Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENGEMBANGAN KURIKULUM

MADRASAH GHAZALIYAH SYAFI’IYAH SARANG


MASA KEPEMIMPINAN KH. MAIMUN ZUBAIR

Oleh:
Nely Rahmawati Zaimah
Syamsul Hadi

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-ANWAR
SARANG REMBANG
2022
ANALISIS PENGEMBANGAN KURIKULUM
MADRASAH GHAZALIYAH SYAFI’IYAH SARANG
MASA KEPEMIMPINAN KH. MAIMUN ZUBAIR

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah gerbang utama manusia menemukan potensi diri dalam

menggapai sesuatu yang dibutuhkan untuk kemudian dimanfaatkan bagi diri sendiri

dan orang lain di sekelilingnya. Pendidikan dasar dapat diperoleh anak melalui

lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lembaga pendidikan yang berada di dekat

tempat tinggalnya. Pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan formal, meliputi

PAUD, Sekolah Dasar dan Menengah, yaitu TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, dan

SMA/MA/SMK. Pendidikan formal adalah pendidikan yang memiliki izin resmi dari

pemerintah, mulai dari kurikulum, program dan sistem pendidikannya dari

pemerintah. Selain pendidikan formal di Indonesia terdapat pendidikan norformal.

Contoh pendidikan nonformal di antaranya adalah kelompk belajar, tempat kursus,

sanggar, majelis taklim, taman pendidikan al-Qur’an, madrasah diniyah, dan lain

sebagainya.

Di beberapa wilayah maupun daerah di Indonesia terdapat pendidikan formal

dan nonformal. Tersebar luasnya lembaga pendidikan Islam di Indonesia sebagai

bukti bahwa masyarakatnya mayoritas beragama Islam. Lembaga pendidikan islam

baik yang formal maupun nonformal banyak ditemukan di daerah-daerah di

Indonesia. Salah satu lembaga pendidikan Islam nonformal yang mudah ditemukan di

setiap daerah yang ada di Indonesia adalah madrasah diniyah. Dalam sejarahnya,

madrasah diniyah lahir dari rahim pesantren, dengan ciri khasnya mengajarkan ilmu-

ilmu berasas pengetahuan agama. Madrasah diniyah menjadi salah satu objek yang

terus diselidiki pada masa pemerintahan kolonial. Pada masa itu, sekolah yang
berafiliasi dengan kolonialisme mayoritas mampu mengubah sistem pendidikan

Indonesia ke arah sistem pendidikan modern. Banyak hal yang dapat mempengaruhi

pendidikan asli Indonesia hingga akhirnya baik sistem maupun orientasi pendidikan

Indonesia bergeser. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk madrasah diniyah,

madrasah diniyah konsisten menjaga sistem pendidikannya dengan kultur pesantren.

Hal ini dapat dibuktikan dengan peran dan eksis madrasah diniyah saat ini, bahkan

secara kualitas dan kuantitas mampu bersaing dengan lembaga pendidikan formal

maupun non formal lainnya.

Maju tidaknya suatu pendidikan ditentukan oleh kurikulumnya. Kurikulum

lembaga pendidikan formal boleh jadi sering mengalami perubahan, dengan tujuan

untuk memperoleh kurikulum yang lebih baik dari sebelumnya dan diharapkan dapat

mengikuti perkembangan zaman. Adapun kurikulum madrasah diniyah yang berstatus

nonformal apabila mengalami perubahan, tidak sampai merubah substansi kurikulum

sebelumnya.

Salah satu madrasah diniyah di kecamatan Sarang kabupaten Rembang yang

bernama Madrasah Ghazaliyah Syafi’iyah merupakan madrasah diniyah yang

memiliki kurikulum mandiri berbasis pesantren. Madrasah Ghazaliyah Syafi’iyah

(MGS) adalah madarasah diniyah yang didirikan oleh Masyayikh pondok pesantren

sarang yang didirikan pada tahun 1353 H./1934 M.1

MGS adalah Madrasah swasta yang tidak bernaung dibawah Departemen Agama

(sekarang menjadi Kementerian Agama) atau lembaga lain. Dengan demikian,

madrasah menentukan arahnya sesuai dengan ciri khas kesalafannya

(kepesantrenannya), menggunakan sistem pendidikan masuk sekolah setiap hari,

kecuali hari Jum’at, memakai kopyah, berbaju panjang, bersarung dan bersandal.
1
Zeny Rahmawati, “Pola Kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam Mengelola Pengembangan
Lembaga Pendidikan di PP. Al-Anwar Zarang Rembang Jateng”, (Skripsi: IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2009), 17.
Tahun ajaran baru ditentukan dalam bulan hijriyah, yaitu dimulai pada bulan Syawwal

