boarding school. Di

kabupaten Pati, hanya sedikit sekolah atau madrasah yang menggunakan

sistem ini. Salah satunya adalah MAN 1 Pati. Madrasah negeri ini kurang

lebih 3 tahun terakhir ini menggunakan sistem boarding school. Dalam

kurun waktu itu juga, implementasi dari sistem tersebut semakin

berkembang pesat. Sehingga hal itu membuat nama almamater MAN 1

Pati tersebut menjadi naik dan juga meningkatkan daya minat masyarakat

untuk menyekolahkan anaknya di madrasah tersebut.

Dari fenomena tersebut, penulis memperoleh banyak gambaran

mengenai perbedaan implementasi dalam memberikan pendidikan agama.

Hal ini sangat menarik untuk diteliti lebih detail dan mendalam sehingga

5
diperoleh hasil yang nantinya dapat memberikan manfaat dan wawasan

bagi khalayak umum.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis berminat

membahas dan mengkaji mengenai “ Studi Komparasi Implementasi

Pendidikan Agama di Madrasah Berbasis Boarding School dengan

Madrasah Berbasis Pondok Pesantren (Studi Komparasi

Implementasi Pendidikan Agama di MAN 1 Pati dengan MA Darun

Najah Ngemplak Kidul) ”

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada perbedaan atau perbandingan

(komparasi) antara implementasi pendidikan agama di madrasah aliyah

yang berbasis boarding school dengan madrasah aliyah yang berbasis

pondok pesantren. Dalam hal ini peneliti mengambil objek penelitian di

MAN 1 Pati yang mengadopsi sistem boarding school dan MA Darun

Najah Ngemplak Kidul yang berbasis pondok pesantren.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang

hendak diteliti perlu dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi pendidikan agama di Madrasah Aliyah yang

berbasis boarding school (MAN 1 Pati) ?

2. Bagaimana implementasi pendidikan agama di Madrasah Aliyah yang

berbasis Pondok Pesantren (MA Darun Najah Ngemplak Kidul) ?

6
3. Adakah perbedaan dalam implementasi pendidikan agama di Madrasah

Aliyah yang berbasis boarding school (MAN 1 Pati) dengan Madrasah

Aliyah yang berbasis pondok pesantren (MA Darun Najah Ngemplak

Kidul) ?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berangkat dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan agama di Madrasah

Aliyah yang berbasis boarding school (MAN 1 Pati)

2. Untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan agama di Madrasah

Aliyah yang berbasis Pondok Pesantren (MA Darun Najah Ngemplak

Kidul)

3. Untuk membandingkan implementasi pendidikan agama di Madrasah

Aliyah yang berbasis boarding school (MAN 1 Pati) dengan Madrasah

Aliyah yang berbasis pondok pesantren (MA Darun Najah Ngemplak

Kidul)

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangan pengetahuan dan literatur dalam

bidang pendidikan terkait dengan implementasi pendidikan

agama baik di Madrasah Aliyah yang berbasis boarding school

maupun yang berbasis pondok pesantren.

7
b. Dipakai sebagai bahan acuan untuk dasar pengembangan

penelitian berikutnya yang terkait dengan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran mengenai proses

berjalannya dan berkembangnya program – program

pendidikan agama baik di Madrasah Aliyah yang berbasis

boarding school maupun yang berbasis pondok pesantren.

b. Bagi guru, dapat memberikan gambaran mengenai kekurangan

atau kelebihan pada implementasi pendidikan agama baik di

Madrasah Aliyah yang berbasis boarding school maupun yang

berbasis pondok pesantren..

c. Bagi siswa, dapat membantu meningkatkan semangat belajar

siswa dalam proses pembelajaran dan pendidikan.

d. Bagi pengembang kurikulum, hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam

mengembangkan kurikulum.

E. Telaah Pustaka / Penelitian yang Relevan

Telaah pustaka dimaksudkan sebagai salah satu kebutuhan ilmiah

untuk memberikan kejelasan tentang informasi yang digunakan melalui

khazanah pustaka, yang relevan dengan tema yang terkait.

Telaah pustaka juga memberi kejelasan tentang perbandingan

dengan beberapa penelitian sebelumnya, terkait dengan penelitian yang

peneliti terapkan tentang Studi Komparasi Implemenasi Pendidikan

8
Agama di Madrasah Aliyah yang Berbasis Boarding School dengan

Madrasah Aliyah yang Berbasis Pondok Pesantren (Studi Komparasi di

MAN 1 Pati dengan MA Darun Najah Ngemplak Kidul) Tahun 2018/2019.

Peneliti telah melakukan penelusuran kepustakaan yang terkait

dengan penelitian ini, tapi peneliti tidak menemukan topik yang sama,

tetapi ada beberapa karya ilmiah yang agak mirip dan relevan dengan

penelitian ini yaitu :

Pertama, skripsi yang ditulis oleh saudari Dwi Puji Rahayu (NIM :

112005), skripsi, 2016, mahasiswa STAI PATI angkatan 2012, yang

berjudul “Studi Komparasi Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa Antara

yang Mengikuti Boarding School dengan Siswa yang Tidak Mengikuti di

MTs Satu Atap Darul Muqoddas Mojomulyo Tambakromo Pati Tahun

Pelajaran 2015/2016”. Fokus penelitian ini adalah perbandingan prestasi

belajar antara siswa yang mengikuti boarding school dengan yang tidak

mengikuti. Skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa ada perbedaan

signifikan antara prestasi belajar siswa yang mengikuti boarding school

pada mata pelajaran bahasa Arab dan yang tidak mengikuti di MTs Satu

Atap Darul Muqoddas Mojomulyo Tambakromo Pati Tahun Pelajaran

2015/2016” yang merupakan hipotesis yang diajukan peneliti, dapat

diterima.2

2
Dwi Puji Rahayu, Studi Komparasi Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa Antara yang
Mengikuti Boarding School dengan Siswa yang Tidak Mengikuti di MTs Satu Atap Darul
Muqoddas Mojomulyo Tambakromo Pati Tahun Pelajaran 2015/2016 (Pati: STAI Pati, 2016)

9
Persamaan skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama

membahas tentang perbandingan atau perbedaan (komparasi).