hingga bulan Sya’ban, dan libur pada bulan Robi’ul Awwal dan Ramadhan setiap

tahunnya.

Tingkatan yang ada di MGS yaitu tingkat Ibtida’ 4 tahun, Tsanawi dan Aliyah

masing-masing 3 tahun. Adapun kegiatan belajar mengajar berlangsung pada pagi hari

dengan sistem klasikal sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Alokasi waktu

belajar di MGS adalah 3 jam pelajaran setiap hari, dengan rincian 90 menit setiap satu

jam pelajaran dan fokus pada pelajaran agama. Selain pembelajaran umum pada pagi

hari di MGS juga menerapkan metode musyawaroh yaitu ciri khas tersendiri untuk

mengasah kemampuan berpikir santri dengan materi pelajaran yang telah diajarkan,

yang dilaksanakan pada malam hari untuk Tingkat Tsanawi dan Aliyah dan sore hari

untuk tingkat Ibtida’. Di MGS diadakan ujian dengan tiga tahapan, ujian pertama

(bulan Muharrom), pertengahan (bulan Robi’ul Akhir) dan ujian akhir (bulan Rajab)

untuk mengukur hasil belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang

kurikulum dan pembelajaran yang diterapkan di MGS. Hal ini dikarenakan madrasah

tersebut telah berhasil mencetak alumni yang dapat diandalkan dalam bidang agama

dan dapat berkiprah di masyarakat luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji

peneliti adalah Bagaimana pengembangan kurikulum yang diterapkan di Madrasah

Ghazaliyah Syafi’iyah Sarang pada masa kepemimpinan KH. Maimun Zubair?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah

Menganalisis pengembangan kurikulum yang diterapkan di Madrasah Ghazaliyah

Syafi’iyah Sarang pada masa kepemimpinan KH. Maimun Zubair

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada

semua khalayak. Selain itu, secara khusus manfaat penelitian ini ada dua, yaitu

manfaat akademis dan manfaat pragmatis.

1. Manfaat akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan

kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan Islam.

2. Manfaat pragmatis

a. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan menambah khazanah keilmuan

tentang kurikulum, khususnya di Madrasah Ghazaliyah Syafi’iyah

Sarang.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengetahuan guru terkait pengembangan

kurikulum di Madrasah Ghazaliyah Syafi’iyah Sarang.

c. Bagi peneliti lain

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan

bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian baru sebagai tindak

lanjut dari penelitian ini.

E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan dan

untuk menemukan inspirasi untuk penelitian selanjutnya. Pada bagian ini

peneliti menuliskan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan serta

penelitian yang telah terpublikasikan, dengan melakukan langkah ini maka

akan terlihat sejauh mana persamaan ataupun perbedaan penelitian yang

hendak peneliti lakukan.

Kajian yang mempunyai relevansi atau keterkaitan dengan kajian ini

antara lain: Pertama, penelitian yang disusun oleh Muhajir dan Abdul Mufid

Setia Budi dengan judul “Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah

(KMI) Gontor dan Disiplin Pondok Penumbuhkembang Karakter Santri”

tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah, disiplin pondok serta karakter

santri di Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo. Metode penelitian

yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan menggunakan instrumen

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun hasil dari penelitian ini

adalah Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah (KMI), disiplin, dan

karakter santri dipengaruhi oleh empat belas kualifikasi pemimpin ala Gontor.