Perbedaannya adalah skripsi tersebut menjelaskan tentang perbedaan

prestasi belajar antara siswa yang ikut pembelajaran boarding school dan

yang tidak ikut, sedangkan skripsi ini membahas tentang perbedaan

implementasi pendidikan agama di madrasah aliyah yang berbasis

boarding school dengan yang berbasis pondok pesantren.

Kedua, skripsi yang ditulis oleh saudari Wahyu Nur Hidayah (NIM

: 111028), skripsi, 2015, mahasiswa STAI PATI angkatan 2011, yang

berjudul “Pengaruh Pendidikan Agama Oleh Orang Tua Terhdap Tingkah

Laku Anak di MA Manbaul Ulum Sinoman Pati Tahun Pelajaran

2015/2016”. Fokus penelitian ini adalah pengaruh pendidikan agama

orang tua terhadap tingkah laku anak. Skripsi ini menghasilkan

kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

pendidikan agama oleh orang tua terhadap tingkah laku anak MA Manbaul

Ulum Sinoman Tahun Pelajaran 2015/2016, yang merupakan hipotesis

yang diajukan peneliti, dapat diterima kebenarannya.3

Persamaan skripsi tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama

membahas tentang pendidikan agama. Perbedaannya adalah skripsi

tersebut menjelaskan tentang pengaruh pendidikan agama oleh orang tua

terhadap tingkah laku anak, sedangkan skripsi ini membahas tentang

3
Wahyu Nur Hidayah, Pengaruh Pendidikan Agama Oleh Orang Tua Terhdap Tingkah
Laku Anak di MA Manbaul Ulum Sinoman Pati Tahun Pelajaran 2015/2016 (Pati: STAI Pati,
2015)

10
perbedaan implementasi pendidikan agama di madrasah aliyah yang

berbasis boarding school dengan yang berbasis pondok pesantren.

Dalam penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah diajukan di

Sekolah Tinggi Agama Islam Pati (STAIP), juga tidak ditemukan atau

belum ada penelitian yang membahas Studi Komparasi Implemenasi

Pendidikan Agama di Madrasah Aliyah yang Berbasis Boarding School

dengan Madrasah Aliyah yang Berbasis Pondok Pesantren (Studi

Komparasi di MAN 1 Pati dengan MA Darun Najah Ngemplak Kidul).

Oleh karena itu penulis mengajukan skripsi yang berjudul : Studi

Komparasi Implemenasi Pendidikan Agama di Madrasah Aliyah

yang Berbasis Boarding School dengan Madrasah Aliyah yang

Berbasis Pondok Pesantren (Studi Komparasi di MAN 1 Pati dengan

MA Darun Najah Ngemplak Kidul) Tahun 2018/2019.

F. Deskripsi Teori

a. Pendidikan Agama

1. Pengertian Pendidikan Agama

Dikutip dari skripsi karya Wahyu Nur Hidayah, mahasiswa STAI

PATI bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing

seseorang mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas

diri yang lebih baik. Sedangkan Pendidikan Agama (Islam) adalah

pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam dalam usaha membina dan

membentuk pribadi muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT., cinta

11
kasih pada orang tua, dan sesama hidupnya, juga pada tanah airnya,

sebagai karunia yang diberikan oleh Allah SWT.4

Pendidikan agama (Islam) bukan hanya sekedar untuk menghafal

beberapa dalil agama, namun harus merupakan upaya, proses, usaha,

mendidik murid disamping itu untuk usaha dan mengetahui, juga

menghayati dan mengamalkan nilai – nilai Islam.

2. Fungsi Pendidikan Agama

Fungsi pendidikan Islam adalah menyediakan segala fasilitas yang

dapat memungkinkan tugas – tugas pendidikan Islam tersebut tercapai dan

berjalan dengan lancar. Penyediaan fasilitas ini mengandung arti dan

tujuan yang bersifat struktural dan institusional.5

Arti dan tujuan struktur adalah menuntut terwujudnya struktur

organisasi pendidikan yang mengatur jalannya proses kependidikan, baik

dilihat dari segi vertikal maupun segi horizontal. Faktor –faktor

pendidikan bisa berfungsi secara interaksional (saling memengaruhi) yang

bermuara pada tujuan pendidikan yang diinginkan. Sebaliknya, arti tujuan

institusional mengandung implikasi bahwa proses kependidikan yang

terjadi di dalam struktur organisasi itu dilembagakan untuk menjamin

proses pendidikan yang berjalan secara konsisten dan berkesinambungan

yang mengikuti kebutuhan dan perkembangan manusia dan cenderung ke

arah tingkat kemampuan yang optimal. Oleh karena itu, terwujudlah

4
Wahyu Nur Hidayah, Pengaruh Pendidikan Agama Oleh Orang Tua Terhdap Tingkah
Laku Anak di MA Manbaul Ulum Sinoman Pati Tahun Pelajaran 2015/2016 (Pati: STAI Pati,
2015)
5
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2010),
68

12
berbagai jenis dan jalur kependidikan yang formal, informal, dan

nonformal dalam masyarakat.6

Menurut Kurshid Ahmad, fungsi pendidikan Islam adalah sebagai

berikut :

1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan

tingkat – tingkat kebudayaan, nilai – nilai tradisi dan sosial,

serta ide – ide masyarakatdan bangsa.

2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan

yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang

baru ditemukan, dan melatih tenaga – tenaga manusia yang

produktif untuk menemukan pertimbangan perubahan sosial

dan ekonomi.7

3. Tujuan Pendidikan Agama

Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta

mengarahkan usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal

untuk mencapai tujuan – tujuan lain. Di samping itu, tujuan dapat

membatasi ruang gerak usaha, agar kegiatan dapat berfokus pada apa

yang dicita – citakan, dan yang terpenting lagi adalah dapat memberi

penilaian atau evaluasi pada usaha – usaha pendidikan.8

Perumusan tujuan pendidikan Islam harus berorientasi pada

hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya, misalnya

tentang:
6
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 68 – 69
7
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 69
8
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 71

13
1. Tujuan dan tugas hidup manusia

Manusia hidup bukan karena kebetulan dan sia – sia. Tujuan

diciptakan manusia hanya untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT :

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku hanya

untuk Allah, Tuhan sekalian alam” (QS. Al – An’am : 162)9

2. Memerhatikan sifat – sifat dasar manusia

Yaitu konsep tentang manusia sebagai makhluk unik yang

mempunyai beberapa potensi bawaan, seperti fitrah, bakat,

minat, sifat, dan karakter yang berkecenderungan pada al-

hanief (rindu akan kebenaran dari Tuhan) berupa agama

Islam.10

3. Tuntutan masyarakat

Tuntutan ini baik berupa pelestarian nilai – nilai budaya yang

telah melembaga dalam kehidupan suatu masyarakat, maupun

pemenuhan terhadap tuntutan kebutuhan hidupnya dalam

mengantisipasi perkembangan dunia modern11

4. Dimensi – dimensi kehidupan ideal Islam

Dimensi kehidupan ideal Islam mengandung nilai yang dapat

meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di dunia untuk


9
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 71 - 72
10
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 72
11
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 72

14
mengelola dan memanfaatkan dunia sebagai bekal kehidupan

di akhirat, serta mengandung nilai yang mendorong manusia

berusaha keras untuk meraih kehidupan di akhirat yang lebih

membahagiakan, sehingga manusia dituntut agar tidak

terbelenggu oleh rantai kekayaan duniawi atau materi yang

dimiliki.12

b. Pondok Pesantren

1. Pengertian

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe

dan akhiran an yang berarti tempat tinggal santri. Dengan nada yang

sama Soegarda Poerbakawatja menjelaskan pesantren asal katanya

adalah santri, yaitu seorang yang belajar agama Islam, sehingga

dengan demikian, pesantren mempunyai arti tempat orang berkumpul

untuk belajar agama Islam. Manfred Ziemek juga menyebutkan bahwa

asal etimologi dari pesantren adalah pesantrian berarti “tempat santri”.

Santri atau murid biasanya (umumnya sangat berbeda – beda)

mendapat pelajaran dari pemimpin pesantren (kiai) dan oleh para guru

(ulama atau ustadz). Pelajaran mencakup berbagai bidang tentang

pengetahuan Islam.13

Suatu lembaga pendidikan bisa dikatakan sebagai pesantren

apabila memenuhi unsur pokok dari suatu pesantren, antara lain

sebagai beikut :
12
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 72
13
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidkan Islam di
Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2007), 61

15
a. Pondok

Istilah pondok berasal dari bahasa arab funduq yang berarti

hotel, tempat bermalam. Istilah pondok diartikan juga dengan

asrama. Dengan demikian, pondok mengandung makna sebagai

tempat tinggal. Sebuah pesantren mesti memiliki asrama

tempat tinggal santri dan kiai. Di tempat tersebut selalu terjadi

komunikasi antara santri dan kiai.

Ada beberapa alasan pokok sebab pentingnya pondok dalam

satu pesantren , yaitu banyaknya santri yang datang dari daerah

yang jauh untuk menuntut ilmu pada seorang kiai yang sudah

termashur keahliannya, pesantren – pesantren tersebut terletak

di desa – desa dimana tidak tersedia perumahan untuk

menampung santri – santri yang berdatangan dari luar daerah,

dan adanya sikap timbal balik antara kiai dan santri dimana

para santri menganggap kiai adalah seolah – olah orang tuanya

sendiri.14

b. Masjid

Suatu pesantren mutlak mesti memiliki masjid, sebab di situlah

akan dilangsungkan proses pendidikan dalam bentuk

komunikasi belajar mengajar antara kiai dan santri. Tradisi itu

tetap dipegang oleh para kiai pemimpin pesantren untuk

menjadikan masjid masjid sebagai pusat pendidikan.

Kendatipun pada saat sekarang pesantren telah memiliki lokal


14
Haidar Putra Daulay, 62 - 63

16
belajar yang banyak untuk tempat berlangsungnya proses

belajar mengajar, namun masjid tetap difungsikan sebagai

tempat belajar.15

c. Pengajian Kitab – Kitab Klasik Islam

Kitab – kitab Islam klasik yang lebih populer dengan sebutan

“kitab kuning”. Kitab – kitab ini ditulis oleh ulama – ulama

Islam pada zaman pertengahan. Kepintaran dan kemahiran

seorang santri diukur dari kemampuannya membaca, serta

mensyarahkan (menjelaskan) isi kitab – kitab tersebut. Salah

satu persyaratan seorang telah memenuhi kriteria sebagai kiai

atau ulama adalah kemampuannya membaca serta menjelaskan

isi kitab – kitab tersebut.

Karena sedemikian tinggi posisi kitab – kitab Islam klasik

tersebut, maka setiap pesantren selalu mengadakan pengajian

“kitab kuning”. Kendatipun saat sekarang telah banyak

pesantren yang memasukkan pelajaran umum namun pengajian

kitab – kitab klasik tetap diadakan.16

d. Santri

Santri adalah siswa yang belajar di pesantren, santri ini dapat

digolongkan kepada dua kelompok :

15
Haidar Putra Daulay, 63
16
Haidar Putra Daulay, 63 - 64

17
1. Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat –

tempat yang jauh yang tidak memungkinkan dia untuk

pulang kerumahnya, maka dia mondok (tinggal) di

pesantren. Sebagai santri mukim mereka memiliki

kewajiban – kewajiban tertentu.