Selain itu pengarahan, dan pemberian tugas sebagai upaya aplikatif

membangun kesadaran disiplin dan karakter para santri. Pelaksanaan

kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah (KMI) di Pondok Modern

Gontor dan kedisiplinan yang diterapkan untuk mengembangkan karakter

santri diimplementasikan dalam kegiatan yang sudah terpola secara harian,

mingguan, dan tahunan2 .

2
Muhajir dan Abdul Mufid Setia Budi, Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al Islamiyah (KMI) Gontor
dan Disiplin Pondok Penumbuhkembang Karakter Santri, Qathruna, Jurnal Keilmuan dan Pendidikan
Program Pasca Sarjana UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten, 2018.
Kedua, sebuah kajian yang dilakukan oleh Muhammad Irsad, berjudul

“Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah (Studi atas

Pemikiran Muhaimin)” tahun 2016. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji

pemikiran Muhaimin tentang sebuah konsep alternatif dalam pengembangan

kurikulum di Madrasah, sebagai upaya mengembangkan pendidikan Islam

sebagai subsistem pendidikan Nasional. Jenis penelitian ini merupakan

penelitian library research (penelitian pustaka), dengan menggunakan

pendekatan filosofis serta dianalisa menggunakan metode analisa isi (content

analysis). Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah bahwasanya gagasan

Muhaimin mengenai pengembangan kurikulum di Madrasah dapat

menggunakan berbagai pendekatan, yakni; pendekatan subyek akademis,

pendekatan humanistis, pendekatan teknologis, dan pendekatan rekonstruksi

sosial. Selain itu konsep pengembangan kurikulum yang dimiliki Muhaimin,

memiliki kelebihan tersendiri yaitu dengan memadukan beragam kecerdasan,

meliputi IQ (Intellegent Quotient), EQ (Emotional Quotient), CQ (Creativity

Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient)3.

Ketiga, riset yang ditulis oleh Imam Syafe’i berjudul “Kurikulum Pesantren

Salafiyah dalam Perspektif Multikultural” tahun 2017. Tujuan riset ini adalah

untuk mengkaji kurikulum yang ada di pesantren salafi dengan

menghubungkan keberagaman asal santri-santri menggunakan perspektif

multikultural. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif,

bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya terhadap apa yang diteliti.

Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah observasi,

wawancara, dan juga dokumentasi. Adapun hasilnya adalah bahwa sejarah


3
Muhammad Irsad, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah (Studi atas
Pemikiran Muhaimin), Iqra’, Jurnal Pendidikan Agama Islam IAIM NU Metro Lampung, 2016.
pendidikan multikultural di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan

keberadaan pondok pesantren karena para santri datang dari berbagai daerah

yang berbeda. Meskipun secara eksplisit tidak tertera dalam kurikulum

pendidikan pesantren, tetapi penerapan perilaku santri telah menunjukkan

adanya pendidikan multikultural. Konflik multikultural tidak ditemukan di

pesantren, alih-alih kebersamaan, kerukunan, disiplin, dan saling menghargai

antar sesama dalam segala ketaatan dan ketakdzimannya kepada kiai.4

F. Kerangka Teori

Teori yang digunakan untuk menganalisis data di dalam penelitian ini adalah

salah satu model evaluasi pendidikan CIPP. Model CIPP (Context-Input-Process-

Product) merupakan hasil kerja para tim peneliti yang tergabung dalam suatu

organisasi komite Phi Delta Kappa USA yang ketika itu diketuai oleh Daniel

Stufflebeam.5 CIPP merupakan sebuah model evaluasi yang menggunakan

pendekatan yang berorientasi pada manajemen (management oriented evaluation

approach) atau disebut sebagai bentuk evaluasi manajemen program (evaluation in

program management).6 Model CIPP berpijak pada pandangan bahwa tujuan

terpenting dari evaluasi program bukanlah membuktikan (to prove), melainkan

meningkatkan (to improve).7 Model CIPP ini juga termasuk model yang tidak

terlalu menekankan pada tujuan suatu program, pada prinsipnya model ini

konsisten dengan definisi evaluasi program pendidikan yang diajukan komite

tentang “Tingkatan untuk menggambarkan pencapaian dan penyediaan informasi

guna pengambilan keputusan alternatif.” Model CIPP ini disusun dengan tujuan
4
Imam Syaafe’i, Model Kurikulum Pesantren Salafiyah dalam Perspektif Multikultural, Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, No II Tahun 2017
5
Sukardi, Evaluasi Pendidikan; Prinsip dan Operasionalnya, (Yogyakarta: Bumi Aksara, 2015), 62
6
John M. Owen, Program Evaluasi: Forms and Approaches, (St. Leonards: Allen & Unwin Pty Ltd.,
1993), 21.
7
George F. Madaus, Michael S. Scriven, dan Daniel L. Stufflebeam, Evaluation Models: Viewpoints on
Educational and Human Services Evaluation, (Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1983), 118.
untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam evaluasi sistem dengan

analisis yang berorientasi pada perubahan terencana.8 Dengan demikian model ini

juga dikategorikan dalam pendekatan evaluasi yang berorientasi pada peningkatan

program (improvement oriented evaluation)9, artinya model CIPP diterapkan dalam

rangka mendukung pengembangan organisasi dan membantu pemimpin dan staf

organisasi tersebut mendapatkan dan menggunakan masukan secara sistematis agar

lebih mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan penting, atau minimal bekerja

sebaik-baiknya dengan sumber daya yang ada.10

Batasan tersebut memiliki tiga asumsi dasar.

1. Menyatakan pertanyaan yang meminta jawaban dan informasi spesifik

yang harus dicapai.

2. Memerlukan data yang relevan, untuk mendukung identifikasi tercapainya

masing-masing komponen.

3. Menyediakan informasi yang hasil keberadaannya diperlukan oleh para

pembuat keputusan peningkatan program pendidikan.

Evaluasi dengan model CIPP ini pada prinsipnya mendukung proses

pengambilan keputusan dengan mengajukan pemilihan alternatif dan penindak

lanjutan konsekuensi dari suatu keputusan. Evaluasi model CIPP pada garis

besarnya melayani empat macam keputusan; 1) perencanaan keputusan yang

memengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan khusus, 2) keputusan

pembentukan atau structuring yang kegiatannya mencakup pemastian strategi

optimal dan desain proses untuk mencapai tujuan yang telah diturunkan dari

keputusan perencanaan, 3) keputusan implementasi, di mana pada keputusan ini

8
Sukardi, op. cit., 62-63.
9
Daniel L. Stufflebeam dan Anthony J. Shinkfield, Systematic Evaluation: A Self-Instructional Guide
to Theory and Practice, (Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing, 1986), 151.
10
Madaus, Scriven, dan Stufflebeam, op. cit., 118.
para evaluator mengusahakan sarana-prasarana untuk menghasilkan dan

meningkatkan pengambilan keputusan atau eksekusi , rencana, metode dan strategi

yang hendak dipilih, 4) keputusan pemutaran (recycling) yang menentukan jika

suatu program itu diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan atau diberhentikan

secara total atas kriteria yang ada.11

Untuk melaksanakan empat macam keputusan tersebut, ada empat macam

fokus evaluasi, yaitu a) evaluasi konteks, menghasilkan informasi tentang macam-

macam kebutuhan yang telah diatur prioritasnya, agar tujuan dapat diformulasikan;

b) evaluasi input, menyediakan informasi tentang masukan yang terpilih, butir-

butir kekuatan dan kelemahan, strategi dan desain untuk merealisasikan tujuan; c)

evaluasi proses menyediakan informasi untuk para evaluator melakukan prosedur

monitoring terpilih yang mungkin baru diimplementasi, sehingga butir yang kuat

dapat dimanfaatkan dan yang lemah dapat dihilangkan; d) evaluasi produk,

mengakomodasi informasi untuk meyakinkan dalam kondisi apa tujuan dapat

dicapai dan juga untuk menentukan, jika strategi yang berkaitan dengan prosedur

dan metode yang diterapkan guna mencapai tujuan sebaiknya berhenti, modifikasi

atau dilanjutkan dalam bentuk yang seperti sekarang.12

Lebih detail dijelaskan model CIPP memiliki empat unsur yang

berkesinambungan. Pertama, evaluasi konteks utamanya mengarah pada

identifikasi kekuatan dan kelemahan organisasi dan pada pemberian masukan

untuk memperbaiki organisasi. Tujuan pokok dari evaluasi konteks adalah menilai

seluruh keadaan organisasi, mengidentifikasi kelemahannya, menginventarisasi

11
Sukardi, op. cit., 63.
12
Ibid, 63-64.
kekuatannya yang bisa dimanfaatkan untuk menutupi kelemahannya, mendiagnosis

masalah-masalah yang dihadapi organisasi, dan mencari solusi-solusinya. Evaluasi

konteks juga bertujuan untuk menilai apakah tujuan-tujuan dan prioritas-prioritas