2. Santri kalong, yaitu siswa – siswa yang berasal dari daerah

sekitar yang memungkinkan mereka pulang ke tempat

kediaman masing – masing. Santri kalong ini mengikuti

pelajaran dengan cara pulang pergi antara rumah dengan

pesantren.17

e. Kiai

Kiai adalah tokoh sentral dalam satu pesantren, maju

mundurnya satu pesantren ditentukan oleh wibawa dan karisma

sang kiai. Menurut asal – usulnya, perkataan kiai dalam bahasa

Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda :

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang – barang yang

dianggap keramat.

2. Gelar kehormatan untuk orang – orang tua pada umumnya.

3. Gelar yang diberikan masyarakat kepada seorang ahli

agama Islam yang memiliki pesantren dan mengajarkan

kitab – kitab Islam klasik kepada santrinya.

Kiai dalam hal ini adalah mengacu pada pengertian yang

ketiga, kendati bahwa gelar kiai saat sekarang ini tidak lagi
17
Haidar Putra Daulay, 64

18
hanya diperuntukkan bagi yang memiliki pesantren saja tetapi

juga yang tidak memiliki pesantren.18

2. Sejarah Pesantren

Ditinjau dari segi sejarah, belum ditemukan data sejarah, kapan

pertama kali berdirinya pesantren, ada pendapat mengatakan bahwa

pesantren telah tumbuh sejak awal masuknya Islam ke Indonesia,

sementara yang lain berpendapat bahwa pesantren baru muncul pada

masa Walisongo dan Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang

yang pertama mendirikan pesantren.19

Apabila ditelusuri sejarah pendidikan di Jawa, sebelum

datangnya agama Islam telah ada lembaga pendidikan Jawa kuno yang

praktik kependidikannya sama dengan pesantren. Lembaga pendidikan

Jawa kuno itu bernama pawiyatan, di lembaga tersebut tinggal Ki Ajar

dengan cantrik. Ki Ajar adalah orang yang mengajar dan cantrik adalah

orang yang diajar. Kedua kelompok ini tinggal disatu komplek dan

disini terjadilah proses belajar mengajar.20

Dengan menganalogikan pendidikan pawiyatan ini dengan

pesantren, sebetulnya tidak terlalu sulit untuk menetapkan bahwa

pesantren itu telah tumbuh sejak awal perkembangan Islam di

Indonesia khususnya Jawa. Sebab model pendidikan pesantren ini

telah ada sebelum Islam masuk yaitu pawiyatan. Dengan masuknya

Islam, maka sekaligus diperlukan sarana pendidkan, tentu saja model


18
Haidar Putra Daulay, 65
19
Haidar Putra Daulay, 21
20
Haidar Putra Daulay, 21

19
pawiyatan ini dijadikan acuan dengan mengubah sistem yang ada ke

sistm pendidikan Islam.21

Inti dari pesantren adalah pendidikan ilmu agama dan sikap

beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan semata mata

pelajaran agama. Pada tingkat dasar anak didik hanya diperkenalkan

tentang dasar agama dan Al-Qur’an Al-Karim. Setelah berlangsung

beberapa lama pada saat anak didik telah memiliki kecerdasan tertentu,

maka mulailah diajarkan kitab – kitab klasik.22

Setelah datangnya kaum penjajah barat (Belanda), peran

pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam semakin kokoh.

Pesantren merupakan lembaga pendidika Islam yang reaksional

terhadap penjajah. Karena itu, di zaman Belanda sangat kontra sekali

pendidikan di pesantren dengan pendidikan sekolah – sekolah umum.

Pesantren semata – mata mengajarkan ilmu – ilmu agama lewat kitab –

kitab klasik, sedangkan sekolah umum Belanda sama sekali tidak

mengajarkan pendidikan agama. Sistem pendidikan pesantren baik

metode, sarana fasilitas serta yang lainnya masih bersifat tradisional.

Administrasi pendidikannya belum seperti sekolah umum yang

dikelola oleh pemerintah kolonial Belanda, non – klasikal, metodenya

sorogan, wetonan, hafalan. Menurut Zamaksyari Dhofier, ada lima

unsur pokok pesantren : Kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran

kitab – kitab klasik.23


21
Haidar Putra Daulay, 21
22
Haidar Putra Daulay, 22
23
Haidar Putra Daulay, 22

20
Dalam perkembangan berikutnya pesantren mengalami

dinamika, kemampuan, dan kesediaan pesantren untuk mengadopsi

nilai – nilai baru akibat modernisasi, menjadikan pesantren

berkembang dari tradisional ke modern. Karena itu, hingga saat

sekarang pesantren tersebut dibagi dua secara garis besar. Pertama,

pesantren salafi yaitu pesantren yang masih terikat dengan sistem dan

pola lama. Kedua, pesantren khalafi yaitu pesantren yang telah

menerima unsur – unsur pembaruan. 24 Kedua hal tersebut akan akan

dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan selanjutnya dibawah.

3. Macam – Macam Pesantren

Pondok pesantren dilihat dari ilmu yang diajarkan. Sejalan

dengan pertumbuhan dan perkembangan pesantren yang begitu pesat,

maka pesantren diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu, a. Pesantren

Tradisional (salafiyah) b. Pesantren Modern (khalifiyah) dan c.

Pesantren Komprehensuf sebagai berikut ini penjelasannya :

a. Pesantren tradisional (Salafiyah)

Pesantren tradisional (salaifiyah) yaitu pesantren yang masih

tetap mempertahankan bentuk aslinya dengan semata-mata

mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama abad ke 15 M dengan

menggunakan bahsa Arab. pola pengajarannya dengan menggunakan

sistem “halaqah”, artinya diskusi untuk memahami isi kitab bukan

untuk mempertanyakan kumungkinan benar salahnya yang diajarkan


24
Haidar Putra Daulay, 22

21
oleh kitab, tetapi untuk memahami apa maksud yang diajarkan oleh

kitab. Santri yakin bahwa kiai tidak akan mengajarkan hal-hal yang

salah, dan mereka yakin bahwa isi kitab yang di pelajari benar.

Kurikulumnya tergantung sepenuhnya kepada para kiai

pengasuhn pondoknya. Santri ada yang menetap didalam pondok

(santri mukim, dan santri yang tidak menetap di dalam pondok (santri

kalong). Sedangkan sistem madrasah (schooling) diterapkan hanya

untuk memudahkan sistem soorogan yang dipakai dalam lembaga-

lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pelajaran umum.

Disamping sistem sorogan juga menerapkan sistem bandongan..

Contoh dari pesantren salaf antara lain adalah Pesantren Lirboyo dan

Pesantren Ploso di Kediri, Pesantren Tremas si Pacitan, Pesatren

Maslahul Huda di Pati, Pesantren An-Nur di Sewon Bantul dab

Pesantren Mukhataj di Mojo tengah Wonosobo.

b. Pesantren Modern (Khalafiyah)

Pesantren Modern (Khalafiyah) yaitu pondok pesantren yang

berusaha mengintegrasikan secara penuh sistem klasikal dan sekolah

kedalam pondok pesantren. Pengajian kitab-kitab klasik tidak lagi

menonjol, bahkan ada yang hanya sekedar pelengkap, tetapi berubah

menjadi mata pelajaran atau bidang studi.

22
Perkembangan ini sangat menarik untuk diamati sebab hal ini

akan mengetahui keseluruhan sistem tradisi pesantren, baik system

kemasyarakatan, agama, dan pandangan hidup. Homogenetis kultural

dan keagamaan akan semakin menurun dengan keanekaragaman dan

kompleksitas perkembangan masyarakat. Indonesia modern. Namun

demikian hal yang lebih menarik lagi adalah kelihatannya para kiai

telah siap menghadapi perkembangan jaman.

Meskipun demikian kurikulum Pesantren Modern (khilafiyah)

memasukkan pengetahuan umum di pondok pesantren, akan tetapi

tetap dikaitkan dengan ajaran agama. Sebagai contoh ilmu sosial dan

politik, pelajaran ini selalu dikaitkan dengan ajaran agama.

c. Pondok Pesantern Komprehensif

Pondok pesantern komprehensif yaitu pondok pesantren yang

menggabungkan sistem pendidikan dan pengajaran antara yang

tradisional dan yang modern. Artinya di dalamnya diterapkan

pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode sorogan,

bandongan dan wetonan, namun secara reguler sistem persekolahan

terus dikembangkan.

Lebih jauh daripada itu pendidikan masyarakatpun menjadi

garapannya, kebesaran pesantren dengan akan terwujud bersamaan

dengan meningkat-nya kapasitas pengelola pesantren dan jangkauan

programnya di masyarakat. Karakter pesantren yang demikian inilah

23
yang dapat dipakai untuk memahami watak pesantren sebgai lembaga

penberdayaan masyarakat.25

c. Boarding School

1. Pengertian Boarding School

Salah satu fenomena yang menarik saat ini adalah mulai

banyaknya sekolah yang menerapkan program boarding school. Sistem

pendidikan dengan pola boarding school, mengharuskan siswa mengikuti

kegiatan pendidikan reguler dari pagi sampai siang hari kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan pendidikan dengan nilai-nilai khusus pada

sore dan malam hari misalkan; pengkajian Al - Qur’an di pesantren,

pengkajian Al - Kitab di gereja, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan

pembinaan disiplin.26

Kompetensi profesional yang dimiliki siswa selain mengandung

ranah pengetahuan dan ketrampilan, juga harus mengandung ranah sikap.

Untuk itu, pembentukannya tidak cukup hanya melalui proses

pembelajaran di kelas saja, namun dibutuhkan suatu kondisi atau

lingkungan yang memungkinkan siswa untuk dapat mengenal, memahami,

dan mengamalkan nilai – nilai yang terkait dengan kompetensi profesional

yang hendak dibentuk.

Salah satu lingkungan yang memungkinkan terbentuknya sikap

profesional siswa adalah asrama sekolah. Di asrama sekolah, siswa akan

25
http://pp-shidiqiinwara.blogspot.com/2016/05/jenis-jenis-pondok-pesantren.html
(dikutip pada 8/1/2019 Pukul 20.40 WIB)
26
Irfan Setiawan, Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik pada Institusi
Pendidikan Berasrama (Yogyakarta : Smart Writin, 2013), 1.