yang telah ditetapkan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pihak-pihak yang menjadi

sasaran organisasi.

Kedua, evaluasi input teristimewa dimaksudkan untuk membantu menentukan

program guna melakukan perubahan-perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input

mencari hambatan dan potensi sumber daya yang tersedia. Tujuan utamanya ialah

membantu klien mengkaji alternatif-alternatif yang berkenaan dengan kebutuhan-

kebutuhan organisasi dan sasaran organisasi. Dengan kata lain, evaluasi input

berfungsi untuk membantu klien menghindari inovasi-inovasi yang sia-sia dan

diperkirakan akan gagal atau sekurang-kurangnya menghambur-hamburkan sumber

daya.

Ketiga, evaluasi proses pada dasarnya memeriksa pelaksanaan rencana yang

telah ditetapkan. Tujuannya adalah memberikan masukan bagi pengelola atau

manajer dan stafnya tentang kesesuaian antara pelaksanaan rencana dan jadwal

yang sudah dibuat sebelumnya dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.

Apabila rencana tersebut perlu dimodifikasi atau dikembangkan, evaluasi proses

memberikan petunjuknya. Masih ada tujuan-tujuan lain yang patut diperhatikan,

yakni menilai secara periodik seberapa jauh penerimaan para partisipan program

dan keberhasilan mereka dalam melaksanakan peran-peran mereka dan

memberikan catatan yang lengkap tentang pelaksanaan rencana dan

perbandingannya dengan tujuan awalnya. Evaluasi proses dapat meninjau kembali

rencana organisasi dan evaluasi-evaluasi terdahulu untuk mengidentifikasi aspek-

aspek penting dari organisasi yang harus dimonitor. Di sini yang mesti diingat
adalah bahwa evaluasi proses terutama bertujuan untuk memastikan prosesnya.

Penyimpangan-penyimpangan dari rencana semula dijelaskan. Fungsi utama dari

evaluasi proses ialah memberikan masukan yang dapat membantu staf organisasi

menjalankan program sesuai dengan rencana, atau mungkin memodifikasi rencana

yang ternyata buruk. Pada gilirannya, evaluasi proses menjadi sumber informasi

yang vital untuk menafsirkan hasil-hasil evaluasi produk.

Keempat, evaluasi produk bertujuan untuk mengukur, menafsirkan, dan

menilai capaian-capaian program. Lebih jelasnya, evaluasi produk bertujuan untuk

menilai keberhasilan program dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sasaran

program. Penilaian-penilaian tentang keberhasilan program atau organisasi ini

dikumpulkan dari orang-orang yang terlibat secara individual atau kolektif, dan

kemudian dianalisis. Artinya, keberhasilan atau kegagalan program dianalisis dari

berbagai sudut pandang. Langkahnya dapat diawali dengan menilai kinerja

organisasi berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah didiagnosis sebelumnya.

Berikutnya, evaluasi produk juga memeriksa dampak-dampak program, baik yang

sesuai dengan tujuan dan maksud program maupun tidak, yang positif maupun

negatif. Evaluasi produk kerap kali diperluas dengan menilai dampak-dampak

jangka panjang dari program. Fungsi akhirnya adalah menentukan apakah program

atau organisasi perlu dilanjutkan, diulang, dan/atau dikembangkan di tempat-

tempat lain atau sebaliknya dihentikan.

G. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada penelitia

n deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono menyatakan

metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang


berlandaskan pada filsafat post positifisme atau berpangkal pada fakta yang

positif, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, atau bisa

dikatakan lawan dari eksperimen. Dimana peneliti sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis bersifat induktif,

dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.13

Tujuan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif adalah untuk membuat

gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-

sifat populasi tersebut.14 Jadi, peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian

kemudian mendeskripsikannya secara jelas dan sistematis.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ghazaliyah Syafi’iyah (MGS) Sarang

Rembang yang berlokasi di Jl. Deandles-Sarang, Desa Bajing Jowo, Kecamatan

Sarang, Kabupaten Rembang. Salah satu lembaga pendidikan Islam yang

banyak meluluskan ahli-ahli agama Islam.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang atau sesuatu yang darinya dapat

diperoleh keterangan atau orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. 15 Subjek

penelitian merupakan informan atau narasumber yang menjadi sumber data

penelitian. Adapun subjek penelitian ini adalah kepala madrasah, guru, dan

pengurus yayasan.

Objek penelitian merupakan pokok permasalahan yang akan diteliti untuk

mendapatkan data secara lebih terarah. Adapun yang menjadi objek yaitu

13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2011)
14
Sandi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Wali Press, 2016), 75.
15
Muh. Fitrah & Luthfiyah, Metodologi Penelitian, (Sukabumi: CV Jejak, 2017), 152.
kurikulum yang digunakan dan sistem pembelajaran di Madrasah Ghazaliyah

Syafi’iyah Sarang Rembang.

4. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suatu penelitian,

dan yang menjadi alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu

sendiri. Peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh

peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke

lapangan. Validasi dilakukan oleh peneliti sendiri melalui evaluasi diri seberapa

jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan

terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. 16

Pada penelitian ini, peneliti mengambil instrument berupa: observasi,

wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan sebuah pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.17 Observasi yang

digunakan peneliti ialah observasi partisipasi pasif, sehingga peneliti tidak

terlibat secara langsung dengan kegiatan sehari-hari dari objek yang diamati

sebagai sumber data penelitian.

b. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg yang dikutip oleh Sugiyono merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu. 18 Wawancara

akan dilaksanakan secara semi terstruktur pada subjek penelitian. Peneliti

16
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2009), 222.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2006), 310.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung:
Alfabeta, 2018), 317.
melakukan wawancara kepada kepala madrasah, asaatidz dan pengurus

yayasan untuk memperoleh data mengenai kurikulum yang digunakan dan

mendeskripsikan bagaimana pembelajaran yang berlangsung di Madrasah

Ghazaliyah Syafi’iyah Sarang Rembang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumentasi dari hasil penelitian dari observasi atau wawancara

akan lebih dipercaya jika didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa

kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi.19

Peneliti akan mengumpulkan dokumen-dokumen yang dapat menunjang

pengumpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti seperti; profil madrasah, jadwal

pelajaran, kalender akademik, dan administrasi sekolah.

5. Uji Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan pengujian keabsahan data dengan teknik


triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sumber lain sebagai pembanding terhadap data itu. 20 Tujuan
dilakukan pengujian keabsahan data adalah agar peneliti merasa yakin dengan
data yang diperoleh sehingga hasil penelitian dapat dipercaya oleh masyarakat
luas.
Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Triangulasi Metode
Pada penelitian kualitatif, terdapat tiga teknik pengumpulan data yaitu
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Triangulasi metode berarti
membandingkan data dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Lalu
kemudian diambil data yang terkait dengan fokus penelitian. melalui
19
Ibid hal, 240.
20
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 331.
perbandingan tersebut, diharapkan peneliti mampu memahami secara
mendalam objek yang menjadi fokus penelitian dan mampu memahami
perbedaan yang terkait di dalamnya.
b. Triangulasi Sumber Data
Triangulasi sumber data adalah pengumpulan dan pemilahan berbagai

jenis data dengan menggunakan metode yang sama. Pada penelitian ini, salah

satu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara.