24
dikenalkan dengan kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai luhur terkait

dengan profesi yang hendak dibentuk. Melalui peraturan-peraturan yang

disusun dan dilaksanakan oleh dan untuk mereka sendiri dibawah

bimbingan para pengasuh, mereka akan mengenal, menghayati, dan pada

akhirnya mengamalkan nilai-nilai tersebut kelak jika telah terjun di

masyarakat.27

Menurut Good dalam bukunya Dictionary of Education

sebagaimana dikutip oleh Agustinus Hermino, mengatakan :

Boarding school is in educational institution at the primary or


secondary level in which pupils are residance while enrolled in as
instruction program, as apposed to a school which pupils commute from
their homes, inched school which offer reguler and or special educational
curricula.
Asrama sekolah merupakan lembaga pendidikan baik tingkat dasar

ataupun menengah yang menjadi tempat bagi para siswa untuk dapat

bertempat tinggal selama mengikuti program pengajaran. 28

Asrama sekolah atau boarding school juga menjadi tempat yang

memberikan kenyamanan bagi siswa di tengah ketiadaan orang tua

mereka, disamping itu juga diarahkan pada upaya pengembangan bakat

dan minat atau potensi siswa.29

Dengan demikian asrama sekolah atau boarding school dapat

diartikan sebagai salah satu tempat untuk membentuk sikap profesional

siswa. Mengingat betapa pentingnya peranan asrama sekolah terutama

27
Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter (Bandung : Alfabeta,
2014), 103.
28
Agustinus Hermino, 104.
29
Ahmad Baedowi, Manajemen Sekolah Efektif Pengalaman Sekolah Sukma Bangsa
(Jakarta : Pustaka Alvabet, 2015), 314.

25
dalam menentukan sikap bagi siswa, maka asrama sekolah perlu

direncanakan, di organisasikan serta di evaluasi secara terus menerus

dengan melibatkan personil-personil sekolah dibawah koordinasi kepala

sekolah.

Orang tua bersama anaknya di dalam memastikan atau menentukan

untuk masuk atau tidak ke boarding school tidak mudah. Di dalam sekolah

yang menerapkan sistem boarding school, seorang anak harus

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang berbeda dengan

lingkungan keluarga dan berbeda pula dengan lingkungan keluarga teman

– teman yang ada, sehingga di antara mereka secara emosional tidak

mudah untuk membuat keputusan. Di samping itu, dibandingkan dengan

sekolah – sekolah yang lain, sekolah sistem boarding school , pada

umumnya, membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Tentu saja hal terebut

harus dipertimbangkan oleh setiap orang tua calon siswa. Lebih lanjut,

sistem boarding school, tentu mempunyai pengaruh yang cukup signifikan

terhadap kehidupan dan kepribadian masing – masing siswa. Kondisi

tersebut pada umumnya juga tidak luput dari pertimbangan orang tua.30

Kajian lainnya memperjelas dan mempertegas makna dan fungsi

boarding school, terutama bagi siswa, orangtua, dan masyarakat akan

pentingnya boarding school sebagai wahana untuk mendidik kecerdasan

dan keterampilan para siswa di samping mendidik mereka agar memiliki

sikap toleran, saling menghargai, tidak menonjolkan ras tertentu, pribumi

30
Maksudin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2013),
100 - 101

26
dan nonpribumi, dan untuk memacu kebangkitan nasionalisme dengan

menyatakan kebebasan dan kemerdekaan dalam memutuskan nasib masa

depan bangsanya. Dengan kata lain, sistem pendidikan boarding school

sesuai untuk pendidikan nilai – nilai moral dan keterampilan.31

Kehadiran boarding school telah memberikan alternatif pendidikan

bagi para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya. Seiring dengan

pesatnya arus modernisasi, dimana orang tua tidak hanya ayah yang

bekerja namun juga ibu bekerja sehingga anak tidak lagi terkontrol dengan

baik. Maka boarding school adalah tempat terbaik untuk menitipkan anak-

anak mereka baik makannya, kesehatannya, keamanannya, sosialnya, dan

yang paling penting adalah pendidikannya yang sempurna. Selain itu,

permasalahan sosial yang sekarang ini muncul di lingkungan kehidupan

masyarakat seperti pergaulan bebas, narkoba, tawuran pelajar, pengaruh

media juga ikut mendorong banyak orang tua untuk menyekolahkan

anaknya di Boarding School.

Jadi, boarding school merupakan tempat yang mampu memberikan

kenyamanan bagi siswa dimana mereka tidak hanya tinggal tapi juga

mampu membentuk karakter diri dalam mereka dan dapat

mengembangkan bakat serta minat untuk menjadi seseorang yang

profesional.

2. Tujuan Penyelenggaraan Boarding School

Secara umum tujuan diselenggarakannya boarding school adalah

untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.


31
Maksudin, 104 - 105

27
Sedangkan secara khusus tujuan penyelenggaraan boarding school adalah

sebagai berikut:

a. Memberikan bimbingan kepada siswa (penghuni asrama sekolah) dan

menanamkan rasa disiplin pada diri siswa.

b. Membiasakan para siswa untuk mencintai belajar bersama-sama

dengan teman sebayanya.

c. Membantu para siswa agar dapat menyesuaikan diri pada kehidupan

sosial dalam lingkungan sebaya.

d. Membantu siswa dalam proses pengembangan pribadinya melalui

penghayatan dan pengembangan nilai-nilai- kecerdasan dan

keterampilan.

e. Membantu memberikan tempat penginapan bagi para siswa yang

rumahnya jauh dari sekolah.32

3. Model Institusi Pendidikan Berasrama

Sebelum memilih institusi pendidikan berasrama, baiknya para

orang tua dan calon peserta didik hendaknya mengetahui bentuk dan

model asrama yang hendak dipilih. Ada berbagai bentuk dan model

kehidupan asrama yang berbeda – beda pada institusi pendidikan. Untuk

lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :

a) Berdasarkan cara bermukim peserta didik

- Seluruh peserta didik tinggal di asrama selama proses

pendidikan
32
Agustinus Hermino, 104-105.

28
Pada model ini, peserta didik akan tinggal di asrama selama

proses pendidikan sesuai dengan peraturan pendidikan yang

diterapkan. Peserta didik dapat kembali pulang ke rumah masing

– masing ketika proses pendidikan selesai atau ketika kenaikan

tingkat.

- Seluruh peserta didik tinggal di asrama namun dapat pulang

pada weekend atau hari libur

Peserta didik tinggal di asrama selama hari kerja, megikuti

kegiatan dan aturan pendidikan selama di asrama. Namun pada

hari sabtu dan minggu serta hari libur lainnya peserta didik dapat

kembali ke rumah masing – masing atau menginap di luar asrama.

- Hanya sebagian peserta didik yang tinggal di asrama dan

kapan saja dapat pulang kerumah

Pada model ini, peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih

tinggal di asrama atau tetap berada dirumah / kost atau menginap

di luar asrama.33

b) Berdasarkan jenis peserta didik

- Boarding school untuk murid SD, SMP, dan SMA yang

berkelanjutan (pesantren)

- Boarding school untuk murid SMA (pesantren, SMA, SMK)

- Boarding school untuk tingkat mahasiswa34

c) Berdasarkan sistem kurikulum

33
Irfan Setiawan, 20-22
34
Irfan Setiawan, 22

29
- Boarding school yang kurikulumnya mengacu pada agama

tertentu

Pada model ini, beberapa institusi pendidikan melaksanakan

kurikulum yang hanya khusus pada ajaran agama tertentu, dan

beberapa lainnya ada institusi juga yang mengkombinasikan

dengan mata pelajaran pada umumnya di pagi hari sementara

pada sore dan malam hari melaksanakan pendidikan keagaman.

- Boarding school yang kurikulumnya mengacu nasionalisme,

biasanya berbentuk sistem militerisme atau semi militerisme

Model institusi pendidikan seperti ini banyak dipakai pada

lembaga pendidikan kedinasan. Peserta didik menjalani proses

pendidikan dengan kurikulum yang sesuai kebutuhan institusinya,

namun ditambah dengan kurikulum dan peraturan pendidikan

khusus yang mengadopsi kedisiplinan militer.

- Boarding school yang kurikulumnya mengacu pada

penanganan anak bermasalah

Institusi pendidikan pada model ini, hanya melaksanakan

kurikulum untuk penanganan anak – anak yang bermasalah

seperti narkoba, perkelahian, dan lain – lain. Namun tidak

mengadakan format pendidikan umum. Peserta didiknya juga

berasal dari tingkatan umur remaja yang berbeda – beda.35

G. Metode Penelitian

a. Jenis dan Pendekatan Penelitian


35
Irfan Setiawan, 22-23

30
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala –

gejala.36 Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang

bertujuan untuk memperoleh data – data yang sebenarnya terjadi di

lapangan, karena itu data penelitian ini bersumber dari lapangan yang

ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti yaitu tentang studi

komparasi implementasi pendidikan agama di Madrasah Aliyah yang

berbasis boarding school dengan Madrasah Aliyah yang berbasis

Pondok Pesantren (MAN 1 Pati dengan MA Darun Najah Ngemplak

Kidul).

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode komparasi

dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Studi komparasi adalah

perbandingan atau membandingan suatu masalah pada objek penelitian

yang berbeda. Pendekatan ini digunakan dalam mengumpulkan data

sebanyak – banyaknya mengenai perbandingan implementasi

pendidikan agama di Madrasah Aliyah yang berbasis boarding school

dengan Madrasah Aliyah yang berbasis Pondok Pesantren (MAN 1

Pati dengan MA Darun Najah Ngemplak Kidul).

b. Setting Penelitian ( lokasi dan waktu )

Setting Penelitian adalah jadwal serta pengaturan dalam

penelitian yang nantinya akan menjadi acuan dalam proses penelitian.

Berikut setting penelitian dalam proposal ini :

- Lokasi : MAN 1 Pati & MA Darun Najah Ngemplak Kidul


36
Sutrisno Hadi , Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta : Andi Ofset, 2000) hlm.10

31
- Waktu : Januari – Maret 2019

- Metode : Observasi, Interview, Dokumentasi

c. Sumber Data / Informan / Subyek Penelitian

d) Sumber Primer

Sumber primer merupakan data autentik atau pokok dalam

penelitian yang langsung dari tulisan tokoh tersebut. Sumber data

primer dapat diperoleh dari penelitian lapangan (field research)

melalui prosedur dan tehnik pengambilan data, melalui

wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi.

Untuk mengambil data penelitian dalam sumber primer

peneliti melakukan wawancara terhadap kepala sekolah atau

Waka Kurikulum serta salah seorang guru baik di MAN 1 Pati

dan MA Darun Najah Ngemplak Kidul. Selain itu, peneliti juga

melakukan observasi langsung di MAN 1 Pati dan MA Darun

Najah Ngemplak Kidul, serta mendokumentasikan kegiatan

pendidikan agama yang berlangsung.

e) Sumber Sekunder

Sumber sekunder merupakan data yang dimaksudkan

sebagai pendukung yang diperoleh dari sumber atau pendapat –

pendapat lain. Sumber sekunder merupakan sumber penunjang

yang dibutuhkan untuk memperkaya data atau menganalisa data

dan atau menganalisa permasalahan.

32
Untuk mendukung terselesaikannya penelitian ini, peneliti

tidak cukup mengambil sumber penelitian dari primer saja akan

tetapi peneliti memerlukan data – data lain yang mendukung atau

menguatkan dalam pembahasan seputar data penelitian, yakni

peneliti di sini mengambil sumber penelitian berupa data sekolah

baik sejarah madrasah, letak geografis, visi dan misi madrasah,

kondisi guru dan peserta didik, keadaan karyawan, serta keadaan

saran dan prasarana madrasah.

d. Teknik Pengumpulan Data

a) Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengamatan dan

pencatatan secara sistematis mengenai fenomena–fenomena yang

diselidiki.37 Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang

diamati secara langsung seperti letak geografis, mengamati

kegiatan para guru dalam memberikan bimbingan dan

pendampingan, serta menyaksikan proses implementasi pendidikan

agama baik di MAN 1 Pati yang berbasis boarding school maupun

di MA Darun Najah Ngemplak Kidul yang berbasis pondok

pesantren.