Wawancara dilakukan kepada subjek penelitian yang berbeda. Subjek yang

dimaksudkan di sini yaitu kepala madrasah, asaatidz, dan pengurus yayasan.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis interaktif. Analisis interaktif adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan observasi

dan dokumentasi dengan menjabarkan dalam unit-unit serta menyusun dan

membuat kesimpulan sehingga dapat difahami oleh peneliti maupun oleh

orang lain.21

Penelitian interaktif digunakan untuk menganalisis data penelitian

kualitatif. Menurut Sugiyono ada 3 model metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian kualitatif. Menurut Miles dan Huberman yang

mencakup

a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti membuat rangkuman inti, proses, dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di

dalamnya. Merangkum, memilih hal-hal yag penting, mencari tema dan

21
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), 335.
pola, memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti

melakukan pengumpulan data.

Dalam melakukan reduksi data, peneliti berpedoman pada

tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Tujuan utama dalam

penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kurikulum yang digunakan

di Madrasah Ghazaliyah Syafi’iyah Sarang Rembang, sehingga peneliti

merangkum semua data yang didapatkan dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi agar memberikan gambaran yang jelas

mengenai pengembangan kurikulum di Madrasah Ghazaliyah

Syafi’iyah Sarang Rembang.

b. Penyajian Data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, dan

sejenisnya. Dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam bentuk

naratif. Peneliti menyusun, mengorganisasikan, dan mengatur pola

hubungan data yang diperoleh setelah melakukan reduksi data.

Penyajian data dilakukan agar memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami.

c. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dan verifikasi dalam penelitian ini diambil dari

hasil analisis data di lapangan. Peneliti merumuskan kesimpulan kemudian

memverifikasi hasil data yang diperoleh di lapangan. Kesimpulan diambil

setelah menyatukan dan merangkum semua data lapangan kemudian

menyajikannya menjadi data yang mudah dipahami.

H. Sistematika Pembahasan
Bab I Pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, batasan

masalah rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika

penelitian.

Bab II kajian teori penelitian membahas tentang hakikat kurikulum, meliputi

definisi Kurikulum, Fungsi dan Peran Kurikulum dalam Pendidikan.

Bab III metode penelitian membahas tentang jenis penelitian dan pendekatan

penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data,

pengujian keabsahan data, teknik analisis data.

Bab IV hasil dan pembahasan membahas deskripsi data penelitian, analisis

data penelitian.

Bab V penutup berisi tentang kesimpulan yang membahas urian hasil dari

penelitian dan saran dari hasi penelitian sebagai masukan dan perbaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia sejak


Kemerdekaan Hingga Reformasi (1974-2013). Jakarta: Prenada Media, 2019.

Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Irsad, Muhammad. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Madrasah


(Studi atas Pemikiran Muhaimin)”. Iqra’, Jurnal Pendidikan Agama Islam.
Lampung: IAIM NU Metro Lampung, 2016.
L. Stufflebeam, Daniel dan Anthony J. Shinkfield, Systematic Evaluation: A Self-

Instructional Guide to Theory and Practice. Boston: Kluwer-Nijhoff

Publishing, 1986.

M. Owen, John. Program Evaluasi: Forms and Approaches. St. Leonards: Allen &
Unwin Pty Ltd., 1993.
Madaus, George F., Michael S. Scriven, dan Daniel L. Stufflebeam. Evaluation

Models: Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston:

Kluwer-Nijhoff Publishing, 1983.

Muhajir dan Abdul Mufid Setia Budi. “Kurikulum Kulliyatul Mu’allimin Al


Islamiyah (KMI) Gontor dan Disiplin Pondok Penumbuhkembang Karakter
Santri, Qathruna”. Jurnal Keilmuan dan Pendidikan. Banten: Program Pasca
Sarjana UIN Sultan Maulana Hasanudin, 2018.

Rahmawati, Zeny. “Pola Kepemimpinan KH. Maimoen Zubair dalam Mengelola


Pengembangan Lembaga Pendidikan di PP. Al-Anwar Zarang Rembang
Jateng”. Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2009.

Sukardi. Evaluasi Pendidikan; Prinsip dan Operasionalnya. Yogyakarta: Bumi


Aksara, 2015

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya,


2017.

Syaafe’i, Imam. “Model Kurikulum Pesantren Salafiyah dalam Perspektif


Multikultural”, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 8, No II
Tahun 2017

Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003

Anda mungkin juga menyukai