b) Metode Interview (Wawancara)

Metode interview / wawancara adalah metode pengumpulan

data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan

37
Sutrisno Hadi , Metodologi Research II, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1993) hlm.136

33
sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. 38 Metode ini

penulis gunakan untuk mengetahui data dari kepala sekolah

maupun waka kurikulum mengenai penerapan atau implementasi

pendidikan agama di madrasah aliyah yang berbasis boarding

school dan yang berbasis pondok pesantren.

c) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah barang–barang tertulis. Di

dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki

benda–benda tertulis seperti buku–buku, majalah–majalah,

dokumen–dokumen, peraturan–peraturan notulen rapat.39 Hal ini

diharapkan penulis mendapatkan data yang konkrit mengenai data

penelitian baik di MAN 1 Pati maupun MA Darun Najah

Ngemplak Kidul.

e. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit–unit, melakukan sintesa,

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain.40

38
Sutrisno Hadi , Metodologi Research II, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1993) hlm.136
39
Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT.Bumi Aksara),
hlm. 53
40
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&B( Bandung : Alfabeta),hal. 334

34
Menurut Miles and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono,

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus–menerus

sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.41

Adapun langkah–langkah dalam analisis data menurut Miles

and Huberman yang dikutip oleh Sugiyono, adalah sebagai berikut :

a. Data Reduction ( Reduksi Data )

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal–hal yang pokok,

memfokuskan pada hal–hal yang penting, dicari tema dan polanya,

dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.42

b. Data Display ( Penyajian Data )

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.43

41
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&B( Bandung : Alfabeta),hal. 337
42
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&B( Bandung : Alfabeta),hal. 338
43
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&B( Bandung : Alfabeta),hal. 341

35
c. Conclusion Drawing / Verification

Langkah yang ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Humberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan

awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah

bila tidak ditemukan bukti–bukti yang kuat yang mendukung pada

tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan

dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak, karena masalah dan

rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara

dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.44

44
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&B( Bandung : Alfabeta),hal. 345

36
H. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akan ditulis dalam bentuk skripsi yang

pembahasannya meliputi 5 bab. Dalam setiap bab akan diuraikan menjadi

beberapa sub bab, lebih jelasnya sistematika pembahasan dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut.

Pada awal bagian skripsi ini akan diuraikan mengenai halaman

judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto,

halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan lampiran. Sedangkan

pada selanjutnya berisi :

BAB I : PENDAHULUAN

Yang meliputi Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat

Penelitian, serta Metode Penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Berisi Telaah Pustaka dan Deskripsi Teori

BAB III : GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

37
Berisi Sejarah Berdiri, Letak Geografis, Visi, Misi dan

Tujuan, Struktur Organisasi, Keadaan Guru, Siswa, dan

Karyawan, serta Keadaan Sarana dan Prasarana.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Berisi Implementasi Pendidikan Agama di Madrasah

Aliyah Berbasis Boarding School (MAN 1 PATI),

Implementasi Pendidikan Agama di Madrasah Berbasis

Pondok Pesantren (MA DARUN NAJAH NGEMPLAK

KIDUL), dan Komparasi Implementasi Pendidikan Agama

Antara Madrasah Aliyah Berbasis Boarding School (MAN

1 PATI) dengan Madrasah Aliyah Berbasis Pondok

Pesantren (MA DARUN NAJAH NGEMPLAK KIDUL)

BAB V : PENUTUP

Berisi Simpulan dan Saran

Untuk bagian paling akhir dalam penulisan skripsi ini akan

disampaikan daftar pustaka, lampiran-lampiran yang mendukung skripsi

ini dan selanjutnya disampaikan daftar riwayat hidup penulis.

38
DAFTAR PUSTAKA

Dody S, Truna, Rudi Ahmad Suryadi, Paradiqma Pendidikan Berkualitas


Mencakup Ilmu Pendidikan, Pemikiran Pendidikan, Manajemen Pendidikan, dan
Psikologi Pendidikan, (Pustaka Setia: Bandung, 2013)

Dwi Puji Rahayu, Studi Komparasi Prestasi Belajar Bahasa Arab Siswa Antara
yang Mengikuti Boarding School dengan Siswa yang Tidak Mengikuti di MTs
Satu Atap Darul Muqoddas Mojomulyo Tambakromo Pati Tahun Pelajaran
2015/2016 (Pati: STAI Pati, 2016)

Wahyu Nur Hidayah, Pengaruh Pendidikan Agama Oleh Orang Tua Terhdap
Tingkah Laku Anak di MA Manbaul Ulum Sinoman Pati Tahun Pelajaran
2015/2016 (Pati: STAI Pati, 2015)

Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana,
2010)

Irfan Setiawan, Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik pada Institusi


Pendidikan Berasrama (Yogyakarta : Smart Writin, 2013)

Agustinus Hermino, Manajemen Kurikulum Berbasis Karakter (Bandung :


Alfabeta, 2014)

Ahmad Baedowi, Manajemen Sekolah Efektif Pengalaman Sekolah Sukma


Bangsa (Jakarta : Pustaka Alvabet, 2015)

Maksudin, Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, (Yogyakarta : Pustaka Belajar,


2013)

Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidkan Islam di


Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2007)

39
http://pp-shidiqiinwara.blogspot.com/2016/05/jenis-jenis-pondok-pesantren.html
(dikutip pada 8/1/2019 Pukul 20.40 WIB)

Sutrisno Hadi , Metodologi Research Jilid 1, (Yogyakarta : Andi Ofset, 2000)

Sutrisno Hadi , Metodologi Research II, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1993)

Suharsimi Arikunto, Dasar – dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT.Bumi


Aksara)

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&B( Bandung : Alfabeta)

40

Anda mungkin juga menyukai